Anda di halaman 1dari 3

PPh 23 PAJAK ATAS ROYALTI

Yuli Widiyana (22100024)

STIE AL-ANWAR MOJOKERTO Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi

Pajak menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak
adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Sotarduga
Sihombing, 2020). Salah satu pengenaan pajak yang akan dibahas di sini yaitu tentang Pajak atas
Penghasilan (PPh). Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima dalam satu tahun pajak. (Pasal 1 UU No. 36 Tahun 2008). Undang-undang ini mengatur
pengenaan pajak penghasilan terhadap Subjek Pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek Pajak tersebut dikenakan pajak apabila menerima
atau memperoleh penghasilan (Salim, 2019). Adapun berbagai macam pasal dalam pemotongan
pajak penghasilan salah satunya yaitu dimuat pada PPh pasal 23. PPh 23 merupakan pajak
penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah di potong Pajak Penghasilan Pasal 21 (Mustaqiem, 2014).

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pajak adalah kontribusi yang wajib dibayarkan bagi wajib
pajak dan juga diberlakukannya pemotongan atas penghasilan yang diterima subyek pajak.
Sedangkan dalam PPh pasal 23 pengenaan pajaknya diberlakukan atas modal, penyerahan jasa,
royalti, sewa dan lain-lain.

Pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan dengan mengalikan tarif PPh Pasal 23 dengan nilai Dasar
Pengenaan Pajak (DPP). DPP PPh Pasal 23 adalah nilai atas imbalan sehubungan dengan jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang dipotong dari jumlah
bruto tidak termasuk PPN. Terdapat dua jenis tarif pajak yang dikenakan atas PPh Pasal 23 yaitu
sebesar 2% dan 15%. Objek PPh Pasal 23 yang dikenai tarif sebesar 2% berasal dari sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta selain penghasilan yang dikenai PPh Final
dan imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21. Sementara itu, objek PPh Pasal 23 yang
dikenai tarif sebesar 15% adalah dividen, bunga, royalti, dan hadiah selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21 (Aji, 2022). Dalam hal ini penulis akan memfokuskan pada pengenaan pajak atas
royalti seperti yang tertera pada objek pajak PPh pasal 23. Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun
2008 tentang PPh, royalti didefinisikan sebagai suatu jumlah yang dibayar atau terutang yang
dilakukan secara berkala maupun tidak untuk dijadikan sebagai imbalan atas beberapa hal, yaitu
bidang yang mencakup kesenian, kesusastraan, karya ilmiah, paten, desain, model rencana, dan
merek dagang; pemberian dan penggunaan atas informasi di bidang ilmiah atau komersial,
gambar atau rekaman suara yang disalurkan melalui satelit; pemberian bantuan yang sehubungan
dengan rekaman; serta penggunaan suatu radio komunikasi (Pajak.com, 2022). Royalti
merupakan salah satu hal yang dikategorikan dalam jenis penghasilan pada objek pajak. Oleh
sebab itu, pajak royalti merupakan salah satu pungutan wajib yang dikenakan atas penghasilan
royalti dan diterima oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi. Pada PPh pasal 23, suatu
yang dikenakan royalti merupakan imbalan yang diperoleh wajib pajak. Pajak yang diterima atas
royalti adalah pajak yang masuk dalam kategori Pajak Penghasilan (klikpajak.id, 2023).

Maka dapat diartikan bahwa PPh 23 menjelaskan pengenaan tarif pajak yang berbeda pada objek
pajak yakni berkisar antara 2% dan 15%. Dalam hal ini royalti yang menjadi fokus pembahasan
termasuk objek pajak yang dikenakan tarif sebesar 15%. Royalti adalah uang jasa yang
dibayarkan atas barang yang diproduksi kepada pihak pemilik hak paten atau pemilik hak terkait
dan dapat diartikan juga sebagai imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau
produk yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait. Oleh sebab itu royalti adalah jenis
penghasilan pajak yang dikenakan kepada wajib pajak badan dan pribadi.

Daftar Pustaka

Aji, P. W. (2022). Landasan Teori.


klikpajak.id. (2023). Royalti.
Mustaqiem. (2014). Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia.
Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta.
Pajak.com. (2022). Memahami Definisi, Tarif dan Perhitungan Pajak Royalti.
Salim, A. (2019). Dasar-dasar Perpajakan (Berdasarkan UU & Peraturan Perpajakan
Indonesia). Palu: LPP-Mitra Edukasi.
Sotarduga Sihombing, S. A. (2020). Perpajakan Teori dan Aplikasi. Bandung: Widina Bhakti
Persada Bandung.
Dalam hal ini penulis ingin mendalami pengenaan pajak royalti dalam PPh pasal 23. Berdasarkan
UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh, royalti didefinisikan sebagai suatu jumlah yang dibayar
atau terutang yang dilakukan secara berkala maupun tidak untuk dijadikan sebagai imbalan atas
beberapa hal, yaitu bidang yang mencakup kesenian, kesusastraan, karya ilmiah, paten, desain,
model rencana, dan merek dagang; pemberian dan penggunaan atas informasi di bidang ilmiah
atau komersial, gambar atau rekaman suara yang disalurkan melalui satelit; pemberian bantuan
yang sehubungan dengan rekaman; serta penggunaan suatu radio komunikasi.

Royalti merupakan salah satu hal yang dikategorikan dalam jenis penghasilan pada objek pajak.
Oleh sebab itu, pajak royalti merupakan salah satu pungutan wajib yang dikenakan atas
penghasilan royalti dan diterima oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi. Pada PPh
pasal 23, suatu yang dikenakan royalti merupakan imbalan yang diperoleh wajib pajak. Pajak
yang diterima atas royalti adalah pajak yang masuk dalam kategori Pajak Penghasilan (PPh).

Royalti adalah jenis penghasilan pajak yang dikenakan kepada wajib pajak badan dan pribadi.
PPh pasal 23 adalah pajak penghasilan atas royalti. "Mempercepat idelologi di dalam tubuh
bangsa ini adalah tujuan utama gerakan revolusi yang terjadi saat ini. Gerakan ini mendorong
perkembangan sosial ekonomi melalui langkah-langkah yang konkret dan berkelanjutan. Oleh
karena itu, pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia menjadi fokus utama
pemerintah dalam mempercepat perubahan positif di semua sektor."

Anda mungkin juga menyukai