Anda di halaman 1dari 43

12/4/2023

Penurunan Kualitas Beton dan Baja


Tulangan pada Struktur Bangunan Gedung
serta Konsep Praktis Penanganannya

Prof. Iswandi Imran

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan


Institut Teknologi Bandung (ITB)
Jl. Ganesha 10, Bandung (40132)

Bimbingan Teknis Seri 6, 2023

Outline

1 Pendahuluan
2 Spesifikasi Mutu Material Beton Bertulang

3 Contoh Kasus Penurunan Kualitas Beton pada Pelaksanaan


Konstruksi beserta Evaluasi Penyebabnya
4 Berbagai Contoh Bentuk Penanganan

5 Penutup

1
12/4/2023

Pendahuluan

Konsep Penyelenggaraan Konstruksi Bangunan


Gedung

Karena tingginya biaya konstruksi bangunan gedung,


konstruksi yang terbangun haruslah konsisten & berkualitas
tinggi sehingga dapat memberikan umur layan yang panjang

 Diperlukan QA dan QC di setiap tahapan konstruksi

Sebagai contoh pada pelaksanaan konstruksi beton.


Konstruksi beton biasanya dicirikan oleh tingginya jumlah
pekerja yang terlibat di lapangan, sehingga memerlukan
penerapan QA dan QC yang komprehensif dan konsisten
disetiap item pekerjaan yang ada

2
12/4/2023

Penjaminan dan Pengendalian Mutu pada


Pelaksanaan Konstruksi

Penjaminan mutu dicapai lewat perencanaan dan pengawasan dalam


proses pelaksanaan konstruksi. Tujuan akhirnya adalah mencegah terjadinya
defect pada konstruksi yang dihasilkan. Tools yang diperlukan sistem
managemen, prosedur dan tolok ukur (serta toleransi).

Pengendalian mutu dicapai lewat pengecekan/pengukuran kualitas


konstruksi yang dihasilkan (termasuk bahan-bahan konstruksi yang
digunakan) dan dibandingkan hasilnya terhadap rencana, serta dilakukan
koreksi bila ditemukan deviasi (termasuk koreksi untuk pekerjaan
berikutnya). Tujuannya adalah untuk memastikan ada tidak adanya defects
pada konstruksi yang dihasilkan (termasuk bahan konstruksi yang
digunakan)  agar diperoleh konstruksi yang sesuai rencana dan memiliki
mutu yang tinggi. Cara kerja mencakup penerapan berbagai bentuk
pengujian, pengecekan dan pengukuran yang diperlukan untuk
mengidentifikasi bila ada hal yang tidak sesuai.

Penjaminan versus Pengendalian Mutu


Konstruksi

Penjaminan Mutu Pengendalian Mutu


Menspesifikasikan standar Memverifikasi pemenuhan thd standar
Mendefinisikan metodologi Memastikan penerapannya yang sesuai
Menetapkan proses dan prosedur Memilih sub-kon, bahan dll sesuai
pemilihan sub-kon, bahan dll standar

Yang dikontrol mencakup personil, peralatan, bahan, metoda kerja dan pelaksanaan

3
12/4/2023

Karakteristik yang Diukur

Karakteristik Parameter
Akurasi atau ketepatan Deviasi Standar
Kesesuaian Toleransi
Kelengkapan dan kecukupan Jumlah, Kesesuaian thd rencana
Reliabilitas Kerawanan untuk terjadi kegagalan

Besaran yang dinilai: Geometri, Tampak (retak dll), Konfigurasi, Jenis, Jumlah, Mutu
dll. Tools yang dapat digunakan:
- Checklist
- Visual
- Pengukuran
- Pengujian (sesuai standar)

Deviasi versus Toleransi

Ukuran Nominal lnom

lmeasure
Deviasi
Ukuran aktual Aktual

Batas deviasi (-) Batas deviasi (+)

Toleransi T

4
12/4/2023

Spesifikasi Mutu Material Beton Bertulang

Spesifikasi Pelaksanaan

• Spesifikasi pelaksanaan haruslah lengkap,akurat dan


relevan dengan proyek yang dicakup
• Spesifikasi bahan haruslah sesuai dengan peruntukan
(misal untuk bangunan tahan gempa)
• Gambar detil dan standar drawing harus lengkap dan
konsisten dengan ketentuan SNI terkait
• Spesifikasi juga harus dilengkapi dengan persyaratan
pemenuhan dan bentuk-bentuk inspeksi yang harus
dilakukan  mengacu SNI terkait
• Sebagai contoh, untuk pekerjaan beton SNI 2847:2019
Pasal 26 dapat dijadikan acuan dalam penyusunan
dokumen pelaksanaan pekerjaan beton

5
12/4/2023

Beberapa Ketentuan Material Beton Bertulang

• Kuat tekan beton minimum untuk elemen struktur non


penahan gempa f’c = 17 MPa dan untuk penahan
gempa (SRPMK dan SDSK) f’c = 21 MPa;
• Baja tulangan yang digunakan haruslah tulangan ulir.
Baja tulangan polos hanya diperkenankan untuk
tulangan spiral;
• Karakteristik material baja tulangan diatur secara
khusus
• Tulangan pengekang dapat menggunakan baja
tulangan mutu 700 MPa (Namun, batasan kuat leleh
desain sebagai tulangan geser tetap diambil 420 MPa).

Ketentuan Mengenai Material Beton

6
12/4/2023

Persyaratan Material Baja Tulangan


Baja tulangan untuk struktur umum dapat menggunakan BjTS
420A. Khusus untuk SRPMK dan SDSK, agar mengacu pada
Pasal 20.2.2.5 sbb:
SNI 2052:2017

Contoh Persyaratan Baja Tulangan untuk


Konstruksi Tahan Gempa

s
Tegangan (MPa) Kuat tarik aktual
> 0,25 sy
su
Runtuh

sy

Kuat leleh aktual


f y nominal
< 125 MPa
E
1 Perpanjangan
Perpanjangan leleh maksimum
e
ey Regangan emaks

7
12/4/2023

Signifikansi Parameter Baja Tulangan

• Kuat lebih  diatur untuk menjamin terjaganya hirarki


• Rasio kuat ultimit thd kuat leleh (hardening) diatur u
menjamin perambatan zona plastis (perilaku elemen lebih
daktil)
• Elongasi  menjamin pencapaian daktilitas elemen

Contoh Kasus Penurunan Kualitas Beton

8
12/4/2023

Permasalahan Kualitas Pekerjaan Beton

• Hasil pekerjaan beton di lapangan dapat dinilai dengan


berbagai metoda (terutama bila ada permasalahan/kegagalan),
diantaranya:
- Observasi Visual
- Uji Non Destructive (Hammer, UPV dll.)
- Uji Semi Destructive (Core sample)
• Selama pelaksanaan, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mengevaluasi hasil pekerjaan beton di lapangan, yaitu:
- Hasil uji sampel silinder kontrol yang dirawat secara standar
- Hasil uji sampel silinder yang dirawat di lapangan
- Uji maturity beton dan lain-lain

Observasi Visual
• Beton merupakan material yang dapat memberikan bentuk “early
warning” bila ada masalah.
• Bentuk early warning tersebut dapat berupa:
- Keretakan di permukaan
- Honey comb (keropos)
- Deformasi yang berlebihan
- Delaminasi
- Rongga-rongga di permukaan dan lain lain
• Bentuk-bentuk early warning tersebut dapat teridentifikasi melalui
observasi visual dan jangan diabaikan  dapat dikembangkan
diagnosa nya
• Penyebab permasalahan dapat berasal dari desain, material atau
pelaksanaan

9
12/4/2023

Berbagai Permasalahan yang Dibahas

• Permasalahan Kuat Tekan Terpasang yang Drop


(khususnya pada elemen tekan atau kolom)
• Permasalahan Retak Struktur (misal pada pelat)
• Permasalahan Keropos atau Honeycomb
• Permasalahan Sambungan Konstruksi
• Permasalahan Retak Susut

Permasalahan Kuat Tekan Terpasang yang Drop

Konsekuensi:
- Keamanan struktur bangunan berkurang
- Durabilitas struktur bangunan berkurang
- Dalam kondisi drop yang ekstrim, elemen tekan dapat
memperlihatkan keretakan sejajar sumbu elemen

10
12/4/2023

Permasalahan Kuat Tekan Terpasang yang Drop

Kemungkinan Penyebab:
- Pemahaman yang kurang terkait kuat tekan
spesifikasi dan kuat tekan terpasang
- Tidak memadainya perawatan yang dilakukan di
lapangan (efektifitas perawatan tidak pernah diukur)
- Beton mengalami segregasi (terdapat variasi kuat
tekan terpasang di tingkat2 bangunan yang berbeda)
- Pemadatan beton yang kurang memadai (kelecakan
yang kurang)
- Kelebihan atau penambahan air (misal karena beton
sulit dipompa dll.)
- Pengujian kuat tekan terpasang yang kurang tepat

Permasalahan Kuat Tekan Terpasang yang Drop

Kemungkinan Penyebab:
- Pemahaman yang kurang terkait kuat tekan
spesifikasi dan kuat tekan terpasang
- Tidak memadainya perawatan yang dilakukan di
lapangan (efektifitas perawatan tidak pernah diukur)
- Beton mengalami segregasi (terdapat variasi kuat
tekan terpasang di tingkat2 bangunan yang berbeda)
- Pemadatan beton yang kurang memadai (kelecakan
yang kurang)
- Penambahan air karena beton sulit dipompa dll.
- Pengujian kuat tekan terpasang yang kurang tepat

11
12/4/2023

Kuat Tekan Spesifikasi f’c, fcr dan Kuat Tekan Aktual


 Berdasarkan Pasal 19.2.1.1, nilai f’c harus memenuhi batasan kekuatan
tekan yang dipersyaratkan SNI, persyaratan durabilitas dan persyaratan
kekuatan struktur
 f’c adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (Pasal 2.2)
 Proporsioning dan penerimaan nilai f’c harus didasarkan pada uji silinder
control yang dibuat dan dirawat secara standar (Pasal 26.4.3.1 dan 26.12)
 f’c =kuat tekan potensial/ideal/spesifikasi
 Proporsioning campuran beton dilakukan berdasarkan nilai kuat tekan
rata-rata fcr yang dihitung berdasarkan nilai standar deviasi (SD) yang
mewakili kondisi pekerjaan (SNI 6880-2016), yaitu:
fcr = f’c + k SD
 Kuat tekan terpasang diperoleh dari hasil uji sampel core yang diambil
dari struktur
 Kuat tekan spesifikasi f’c (yang dibuat secara ideal) pada dasarnya tidak
sama dengan kuat tekan aktual atau terpasang (pada struktur)  ada
perbedaan pada proses pengecoran, pemadatan dan perawatan

Kuat Tekan Rata-rata fcr


Standar deviasi (SD) sering kali diambil terlalu rendah (hanya
menggambarkan variabilitas di plant). Berdasarkan SNI 6880-
2016, SD harus ditentukan berdasarkan catatan pengujian
sampel beton yang mewakili material, prosedur pengendalian
kualitas, dan kondisi iklim yang serupa dengan yang diestimasi
dalam pekerjaan. Bila data SD tidak tersedia, dapat digunakan
Tabel 13 berikut.

Berdasarkan SNI 6880-2016 Pasal 4.2.3.5, idealnya perlu


dilakukan verifikasi lapangan terhadap proporsi campuran
yang akan digunakan (misal melihat efek dari metoda
pengecoran dll).

12
12/4/2023

Permasalahan Kuat Tekan Terpasang yang Drop

Kemungkinan Penyebab:
- Pemahaman yang kurang terkait kuat tekan
spesifikasi dan kuat tekan terpasang
- Tidak memadainya perawatan yang dilakukan di
lapangan (efektifitas perawatan tidak pernah diukur)
- Beton mengalami segregasi (terdapat variasi kuat
tekan terpasang di tingkat2 bangunan yang berbeda)
- Pemadatan beton yang kurang memadai (kelecakan
yang kurang)
- Penambahan air karena beton sulit dipompa dll.
- Pengujian kuat tekan terpasang yang kurang tepat

Pengaruh Perawatan thd Kekuatan

Moist cured secara


Kekuatan

menerus

Dikeluarkan setelah 7
hari
100% Dikeluarkan setelah 3
hari
Dirawat di udara
terbuka secara menerus

Ps 26.5.3.2 butir a  perawatan beton


minimal selama 7 hari pertama
28 Waktu (hari)

13
12/4/2023

Jenis Sampel Benda Uji dan Kegunaannya

Ada dua jenis sampel yang idealnya dipersiapkan:


1. Sampel yang dirawat secara standar
2. Sampel yang dirawat di lapangan

Sampel yang dirawat secara standar: Sampel yang dirawat di lapangan:


1. Penentuan kesiapan elemen
1. Untuk penerimaan f’c (pasal struktur yg terwakili u dibebani
26.12) 2. Pembanding thd uji standar
2. Pengecekan kebenaran proporsi
campuran yang digunakan cured/bentuk uji in-place lain
3. Kontrol kualitas pekerjaan 3. Kecukupan bentuk perawatan
(Ps 26.5.3.2 butir e)
4. Dasar untuk pelepasan
bekisting dan shoring (Ps.
26.11.2.1)

Concrete Maturity (ASTM C-1074)

Metoda alternatif untuk


menentukan evolusi kuat
tekan beton terpasang
 dapat dipakai juga utk
prediksi f’c dan menilai
efektivitas perawatan

14
12/4/2023

Permasalahan Kuat Tekan Terpasang yang Drop

Kemungkinan Penyebab:
- Pemahaman yang kurang terkait kuat tekan
spesifikasi dan kuat tekan terpasang
- Tidak memadainya perawatan yang dilakukan di
lapangan (efektifitas perawatan tidak pernah diukur)
- Beton mengalami segregasi (terdapat variasi kuat
tekan terpasang di tingkat2 bangunan yang berbeda)
- Pemadatan beton yang kurang memadai (kelecakan
yang kurang)
- Penambahan air karena beton sulit dipompa dll.
- Pengujian kuat tekan terpasang yang kurang tepat

Bentuk Segregasi akibat Beton yang Kurang Kohesif

Dampak segregasi:
• Variasi nilai kuat tekan beton aktual
cendrung lebar
• Variasi sifat fisik, seperti berat jenis
aktual, cendrung lebar
Banyak contoh pengaruh segregasi pada
pengecoran bangunan tinggi.

15
12/4/2023

Permasalahan Kuat Tekan Terpasang yang Drop

Kemungkinan Penyebab:
- Pemahaman yang kurang terkait kuat tekan
spesifikasi dan kuat tekan terpasang
- Tidak memadainya perawatan yang dilakukan di
lapangan (efektifitas perawatan tidak pernah diukur)
- Beton mengalami segregasi (terdapat variasi kuat
tekan terpasang di tingkat2 bangunan yang berbeda)
- Pemadatan beton yang kurang memadai (kelecakan
yang kurang)
- Penambahan air karena beton sulit dipompa dll.
- Pengujian kuat tekan terpasang yang kurang tepat

Kompaksi versus Kekuatan


• Semakin jelek kompaksi, semakin tinggi jumlah udara
yang terperangkap  void meningkat
• Tambahan void 2 %, dapat menurunkan kuat tekan
beton hingga 10 %  selain itu berdampak juga pada
durabilitas beton
• Kompaksi yang ideal dapat dicapai bila campuran
beton segar memiliki kelecakan yang baik

16
12/4/2023

Permasalahan Kuat Tekan Terpasang yang Drop

Kemungkinan Penyebab:
- Pemahaman yang kurang terkait kuat tekan
spesifikasi dan kuat tekan terpasang
- Tidak memadainya perawatan yang dilakukan di
lapangan (efektifitas perawatan tidak pernah diukur)
- Beton mengalami segregasi (terdapat variasi kuat
tekan terpasang di tingkat2 bangunan yang berbeda)
- Pemadatan beton yang kurang memadai (kelecakan
yang kurang)
- Penambahan air karena beton sulit dipompa dll.
- Pengujian kuat tekan terpasang yang kurang tepat

Pengujian Kuat Tekan Terpasang yang Kurang Tepat


Menggunakan metoda yang tidak valid
Prosedur pengambilan dan pengujian kuat tekan
sample core yang kurang tepat sering juga menjadi
penyebab drop nya mutu beton. Hal-hal yang pernah
ditemukan diantaranya:
- Sample core yang dinding silindernya wobbling
- Penggunaan angka koreksi diameter yg kurang tepat
- Pola keruntuhan tidak terdokumentasi
- Berat jenis sample tidak terdokumentasi
- Kapasitas mesin tekan yang berlebihan (misal
kapasitas 300 ton untuk menguji sample 5 ton)
- Sample core yang terlihat cacat
- SOP capping yang kurang tepat

17
12/4/2023

Ketentuan untuk Benda Uji Core Drill

SNI 2847 Ps. 26.12.4.1 ASTM C42

Hal-hal Lain yang Seharusnya Dievaluasi

a. Kondisi fisik benda uji silinder (rongga2 besar, retak,


cacat, gompal, separasi pada ITZ dll)  sebelum
pengujian
b. Nilai dan variasi berat jenis beton  apakah ada
indikasi segregasi
c. Pola keruntuhan benda uji (premature atau bukan)
d. Bidang fraktur  apakah mengandung void besar,
sebaran AK (indikasi segregasi), bidang fraktur
memotong atau mengitari AK?

18
12/4/2023

Permasalahan Keretakan Struktur pada Pelat

Konsekuensi:
- Dapat mempengaruhi kenyamanan (getaran, defleksi
dll) , integritas dan durabilitas struktur
- Bila penyebabnya adalah kondisi penulangan yang
tidak sesuai  struktur harus diperkuat

COVER BETON BERLEBIHAN


RETAK PELAT

Tulangan Pelat yang Tidak Terjaga Posisinya

19
12/4/2023

Permasalahan Keretakan Struktur pada Pelat

Kemungkinan penyebab:
- Aspek desain:
• tidak dilakukan pengecekan lebar retak
• desain penulangan yang tidak memadai
- Aspek pelaksanaan:
• posisi penulangan atas pelat yang turun
(tumpuan atau ikatan yang tidak memadai)
- Aspek operasional:
• beban berlebih

Permasalahan Keropos, Honeycomb, Rongga

Konsekuensi:
- Honey comb atau keropos dapat mempengaruhi
integritas, kekuatan dan durabilitas struktur
- Dalam kondisi keropos yang menyeluruh, struktur
beton terkait tidak dapat diperbaiki harus dibongkar

20
12/4/2023

Permasalahan Keropos, Honeycomb, Rongga

Permasalahan Keropos atau Honeycomb

Kemungkinan penyebab adalah pemahaman yang


kurang terkait:
- Nilai slump versus workabilitas
- Slump saat mix design versus slump untuk konstruksi
- Pemilihan slump untuk kontruksi sebagai fungsi
kerapatan tulangan
- Pemilihan ukuran maksimum agregat sebagai fungsi
kerapatan tulangan

21
12/4/2023

Permasalahan Keropos atau Honeycomb

Kemungkinan penyebab adalah pemahaman yang


kurang terkait:
- Nilai slump versus workabilitas
- Slump saat mix design versus slump untuk konstruksi
- Pemilihan slump untuk kontruksi sebagai fungsi
kerapatan tulangan
- Pemilihan ukuran maksimum agregat sebagai fungsi
kerapatan tulangan

Pemilihan Nilai Slump

- Nilai slump yang tinggi belum tentu mengindikasikan


bahwa sifat workability nya juga tinggi
- Nilai slump untuk pekerjaan beton terkadang diambil
terlalu rendah. Akibatnya:
Beton tidak dapat dicor dengan baik
 terjadi keropos atau banyak udara
terperangkap
Beton sulit dipompa dan dikerjakan 
kemungkinan terjadi penambahan air
di lapangan  akibatnya dapat terjadi
segregasi, kuat tekan beton turun dan
rawan terbentuk retak susut

22
12/4/2023

Workabilitas atau Kelecakan Campuran Beton

Workabilitas: kemudahan campuran ingridien beton


(batu, pasir, semen, air) untuk dicampur,
dipindahkan, ditempatkan, dipadatkan, dan
difinishing dengan kehilangan homogenitas yang
minimum  avoid bleeding, segregasi, honeycomb
dll. (SNI Pasal 26.4.3.1.a butir 1 dan 26.5.2.1 butir f)
 butuh mortar yang cukup untuk menjaga agregat
kasar terpisah
butuh pasta semen yang cukup untuk melubrikasi
semua butiran pasir

butuh tambahan admixtures seperti HRWR, bukan air

Ketentuan terkait Admixture dalam SNI

23
12/4/2023

Permasalahan Keropos atau Honeycomb

Kemungkinan penyebab adalah pemahaman yang


kurang terkait:
- Nilai slump versus workabilitas
- Slump saat mix design versus slump untuk konstruksi
- Pemilihan slump untuk kontruksi sebagai fungsi
kerapatan tulangan
- Pemilihan ukuran maksimum agregat sebagai fungsi
kerapatan tulangan

Spasi Tulangan dan Ukuran Maks Agregat

• SNI 2847 Pasal 26.4.2.1 butir a.4 membatasi


ukuran maksimum agregat:
 1/3 ketebalan pelat
 3/4 spasi bersih antar batang tulangan/kawat/bundel
tul/strand/tendon
 1/5 jarak terkecil antar cetakan

• Pengecoran dengan ukuran agregat yang lebih


besar dari batasan diatas atau spasi tulangan
yang terlalu rapat sulit untuk dikerjakan bila
menggunakan beton konvensional akan
menyebabkan terjadinya honeycombed/keropos
atau rongga-rongga yang besar; Selain itu juga
dapat memicu segregasi

• Namun, batasan terkait spasi bersih diatas dapat


dilanggar selama bisa dibuktikan bahwa beton
masih dapat dialirkan dan dipadatkan sehingga
tidak terbentuk rongga/keropos karena
menggunakan beton khusus seperti SCC (pasal
26.4.2.1).

24
12/4/2023

Teknologi Water Reducer

Untuk menghasilkan beton yang memiliki kelecakan


yang tinggi dan konsisten diperlukan bahan admixture

SCC  Beton Khusus UHRWR


FC  High Quality Concrete HRWR  3rd Generation ( 30%)
e.g. PCE (Polycarboxylate Ether)
Polyacrylate Ether
Standard Concrete MRWR  2nd Generation ( 20%)
e.g. Napthalene or Melamine based
(PNS or PMS)
WR  1st Generation ( 10%)
e.g. Lignosulphonates (LS)

Dampak Rendahnya Kelecakan Beton

Permukaan Beton yang Sulit Difinish

25
12/4/2023

Permasalahan Sambungan Konstruksi

Konsekuensi:
- Integritas struktur terganggu
- Transfer gaya menjadi terganggu (ada pelemahan)
- Durabilitas struktur bangunan dapat dipengaruhi

Permasalahan Sambungan Konstruksi

Kemungkinan penyebab:
- Kurang perencanaan  sehingga terbentuk cold joint
(parameter seperti setting time jarang diukur)
- Tidak paham dengan perlakuan yang seharusnya
dilakukan pada sambungan konstruksi
- Saat pengecoran dilanjutkan dengan pompa, mortar
pemancing/pelumas belum semuanya terbuang.
- Campuran beton yang digunakan kurang konsisten
(terjadi bleeding yang berlebihan)

26
12/4/2023

Permasalahan Sambungan Konstruksi

Kemungkinan penyebab:
- Kurang perencanaan  sehingga terbentuk cold joint
(parameter seperti setting time jarang diukur)
- Tidak paham dengan perlakuan yang seharusnya
dilakukan pada sambungan konstruksi
- Saat pengecoran dilanjutkan dengan pompa, mortar
pemancing/pelumas belum semuanya terbuang.
- Campuran beton yang digunakan kurang konsisten
(terjadi bleeding yang berlebihan)

Construction Joints

 Setiap penghentian pengecoran harus


diperlakukan sebagai construction joint (Ps.
26.5.6)
 Lokasi construction joint pada pelat dan balok
(Ps. 26.5.6.2 butir b)  zona 1/3 tengah
bentang
 Cold joint harus dihindari semaksimal
mungkin dengan mengatur tahapan
pengecoran (Ps. 26.5.2.1 butir f)

27
12/4/2023

Cold Joints

Untuk mencegah cold joint, initial setting time


harus diatur dengan memperhatikan tahapan
dan durasi di setiap tahapan pengecoran

Initial & Final Setting Time (ASTM C 403)


Resistance to Penetration

(27,6 MPa)

(3,5 MPa)

28
12/4/2023

Permasalahan Sambungan Konstruksi

Kemungkinan penyebab:
- Kurang perencanaan  sehingga terbentuk cold joint
(parameter seperti setting time jarang diukur)
- Tidak paham dengan perlakuan yang seharusnya
dilakukan pada sambungan konstruksi
- Saat pengecoran dilanjutkan dengan pompa, mortar
pemancing/pelumas belum semuanya terbuang.
- Campuran beton yang digunakan kurang konsisten
(terjadi bleeding yang berlebihan)

Treatment pada Construction Joints

 Sambungan konstruksi harus bersih dan bebas


laitance sebelum pengecoran (Ps. 26.5.6.2 butir d)
 Permukaan construction joint harus diberi
kekasaran (Ps. 26.5.6.2 butir e)
 Sebelum pengecoran, permukaan construction
joint harus dibasahin dan genangan air harus
dibuang (Ps. 26.5.2.2 butir f)

29
12/4/2023

Laitance Dibiarkan pada Permukaan Construction Joint

Laitance

Permasalahan Sambungan Konstruksi

Kemungkinan penyebab:
- Kurang perencanaan  sehingga terbentuk cold joint
(parameter seperti setting time jarang diukur)
- Tidak paham dengan perlakuan yang seharusnya
dilakukan pada sambungan konstruksi
- Saat pengecoran dilanjutkan dengan pompa, mortar
pemancing/pelumas belum semuanya terbuang.
- Campuran beton yang digunakan kurang konsisten
(terjadi bleeding yang berlebihan)

30
12/4/2023

Permasalahan Sambungan Konstruksi

Material beton pada area


sambungan konstruksi
terlihat didominasi oleh
mortar pelumas

Lokasi stop cor kolom untuk


tahapan pengecoran balok/
pelat idealnya di soffit
balok (apalagi bila f’c beda)
(Pasal 26.5.7.2 butir a)

Permasalahan Retak Susut

Konsekuensi:
- Integritas struktur terganggu
- Appearance struktur beton menjadi kurang elok
- Durabilitas struktur bangunan dapat dipengaruhi

31
12/4/2023

Permasalahan Retak Susut

• Susut plastik terjadi akibat


pengeringan sebelum beton
mengeras (beton masih
plastis)
• Hal ini disebabkan oleh
penguapan air/ pergerakan
air ke permukaan beton
(bleeding)
• Penguapan air berlebihan
yang terkadang lebih besar
dari laju bleeding.
• Dapat menyebabkan
keretakan.

Permasalahan Retak Susut

Kemungkinan penyebab:
- Campuran beton yang kurang kohesif
- Kandungan air yang berlebih pada campuran beton
(bisa diakibatkan penggunaan agregat basah yang
tidak dikoreksi atau penambahan air di lapangan dll)
- Kurang perawatan
- Evaporasi yang berlebihan

32
12/4/2023

Estimasi Evaporasi saat Beton Plastis

Chart ACI 305R-10 ini dapat digunakan untuk


mengestimasi laju evaporasi yang dapat
terjadi. Beberapa catatan:
1. Laju evaporasi dijaga selalu dibawah 1
kg/m2/jam untuk mencegah susut plastik
2. Suhu beton segar dijaga tidak lebih 35oC
(SNI 2847 Pasal 26.5.5.1 atau SNI 6880
Pasal 4.2.2.6 dan 5.3.2.1c)
3. Humiditas relatif idealnya 80% atau lebih
4. Suhu ambient maksimum 35oC

Berbagai Contoh Bentuk Penanganan

33
12/4/2023

Tahapan Penanganan

- Assessment struktur (preliminary/detail)


harus dilakukan terlebih dahulu
- Tujuannya untuk mengetahui tingkat dan
penyebab kerusakan
- Tujuan lainnya: untuk menentukan bila
ada kondisi struktural yang tidak aman
atau bila ada keraguan terhadap
kapasitas struktur
- Setelah diketahui penyebab dan tingkat
kerusakan, dilakukan desain bentuk
perbaikan/perkuatan

Kriteria Perbaikan Struktur

• Kekuatan struktur dan sambungan hasil


perbaikan harus melebihi kekuatan perlunya.
• Struktur yang diperbaiki harus memiliki
kekakuan yang memadai untuk membatasi
defleksi, getaran, keretakan dan deformasi
yang dapat mempengaruhi kekuatan dan
kemampuan layanan bangunan.
• Aspek komposit dan pembagian beban harus
diperhatikan, termasuk transfer gaya pada
interface

34
12/4/2023

Repair Strategy

Pemilihan Material Repair

• Aspek durabilitas
• Aspek kompatibilitas
• Aspek ketahanan api  Proteksi atau
tanpa proteksi terhadap kebakaran

35
12/4/2023

Repair Materials

Pilihan Sifat Komposit

36
12/4/2023

Perilaku Komposit Penuh

Kompatibilitas Bahan Repair vs Beton Eksisting

• Sifat susut bahan repair relatif terhadap permukaan beton


eksisting;
• Perbedaan sifat termal ekspansi atau kontraksi antara
bahan repair dan permukaan beton eksisting;
• Perbedaan kekakuan dan rasio Poisson’s 
menyebabkan pembagian beban yang tidak sama;
• Perbedaan sifat rangkak

37
12/4/2023

Persyaratan Umum Bahan Perbaikan agar


Tercapai Kompatibilitas

Property Relationship of repair mortar (R)


to concrete substrate (C)
Strength in compression, tension, and flexure RC
Modulus in compression, tension, and flexure RC
Poisson’s ratio Dependent on modulus and type of repair
Coefficient of thermal expansion RC
Adhesion in tension and shear RC
Curing and long-term shrinkage RC
Strain capacity RC
Creep Dependent on whether creep causes desirable
or undesirable effects
Fatigue performance RC
Chemical reactivity Should not promote alkali-aggregate reaction,
sulfate attack, or corrosion of reinforcement in
the substrate
Electrochemical stability Dependent on permeability of patch material
and chloride ion content of substrate
*Emberson, N. K., and Mays, G.C., 1990, “Significance of Property Mismatch in the Patch Repair of
Structural Concrete. Part 1: Properties of Repair Systems,” Magazine of Concrete Research, No.
152, Sept., pp. 147-160.

Beberapa Contoh Kriteria Kinerja

38
12/4/2023

Kondisi Interface antara Beton Baru dan Lama

Penghubung Geser Permukaan Kasar

Kondisi Interface antara Beton Baru dan Lama

Nahlawi and Paul, 2016

39
12/4/2023

Persyaratan Uji Bond

Nahlawi and Paul, 2016

Pelaksanaan Jacketing Kolom

Hal-hal yang harus diperhatikan:


• Temporary support/bresing bila diperlukan
(kondisi struktur yang mengkhawatirkan)
• Beban rencana untuk pelaksanaan
• Perhitungan rinci sistem struktur sementara
bila diperlukan (bila ada pembongkaran dll)
• Kriteria pelepasan penopang sementara
dan penerapan beban konstruksi
• Penetapan benchmark (tolok ukur) untuk
setiap tahapan konstruksi
Rencana pelaksanaan detil tersebut harus
dijadikan SOP

40
12/4/2023

Contoh Perbaikan Retak

Crack with Inject with


structural •Cement grout, if crack > .5mm
Yes •Epoxy resin, if crack < .5mm
Implication
No Yes
Yes Cracks with minor
Risk of movements
corrosion
No
No Inject with
Yes •Polyurethene Resin
Leakiness •Acrylic Resin
•Polymer Impregnation
No •Surface treatment
•Overlays
No injection

Contoh Pekerjaan Injeksi

41
12/4/2023

Penutup

1. Untuk mencegah permasalahan penurunan


kualitas pekerjaan beton:
- Sifat-sifat beton segar dan keras haruslah terukur
- Spesifikasi pekerjaan beton haruslah rinci,
relevan dan terdefinisi secara komprehensif
- Campuran beton harus direncanakan bersifat
konsisten dan memiliki kelecakan yang tinggi
- Beton yang lecak dan konsisten dapat menjadi
salah satu solusi untuk mencegah terjadinya
berbagai permasalahan yang sering dihadapi
pada pekerjaan pembetonan

Penutup

2. Untuk memperbaiki kualitas pekerjaan beton yang


kurang baik di lapangan:
- Perlu dilakukan kajian dan analisis untuk
memastikan tingkat penurunan kualitas yang
terjadi, penyebabnya serta dampaknya terhadap
berbagai kinerja struktur sesuai rencana
- Perlu dirancang jenis perbaikan (bilamana perlu
juga jenis perkuatan) untuk mengembalikan
kinerja struktur sesuai rencana

42
12/4/2023

Terima Kasih

85

43

Anda mungkin juga menyukai