1167-Article Text-5367-1-10-20230625
1167-Article Text-5367-1-10-20230625
Abstrak
Kekerasan verbal merupakan perlakuan atau tindakan yang dilakukan oleh orang tua
kepada anak-anak pra sekolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan verbal memiliki
dampak yang signifikan pada anak-anak di Kelurahan Pattingalloang. Anak-anak yang
mengalami kekerasan verbal sering mengalami gejala emosional seperti rendahnya kepercayaan
diri, perubahan perilaku agresif atau penarikan diri, gangguan tidur, dan masalah kesehatan
mental. Selain itu, kekerasan verbal juga berdampak pada hubungan sosial anak, menyebabkan
isolasi sosial, kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, dan gangguan dalam
perkembangan sosial mereka. Melalui pendekatan fenomenologi, penelitian ini memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman anak-anak yang menjadi korban kekerasan
verbal di Kelurahan Pattingalloang. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat, pendidikan, dan peran keluarga dalam mencegah dan
mengatasi kekerasan verbal terhadap anak. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya intervensi
yang berfokus pada pemulihan dan pemberdayaan anak-anak yang telah mengalami kekerasan
verbal untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka.
Kata Kunci: Kekerasan Verbal, Anak, Fenomenologi
sebagai tindakan yang berisiko menyebabkan 2022 per tanggal 1 Januari yang diunggah oleh
seksual dan penelantaran terhadap anak, korban kekerasan terhadap anak di Jawa
termasuk ancaman, pemaksaan, atau Tengah mencapai 250 orang. Data kekerasan
perampasan kemerdekaan secara melawan pada bulan Maret tahun 2021 menurut kategori
hukum. Survei yang dilakukan oleh Wahana usia dan jenis kelamin menunjukkan bahwa
Visi Indonesia pada Juli 2021 menemukan terdapat 42 kasus kekerasan terhadap anak
bahwa sebanyak 33,8% anak mengalami laki-laki dan 9 kasus kekerasan terhadap anak
Pengaduan Bagian Pengaduan Kemen PPA provinsi Jawa Tengah pada bulan Maret 2020,
anak perempuan, dengan total 238 kasus. atau menahan tangis (Arsih, 2010). Kekerasan
Berdasarkan jenis kekerasan yang dialami oleh verbal merupakan bentuk kekerasan yang
korban pada tahun 2021, kasus kekerasan dilakukan melalui penggunaan kata-kata
psikologis mencapai 61 kasus dengan secara lisan dan berulang-ulang, yang dapat
presentase 21,94% (Cahyani dkk, 2023). Di menghambat perkembangan anak. Dalam
Kelurahan Pattingalloang, Kecamatan Ujung perbandingan dengan kekerasan fisik,
Tanah, Kota Makassar, kekerasan verbal kekerasan verbal dianggap lebih berbahaya
terhadap anak juga menjadi isu yang perlu karena dapat mengganggu perkembangan fisik
mendapatkan perhatian serius. Untuk dan psikologis anak (Asmah dkk, 2023).
mendapatkan pemahaman yang lebih dalam Bentuk-bentuk kekerasan dapat
tentang fenomena ini, studi fenomenologi meliputi kekerasan seksual, kekerasan fisik,
menjadi pendekatan yang tepat untuk dan kekerasan emosional. Kekerasan
menggali pengalaman dan persepsi individu emosional adalah bentuk kekerasan yang
yang terlibat dalam situasi tersebut. ditujukan kepada psikis korban dan tidak
Kekerasan verbal atau Verbal Abuse terlihat secara fisik. Kekerasan verbal
dapat diartikan sebagai penggunaan ucapan termasuk dalam kategori kekerasan emosional
yang ditujukan kepada seseorang dengan atau psikologis, di mana penggunaan kata-kata
tujuan merendahkan, tidak sopan, menghina, bertujuan untuk menghina, menyalahkan, atau
mengintimidasi, rasialis, seksis, homofobik, menimbulkan rasa ketakutan yang intens pada
ageis, atau menghujat. Ini mencakup korban. Kekerasan verbal merupakan bentuk
penggunaan pernyataan sarkastik, penggunaan kekerasan non-fisik yang disampaikan secara
nada suara yang merendahkan, atau lisan dengan tujuan untuk mencaci atau
penggunaan keakraban yang berlebihan dan merendahkan korban (Utami dan Hamdan,
tidak diinginkan (Afnizal dkk, 2023). Verbal 2023).
abuse atau yang sering disebut sebagai Kekerasan verbal dapat terjadi dalam
penyalahgunaan verbal adalah tindakan berbagai bentuk dan melibatkan siapa pun,
komunikasi lisan atau perilaku yang memiliki serta memiliki potensi risiko yang besar dan
dampak emosional yang merugikan. Dalam berkelanjutan. Menurut konsep kesehatan yang
konteks lain, verbal abuse terjadi ketika orang diusung oleh WHO, korban kekerasan verbal
tua, pengasuh, atau pelindung anak menghadapi kesulitan dalam mencapai
menanggapi permintaan perhatian dari anak kesehatan yang optimal. Oleh karena itu,
dengan memerintahkan mereka untuk diam penting untuk adanya dukungan sosial yang
dapat meningkatkan penerimaan diri korban sulit diatur dan secara tidak sadar melakukan
kekerasan verbal dalam menghadapi tindakan kekerasan kepada anaknya, baik
pengalaman yang mereka alami. Salah satu secara fisik maupun verbal (Armiyanti, 2018).
bentuk dukungan sosial yang dapat diberikan Terdapat beberapa bentuk kekerasan,
adalah dukungan instrumental (Tangible salah satunya adalah kekerasan verbal yang
Support). Dengan adanya penerimaan diri atau dilakukan oleh orang tua. Bentuk kekerasan ini
self-acceptance, korban akan lebih tenang melibatkan ekspresi kemarahan seperti
dalam proses pemulihan. Berdasarkan uraian penggunaan makian atau kritik tajam terhadap
di atas, rumusan masalah yang muncul adalah anak. Orang tua mungkin menyebut anak
bagaimana bentuk dukungan sosial (Pambudi sebagai anak bodoh, nakal, anak kurang ajar,
dkk, 2023). anak tidak tahu diri, anak tidak berguna, dan
Kekerasan verbal yang sering terjadi menggunakan kata-kata merendahkan lainnya
dalam masyarakat dapat berupa penggunaan terhadap anak (Amanah dkk, 2023). Menurut
panggilan yang bersifat diskriminatif, seperti Kurniawan dan Damanik, (2023) penelitian
merujuk pada warna kulit, ras, bentuk tubuh, ditemukan bahwa kepercayaan diri remaja
kebiasaan, dan kelemahan, serta melibatkan tergolong rendah sebesar 71,8%, sementara
penggunaan kata-kata kasar, mengancam, atau 28,2% remaja memiliki tingkat kepercayaan
ejekan dengan nada suara yang merendahkan diri yang tinggi. Penelitian yang dilakukan
(Winardi dan Malau, 2023). Kekerasan verbal oleh Devi Juniawati & Nedra Wati (2021) juga
umumnya terjadi melalui perilaku verbal di mengungkapkan bahwa 53% remaja memiliki
mana pelaku menggunakan pola komunikasi kepercayaan diri rendah, sedangkan 47%
yang mengandung penghinaan atau kata-kata remaja memiliki kepercayaan diri tinggi.
yang merendahkan. Pelaku seringkali Dengan demikian, hasil penelitian tersebut
melakukan tindakan menyalahkan, memberi menunjukkan bahwa mayoritas remaja
label, atau menyalahkan orang lain (Winardi memiliki tingkat kepercayaan diri yang
dan Malau, 2023). Kekerasan verbal terhadap rendah.
anak merupakan salah satu bentuk kekerasan Kekerasan verbal memiliki gejala yang
yang sering terjadi di berbagai belahan dunia, tidak spesifik. Dampak kekerasan tersebut
termasuk Indonesia. Kekerasan ini melibatkan membuat anak menjadi generasi yang rentan,
penggunaan kata-kata yang merendahkan, seperti perilaku agresif, apatis, mudah marah,
menghina, atau menyakiti secara emosional menarik diri, mengalami kecemasan berat,
terhadap anak. Dalam merasa anaknya sangat gangguan tidur, ketakutan yang berlebihan,
kehilangan harga diri, dan depresi. Bahkan, Makassar. Kelurahan ini dipilih sebagai lokasi
dampak yang lebih luas dari kekerasan yang penelitian karena terdapat indikasi bahwa
dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya kekerasan verbal terhadap anak menjadi
adalah menciptakan lingkungan yang penuh permasalahan yang signifikan dalam
dengan kekerasan (Arsih, 2010). Imam komunitas tersebut.
Ghazali mengungkapkan bahwa ketika anak
METODE
tumbuh dengan kalimat mencela, maka kelak Metode penelitian yang digunakan
anak pun akan menjadi pencela (Erica, 2019). kualitatif dalam studi fenomenologi tentang
Wirawan dkk (2023) mencatat bahwa kekerasan verbal terhadap anak di Kelurahan
kekerasan verbal dapat berdampak pada Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Kota
gangguan emosi anak. Akibat kekerasan Makassar. Pendekatan dan desain penelitian
tersebut, anak dapat mengalami masalah dalam yang sesuai adalah kualitatif fenomenologi.
pengembangan konsep diri, mengalami Metode ini akan memungkinkan peneliti untuk
kesulitan dalam menjalin hubungan sosial, mendapatkan pemahaman yang mendalam
serta menjadi lebih agresif dan melihat orang tentang pengalaman, persepsi, dan makna yang
dewasa sebagai musuh. Anak mungkin terkait dengan kekerasan verbal pada anak di
cenderung menarik diri dari interaksi dengan Kelurahan Pattingalloang.
lingkungan sekitarnya dan lebih memilih Partisipan dalam penelitian ini adalah
untuk menyendiri. anak-anak yang menjadi korban kekerasan
Kekerasan verbal terhadap anak verbal di Kelurahan Pattingalloang. Pemilihan
merupakan bentuk kekerasan yang sering partisipan dengan mempertimbangkan kriteria
terjadi dan memiliki dampak yang merugikan inklusi, seperti usia anak antara 6-12 tahun dan
terhadap perkembangan dan kesejahteraan pengalaman kekerasan verbal yang terjadi
anak. Kekerasan verbal melibatkan dalam konteks keluarga. Data dalam penelitian
penggunaan kata-kata yang merendahkan, ini akan dikumpulkan melalui wawancara
menghina, mengintimidasi, atau mengancam mendalam dengan partisipan. Wawancara
anak secara lisan. Tindakan ini dapat dilakukan secara individu untuk
dilakukan oleh orang tua, pengasuh, atau memungkinkan partisipan berbagi pengalaman
pelindung anak dalam berbagai konteks, mereka secara terbuka dan mendalam.
termasuk di rumah, sekolah, atau masyarakat. Kemudian data yang terkumpul akan dianalisis
Studi ini akan dilakukan di Kelurahan menggunakan analisis fenomenologi.
Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Langkah-langkah analisis meliputi transkripsi
wawancara yang dilakukan terhadap dukungan keluarga yang tidak memadai atau
informan orang tua, ditemukan perilaku memiliki anak dengan cacat bawaan lahir atau
kekerasan verbal terhadap anak pra-sekolah anak yang tidak diinginkan secara sosial dapat
usia 3 hingga 6 tahun terjadi diakibatkan, menjadi faktor pemicu bagi orang tua untuk
kurangnya pengetahuan orang tua tentang tata menggunakan kekerasan verbal sebagai bentuk
cara mendidik anak, serta faktor kemiskinan, frustasi atau penolakan terhadap kondisi
atau minimnya pendapatan orang tua. tersebut. Keempat, faktor ekonomi keluarga
Sebagian orang tua beranggapan, kekerasan juga dapat berperan dalam mempengaruhi
verbal yang mereka lakukan merupakan perilaku orang tua. Stres ekonomi dan tekanan
bentuk pendidikan yang baik, agar anak tidak keuangan dapat meningkatkan tingkat
nakal dan dapat mematuhi perkataan orang ketegangan dalam keluarga dan memicu
Hasil penelitian yang dilakukan De Vega terhadap anak. Terakhir, faktor lingkungan
negatif. Ketika anak didik dengan kasih Jenjang pendidikan orang tua
sayang, pelukan, ciuman bisa membuat menggambarkan adanya hubungan yang kuat
perkembangan otak anak tumbuh lebih cepat. terjadinya kekerasan verbal terhadap anak.
dengan kemarahan, makian, bentakan, maka pengaruh rawannya kekerasan verbal. Hasil
semua energi negatif akan terserap dalam wawancara yang dilakukan, menunjukkan
dirinya yang mungkin terbawa hingga dewasa. sebagian besar pendidikan orang tua di RT 1,
orang tua melakukan verbal abuse terhadap Kecamatan Ujung Tanah tidak menuntaskan
anak usia sekolah 6-12 tahun dapat disebabkan jenjang pendidikan SD.
terhadap kekurangan anak menjadi yang tak 2. Faktor kemiskinan atau minimnya
terelakkan ketika orang tua melampiskan pendapatan orang tua juga berperan dalam
kemarahannya. terjadinya kekerasan verbal.
Hasil penelitian yang dilaksanakan 3. Tingkat pendidikan orang tua juga
menunjukkan, faktor rendahnya pendidikan memengaruhi rentan terjadinya kekerasan
orang tua, serta minimnya pendapatan yang verbal.
diperoleh orang tua menjadi pemicu utama 4. Pengalaman pribadi orang tua yang pernah
terjadinya kekerasan verbal terhadap anak. mengalami kekerasan verbal saat mereka
Bentuk kekerasan verbal yang paling sering kecil juga dapat memengaruhi perilaku
diterima oleh anak dan dilakukan orang tua, mereka terhadap anak.
adalah kekerasan verbal dalam bentuk
DAFTAR PUSTAKA
makian dengan kata-kata kotor dalam bahasa
Afnizal, M., Daulay, H., Saladin, T. I.,
Makassar, misalnya “sundala”, “tai laso”, Munthe, H. M., & Elida, L. (2023).
ka’bulamma” dan lainnya. Kata-kata tersebut Habitus pemain Game Onlaine dalam
sering sekali dilontarkan orang tua ketika, Kekerasan Verbal di Warung Kopi-
Sebatik Journal: Jurnal Ilmiah Bidang
anak-anak mereka tidak mau mendegarkan Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi,
atau mematuhi apa yang mereka perintahkan. dan Pendidikan, 2(5), 1623-1636.
Pemicu dari kekerasan verbal tersebut karena Amanah, S., Hafizah, C., & Bilkis, S. (2023).
Dampak Kekerasan Orang Tua bagi
rendahnya pemahaman orang tua dalam
Anak. Journal on Education, 5(2),
mengasuh anak, yang tidak ditunjang dengan 2955-2959.
pendidikan memadai. Armiyanti, Iin, Khusnul Aini, and Rista
Apriana. 2018. Pengalaman Verbal
KESIMPULAN
Abuse Oleh Keluarga Pada Anak Usia
Berikut adalah beberapa kesimpulan Sekolah di Kota Semarang. Jurnal
berdasarkan penelitian pada judul Kekerasan Keperawatan Soedirman 12.1
Arsih, F. Y. (2010). Studi Fenomenologis:
Verbal Terhadap Anak (Studi Fenomenologi
Kekerasan kata-kata (Verbal abuse)”
di Kelurahan Pattingalloang Kecamatan Ujung pada Remaja (Doctoral dissertation,
Tanah Kota Makassar) Diponegoro University).
1. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang Asmah, A., Sulaiman, S., & Noorhapizah, N.
(2023). Adversity Quotient sebagai
tata cara mendidik anak menjadi faktor
Perantara Pengaruh Persepsi dan
utama terjadinya kekerasan verbal. Kecerdasan Mengelola Emosi terhadap
Kekerasan Verbal pada Anak. Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 7(1), 225-239.