Anda di halaman 1dari 5

Tanpa Sayap Kanan

Oleh : M Imam Maulana

Hangatnya pedesaan yang menyelimuti


kehidupan keluargaku. Namaku Malik, aku terlahir dari
keluarga kecil yang sederhana, keluargaku terdiri dari 4
orang yaitu Ayah, Ibu, Aku, dan Adikku. Aku bahagia
mempunyai keluarga yang harmonis dan sangat sayang
pada aku dan adikku. Kebahagiaan selalu menghiasi
hari-hari kami, walaupun terkadang terjadi keributan
kecil antara aku dan adikku, tetapi orang tuaku bisa
memakluminya dan selalu menasihati kami dengan
kasih sayangnya. Hingga pada suatu hari aku di
kejutkan dengan kejadian yang tak akan pernah bisa
aku lupa seumur hidupku, yaitu di tinggalkan oleh
sesosok pemimpin dari keluargaku untuk selam-
lamanya.

Ayahku adalah seorang pekerja swasta


lepas yang memiliki pekerjaan tidak tetap, dengan upah
yang tidak besar tetapi cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga kami. Seperti biaya sekolahku dan
adikku, dan juga keperluan rumah tangga lainnya.
Namun, dengan keadaan ini ibu tidak pernah mengeluh
dan tidak pernah meminta lebih dari ayah. Tetapi
bagiku, ayah adalah selimut bagi hidupku yang selalu
menghangati kehidupanku . Dan ibuku adalah seorang
ibu rumah tangga , dan bagiku ibu adalah rumah bagi
hidupku tempat aku pulang, tempat bercerita, tempat
dimana aku mencurahkan semuanya.
Meskipun aku terlahir dari keluarga
sederhana, dari kecil aku tidak pernah merasa
kekurangan dari kasih sayang ataupun ekonomi.
Seng.... s’reng, Suara spatula dan wajan yang sedang
beradu terdengar oleh aku dan ayah, ketika aku mau
makan siang bersama keluarga dan masih menunggu
makanan yang sedang ibu masak. Saat aku dan ayah
menunggu, ayah bertanya kepadaku

“Malik, cita-citamu kalo sudah besar mau jadi apa ? “

Aku menjawab dengan semangat

“ Aku mau jadi tentara, ayah “

Mendengar itu ayah memelukku dan berkata

“ ayah doa kan kamu bisa menggapai apa yang kamu


cita-citakan “ .

Hari demi hari berlalu, dan aku telah


melewati masa kecilku yang begitu indah dan penuh
kebahagiaan. Tidak terasa aku pun menduduki kelas 1
SMA , dari seorang anak kecil yang tak tau apa-apa dan
sekarang sudah menginjak remaja. Akan tetapi aku
masuk sekolah tidak seperti biasa karena waktu itu
sedang ada wabah virus, dan sekolah pun tak efektif .
Setahun berlalu aku pun naik ke kelas 2 SMA ,dan
sekolah pun sudah belajar seperti biasa ,Tetapi masih di
bagi 2 sesi.

Aku masih ingat saat ayahku izin


berpamitan kepada ibuku , hari itu hari jum’at setelah
selesai sholat . Pada saat ayah mau menebang pohon
bambu yang mau di gunakan untuk antena buat
televisi . Ayahku berkata kepada ibuku

“ Bu... ayah mau pergi ke kebun dulu ya mau cari


bambu buat antena “

“ Iya hati-hati pulangnya jangan kesorean banget “

Jawab ibuku

“ iya...assalamualaikum “

Jawab ayahku sambil keluar rumah

“ waalaikumsalam “

Satu hari berlalu aku tak melihat ayahku , aku bingung


ke mana perginya beliau .

Rembulan yang cahayanya


tertutup awan dan sedikit menyinari bumi, seolah olah
menandakan suatu hal terjadi. Tetapi aku tidak sadar
akan hal itu . Malam itu aku tidur di rumah nenek ,
tetapi rasanya agak beda perasaanku gelisah saat
malam itu. aku mencoba mencari tahu apakah yang
baut aku gelisah , dan itu hanya hati yang bisa
merasakan . Aku mencoba tenang dan berpikir positif
dan berdoa tidak ada hal aneh yang datang kepadaku.
Hari berganti yang tadinya malam dan datanglah pagi.
Pada saat aku tertidur lelap , aku di bangunkan oleh
nenek dan berkata bahwa ayah sudah tiada .
Mendengar itu aku tidak percaya dan mencari
kebenaran, ternyata yang nenek katakan itu benar .
Aku menangis saat melihat ayah yang sudah tak
bernafas dan di situlah ayah meninggal kan kami untuk
selamanya.

Setelah kepergian ayah hidupku


terasa sangat berbeda . Orang tua adalah sayap bagi
setiap anaknya , dan sekarang aku hanya seorang anak
remaja yang tumbuh dewasa tanpa sayap kanan. Dan
orang tua adalah mata bagi seorang anak untuk
melihat indahnya dunia ini , tetapi aku tidak bisa
merasakan indahnya dunia disaat salah satu orang
tuaku meninggal kan untuk selama-lamanya.

Muhamad Imam Maulana Lahir 8 Mei 2004 di Kabupaten Cianjur,


Jawa Barat. Hobi saya bermain Futsal. Motivasi hidup “ Awali dengan
Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah ”.
Foto
Pengarang

Anda mungkin juga menyukai