Hai perkenalkan namaku Adinda Dwi Avianty, tapi orang selalu
memanggilku Adin atau Dinda. Aku lahir pada tanggal 29 Maret 2006, Bandung. Mamahku gadis asli dari Bandung, sedangkan ayahku lelaki dari percampuran Belanda dan Jawa yang lahir di Jakarta dan tinggal di Bandung tepatnya di KPAD Jl.Kenangan. Aku ingin sedikit menceritakan tentang kisahku pada saat ku kecil dan tentang kenangan dengan seseorang yang sangat amat aku sayangi,dan seseorang itu adalah Mamihku. Jadi pada saat aku berumur 2 bulan aku pernah dinyatakan Meninggal, dan pada itupun situasi rumah sudah tak karuan, dan pada beberapa jam kemudian aku pun mulai bernafas lagi, dan tangis haru pun mengiringi pada saat itu. Selanjutnya aku akan menceritakan tentang sosok mamih bagiku. Mamih adalah seorang gadis manis yang cantik dari Bandung, Mungkin kalian akan mengira Mamih adalah mamah/ibu ku, salah besar!, mamih adalah uyut/eyang ku yang sudah aku anggap seperti mamahku sendiri, dia perempuan yang tangguh dan dia sangat amat menaruh rasa sayangnya dengan sikap disiplinnya terhadap cicitnya. Aku menganggap Mamih seperti mamah ku karena pada saat ku Kecil beliau lah yang mendampingi ku tidur hingga bangun, dan aku memiliki kebiasaan pada saat tidur yaitu selalu memegang daun telinga, dan bila aku tidak memegangnya, aku akan selalu sulit untuk tidur. Setiap hari pun Mamih selalu masak makanan yang enak, namun ada satu makanan yang tidak aku temukan lagi rasanya selain yang di buat oleh mamih, yaitu pindang bumbu merah. Hampir setiap hari aku makan makanan yang sama, namun anehnya bagiku tidak ada rasa bosannya dari masakan mamih. Setiap bulan Ramadhan aku dan mamih selalu membuat kue untuk Lebaran, dan yang pasti selalu ada yaitu Kue Kacang dan Kue Satu asem, itu adalah kue yang wajib ada di setiap lebaran, dan makanan utamanya pasti selalu ada Rendang, dan opor. Pada momen lebaran ini adalah hal yang paling ditunggu oleh mamih, karena disitulah mamih bertemu dengan anak dan cucu, cicitnya. Berbeda dengan bulan Ramadhan pada tahun 2015, yang dimana saat itu dirumah dalam kondisi mati lampu pada tengah malam, Mamih ingin pergi ke toilet untuk buang kecil disaat kami sedang tidur, lalu dia pun jatuh di toilet itu, tanpa ada yang tahu, setelah beberapa hari kemudian, Mamih jatuh sakit dan di rawat, pada saat itu lah keluarga kami mengetahui luka yang ada di kaki mamih itu dikarenakan jatuh pada saat di toilet. Setelah satu minggu lebih, mamih baru di perbolehkan pulang walaupun masih dalam keadaan tidak bisa bangun, dan di situ aku harus mulai belajar tidur sendiri dan menghilangkan kebiasaan untuk memegang telinga Mamih. Sulit sekali untuk adaptasi pada hal ini, karena sangat amat berbeda rasanya. Mamih pun hanya bisa berbaring di kasur dan aku pun sudah tidak Menikmati makanan yang lezat dari olahan Mamih, dari situ pun aku harus makan dengan makanan yang ading di mulutku. Pada saat itu aku selalu berharap mamih bisa segera sembuh, namun beberapa minggu kemudian Mamih harus dilarikan ke Rumah Sakit lagi, dikarenakan kondisi Mamih yang makin memburuk, dan suatu hari tepatnya hari sabtu setelah beberapa lama Mamih dirawat, Mamih berpesan “ Mamih Cuma Kumpul, dan kalo kumpul juga Cuma bisa hari Minggu”. Pada hari ini aku tida diperbolehkan menginap di Rumah Sakit dan yang menginap di sana hanya Nenek dan Mamah ku. Keesokan harinya keluarga di rumah mendapatkan kabar bahwa Mamih sudah tiada tepat pada tanggal 13 September2015, di hari minggu, dimana hari yang ditunggu oleh mamih untuk kumpul bersama keluarga, dan memang, semua keluarga datang ke rumah dan bertemu dengan mamih untuk terakhir kalinya. Pada hari itu adalah hal yang sangat buruk menimpa aku dan pada saat itu pun aku sudah tidak bisa lagi memegang telinga beliau sambil berbaring di sebelahnya, aku tidak bisa memakan makanan yang selalu dia buat dari hati untukku. Aku tidak akan lagi merasakan kasih sayang yang darinya lagi. Aku menganggap beliau seperti orang tua ku karena waktu mamah dan ayahku di pakai untuk bekerja, dan ada satu waktu dimana satu minggu berturut-turut aku tidak melihat mamah dan ayah karena, pada saat ku bangun mamah dan ayah sudah berangkat kerja, dan pada saat ku sudah tidur, mamah dan ayah ku baru pulang kerja. Dari situ lah aku merasa jauh dari mamah dan ayah. Sehingga aku lebih dekat dengan Mamih. Satu hal yang terjadi pada diriku sekarang setelah Mamih tiada Yaitu, aku tidak pernah lagi makan pindang bumbu buatan siapapun itu, karena hanya makanan itu yang mendeskripsikan Mamih yang ada di dalam hati. Selanjutnya aku akan menceritakan tentang diriku,mungkin banyak sekali orang yang bertanya kenapa aku tidak Mirip dengan ayah dan mamah, Aku jelaskan sedikit, aku mempunyai satu kakak laki-laki, dan wajahnya sangat mirip dengan ayah, dan aku sendiri sangat mirip dengan yangkung ku yang berasal dari jawa. Jadi tidak ada yang mirip sama mamah. Hingga detik ini aku mulai terbiasa bisa menjalani keseharianku Tanpa seseorang yang aku anggap ibu sendiri. Dan aku pun tidak akan pernah melupakan hal yang sangat menjadikan keseharian ku berubah seperti sekarang ini. Dari cerita yang aku lampirkan, aku belajar bahwa kasih sayang tulus yang kita berikan, pasti akan selalu teringat sepanjang masa, dan tidak perlu hidup dengan harta melimpah bila kita mencari kebahagiaan, cukup dengan bersama orang yang kita sayang dan menyayangi kita.
Mungkin itu saja yang bisa ku ceritakan, terimakasih atas perhatiannya.