Anda di halaman 1dari 11

TRADISI MELAYANGAN DI DENPASAR

Nama Kelompok:

I Kadek Deva Nugraha Putra ( 10 )


Maulana Rizky Arianto ( 14 )
Ni Kadek Cintya Laura Simpson ( 19 )
Ni Putu Auralia Maha Arya Divhasya ( 20 )
Ni Ketut Diva Mikkana Miharjaya Putri ( 22 )
Ni Ketut Nadine Fiorentina ( 23 )
Ni Ketut Elycabeth Sari Tanjung ( 30 )
Ni Kadek Yuni Purnama Dewi ( 31 )

SMAN 10 DENPASAR

TAHUN AJARAN

2023/2024

1
ABSTRAK

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari laporan ini adalah
" Tradisi Melayangan di Denpasar ".

Kami sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Adapun
tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mempelajari tentang sejarah Melayangan.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan ini karena keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Denpasar, 5 Oktober 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................1

ABSTRAK .............................................................................................2

KATA PENGANTAR...........................................................................3

DAFTAR ISI..........................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................5


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................5
1.3 Tujuan.........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1Sejarah Layangan..........................................................................6
2.2Jenis-jenis Layangan ....................................................................7
2.3Cara Membuat Layangan..............................................................8
2.4Festival Melayangan.....................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................10
3.2 Saran...........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................11

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Layang-layang merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara
dan terhubungkan dengan tali atau benang ke pengendali.

Layang-layang dan juga tradisi Melayangan sangat erat kaitannya dengan cerita rare
angon, Dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam manivestasinya sebagai Rare angon merupakan
Dewa Layang-layang.Pada musim layangan atau setelah panen di sawah Rare angon turun ke
Bumi diiringi dngen tiupan seruling bertanda untuk memanggil sang angin.

Rare Angon berarti anak gembala, setelah musim panen para prtani terutama anak gembala
mempunyai waktu senggang yang mereka gunakan untuk senang-senang. Sambil menjaga
ternaknya salah satu permainan yang sering mereka lakukan adalah bermain Layang-layang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Layangan?
2. Apa saja jenis-jenis Layangan?
3. Bagaiman cara membuat Layangan?
4. Kapan saja festival Melayangan di adakan?

1.3 Tujuan

A. Tujuan Umum
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media informasi seputar Layangan di Denpasar.

B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui sejarah Layangan di Denpasar.

2. Mengetahui jenis-jenis Layangan.yang ada di Denpasar.

3. Mengetahui cara membuat Layangan..

4. Mengetahui Festival Layangan yang pernaah diadakan di Denpasar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Layangan


Layang-layang dan juga tradisi Melayangan sangat erat kaitannya dengan cerita rare
angon, Dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam manivestasinya sebagai Rare angon merupakan
Dewa Layang-layang.Pada musim layangan atau setelah panen di sawah Rare angon turun
ke Bumi diiringi dngen tiupan seruling bertanda untuk memanggil sang angin.

Rare Angon berarti anak gembala, setelah musim panen para prtani terutama anak
gembala mempunyai waktu senggang yang mereka gunakan untuk senang-senang. Sambil
menjaga ternaknya salah satu permainan yang sering mereka lakukan adalah bermain
Layang-layang.

Saat ini ” melayangan” masih sering dilaksanakan oleh masyarakat bali, baik anak-anak
sampai orang dewasa. Dibuktikan dengan banyaknya diadakan kompetisi layangan dan
“seka”, grup layangan di bali.

Bentuk layang-layang Tradisional dari dulu tidak berubah hanya teknik pembuatanya
yang berkembang itu karena masyarakat bali menghormati apa yang telah diberikan oleh
leluhur secara turun-temurun. layang Be-bean, Pecukan dan janggan merupakan tiga jenis
Layang-layang Tradisiolan Bali yang sudah sangat dikenal. Ada beberapa layangan asli
pulau dewata Bali diantaranya layangan Bebean, layangan Pecukan dan Layangan Janggan.

I Gusti Ngurah Suarnawa S.PD selaku sekretaris Desa Sedang mengungkapkan tradisi
melayangan di Bali masih ajeg hingga kini, khususnya di Desa Sedang. Terbukti dari
banyaknya perlombaan laying-layang yang diikuti oleh banjar-banjar di Desa Sedang,
ungkapnya.

6
2.2 Jenis-jenis Layangan
Terdapat tiga jenis layang-layang tradisional Bali, yaitu bebean, pecukan, dan janggan.
Ketiga jenis ini sangat terkenal, bentuknya tidak berubah dan teknik pembuatannya terus
berkembang. Berikut jenis-jenis layangan tradisional Bali, seperti dirangkum dari berbagai
sumber.

1. Bebean

Layang-layang bebean bentuknya mirip seperti ikan. Namanya berasal dari kata "be" yang
berarti ikan.

Bentuk layangan ini berorientasi pada arah delapan mata angin. Pada bagian tengah
terdapat titik di bagian tengah.

2. Janggan

Bentuk layangan ini seperti naga. Layang-layang janggan memiliki ciri khas ekor
berukuran sangat panjang, yang bisa mencapai lebih dari 100 meter.

Saat ini sudah banyak kreasi layangan janggan, jadi tidak hanya berbentuk kepala naga.
Ada layang-layang janggan berbentuk garuda, macan, dan lain-lain.

3. Pecukan

Layang-layang pecukan bentuknya seperti daun. Ketika diterbangkan, layangan ini akan
terlihat seperti daun yang meliuk-meliuk jatuh dari pohon.

Untuk mengendalikan layangan jenis ini, pemainnya harus memiliki kemampuan


mumpuni. Kenapa begitu? Alasannya agar layangan bisa terbang stabil.

7
2.3 Cara Membuat Layangan

Bahan-bahan:
 Kertas koran bekas berbentuk persegi ukuran 30x30 cm
 Bambu ukuran lebar 1 cm, panjang 80 cm.
 Bambu ukuran lebar 1 cm, panjang 40 cm
 Benang wol
 Gunting
 lem

Langkah-langkah:
1. Letakkan bambu secara menyilang lalu ikat bambu dengan menggunakan benang.
2. Selanjutnya ikat keempat ujung bambu dengan benang dan letakkan ikatan bambu di atas
kertas koran, lalu jiplak.
3. Berikutnya tambahkan 2 cm untuk garis gunting lalu gunting kertas koran tepat di atas
garis.
4. Setelah itu rekatkan kertas koran sampai menutupi bambu.
5. Agar lebih menarik, tambahkan ekor pada bagian bawah layang-layang dengan
menggunakan guntingan kertas koran.
6. Selanjutnya buat lubang di tengah, yaitu dekat dengan penyilangan bambu, lalu
masukkan benang dan ikat ke titik persilangan.
7. Setelah itu ikatkan ujung yang lain ke ujung bawah rangka.

8
2.4 Festival Melayangan
Hingga saat ini, melayangan masih populer dan sering dimainkan. Bahkan, ada seka
(kelompok) dan grup layangan di Bali, termasuk juga banyak kompetisi dan festival layang-
layang.

Lomba layang-layang ini biasanya diikuti mulai dari banjar-banjar. Salah satu perhelatan
paling terkenal adalah Festival Layang-layang Bali. Festival layangan internasional ini digelar
setiap tahun di bulan Juli.

Festival Layang-layang Bali digelar di Pantai Padang Galak Sanur. Layang-layang yang
dilombakan berukuran raksasa dengan 4 meter dan panjang 10 meter. Kompetisi ini diikuti
banjar-banjar di Denpasar.

Festival musiman ini memiliki pesan keagamaan, yaitu mengirim pesan ke dewa-dewa
Hindu. Tujuannya untuk memberikan hasil pertanian melimpah. Tim yang mengikuti
perlombaan biasanya terdiri dari 70-80 orang. Masing-masing tim memiliki gamelan, pembawa
bendera, dan penerbang layang-layang.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Melayangan dapat
menumbuhkan nilai keterampilan, estetika, solidaritas, empati, serta kesetaraan sosial. Hal ini
dapat dilihat dari proses pembuatan, juga pada saat menerbangkan Layangan yang memerlukan
kerjasama dalam tim.

3.2 Saran
Dari hasil penelitian tersebut, kami menyarankan masyarakat untuk tetap mempertahankan
tradisi Melayangan. Seperti, dengan diadakannya perlombaan dan juga dokumentasi. Hal
tersebut dapat menjadi upaya untuk menjaga dan juga menjadikannya arsip. Sehingga,
masyarakat pun tidak lupa dengan tradisi yang telah diturunkan sejak dahulu.

10
DAFTAR PUSTAKA

ALMANFALUTHI, Betha; JUNIAR, Juniar. Konsep Motion Graphics Pengenalan Layang-


Layang Sebagai Budaya Bangsa. Jurnal Desain, 2020, 7.2: 99-109.

KUSWIDI, Iwan, et al. Eksplorasi Etnomatematika Pada Permainan Tradisional Layangan


(Pemahaman Materi Bangun Datar Layang-Layang Dan Pengembangan Karakter). Jurnal
Pengembangan Pembelajaran Matematika, 2021, 3.2: 129-137.

KARINA, Citra Demi; SUPARDI, U. S.; SUPARMAN, L. A. Eksplorasi etnomatematika


pada permainan tradisional Indonesia komunitas TGR (Traditional Games Return). Jurnal
Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 2021, 5.2: 1599-1615.

PUTRA, Arif Permana; LESTARI, Dwi Junianti; RAHMAWATI, Rahmawati. Nilai Edukasi
Permainan Tradisional Layang-Layang: Masyarakat Banten Masa Pandemi Covid-19. In:
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP. 2021. p. 457-461.

11

Anda mungkin juga menyukai