Anda di halaman 1dari 8

Nama : Wahid Arief Aulady

Kelas : 6MSU
NIM : 061840511929

Judul Temuan

2. Penatausahaan Piutang dan Rekening Perantara (Suspense Account) pada PT JP Belum


Memadai

- Kondisi
PT JP menyajikan piutang premi untuk segmen asuransi konvensional dan piutang kontribusi
Unit Syariah dalam Neraca per 31 Desember 2018 dan 30 Juni 2019 dengan rincian sebagai
berikut :

- Kriteria
Dalam menatausahakan piutang premi, PT JP telah memiliki Standar Prosedur Operasi
Keuangan, Akuntansi dan Investasi yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Nomor
SKEP/24/V/2017 tanggal 5 Mei 2017. Selain itu, pada Unit Syariah juga memiliki pedoman
umum asuransi syariah yang ditetapkan tahun 2014. Mekanisme penatausahaan piutang premi
sebagai berikut:

a. Piutang terbentuk dalam sistem setelah dilakukan inforce pada aplikasi care system, baik yang
menjadi kewenangan penerbitan oleh KC maupun kantor pusat;
b. Penagihan piutang dilakukan oleh Unit Keuangan, dalam prakteknya dibantu oleh pembawa
pos (perantara) baik broker maupun agen pemasar;
c. Unit operasional dapat melakukan pemantauan atas premi yang belum terbayar melalui sistem
dalam menu “reporting” guna membantu dalam proses penagihan;
d. Setelah premi lunas dilakukan matching (pembukuan) oleh Unit Keuangan.

- Kondisi
Berdasarkan reviu dokumen piutang, analisis data piutang premi dan piutang kontribusi pada aplikasi
care system, konfirmasi pada tertanggung dan perantara, serta permintaan keterangan pada pejabat terkait
diketahui terdapat permasalahan sebagai berikut :

a. Terdapat piutang premi sebesar Rp28.741.740.127,24 belum dilakukan penagihan secara


optimal
Berdasarkan analisis data piutang premi pada database care system masa produksi 1
Januari 2018 s.d. 30 Juni 2019 per tanggal 11 November 2019 tercatat piutang premi yang belum
tertagih sebesar Rp33.516.003.337,12. Dari total piutang premi tersebut, sebesar
Rp28.741.740.127,24 atau 85,76% merupakan piutang premi lebih dari 60 hari (dua bulan)
termasuk didalamnya piutang premi lebih dari 360 hari sebesar Rp11.407.623.311,66 atau
34,04% dengan rincian sebagai berikut:
- Sebab
Berdasarkan penjelasan Unit Keuangan dan Unit Underwriting pada cabang yang
disampel, piutang lebih dari 360 hari terjadi karena beberapa hal, antara lain:
1) Atas piutang yang melalui broker, PT JP hanya dapat melakukan penagihan pada broker dan
tidak dapat melakukan penagihan langsung pada tertanggung.
2) Piutang atas premi asuransi kredit terjadi karena calon tertanggung memilih penyedia asuransi
lain atau membatalkan akad kredit pada bank.
3) Premi telah masuk pada rekening PT JP namun belum dibukukan.
4) Calon tertanggung membatalkan pembelian polis karena alasan tertentu sedangkan polis telah
di inforce pada sistem.

- Akibat
Adapun atas piutang yang lebih dari 360 hari (12 bulan), dalam Surat Keputusan Direksi
Nomor SKEP/92/IX/2018 tanggal 24 September 2018 antara lain menyatakan pembentukan
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) piutang asuransi adalah 10% dari saldo piutang
asuransi yang berumur di atas 12 bulan hingga 24 bulan, setelah dikurangi terlebih dahulu dengan
rekening perantara premi (suspense account) berdasarkan tahun timbulnya. Dengan demikian,
atas piutang premi lebih dari 12 bulan akan menimbulkan beban penyisihan piutang asuransi tak
tertagih.

- Tanggapan
Upaya yang dilakukan PT JP dalam penagihan piutang yaitu menyampaikan batas waktu
pembayaran premi pada saat polis diberikan. Jika belum ada pembayaran premi sampai dengan
batas waktu yang ditentukan kemudian dilakukan pendekatan secara personal, dilanjutkan dengan
penagihan secara tertulis.
Dari hasil konfirmasi kepada 58 tertanggung/perantara pada 14 KC PT JP dengan nilai
piutang sebesar Rp23.633.324.593,52 diketahui, sampai dengan 25 November 2019, hanya
diperoleh 17 jawaban konfirmasi atas piutang sebesar Rp7.393.672.710,83 dengan rincian
sebagai berikut:
1) Tertanggung menyatakan belum membayar premi;
2) Tertanggung telah melakukan pembayaran namun PT JP belum membukukan
penerimaan premi;
3) Tertanggung telah menyampaikan pembatalan polis namun PT JP belum memproses
pembatalan polis dalam care system.
(Judul Temuan)

b. Penerimaan premi dan kontribusi masih tercatat pada rekening suspense account sebesar
Rp9.617.363.017,96

(Sebab)

Salah satu penyebab tingginya outstanding piutang adalah adanya penerimaan premi
yang tidak dapat segera dibukukan oleh unit pelaksana baik di kantor pusat, KC maupun KP.
Dari data unallocated suspend dari care system sejak 1 Januari 2017 s.d. 30 Juni 2019 posisi per
11 November 2019 diketahui terdapat penerimaan premi yang belum dibukukan sesuai polisnya
seluruhnya sebesar Rp9.617.363.017,96. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel di atas menunjukkan adanya penerimaan premi sejak tahun 2017 s.d. 30 Juni 2019
belum dibukukan pada polisnya dan tercatat sebagai Utang Lainnya sehingga belum dapat
diakui sebagai pendapatan sampai dengan 11 November 2019

(Akibat)
Penerimaan premi/kontribusi belum dapat segera dibukukan sesuai dengan polisnya oleh
Unit Keuangan karena adanya keterbatasan informasi (dokumen pendukung) terutama atas
penerimaan premi yang melalui rekening. Tertanggung/perantara setelah melakukan
pembayaran premi juga tidak diwajibkan untuk menyampaikan pemberitahuan bahwa polis
telah terbayar. Selain itu, pembayaran premi tidak diwajibkan sebesar premi bruto, sehingga
atas premi yang dibayarkan oleh pihak ketiga telah dipotong dengan biaya komisi (disetor netto)
sehingga akan menyulitkan dalam proses identifikasi dan matching.

(Tanggapan)
PT JP telah berupaya melakukan kerjasama dengan bank pemerintah dalam pembayaran
premi melalui virtual account, namun dari hasil konfirmasi sampai dengan 25 November 2019
hal tersebut belum terealisasi.

(Judul Temuan)

c. Penyelesaian atas outstanding piutang premi pada KP Bekasi tidak optimal


Berdasarkan analisis pada aplikasi care system diketahui terdapat piutang premi pada KP
Bekasi dengan umur 60 hari s.d. lebih dari 360 hari (data per 11 November 2019) sebesar
Rp2.721.170.281,50. Dari data tersebut kemudian dimintakan penjelasan pada Kepala KP Bekasi
atas 44 piutang premi yang disampel sebesar Rp1.506.871.220,38. Dari hasil penjelasan atas
piutang premi diketahui terdapat permasalahan sebagai berikut:

(Sebab)
Terkait penerimaan premi dari tertanggung yang telah membayar pada tahun 2018 namun
salah dibukukan sebagaimana tercantum dalam tabel 3.8. Hal tersebut terjadi karena adanya
pembukuan premi yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya yang terjadi dalam kurun waktu
April 2017 s.d. Agustus 2018

(Tanggapan)
PT JP melalui Internal Audit telah melakukan pemeriksaan atas penyalahgunaan
keuangan pada KP Bekasi tanggal 5 September s.d. 5 Oktober 2018. Hasil pemeriksaan tersebut
dituangkan dalam Laporan Hasil Audit Khusus (LHAK) oleh Internal Audit PT JP pada Cabang
Kelapa Gading QQ KP Bekasi Nomor LHA/K/2/X/2018 tanggal 31 Oktober 2018

(Akibat)
Hal tersebut mengakibatkan:
a. Piutang yang tidak tertagih lebih dari 12 bulan akan mengurangi laba perusahaan karena beban
penyisihan piutang tak tertagih meningkat termasuk beban penyisihan piutang premi KP Bekasi
sebesar Rp706.456.127,72;
b. Penerimaan premi yang masih tercatat dalam suspense account per 11 November 2019 sebesar
Rp9.617.363.017,96 atas polis yang telah terbayar masih tercatat sebagai piutang dan kas yang
diterima masih tercatat sebagai utang lainnya.

(Tanggapan)

Atas permasalahan tersebut, Direksi PT JP sependapat atas temuan tersebut dan akan melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Upaya yang intens untuk penagihan piutang premi serta proses matching suspense account;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap piutang premi di KC;
c. Menetapkan collection period piutang menjadi KPI cabang dan KPI Korporasi;
d. Mengupayakan kerjasama IT (host to host) dengan melibatkan unit Teknik, IT, dan
Keuangan;
e. Mengevaluasi dan memperbaharui SKEP Direksi mengenai ketentuan pembatalan polis yang
berdampak terhadap piutang;
f. Pengembangan virtual account;
g. Konfirmasi piutang kepada agen/broker/tertanggung setelah berkoordinasi dengan unit terkait
di Kantor Pusat (Surety & Aneka, Underwriting, Klaim) serta dengan Kantor Cabang;
h. Dalam rangka mempercepat matching suspense account, pada setiap dokumen perjanjian
kerjasama penutupan asuransi, Divisi Keuangan meminta memasukkan satu pasal agar setelah
premi disetor ke rekening PT JP maka salinan bukti setor agar disampaikan kepada PT JP;
i. Terkait penyelesaian piutang di KP Bekasi, PT JP akan terus menelusuri piutang premi
bekerjasama dengan unit terkait, Internal Audit serta Sekretaris Perusahaan cq Bagian
Kepatuhan, Kepala Cabang Kelapa Gading dan KP Bekasi;
j. Secara rutin membuat surat edaran ke KC/KP perihal konfirmasi piutang kontribusi unit
syariah disertai informasi jumlah suspense account masing-masing wilayah;
k. Lebih intens dalam melakukan monitoring terhadap jumlah suspense account dan akan
dilakukan verifikasi suspense account;
l. Menunjuk pegawai untuk melakukan monitoring terhadap saldo/umur piutang
m. Mengoptimalkan peran PIC di KC/KP guna melakukan koordinasi dengan mitra kerja
wilayah setempat.

(Rekomendasi BPK)

BPK RI merekomendasikan Direksi PT JP agar memerintahkan:


a. Sekretaris Perusahaan untuk mengusulkan aturan terkait kewajiban pemberitahuan oleh pihak
tertanggung/perantara setelah pembayaran premi sehingga dapat memudahkan pembukuan
penerimaan premi;
b. Kepala Unit Keuangan dan Inkaso masing-masing KC lebih optimal melakukan penagihan
premi untuk meminimalisasi piutang tidak tertagih, pencatatan, dan administrasi piutang
termasuk menelusuri suspense account per 11 November 2019 sebesar Rp9.617.363.017,96;
c. Kepala Internal Audit, Sekretaris Perusahaan cq Bagian Kepatuhan, Kepala Cabang Kelapa
Gading, dan Kepala KP Bekasi menelusuri piutang premi sebesar Rp706.456.127,72
bekerjasama dengan unit terkait.

Anda mungkin juga menyukai