Anda di halaman 1dari 2

Anak Lelaki Terakhir

Fiki Rahman itu nama asliku, Nanga Pinoh 1 Agustus 2006 itu tempat
dan tanggal lahirku. Aku anak ke lima dari lima bersaudara. Aku juga
memiliki kedua orang tua yang selalu mencari nafkah untuk setiap
harinya tanpa henti. Ayahku seorang guru dan ibuku seorang
pedagang keliling antar Desa menggunakan perahu air yang selalu di
temani ayahku setiap pulang mengajar. Waktu kecil cita citaku ingin
menjadi Dokter dan sekarang aku ingin menggapainya.

Pada usia ku sekarang aku ingin menjadi seseorang yang pandai


memanusiakan manusia. Pada saat aku mulai masuk sekolah aku di
temani oleh nenekku. Aku sedikit iri melihat teman temanku yang di
temani kedua orangtuanya. Setiap aku di temani nenek aku selalu
bertanya "kenapa ibu dan ayah tidak pernah mengantarku" nenekku
hanya menjawab mereka mencari rezeki untuk mu. Setiap hari orang
tuaku kerja tanpa henti dan istirahat. Aku selalu meminta barang yang
aku inginkan, aku tidak tau kalau mencari uang itu susah. Pada saat
itu aku belum mengerti apa apa, dan yang hanya aku tau cuma barang
yang aku inginkan.

Pada saat masuk SMP aku mulai mengerti bahwa yang aku lakukan
pada masa kecil itu salah. Pada saat itu juga keluarga ku mengalami
kerisis ekonomi dimana rumahku di jual untuk biaya kuliah abang
abangku dan kami juga pindah ke kontrakan. Pada saat libur sekolah
dimana anak anak lain yang asik liburan bersama keluarga, aku hanya
bisa mendengar cerita dari mereka. Aku sedikit iri dengan teman
temanku, tapi aku sadar akan ekonomiku yang sedang tidak stabil.
Pada saat abang abangku lulus kuliah ekonomi keluarga ku mulai
stabil di bantu oleh abang abangku. Kami juga membeli rumah di
perumahan Mala indah II yang tidak jauh dari kontrakan ku. Pada saat
itu juga abang abang ku menikah dan memiliki keluarganya sendiri
dan kini tinggal aku sendiri. Aku sedih melihat kedua orangtuaku
masih bekerja di umur waktunya untuk istirahat. orangtuaku masih
bekerja sampe sekarang hingga aku tamat sekolah. Aku ingin cepat
cepat tamat sekolah supaya orangtuaku tidak lagi bekerja. Mereka
selalu menabung untuk biaya kuliahku nanti. aku selalu di tanya cita
citaku apa, aku selalu menjawab tidak tau. Padahal aku ingin menjadi
dokter tetapi aku tidak enak mengatakannya kepada orangtuaku
karena biaya kuliah yang mahal. Aku tidak ingin orangtuaku lanjut
kerja hanya demi aku.

Sekarang aku hanya ingin merasakan liburan, canda tawa, ngumpul


bareng keluarga seperti orang lain. Tapi untuk sekarang aku hanya
dapat melihat orang lain. Mungkin suatu saat nanti aku dapat
merasakan apa yang di rasakan orang lain. Orang orang hanya
mengira anak bungsu itu enak dan manja tapi nyatanya tidak. Menjadi
anak bungsu terlahir dari keluarga sederhana dan hidup di
penghujung usia orang tua merupakan ujian terbesar bagi ku. Aku
terus berjuang masih banyak impian yang harus ku gapai untuk
dirinya seorang. Kalau ditanya orang aku siapa? kan ku jawab laki laki
bungsu yang banyak impian yang berada di titik tersulit menjalani
hidup. Kali ini aku sedang meyakinkan diriku bahwa keadaan akan
baik baik saja. Sayapku hampir patah tubuhku mulai lemah tapi aku
percaya proses tuhan itu indah:).

Anda mungkin juga menyukai