Anda di halaman 1dari 2

Hal 42

Selamat pagi,

Saya Amalia Hamami, mewakili Satker Direktorat Jenderal Tata Ruang (325409), mau berkonsultasi
mengenai PNBP kurang bayar dan lebih bayar karena sedang ada pengembangan aplikasi untuk
pelayanan penerbitan KKPR sehingga kami mau memastikan beberapa hal.

1. Apa yang dimaksud dengan PNBP kurang bayar? Apakah termasuk kekurangan pembayaran yang
diketahui pada saat di tengah proses bisnis layanan? Atau PNBP kurang bayar baru berlaku ketika
layanan telah selesai dilakukan?

Jawab:
a. Berdasarkan Pasal 32 PP 58 jo. Pasal 58 PMK 155/PMK.02/2021 jo. PMK 58 Tahun 2023, PNBP
Kurang Bayar itu timbul atau ditetapkan didasarkan pada:
1) hasil verifikasi dan/atau monitoring oleh Instansi Pengelola PNBP atau Mitra Instansi
Pengelola PNBP;
2) laporan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayar;
3) putusan pengadilan; dan/atau
4) sumber lainnya.
Secara detail tata cara penetapan PNBP kurang bayar sesuai dengan keempat kriteria di atas
dapat dilihat pada Pasal 60 s.d. pasal 84 PMK 155/PMK.02/2021 beserta lampiran K untuk
perhitungan dendanya.
b. Mungkin perlu diperjelas maksud dari kekurangan pembayaran dan PNBP kurang bayar
berlaku ketika layanan telah selesai dilakukan. Apakah termasuk keempat kategori di atas.

2. Jika pertanyaan nomor 1 termasuk PNBP kurang bayar:


a. Apakah ada denda atas kurang bayar tersebut? Dihitung sejak pembayaran PNBP pertama kali
atau bagaimana?
b. Apakah mekanisme penagihan kurang bayarnya harus ada Surat Tagihan (ST) 1, ST 2, dan ST
3? Mengingat terdapat Service Level Agreement yang harus dipenuhi dalam waktu 20 hari,
sepertinya pelaksanaan mekanisme tersebut sulit untuk dilakukan.
c. Apabila pemohon tidak membayar PNBP kurang bayar, status atas layanan yang telah berjalan
menjadi apa?

Jawab:
a. Dalam hal penetapan PNBP Kurang bayar tersebut termasuk kategori sebagaimana jawaban
nomor 1.a di atas, maka penetapan PNBP kurang bayar, denda beserta penerbitan surat
tagihan PNBP dapat mengacu pada Pasal 60 s.d. pasal 84 PMK 155/PMK.02/2021 beserta
lampiran K untuk perhitungan dendanya.
b. Iya, dalam hal termasuk kategori PNBP kurang bayar maka diterbitkan surat tagihan sesuai
dengan format sebagaimana lampiran K PMK 155/PMK.02/2021.
c. Status layanan sesuai dengan SOP atau probis yang berlaku pada unit Saudara.
3. Jika dalam proses bisnis layanan terdapat multi exit, seperti pemohon yang sudah membayar
PNBP namun tidak memperbaiki berkas permohonan dalam batas waktu yang telah ditentukan:
a. Apakah bisa langsung distop pelayanannya dan permohonan dianggap batal?
b. Atas PNBP yang telah dibayarkan, apakah dapat dilakukan pengembalian PNBP?
Mempertimbangkan layanan yang sudah dilakukan, berapa besaran nominal yang
dikembalikan?

Jawab:
a. Untuk pengaturan teknis layanan kembali ke SOP atau probis layanan unit Saudara.
b. Iya dapat dilakukan pengembalian PNBP dengan mengacu pada ruang lingkup dan
pengaturan pengembalian PNBP sebagaimana PP 58 Tahun 2020 jo. PMK No.
206/PMK.02/2021. Dalam hal di atas Rp100M perlu meminta pemeriksaan dari Instansi
Pemeriksa PNBP.

4. Jika dalam proses bisnis layanan terdapat multi exit, seperti dalam pelayanan KKPR telah
dilaksanakan penilaian KKPR namun ternyata Pertimbangan Teknis Pertanahannya (PTP) tidak
terbit:
a. Apakah permohonan dianggap gugur?
b. Atas PNBP yang telah dibayarkan, apakah dapat dilakukan pengembalian PNBP atas PTP?
Mempertimbangkan layanan penilaian KKPR yang sudah dilakukan, berapa besaran nominal
yang dikembalikan?
Jawab:
a. Terkait probis layanan dikembalikan sesuai dengan pengaturan yang ada pada unit Saudara.
b. Secara prinsip dapat dilakukan pengembalian sepanjang sesuai dengan ruang lingkup dan
pengaturan dalam PP 58 Tahun 2020 jo. PMK No. 206/PMK.02/2021.

5. Siapa yang menandatangani Surat Tagihan PNBP Kurang Bayar dan Surat Pemberitahuan PNBP
Lebih Bayar?
Jawab: Sesuai lampiran K PMK 155/PMK.02/2021, ditandatangani oleh Pejabat Kuasa Pengelola
PNBP (Pimpinan Satker)
6. Bagaimana pelaksanaan penagihan kurang bayar dan lebih bayar dalam sistem elektronik?
Apakah ada contoh penerapannya pada K/L lain?
Jawab: Secara prinsip mekanisme penerbitan surat tagihan diperkenankan melalui sistem
elektronik sepanjang memuat informasi paling sedikit sebagaimana diatur dalam PMK
155/PMK.02/2021.

Anda mungkin juga menyukai