PENALARAN
Disusun Oleh :
Anggita Vermata Sari (130190062)
Melanda Wandari (130200042)
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian teori sebagai suatu penalaran logis untuk menjelaskan bagaimana suatu
standar akuntansi di turunkan, dikembangkan, atau dipilih. Penalaran sangat penting
perannya dalam belajar teori akuntansi karena teori akuntansi menuntut kemampuan
penalaran yang memadai. Teori akuntansi banyak melibatkan proses penilaian kelayakan
dan validitas suatu pernyataan dan argumen. Penalaran memberi keyakinan bahwa suatu
pernyataan atau argumen layak untuk diterima atau ditolak. Penalaran logis merupakan
salah satu sarana untuk memverifikasi validitas suatu teori.
Penalaran dalam teori akuntansi dapat berdiri atas penyaluran deduktif dan induktif.
Penalaran logis, seperti yang dijelaskan dalam teori akuntansi, melibatkan asumsi, dasar
pikiran, konsep, dan argumen yang saling berkaitan dan membentuk suatu rerangka pikir
yang logis. Hasil proses penalaran logis dapat dituangkan dalam bentuk dokumen yang
berisi prinsip-prinsip umum (semacam konstitusi) yang menjadi landasan umum untuk
menentukan tindakan atau praktik (dalam bentuk undang-undang atau peraturan) yang
terbaik dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
mengenai Penalaran dalam Teori Akuntansi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
makalah ini adalah :
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka makalah penelitian ini dibuat bertujuan
untuk:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari penalaran
2. Untuk menjelaskan tentang apa saja unsur dan Struktur dalam penalaran
Penalaran memiliki arti yang berbeda-beda menurut para ahli, seperti yang
dikemukakan oleh R. G. Sukadijo bahwa penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Shadiq
(2007: 3) menyatakan definisi penalaran menurut Copi yaitu penalaran merupakan
kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat
suatu pernyataan baru berdasarkan pada beberapa pernyataan yang diketahui benar
ataupun yang dianggap benar yang disebut premis. Suherman dan Winataputra
berpendapat bahwa penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan suatu cara
untuk menarik kesimpulan.
Asersi adalah suatu pernyataan (biasa nya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu
(misalnya teori) adalah benar. Bila seseorang mempunyai kepercayaan (confidence)
bahwa statemen keuangan itu berman faat bagi investor adalah benar, maka pernyataan
“statemen keuangan itu bermanfaat bagi investor” merupakan keyakinannya. Asersi
mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu sebagai elemen pembentuk (ingredient)
argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran (berupa simpulan).
Artinya, keyakinan yang dihasilkan dinyatakan dalam bentuk asersi pula. Dengan
demikian, asersi merupakan unsur penting dalam penalaran karena asersi menjadi
komponen argumen (sebagai masukan penalaran) dan merupakan cara untuk
merepresentasi atau mengungkapkan keyakinan (sebagai keluaran penalaran).
Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau
penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Bila dihubungkan
dengan argumen, keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang dile- katkan pada suatu
pernyataan konklusi atas dasar pemahaman dan penilaian suatu argumen sebagai bukti
yang masuk akal. Oleh karena itu, argumen menjadi unsur penting dalam penalaran karena
digunakan untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
Gambar di atas menunjukkan bahwa argumen dalam proses penalaran merupakan
salah satu bentuk bukti yang oleh Mautz dan Sharaf (1964) disebut sebagai argumentasi
rasional (rational argumentation) . Dua jenis bukti yang lain adalah bukti natural (natural
evidence) dan bukti ciptaan (created evidence). Bukti dalam bentuk argumen rasional akan
banyak diperlukan dalam teori akuntansi yang membahas masalah konseptual khususnya
bila akuntansi dipandang sebagai teknologi dan teori akuntansi diartikan sebagai
penalaran logis. Bukti adalah sesuatu yang memberi dasar rasional dalam pertimbangan
(judgment) untuk menetapkan kebenara n suatu pernyataan (to establish the truth) . Dalam
hal teori akuntansi, pertimbangan diperlukan untuk menetapkan relevansi atau keefektifan
suatu perlakuan akuntansi untuk mencapai tujuan akuntansi.
Perlu dicatat bahwa keyakinan yang diperoleh seseorang karena kekuatan atau
kelemahan argumentasi adalah terpisah dengan masalah apakah pernyataan yang diyakini
itu sendiri benar (true) atau tak benar (false). Dapat saja seseorang memegang keyakinan
yang kuat terhadap sesuatu yang salah atau sebaliknya menolak suatu pernyataan yang
benar (valid).
C. ASERSI
Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas. Pada umumnya asersi
dinyatakan dalam bent uk kalimat. Berikut ini adalah contoh beberapa asersi (beberapa
adalah asersi dalam akuntansi):
1. Interpretasi Asersi
Untuk menerima kebenaran suatu asersi, harus dipastikan lebih dahulu apa arti atau
maksud asersi. Sangat penting sekali untuk memahami arti asersi untuk menentukan
keyakinan terhadap kebenaran asersi tersebut. Untuk memahami maksud asersi, orang
juga harus mempunyai pengetahuan tentang subjek atau topik yang dibahas.
Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena dua bentuk asersi yang berbeda dapat berarti
dua hal yang sama atau dua hal yang sangat berbeda.
3. Fungsi Asersi
Dalam argumen, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premise) dan konklusi
(conclusion). Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi.
Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian asersi. Suatu argumen paling
tidak berisi satu premis dan satu konklusi. Karena premis dan konklusi keduanya
merupakan asersi, konklusi (berbentuk asersi) dalam suatu argumen dapat menjadi
premis dalam argumen yang lain. Ketiga jenis asersi yang dibahas sebelum ini asumsi,
hipotesis, pernyataan fakta dapat berfungsi sebagai premis dalam suatu argumen.
1. Properitas Keyakinan
Semua penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi yang
menjadi konklusi penalaran. Pemahaman terhadap beberapa properitas (sifat) keyakinan
sangat penting dalam mencapai keberhasilan berargumen. Argumen dianggap berhasil
kalau argumen tersebut dapat mengubah keyakinan. Berikut ini dibahas properitas
keyakinan yang perlu disadari dalam berargumen.
Keadabenaran : Keadabenaran atau plausibilitas (plausibility) suatu asersi
bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau
penge- tahuan yang mendasari (the underlying knowledge)
dan
pada sumber asersi (the source).
Bukan pendapat : Keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat ditunjukkan atau
dibuktikan secara objektif apakah tia salah atau benar dan
sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan
(agreement) oleh setiap orang yang mengevaluasinya atas
dasar
fakta objektif. Pendapat atau opini adalah asersi yang tidak
dapat ditentukan benar atau salah karena berkaitan dengan
kesukaan (preferensi) atau selera.
Bermuatan nilai : Orang melekatkan nilai (value) terhadap suatu keyakinan.
Nilai
keyakinan adalah tingkat penting-tidaknya suatu keyakinan
perlu dipegang atau dipertahankan seseorang.
Berkekuatan : Kekuatan keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang
dilekatkan seseorang pada kebenaran suatu asersi.
Argumen
Dalam arti positif, argumen dapat disamakan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau
mengajukan bukti rasional tentang suatu asersi. Bila seseorang mengajukan alasan untuk
mendukung suatu gagasan atau pandangan, dia biasanya menawarkan suatu argumen.
Jenis Argumen
Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk mengklasifikasi argu- men.
Misalnya argumen di bedakan menjadi argumen la ngsung dan taklangsung, formal dan
informal, serta meragukan dan meyakinkan. Dalam hal ini, argumen dapat diklasifikasi
menjadi argumen deduktif dan induktif. Salah satu jenis argumen yang lain adalah
argumen dengan analogi (argument by analogy). Berikut ini dibahas berbagai jenis
argumen tersebut.
1. Argumen Deduktif
Argumen atau penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal
dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai
simpulan (konklusi). Argumen deduktif disebut juga argumen logis (logical argument)
sebagai pasangan argumen ada benarnya (plausible argument). Argumen logis adalah
argumen yang asersi konklusinya tersirat (implied) atau dapat diturunkan/dideduksi dari
(deduced from) asersi-asersi lain (premis-premis) yang diajukan. Disebut argumen logis
karena kalau premis- premisnya benar konklusinya harus benar (valid).
Kebenaran konklusi tidak selalu berarti bahwa konklusi merefleksi realitas
(truth). Hal inilah yang membedakan argumen sebagai bukti rasional dan bukti
fisik/langsung/empiris berupa fakta. Salah satu bentuk penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang disebut silogisma. Silogisma terdiri atas tiga komponen yaitu
premis major (major premise) , premis minor (minor premise) , dan konklusi
(conclusion). Dalam silogisma, konklusi diturunkan dari premis yang diajukan seperti
contoh berikut:
Premis major : Semua binatang menyusui mempunyai paru-paru.
Premis minor : Kucing binatang menyusui.
Konklusi : Kucing mempunyai paru-paru.
Penalaran deduktif berlangsung dalam tiga tahap yaitu: (1) penentuan per-
nyataan umum (premis major) yang menj adi basis penalaran, (2) penerapan konsep
umum ke dalam situasi khusus yang dihadapi (proses deduksi), (3) penarikan simpulan
secara logis yang berlaku untuk situasi khusus tersebut. Penalaran deduktif lebih dari
sekadar silogisma karena penalaran deduktif dan unsur - unsurnya (asersi-asersi) akan
membentuk argumen untuk mengubah suatu keyakinan. Misalnya, keyakinan bahwa
penilaian aset atas dasar kos sekarang lebih relevan daripada kos historis.
Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi keyakinan
tentang simpulan-simpulan yang diturunkan dari premis yang dianut. Dalam teori
akuntansi, premis major sering disebut sebagai postulat (postulate). Sebagai
penalaran logis, argumen-argumen yang dihasilkan dengan pendekatan deduktif dalam
akuntansi akan membentuk teori akuntansi.
2. Argumen Induktif
Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan berakhir
dengan pernyataan umum yang meru pakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut.
Berbeda dengan argumen deduktif yang merupakan argumen logis (logical argument),
argumen induktif lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya (plausible argument).
Dalam argumen logis, konklusi merupakan implikasi dari premis. Dalam argumen
ada benarnya (plausible) , konklusi merupakan generalisasi dari premis sehingga
tujuan argumen adalah untuk meyakinkan bahwa probabilitas atau kebolehjadian
(likelihood) kebenaran konklusi cukup tinggi atau sebaliknya, ketakbenar an konklusi
cukup rendah kebolehjadiannya (unlikely) . Berikut ini adalah contoh struktur suatu
penalaran induktif:
Contoh 1: Premis : Satu jeruk dari karung A manis rasanya.
Premis : Satu jeruk berikutnya manis rasanya.
Konklusi : Semua jeruk dalam karung A manis rasanya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penalaran merupakan proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan meng
evaluasi suatu keyakinan akan asersi. Unsur-unsur penalaran adalah asersi, keyakinan, dan
argumen. Interaksi antara ketiganya merupakan bukti rasional untuk mengevaluasi
kebenaran suatu pernyataan teori. Asersi merupakan pernyataan bahwa sesuatu adalah
benar atau penegasan tentang suatu realitas. Keyakinan merupakan kebersediaan untuk
menerima kebenaran suatu pernyataan. Argumen adalah proses penurunan simpulan atau
konklusi atas dasar beberapa asersi yang berkaitan secara logis.
Asersi dapat dinyatakan secara verbal atau struktural. Asumsi, hipotesis, dan pernyataan
fakta merupakan jenis tingkatan asersi. Jenis tingkatan konklusi tidak dapat melebihi
jenis ting katan asersi yang terendah. Keyakinan merupakan hal yang dituju oleh
penalaran. Keyakinan mengandung beberapa sifat penting yaitu: keadabenaran, bukan
pendapat, bertingkat, mengandung bias, memuat nilai, berkekuatan, veridikal, dan
tertempa. Argumen bertujuan untuk mengubah keyakinan kalau memang keyakinan
tersebut lentuk untuk berubah. Argumen terdiri atas beberapa asersi yang berfungsi
sebagai premis dan konklusi. Argumen dapat bersifat deduktif dan non-deduktif (induktif
dan analogi).
B. SARAN
Dalam Penulisan Ini kami menyadari bahwa penulisan ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat membantu kami dalam penulisan berikutnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://suwardjono.staff.ugm.ac.id/buku/teori-akuntansi/36-bab2-penalaran.html
https://www.academia.edu/41975417/MAKALAH_KONSEP_PENALARAN_