Anda di halaman 1dari 11

ESAI AKADEMIK

ESAI INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS DASAR-DASAR KEMAHIRAN HUKUM

DISUSUN OLEH :
Louisa Audyna Prochorus (2187014)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Hassanain Haykal,S.H.,M.Hum.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2023/2024

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………2
BAB I…………………………………………………………………………………………………………………..…3
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………..3
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………..3
1.2. Identifikasi Masalah………………………………………………………………………………………..4
BAB II……………………………………………………………………………………………………………………5
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………….5
BAB III…………………………………………………………………………………………………………………..9
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………….9
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………..9
3.2. Saran…………………………………………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………….11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai negara hukum pastinya hukum tidak dapat dipisahkan dari
adanya masalah hukum. Dalam hal ini dapat dikatakan jika masalah hukum
tersebut akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Hal tersebut dikarenakan
adanya hubungan antara pola hidup manusia yang satu dengan yang lainnya
sudah berubah. Ciri utama hukum yaitu, hukum selalu berlaku secara universal
untuk semua orang, dimana pun, kapan pun, dan dalam negara apapun tanpa
adanya diskriminasi. Tetapi, sayangnya dalam hal ini masih terdapat
pengecualian yang dinyatakan secara eksplisit serta didasarkan kepada alasan
tertentu. Sehingga hal tersebut dapat diterima dan dibernarkan. 1
Keadilan sosial merupakan suatu hal yang wajib diwujudkan dalam
masyarakat. Dalam hal ini, keadilan tersebut dapat diberikan melalui layanan
kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, pendidikan, dan lain sebagainya. 2
Keadilan sosial pada dasarnya memiliki kedudukan yang sangat penting di
masyarakat. Hal tersebut baik masyarakat kecil ataupun masyarakat besar.
Dalam hal ini, keadilan sosial bukan hanya dinyatakan sebagai salah satu sila
dalam Pancasila, tetapi keadilan sosial pun merupakan suatu hal yang harus
dicapai oleh negara.
Tetapi sayangnya sampai saat ini keadilan sosial tersebut dapat dikatakan
kurang dimengerti oleh masyarakat, baik dari isinya, ataupun praktiknya. Atau
dengan kata lain sampai saat ini masih banyak masyarakat yang tidak paham
mengenai apa itu keadilan sosial. Sehingga pada praktiknya banyak masyarakat
yang tidak melaksanakan keadilan sosial tersebut. Hal tersebut pun
mengakibatkan adanya perbedaan yang jauh antara apa yang dicita-citakan
dengan kenyataan.3
Keadilan sosial menurut Karl Marx diibaratkan seperti alat-alat produksi
yang memiliki sifat sosial. Dalam hal ini artinya alat-alat produksi tersebut wajib
menjadi milik masyarakat (wajib dimiliki oleh setiap masyarakat). Karena alat-
1
Fauzan Faza,De Muhammad Malkadani, Muhammad Devito, Riyan Abdul Aziz, Muhammad Rivan A.F,
Teori Hukum Dan Keadilan Menurut Karl Max, Jurnal Filsafat Terapan (2023) : Forikami, hal. 3
2
Human Rights Careers, Apa Arti Keadilan Sosial, https://www.humanrightscareers.com/issues/what-
does-social-justice-mean/, diakses pada 04 November 2023, pukul 13.20 WIB.
3
Kirdi Dipoyudo, Arti Dan Isi Keadilan Sosial, hal. 683-684.

3
alat produksi itu sendiri dibuat oleh masyarakat dan seharusnya wajib kembali
diberikaan kepada masyarakat melalui kepemilikan bersama.4 Sehingga
seharusnya dalam hal ini tidak ada perlakuan hukum yang dibedakan antar
golongan yang satu dengan golongan yang lain, misalnya antara golongan atas
dengan golongan bawah. Baik golongan atas ataupun golongan bawah,
seharusnya semua berhak untuk mendapatkan hukum yang adil serta setara
antara satu dengan yang lainnya.5
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sebagaimana telah diuraikan di atas, maka
adapun identifikasi masalah yang dijadikan bahan pembahasan, yaitu :
1.2.1. Bagaimana pendapat Karl Marx mengenai teori keadilan sosial?
1.2.2. Apa saja contoh kasus di Indonesia yang memerlukan penyelesaian melalui teori
keadilan sosial?

BAB II
PEMBAHASAN
4
Ibnu Asqori Pohan, Talitha, Yudia, Eksplorasi Kontemporer Konsep Keadilan Karl Marx, Jurnal Dialektika,
Vol.3, No.2, September 2018, hal.26.
5
Deanna, Keadilan Sosial (2), https://binus.ac.id/character-building/2020/06/keadilan-sosial-2/, diakses
pada 04 November 2023, pukul 14.01 WIB.

4
Menurut Karl Marx, manusia merupakan hasil sejarah dari perjuangan kelas yang
akhirnya menghasilkan kelompok borjuis (kelompok dengan golongan menengah ke
atas) dan kelompok proletar (kelompok dengan golongan bawah). Dalam hal ini,
masyarakat yang sadar akan posisinya ada di bagian proletariat, kemudian secara sadar
mereka melakukan berbagai upaya-upaya pemberontakan terhadap kaum borjuasi.
Sehingga hal tersebut dapat dikatakan sebagai konflik kelas. Yang dimana konflik kelas
tersebut dapat menyebabkan perubahan dalam masyarakat. Di sisi lain, dapat dikatakan
jika teori konflik memiliki hubungan yang berkesinambungan antara beberapa konsep.
Konsep-konsep tersebut, yaitu konsep kelas sosial, perubahan sosial, serta kekuasaan
negara.
Jika dilihat dari pendapat Karl Marx, hukum tidak dapat dipisahkan dari ilmu
ekonomi. Tetapi, Karl Marx berkata jika hukum merupakan sebuah instrument yang
dapat digunakan untuk meletimigasi kelas ekonomi tertentu. Dalam hukum,
sebagaimana dikemukakan oleh Karl Marx, persoalan utama dalam hukum bukan
merupakan keadilan. Gagasan yang mencantumkan bahwa hukum merupakan suatu
tatanan keadilan merupakan hal yang dapat dikatakan omong kosong. Hukum juga
dapat dikatakan sebagai bagian dari ideologi kelas dan dapat memicu konflik, bahkan
hal tersebut akan menjadi faktor penyebab keterasingan (Sulaiman, 2013, hlm. 102).
Bagi Karl Marx, hukum merupakan sebuah perwujudan kekuasaan. Sehingga
hukum dapat dilihat dari berbagai sudut suprastuktur ideologis yang berdiri di atas
realitas material yang menguasai alat-alat produksi. Dalam teori yang dikemukakan oleh
Karl Marx, hak merupakan suatu kepentingan pemiliknya dan dalam hal ini persoalan
utama hukum bukan merupakan keadilan. Hal tersebut dikarenakan pada faktanya
hukum hanya akan melayani kepentingan orang golongan atas (orang kaya) saja.
Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan sudah adanya praktik penyalahgunaan
wewenang.
Jika dilihat dari semangat humanisme, dalam hal tersebut Karl Marx menyatakan
jika keadilan merupakan suatu keadaan yang di mana dalam keadaan tersebut sudah
tidak ada lagi yang namanya penindasan serta ekspoitasi manusia terhadap manusia
dan negara. Sehingga, dalam hal ini suatu negara akan dibebani tanggungjawab sosial.
Hal tersebut karena negara pun harus berpihak kepada mereka yang lemah dengan cara
mengikutsertakan mereka dengan aktif dalam pengambilan keputusan dalam berbagai
bidang. Misalnya, bidang ekonomi, bidang politik, dan bidang kultural. Dan dalam hal ini

5
pun negara dituntut untuk wajib berlaku adil terhadap semua warga negaranya tanpa
adanya diskriminasi terhadap pihak mana pun. Hal tersebut harus dilakukan guna
membangun demokrasi yang berperikemanusiaan serta berkeadilan sosial. 6
Contoh kasus yang memerlukan penyelesaian dengan penerapan teori keadilan
sosial, misalnya kasus Nenek Minah. Yang dimana kasus tersebut berawal dari Nenek
Minah yang memetik 3 buah kakao di atas pohon perkebunan yang menjadi tempatnya
bekerja. Nenek Minah memetik 3 buah kakao tersebut dengan alasan untuk disemai
sebagai bibit pada tanah yang beliau garap. Lalu, setelah 3 buah kakao tersebut dipetik
beliau pun langsung menyimpan kakao tersebut dibawah pohon. Tetapi, selang
beberapa menit mandor dari perbukanan tersebut menegur Nenek Minah. Hal tersebut
dikarenakan mandor tersebut melihat 3 buah kakao tergeletak di bawah pohon. Nenek
Minah pun langsung mengakui jika hal tersebut merupakan perbuatannya, dan beliau
pun langsung mengembalikan 3 buah kakao tersebut kepada sang mandor.
Sekitar seminggu kemudian, hal yang tak terduga pun datang. Nenek Minah
kemudian menerima surat panggilan dari kepolisian atas dugaan kasus pencurian.
Pemeriksaan pun berjalan sampai kasus tersebut dibawa ke dalam meja hijau di
Pengadilan Negeri Purwokerto. Ketika persidangan berlangsung, banyak media yang
melihat jika Nenek Minah menghadiri persidangan tersebut hanya sendiri atau dapat
dikatakan tidak didampingi kuasa hukum. Hal tersebut lantaran Nenek Minah diduga
tidak memiliki uang untuk membayar kuasa hukum.
Dan karena hal tersebut, Nenek Minah didakwa atas kasus pencurian (Pasal 362
KUHP) terhadap 3 buah kakao yang jika ditimbang yaitu seberat 3 kg beserta dengan
perhitungan harga sebesar Rp. 2.000 / kg. Pada akhirnya, Majelis Hakim Pengadilan
negeri Purwokerto pada saat itu memutuskan jika Nenek Minah dijatuhi hukuman
penjara selama 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan 3 bulan. Karena adanya
peristiwa dengan Nomor Perkara 247/PID.B/2009/PN.Pwt tersebut, banyak menyita
perhatian publik. Hal tersebut dikarenakan adanya kasus kecil tetapi tetap diproses
hukum sampai ke meja hijau (pengadilan).
Jika dilihat dari kasus Nenek Minah tersebut, dapat disimpulkan jika seharusnya
dalam hal ini kasus tersebut sebenarnya dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Hal ini
dikarenakan menurut pendapat saya, apa yang dilakukan Nenek Minah bukan
merupakan hal yang dapat berakibat fatal. Kalau pun hal tersebut dapat dikatakan
6
Pohan, I. A., Talitha, T., & Yudia, Y. (2018), Eksplorasi Kontemporer Konsep Keadilan Karl Marx, Dialektika, :
Jurnal Ekonomi dan Ilmu Sosial, 3(2), hal. 19–33.

6
berakibat fatal, seharusnya dalam hal ini, pihak yang melaporkan (mandor) dapat
memeriksa atau dapat menyelidiki hal tersebut terlebih dahulu. Dan sebaliknya, bukan
langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib lantaran hal
tersebut dianggap kasus pencurian. Jangan hanya semata-mata karena Nenek Minah
merupakan masyarakat golongan bawah, maka masyarakat yang lain dapat berbuat
semena-mena kepada beliau. Sehingga dapat dikatakan jika kasus Nenek Minah tersebut
tidak sebanding dengan kasus lainnya yang ada di Indonesia.7
Salah satu contoh kasusnya yaitu, kasus korupsi dana bansos yang dilakukan oleh
Ketua DPRD Bengkalis yang bernama Heru Wahyudi. Pada kasus tersebut dikatakan jika
dana bansos yang diberikan sebesar Rp. 230 miliar. Tetapi karena adanya korupsi dari
dana tersebut, maka dalam hal ini negara mengalami kerugian sebesar Rp. 31 miliar.
Majelis Hakim dalam hal ini memvonis hukuman yang lebih ringan jika dilihat dari
tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Majelis Hakim dalam hal ini hanya menjatuhkan vonis
hukuman penjara selama 6 bulan dan mewajibkan terdakwa untuk membayar denda
sebesar Rp. 50 juta dengan subsider 2 bulan penjara. Selain itu, dalam hal ini terdakwa
pun wajib menggantikan uang sebesar Rp. 15 juta.
Vonis tersebut bertolak belakang dengan tuntutan Jaksa. Yang dimana dalam
kasus tersebut Jaksa menuntut terdakwa dengan pidana penjara selama 8 tahun 6 bulan
dan berikut dengan denda sebesar Rp. 500 juta subsider 6 bulan penjara. Selain itu,
Jaksa pun mewajibkan terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp. 385 juta
dan dengan catatan jika terdakwa tidak membayar, maka setelah vonis 1 bulan harta
benda dari terdakwa akan disita untuk dilelang dan hasilnya akan digunakan untuk
menutupi uang pengganti.8
Sehingga jika dilihat dan dibandingkan dari kedua kasus tersebut, memang
benar dalam hal penegakkan hukum, sampai saat ini kurang adanya keadilan dalam
penegakkan hukum di Indonesia. Hal tersebut nampak dari kedua kasus diatas, yang
dimana seorang nenek dari golongan bawah dijatuhi hukuman penjara selama 1 bulan
15 hari. Padahal jika dilihat dari kasusnya, kasus tersebut dapat di selidiki terlebih
dahulu, apakah benar Nenek Minah dalam hal ini sudah memiliki niat mencuri atau

7
Ferinda K Fachri, Kasus Nenek Minah, Pembuka Fenomena Penerapan Restorative Justice,
https://www.hukumonline.com/berita/a/kasus-nenek-minah--pembuka-fenomena-penerapan-
restorative-justice-lt64ad8fa40c796/#!, diakses pada 04 November 2023, pukul 15.40 WIB.
8
M. Syukur, Kasus Korupsi Rp. 31 M, Ketua DPRD Bengkalis Divonis 1,5 Tahun Bui,
https://www.liputan6.com/regional/read/2974957/kasus-korupsi-rp-31-m-ketua-dprd-bengkalis-
divonis-15-tahun-bui?page=2, diakses pada 04 November 2023, pukul 15.55 WIB.

7
tidak. Atau dengan kata lain kasus tersebut sebenarnya dapat diselesaikan secara
kekeluargaan terlebih dahulu. Sedangkan kasus korupsi bansos yang dilakukan oleh
Ketua DPRD Bengkalis yang bernama Heru Wahyudi (berasal dari golongan atas) dan
hal tersebut merugikan negara, putusan dari kasus tersebut dapat dikatakan tidak adil.
Sehingga, dalam hal ini dapat disimpulkan jika memang benar hukum tajam ke bawah
dan tumpul ke atas. Dan dalam hal ini pun dibutuhkan adanya penyelesaian melalui
teori keadilan sosial.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
8
Sebagai negara hukum pastinya hukum tidak dapat dipisahkan dari adanya
masalah hukum. Dalam hal ini dapat dikatakan jika masalah hukum tersebut akan selalu
berubah dari waktu ke waktu. Hal tersebut dikarenakan adanya hubungan antara pola
hidup manusia yang satu dengan yang lainnya sudah berubah. Ciri utama hukum yaitu,
hukum selalu berlaku secara universal untuk semua orang, dimana pun, kapan pun, dan
dalam negara apapun tanpa adanya diskriminasi.

Keadilan sosial pada dasarnya memiliki kedudukan yang sangat penting di


masyarakat. Hal tersebut baik masyarakat kecil ataupun masyarakat besar. Dalam hal
ini, keadilan sosial bukan hanya dinyatakan sebagai salah satu sila dalam Pancasila,
tetapi keadilan sosial pun merupakan suatu hal yang harus dicapai oleh negara. Tetapi
sayangnya sampai saat ini keadilan sosial tersebut dapat dikatakan kurang dimengerti
oleh masyarakat, baik dari isinya, ataupun praktiknya.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Karl Marx, hak merupakan suatu
kepentingan pemiliknya dan dalam hal ini persoalan utama hukum bukan merupakan
keadilan. Hal tersebut dikarenakan pada faktanya hukum hanya akan melayani
kepentingan orang golongan atas (orang kaya) saja. Sehingga dalam hal ini dapat
dikatakan sudah adanya praktik penyalahgunaan wewenang. Jika dilihat dari semangat
humanisme, dalam hal tersebut Karl Marx menyatakan jika keadilan merupakan suatu
keadaan yang di mana dalam keadaan tersebut sudah tidak ada lagi yang namanya
penindasan serta ekspoitasi manusia terhadap manusia dan negara.

Tetapi, sayangnya dalam hal ini masih banyak masyarakat yang tidak
menerapkan sistem keadilan. Contoh kasus yang tidak menerapkan keadilan yaitu,
kasus yang dialami oleh Nenek Minah yang dimana putusannya tidak sebanding jika
dibandingkan dengan kasus korupsi yang dilakukan oleh Ketua DPRD yang bernama
Heru Wahyudi. Dan karena adanya kasus tersebut, maka seharusnya kasus tersebut
dapat diselesaikan melalui penerapan teori keadilan sosial.

3.2. Saran

Dalam hal ini sebaiknya aparat penegak hukum dapat lebih teliti dalam
memutuskan setiap perkara yang ada dan harus adil dalam mengambil suatu keputusan.
Jangan sampai karena keputusan yang diambil, maka keputusan tersebut dapat
merugikan orang lain. Dan di sisi lain, seharusnya negara membuat sanksi yang tegas

9
terkait dengan permasalahan hukum yang ada. Atau dalam hal ini dapat dikatakan
bukan hanya hukumnya saja yang ada tetapi diperlukan juga penegakkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Fauzan Faza,De Muhammad Malkadani, Muhammad Devito, Riyan Abdul Aziz,


Muhammad Rivan A.F, Teori Hukum Dan Keadilan Menurut Karl Max, Jurnal Filsafat
Terapan (2023) : Forikami, hal. 3

10
Human Rights Careers, Apa Arti Keadilan Sosial,
https://www.humanrightscareers.com/issues/what-does-social-justice-mean/, diakses
pada 04 November 2023, pukul 13.20 WIB.
Kirdi Dipoyudo, Arti Dan Isi Keadilan Sosial, hal. 683-684.
Ibnu Asqori Pohan, Talitha, Yudia, Eksplorasi Kontemporer Konsep Keadilan Karl
Marx, Jurnal Dialektika, Vol.3, No.2, September 2018, hal.26.
Deanna, Keadilan Sosial (2),
https://binus.ac.id/character-building/2020/06/keadilan-sosial-2/, diakses pada 04
November 2023, pukul 14.01 WIB.
Pohan, I. A., Talitha, T., & Yudia, Y. (2018), Eksplorasi Kontemporer Konsep
Keadilan Karl Marx, Dialektika, : Jurnal Ekonomi dan Ilmu Sosial, 3(2), hal. 19–33.
Ferinda K Fachri, Kasus Nenek Minah, Pembuka Fenomena Penerapan Restorative
Justice, https://www.hukumonline.com/berita/a/kasus-nenek-minah--pembuka-
fenomena-penerapan-restorative-justice-lt64ad8fa40c796/#!, diakses pada 04
November 2023, pukul 15.40 WIB.
M. Syukur, Kasus Korupsi Rp. 31 M, Ketua DPRD Bengkalis Divonis 1,5 Tahun Bui,
https://www.liputan6.com/regional/read/2974957/kasus-korupsi-rp-31-m-ketua-
dprd-bengkalis-divonis-15-tahun-bui?page=2, diakses pada 04 November 2023, pukul
15.55 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai