0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan5 halaman
Cerita ini menceritakan tentang seorang anak bernama Malik yang hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Namun, kebahagiaan itu berubah ketika ayahnya meninggal dunia saat sedang mencari bambu untuk antena televisi. Kepergian ayah membuat Malik merasa kehilangan sayapnya dan sulit melihat indahnya dunia tanpa salah satu orang tuanya.
Cerita ini menceritakan tentang seorang anak bernama Malik yang hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Namun, kebahagiaan itu berubah ketika ayahnya meninggal dunia saat sedang mencari bambu untuk antena televisi. Kepergian ayah membuat Malik merasa kehilangan sayapnya dan sulit melihat indahnya dunia tanpa salah satu orang tuanya.
Cerita ini menceritakan tentang seorang anak bernama Malik yang hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Namun, kebahagiaan itu berubah ketika ayahnya meninggal dunia saat sedang mencari bambu untuk antena televisi. Kepergian ayah membuat Malik merasa kehilangan sayapnya dan sulit melihat indahnya dunia tanpa salah satu orang tuanya.
kehidupan keluargaku. Namaku Malik, aku terlahir dari keluarga kecil yang sederhana, keluargaku terdiri dari 4 orang yaitu Ayah, Ibu, Aku, dan Adikku. Aku bahagia mempunyai keluarga yang harmonis dan sangat sayang pada aku dan adikku. Kebahagiaan selalu menghiasi hari-hari kami, walaupun terkadang terjadi keributan kecil antara aku dan adikku, tetapi orang tuaku bisa memakluminya dan selalu menasihati kami dengan kasih sayangnya. Hingga pada suatu hari aku di kejutkan dengan kejadian yang tak akan pernah bisa aku lupa seumur hidupku, yaitu di tinggalkan oleh sesosok pemimpin dari keluargaku untuk selam- lamanya.
Ayahku adalah seorang pekerja swasta
lepas yang memiliki pekerjaan tidak tetap, dengan upah yang tidak besar tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Seperti biaya sekolahku dan adikku, dan juga keperluan rumah tangga lainnya. Namun, dengan keadaan ini ibu tidak pernah mengeluh dan tidak pernah meminta lebih dari ayah. Tetapi bagiku, ayah adalah selimut bagi hidupku yang selalu menghangati kehidupanku . Dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga , dan bagiku ibu adalah rumah bagi hidupku tempat aku pulang, tempat bercerita, tempat dimana aku mencurahkan semuanya. Meskipun aku terlahir dari keluarga sederhana, dari kecil aku tidak pernah merasa kekurangan dari kasih sayang ataupun ekonomi. Seng.... s’reng, Suara spatula dan wajan yang sedang beradu terdengar oleh aku dan ayah, ketika aku mau makan siang bersama keluarga dan masih menunggu makanan yang sedang ibu masak. Saat aku dan ayah menunggu, ayah bertanya kepadaku
“Malik, cita-citamu kalo sudah besar mau jadi apa ? “
Aku menjawab dengan semangat
“ Aku mau jadi tentara, ayah “
Mendengar itu ayah memelukku dan berkata
“ ayah doa kan kamu bisa menggapai apa yang kamu
cita-citakan “ .
Hari demi hari berlalu, dan aku telah
melewati masa kecilku yang begitu indah dan penuh kebahagiaan. Tidak terasa aku pun menduduki kelas 1 SMA , dari seorang anak kecil yang tak tau apa-apa dan sekarang sudah menginjak remaja. Akan tetapi aku masuk sekolah tidak seperti biasa karena waktu itu sedang ada wabah virus, dan sekolah pun tak efektif . Setahun berlalu aku pun naik ke kelas 2 SMA ,dan sekolah pun sudah belajar seperti biasa ,Tetapi masih di bagi 2 sesi.
Aku masih ingat saat ayahku izin
berpamitan kepada ibuku , hari itu hari jum’at setelah selesai sholat . Pada saat ayah mau menebang pohon bambu yang mau di gunakan untuk antena buat televisi . Ayahku berkata kepada ibuku
“ Bu... ayah mau pergi ke kebun dulu ya mau cari
bambu buat antena “
“ Iya hati-hati pulangnya jangan kesorean banget “
Jawab ibuku
“ iya...assalamualaikum “
Jawab ayahku sambil keluar rumah
“ waalaikumsalam “
Satu hari berlalu aku tak melihat ayahku , aku bingung
ke mana perginya beliau .
Rembulan yang cahayanya
tertutup awan dan sedikit menyinari bumi, seolah olah menandakan suatu hal terjadi. Tetapi aku tidak sadar akan hal itu . Malam itu aku tidur di rumah nenek , tetapi rasanya agak beda perasaanku gelisah saat malam itu. aku mencoba mencari tahu apakah yang baut aku gelisah , dan itu hanya hati yang bisa merasakan . Aku mencoba tenang dan berpikir positif dan berdoa tidak ada hal aneh yang datang kepadaku. Hari berganti yang tadinya malam dan datanglah pagi. Pada saat aku tertidur lelap , aku di bangunkan oleh nenek dan berkata bahwa ayah sudah tiada . Mendengar itu aku tidak percaya dan mencari kebenaran, ternyata yang nenek katakan itu benar . Aku menangis saat melihat ayah yang sudah tak bernafas dan di situlah ayah meninggal kan kami untuk selamanya.
Setelah kepergian ayah hidupku
terasa sangat berbeda . Orang tua adalah sayap bagi setiap anaknya , dan sekarang aku hanya seorang anak remaja yang tumbuh dewasa tanpa sayap kanan. Dan orang tua adalah mata bagi seorang anak untuk melihat indahnya dunia ini , tetapi aku tidak bisa merasakan indahnya dunia disaat salah satu orang tuaku meninggal kan untuk selama-lamanya.
Muhamad Imam Maulana Lahir 8 Mei 2004 di Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat. Hobi saya bermain Futsal. Motivasi hidup “ Awali dengan Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah ”. Foto Pengarang