Anda di halaman 1dari 2

Jalani Hidup dengan Pantang Menyerah

Hadiah ulang tahun Fahmi sejak ayah dan ibu meninggal setengah tahun yang lalu karena terpapar virus
Covid-19 aku menjadi tulang punggung bagi keluarga kecilku. Aku dan adikku tinggal sebatang kara.
Untungnya, ayah sudah membuatkan kami rumah kecil di pinggir kota. Setiap hari aku dan adikku yang
masih berusia 6 tahun harus berjuang bersama, selain mengharapkan bantuan pemerintah dan
tetangga.

Aku juga tetap sekolah semi daring, setiap dua Minggu sekali aku ke sekolah SMP Merdeka yang terletak
di sebuah Desa Kemuning. Awalnya aku stres dan tidak mau menerima takdir bahwa ayah dan ibu
meninggalkan kami berdua. Tapi, Pak RT dan teman-temanku sering menasihatiku bahwa aku harus kuat
dan ikhlas. Dan satu-satunya yang membuatku bertahan adalah adikku, Fahmi. Tidak ada pesan terakhir
dari ayah dan ibu kepadaku karena mereka dirawat dan dimakamkan oleh pihak rumah sakit terdekat.
Aku tidak diperbolehkan menjenguk.

Selama enam bulan aku dan Fahmi bertahan hidup, syukurlah ada kerjaan loper koran di kawasan
perumahan elit yang bisa menambah penghasilanku. Selain itu, aku pun menyemir sepatu di wilayah
perkantoran saat siang hari. Sore hari aku mencari sayuran pakis di kawasan perkebunan karet, sayur
pakis bisa kujual kembali keliling perkampungan dan terkadang untuk kami konsumsi.

Ayah dulunya buruh bangunan dan ibu menjual rokok di emperan ruko pasar. Aku menyadari bahwa
kebahagiaanku ketika memiliki ayah dan ibu, tapi sekarang tinggal kenangan. Kulihat jam dinding di
rumah makan tempat aku mangkal menyemir sepatu wilayah kantoran. Waktu menunjukkan pukul
14.00, kulihat di saku bajuku uang sejumlah lima belas ribu rupiah. Aku harus giat mencari uang, karena
Fahmi ingin makan es krim dan kue ulang tahun di hari ulang tahunnya.

Dia ingin seperti temannya yang mengundangnya ke acara ulang tahun. Ada-ada saja pikirku, tapi adikku
Fahmi anak yang baik, tidak pernah rewel dan sangat tegar saat kehilangan Ayah dan ibunya. Seingatku
harga es krim bisa didapat dengan harga lima ribu rupiah, namun kue ulang tahun? Apa mungkin aku
bisa membelikannya dengan hasil kerjaku yang tidak seberapa.

Aku pun ke toko toserba dan berniat membeli es krim. Syukurlah aku bisa membeli es krim cokelat
kesukaaan Fahmi. Secepat kilat aku berlari ke rumah, berharap agar es krim tidak mencair di cuaca
panas ini. Fahmi pasti sangat menyukai es krim ini, sekitar lima belas menit jarak antara toserba terdekat
ke rumahku.
Es krim hampir mencair, setelah sampai rumah aku mencari Fahmi di dalam. Namun dia tidak ada,
keseharian Fahmi hanya di rumah kadang main ke tetangga. Aku cari di rumah sebelah, kudapati Fahmi
yang kusut karena banyak bermain. Aku panggil dia, lalu dia mendekat terus kupeluk.

Dia senang aku membawa es krim " Fahmi, meski hari ulang tahun sudah lewat, Kakak baru bisa
membelikanmu sekarang ya. Dan untuk kuenya nanti dulu ya, kakak kumpulkan uang dulu untuk beli
kue", Fahmi mengangguk, "Terima kasih kak, kue ulang tahunnya enggak usah, tapi Fahmi minta dibeliin
es krim satu lagi rasa strawberry ya?".

Aku senang, adikku Fahmi tidak menangis saat aku tidak membawakannya kue ulang tahun. Dia justru
menggantinya dengan es krim satu lagi.

Anda mungkin juga menyukai