Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

PENALARAN

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi


Dosen Pengampu : Novika, S.E., M.Acc., Ak.

Disusun Oleh :
Anggita Vermata Sari (130190062)
Melanda Wandari (130200042)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI IBEK PANGKALPINANG
PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk dan
isi sesuai tepat pada waktunya. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas untuk mata
kuliah Teori Akuntansi, dengan judul : “Penalaran”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bu Novika, S.E., M.Acc. Ak, selaku dosen mata kuliah Teori Akuntansi atas materi yang
diberikan, serta pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
penyusunan, bahasa serta kelengkapan materi yang didapat dikarenakan dengan terbatasnya
pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak yang dapat membantu kami
dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat membantu pihak lain dan dipergunakan dengan baik untuk
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni.

Pangkalpinang, September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian teori sebagai suatu penalaran logis untuk menjelaskan bagaimana suatu
standar akuntansi di turunkan, dikembangkan, atau dipilih. Penalaran sangat penting
perannya dalam belajar teori akuntansi karena teori akuntansi menuntut kemampuan
penalaran yang memadai. Teori akuntansi banyak melibatkan proses penilaian kelayakan
dan validitas suatu pernyataan dan argumen. Penalaran memberi keyakinan bahwa suatu
pernyataan atau argumen layak untuk diterima atau ditolak. Penalaran logis merupakan
salah satu sarana untuk memverifikasi validitas suatu teori.

Penalaran merupakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip berpikir logis yang menjadi


basis dalam diskusi ilmiah. Penalaran juga merupakan suatu ciri sikap (attitude) ilmiah
yang sangat menuntut kesungguhan (commitment) dalam menemukan kebenaran ilmiah.
Sikap ilmiah membentengi sikap untuk memecahkan masalah secara serampangan,
subjektif, pragmatik, dan emosional.

Penalaran dalam teori akuntansi dapat berdiri atas penyaluran deduktif dan induktif.
Penalaran logis, seperti yang dijelaskan dalam teori akuntansi, melibatkan asumsi, dasar
pikiran, konsep, dan argumen yang saling berkaitan dan membentuk suatu rerangka pikir
yang logis. Hasil proses penalaran logis dapat dituangkan dalam bentuk dokumen yang
berisi prinsip-prinsip umum (semacam konstitusi) yang menjadi landasan umum untuk
menentukan tindakan atau praktik (dalam bentuk undang-undang atau peraturan) yang
terbaik dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
mengenai Penalaran dalam Teori Akuntansi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Penalaran ?

2. Apa saja Unsur dan Struktur Penalaran?

3. Apa yang dimaksud dengan Asersi?

4. Bagaimana Bentuk Keyakinan dan Argumen?

5. Apa saja Aspek Manusia dalam Penalaran?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka makalah penelitian ini dibuat bertujuan
untuk:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari penalaran

2. Untuk menjelaskan tentang apa saja unsur dan Struktur dalam penalaran

3. Untuk menjelaskan tentang asersi

4. Untuk menjelaskan tentang keyakinan dan argument dalam penalaran

5. Untuk menjelaskan tentang aspek manusia dalam penalaran


BAB II
PEMBAHASAN
A. PENALARAN
Sebagai titik tolak pembahasan, diajukan pengertian penalaran oleh Nickerson (1986)
sebagai berikut, dikatakan bahwa penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis
untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan
atau asersi (assertion). Pernyataan dapat berupa teori (penjelasan) tentang suatu fenomena
atau realitas alam , ekonomik, politik, atau sosial. Penalaran perlu diajukan dan dijabarkan
untuk membentuk, mempertahankan, atau mengubah keyakinan bahwa sesuatu (misalnya
teori, pernyataan, atau penjelasan) adalah benar. Penalaran melibatkan inferensi
(inference) yaitu proses penurunan konsekuensi logis dan melibatkan pula proses
penarikan simpulan/konklusi (conclusion) dari serangkaian pernyataan atau asersi. Proses
penurunan simpulan sebagai suatu konsekuensi logis dapat bersifat deduktif maupun
induktif. Penalaran mempunyai peran penting dalam pengembangan, penciptaan,
pengevaluasian, dan pengujian suatu teori atau hipotesis.

Teori (pernyataan-pernyataan teoretis) merupakan sarana untuk menyata- kan suatu


keyakinan sedangkan penalara n merupakan proses untuk mendukung keyakinan tersebut.
Oleh karena itu, ke yakinan (terhadap suatu teori atau per- nyataan) berkisar antara lemah
sa mpai kuat sekali atau memaksa (compelling) bergantung pada kualitas atau keefektifan
penalaran dalam menimbulkan daya bujuk atau dukung yang dihasilkan.

Penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta


yang diketahui menuju suatu kesimpulan. Menurut beberapa ahli, penalaran adalah suatu
bentuk pemikiran, suatu cara berpikir logis, atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik
kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang didasarkan pada pernyataan sebelumnya.

Penalaran memiliki arti yang berbeda-beda menurut para ahli, seperti yang
dikemukakan oleh R. G. Sukadijo bahwa penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Shadiq
(2007: 3) menyatakan definisi penalaran menurut Copi yaitu penalaran merupakan
kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat
suatu pernyataan baru berdasarkan pada beberapa pernyataan yang diketahui benar
ataupun yang dianggap benar yang disebut premis. Suherman dan Winataputra
berpendapat bahwa penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan suatu cara
untuk menarik kesimpulan.

B. UNSUR DAN STRUKTUR PENALARAN


Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu: asersi
(assertion), keyakinan (belief), dan argumen (argument). Struktur penalaran
menggambarkan hubungan ketiga konsep tersebut dalam menghasilkan daya dukung atau
bukti rasional terhadap keyakinan tentang suatu pernyataan.

Asersi adalah suatu pernyataan (biasa nya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu
(misalnya teori) adalah benar. Bila seseorang mempunyai kepercayaan (confidence)
bahwa statemen keuangan itu berman faat bagi investor adalah benar, maka pernyataan
“statemen keuangan itu bermanfaat bagi investor” merupakan keyakinannya. Asersi
mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu sebagai elemen pembentuk (ingredient)
argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran (berupa simpulan).
Artinya, keyakinan yang dihasilkan dinyatakan dalam bentuk asersi pula. Dengan
demikian, asersi merupakan unsur penting dalam penalaran karena asersi menjadi
komponen argumen (sebagai masukan penalaran) dan merupakan cara untuk
merepresentasi atau mengungkapkan keyakinan (sebagai keluaran penalaran).

Keyakinan adalah tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima bahwa suatu


pernyataan atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau sosial)
adalah benar. Orang mendapatkan keyakinan akan suatu pernyataan karena dia melekatkan
kepercayaan terhadap pernyataan tersebut. Orang dapat dikatakan mempunyai keyakinan
yang kuat kalau dia bersedia bertindak (berpikir, berperilaku, berpendapat, atau
berasumsi) seakan-akan keyakinan tersebut benar. Keyakinan merupakan unsur penting
penalaran karena keyakinan menjadi objek atau sasaran penalaran dan karena keyakinan
menentukan posisi (paham) dan sikap seseorang terhadap suatu masalah yang menjadi
topik bahasan.

Argumen adalah serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau
penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Bila dihubungkan
dengan argumen, keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang dile- katkan pada suatu
pernyataan konklusi atas dasar pemahaman dan penilaian suatu argumen sebagai bukti
yang masuk akal. Oleh karena itu, argumen menjadi unsur penting dalam penalaran karena
digunakan untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
Gambar di atas menunjukkan bahwa argumen dalam proses penalaran merupakan
salah satu bentuk bukti yang oleh Mautz dan Sharaf (1964) disebut sebagai argumentasi
rasional (rational argumentation) . Dua jenis bukti yang lain adalah bukti natural (natural
evidence) dan bukti ciptaan (created evidence). Bukti dalam bentuk argumen rasional akan
banyak diperlukan dalam teori akuntansi yang membahas masalah konseptual khususnya
bila akuntansi dipandang sebagai teknologi dan teori akuntansi diartikan sebagai
penalaran logis. Bukti adalah sesuatu yang memberi dasar rasional dalam pertimbangan
(judgment) untuk menetapkan kebenara n suatu pernyataan (to establish the truth) . Dalam
hal teori akuntansi, pertimbangan diperlukan untuk menetapkan relevansi atau keefektifan
suatu perlakuan akuntansi untuk mencapai tujuan akuntansi.

Perlu dicatat bahwa keyakinan yang diperoleh seseorang karena kekuatan atau
kelemahan argumentasi adalah terpisah dengan masalah apakah pernyataan yang diyakini
itu sendiri benar (true) atau tak benar (false). Dapat saja seseorang memegang keyakinan
yang kuat terhadap sesuatu yang salah atau sebaliknya menolak suatu pernyataan yang
benar (valid).

C. ASERSI
Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas. Pada umumnya asersi
dinyatakan dalam bent uk kalimat. Berikut ini adalah contoh beberapa asersi (beberapa
adalah asersi dalam akuntansi):

• Manusia adalah makhluk sosial.


• Semua binatang menyusui mempunyai paru-paru.
• Beberapa obat batuk menyebabkan kantuk.
• Tidak ada ikan hias yang melahirkan.
• Partisipasi mempengaruhi kinerja.
• Statemen aliran kas bermanfaat bagi investor dan kreditor.
• Perusahaan besar akan memilih metoda MPKP .
• Informasi sumber daya manusi a harus dicantumkan di neraca.
• Dalam sektor publik, anggaran merupakan alat pengendalian dan pengawasan yang
paling andal.
Beberapa asersi mengandung pengkuantifikasi yaitu semua (all), tidak ada (no), dan
beberapa (some) . Asersi yang memuat pengkuantifikasi semua dan tidak ada merupakan
asersi universal sedangkan yang memuat penguantifikasi beberapa merupakan asersi
spesifik . Asersi spesifik dapat disusun dengan pengkuanti fikasi sedikit, banyak, sebagian
besar, atau bilangan tertentu. Pengkuantifikasi diperlukan untuk menentukan
ketermasukan (inclusiveness) atau keuniversalan asersi. “Burung dapat terbang” tidak
dapat diinterpretasi sebagai asersi universal karena kita tahu kecualian terhadap asersi
tersebut yaitu misalnya burung unta (yang tidak dapat terbang). Tanpa pengku
antifikasi ketermasukan akan sangat sulit ditentukan. Misalnya seseorang mengajukan
asersi “Pria lebih berat badannya daripada wanita.” Asersi tersebut meragukan
(ambigus) karena sulit untuk diinterpretasi apa maksud sesunggu hnya asersi tersebut.
Asersi tersebut dapat berarti:
 Semua pria lebih berat badannya daripada semua wanita? Beberapa pria lebih berat
badannya daripada semua wanita? Beberapa pria lebih berat badannya daripada
beberapa wanita?
 Sebagian besar pria lebih berat badannya daripada sebagian besar wanita? Berat badan
rata-rata pria lebih besar daripada berat rata-rata wanita?
Asersi-asersi yang dicontohkan di atas lebih menyatakan makna atau arti (meaning)
daripada struktur atau bentuk (form) . Menyajikan asersi berdasar arti sering menimbulkan
salah interpretasi karena keterbatasan bahasa atau karena kesalahan bahasa. Bila
digunakan sebagai unsur argumen, penyajian makna dapat mengacaukan evaluasi
argumen. Dalam mengevaluasi argumen harus dipisahkan antara validitas penalaran dan
kesetujuan terhadap (kebersediaan menerima) kebenaran isi asersi. Oleh karena itu, asersi
sering disajikan dalam struktur atau diagram tanpa menunjukkan arti. Penyajian struktur
umum asersi adalah:
 Semua A adalah B.
 Tidak ada satupun A adalah B.
 Beberapa A adalah B.
Dengan cara di atas, orang akan lebih memperhatikan validitas asersi daripada isi asersi
karena simbol A atau B dapat diganti dengan apapun sesuai dengan topik yang dibahas.

1. Interpretasi Asersi
Untuk menerima kebenaran suatu asersi, harus dipastikan lebih dahulu apa arti atau
maksud asersi. Sangat penting sekali untuk memahami arti asersi untuk menentukan
keyakinan terhadap kebenaran asersi tersebut. Untuk memahami maksud asersi, orang
juga harus mempunyai pengetahuan tentang subjek atau topik yang dibahas.
Kesalahan interpretasi dapat terjadi karena dua bentuk asersi yang berbeda dapat berarti
dua hal yang sama atau dua hal yang sangat berbeda.

2. Jenis Asersi (Pernyataan)


Untuk menimbulkan keyakinan terhadap kebenaran suatu asersi, asersi harus
didukung oleh bukti atau fakta. Untuk keperluan argumen, suatu asersi sering dianggap
benar atau diterima tanpa harus diuji dahulu kebenarannya. Bila dikaitkan dengan fakta
pendukung, asersi dapat diklasifikasi menjadi asumsi (assumption), hipotesis
(hypothesis) , dan pernyataan fakta (statement of fact) .
Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan
atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau asersi yang
orang bersedia untuk menerima sebagai benar untuk keperluan diskusi atau debat.
Hipotesis adalah asersi yang kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini
bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya. Untuk disebut sebagai hipotesis, suatu
asersi juga harus mengandung kemungkinan salah. Bila tidak ada kemungkinan salah,
suatu asersi akan menjadi pernyataan fakta. Hipotesis biasanya diajukan dalam rangka
pengujian teori. Dalam pengujian ilmiah suatu teori (hipotesis), terdapat prinsip yang
disebut prinsip keterbuktisalahan (principle of falsifiability) yang berbunyi bahwa
untuk diperlakukan sebagai teori yang serius dan ilmiah, tapi harus dapat dibuktikan
salah kalau memang kenyataannya salah.
Pernyataan fakta adalah asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini sangat
kuat atau bahkan tidak dapat di bantah. Contoh asersi sebagai pernyataan fakta adalah:
semua orang akan meninggal, satu hari sama dengan 24 jam, matahari merupakan pusat
orbit tata su rya, dan penduduk kota Jakarta lebih padat daripada penduduk kota Solo.

3. Fungsi Asersi
Dalam argumen, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premise) dan konklusi
(conclusion). Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi.
Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian asersi. Suatu argumen paling
tidak berisi satu premis dan satu konklusi. Karena premis dan konklusi keduanya
merupakan asersi, konklusi (berbentuk asersi) dalam suatu argumen dapat menjadi
premis dalam argumen yang lain. Ketiga jenis asersi yang dibahas sebelum ini asumsi,
hipotesis, pernyataan fakta dapat berfungsi sebagai premis dalam suatu argumen.

D. KEYAKINAN DAN ARGUMEN


Keyakinan
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa asersi
tersebut benar. Keyakinan diperoleh karena kepercayaan (confidence) tentang kebenaran
yang dilekatkan pada suatu asersi. Suatu asersi dapat dipercaya karena adanya bukti yang
kuat untuk menerimanya sebagai hal yang benar. Kepercayaan diberikan kepada suatu
asersi biasanya setelah dilakukan evaluasi terhadap asersi atas dasar argumen yang
digunakan untuk menurunkan asersi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keyakinan
merupakan produk, hasil, atau tujuan suatu penalaran. Berbagai faktor mempengaruhi
tingkat keyakinan seseorang atas suatu asersi. Karakteristik (sifat) asersi menentukan
mudah tidaknya keyakinan seseorang dapat diubah melalui penalaran.

1. Properitas Keyakinan
Semua penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi yang
menjadi konklusi penalaran. Pemahaman terhadap beberapa properitas (sifat) keyakinan
sangat penting dalam mencapai keberhasilan berargumen. Argumen dianggap berhasil
kalau argumen tersebut dapat mengubah keyakinan. Berikut ini dibahas properitas
keyakinan yang perlu disadari dalam berargumen.
 Keadabenaran : Keadabenaran atau plausibilitas (plausibility) suatu asersi
bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau
penge- tahuan yang mendasari (the underlying knowledge)
dan
pada sumber asersi (the source).
 Bukan pendapat : Keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat ditunjukkan atau
dibuktikan secara objektif apakah tia salah atau benar dan
sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan
(agreement) oleh setiap orang yang mengevaluasinya atas
dasar
fakta objektif. Pendapat atau opini adalah asersi yang tidak
dapat ditentukan benar atau salah karena berkaitan dengan
kesukaan (preferensi) atau selera.
 Bermuatan nilai : Orang melekatkan nilai (value) terhadap suatu keyakinan.
Nilai
keyakinan adalah tingkat penting-tidaknya suatu keyakinan
perlu dipegang atau dipertahankan seseorang.
 Berkekuatan : Kekuatan keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang
dilekatkan seseorang pada kebenaran suatu asersi.

Argumen
Dalam arti positif, argumen dapat disamakan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau
mengajukan bukti rasional tentang suatu asersi. Bila seseorang mengajukan alasan untuk
mendukung suatu gagasan atau pandangan, dia biasanya menawarkan suatu argumen.
 Jenis Argumen
Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk mengklasifikasi argu- men.
Misalnya argumen di bedakan menjadi argumen la ngsung dan taklangsung, formal dan
informal, serta meragukan dan meyakinkan. Dalam hal ini, argumen dapat diklasifikasi
menjadi argumen deduktif dan induktif. Salah satu jenis argumen yang lain adalah
argumen dengan analogi (argument by analogy). Berikut ini dibahas berbagai jenis
argumen tersebut.

1. Argumen Deduktif
Argumen atau penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal
dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai
simpulan (konklusi). Argumen deduktif disebut juga argumen logis (logical argument)
sebagai pasangan argumen ada benarnya (plausible argument). Argumen logis adalah
argumen yang asersi konklusinya tersirat (implied) atau dapat diturunkan/dideduksi dari
(deduced from) asersi-asersi lain (premis-premis) yang diajukan. Disebut argumen logis
karena kalau premis- premisnya benar konklusinya harus benar (valid).
Kebenaran konklusi tidak selalu berarti bahwa konklusi merefleksi realitas
(truth). Hal inilah yang membedakan argumen sebagai bukti rasional dan bukti
fisik/langsung/empiris berupa fakta. Salah satu bentuk penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang disebut silogisma. Silogisma terdiri atas tiga komponen yaitu
premis major (major premise) , premis minor (minor premise) , dan konklusi
(conclusion). Dalam silogisma, konklusi diturunkan dari premis yang diajukan seperti
contoh berikut:
Premis major : Semua binatang menyusui mempunyai paru-paru.
Premis minor : Kucing binatang menyusui.
Konklusi : Kucing mempunyai paru-paru.
Penalaran deduktif berlangsung dalam tiga tahap yaitu: (1) penentuan per-
nyataan umum (premis major) yang menj adi basis penalaran, (2) penerapan konsep
umum ke dalam situasi khusus yang dihadapi (proses deduksi), (3) penarikan simpulan
secara logis yang berlaku untuk situasi khusus tersebut. Penalaran deduktif lebih dari
sekadar silogisma karena penalaran deduktif dan unsur - unsurnya (asersi-asersi) akan
membentuk argumen untuk mengubah suatu keyakinan. Misalnya, keyakinan bahwa
penilaian aset atas dasar kos sekarang lebih relevan daripada kos historis.
Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi keyakinan
tentang simpulan-simpulan yang diturunkan dari premis yang dianut. Dalam teori
akuntansi, premis major sering disebut sebagai postulat (postulate). Sebagai
penalaran logis, argumen-argumen yang dihasilkan dengan pendekatan deduktif dalam
akuntansi akan membentuk teori akuntansi.

2. Argumen Induktif
Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan berakhir
dengan pernyataan umum yang meru pakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut.
Berbeda dengan argumen deduktif yang merupakan argumen logis (logical argument),
argumen induktif lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya (plausible argument).
Dalam argumen logis, konklusi merupakan implikasi dari premis. Dalam argumen
ada benarnya (plausible) , konklusi merupakan generalisasi dari premis sehingga
tujuan argumen adalah untuk meyakinkan bahwa probabilitas atau kebolehjadian
(likelihood) kebenaran konklusi cukup tinggi atau sebaliknya, ketakbenar an konklusi
cukup rendah kebolehjadiannya (unlikely) . Berikut ini adalah contoh struktur suatu
penalaran induktif:
Contoh 1: Premis : Satu jeruk dari karung A manis rasanya.
Premis : Satu jeruk berikutnya manis rasanya.
Konklusi : Semua jeruk dalam karung A manis rasanya.

Contoh 2: Premis : Sekelompok penderita kanker semuanya perokok.


Konklusi : Merokok menyebabkan kanker.
Akibat generalisasi, hubungan antara premis dan konklusi dalam penalaran induktif
tidak langsung dan tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam
penalaran deduktif, kebenaran premis menjamin sepenuhnya kebenaran konklusi asal
penalarannya logis. Artinya, jika semua premis benar dan penalarannya logis, konklusi
harus benar (disebut necessary implication dan oleh karenanya necessarily true ).
Dalam penalaran induktif, kebenaran premis tidak selalu menjamin sepenuhnya
kebenaran konklusi. Kebenaran konklusi hanya dijamin dengan tingkat keyakinan
(probabilitas) tertentu. Artinya, jika premis bena r, konklusi tidak selalu benar (not
necessarily true).

3. Argumen dengan Analogi


Argumen induktif sebenarnya merupakan salah satu jenis penalaran nondeduktif. Salah
satu penalaran nondeduktif lainnya adalah argumen dengan analogi (argument by
analogy) . Penalaran dengan analogi adalah penalaran yang menurunkan konklusi atas
dasar kesamaan atau kemiripan (likeness) karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan
unsur (sistem) suatu objek yang disebutkan dalam suatu asersi. Analogi bukan
merupakan suatu bentuk pembuktian tetapi merupakan suatu sarana untuk
meyakinkan bahwa asersi konklusi mempunyai kebolehjadian untuk benar. Dengan
kata lain, bila premis benar, konklusi atas dasar analogi belum tentu benar. Struktur
argumen ini digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) : X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) : X mempunyai karakteristik z.
Konklusi : Y mempunyai karakteristik z.
Walaupun analogi banyak digunakan dalam argumen, argumen semacam ini banyak
mengandung kelemahan. Perbedaan-perbedaan penting yang mempengaruhi
(melemahkan) konklusi sering tersembunyi atau disembunyikan. Perbedaan sering lebih
dominan daripada kemiripan.

4. Penalaran Induktif dalam Akuntansi


Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk menghasilkan
pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu.
Pernyataan-pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotesis yang diajukan
dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Hipotesis merupakan generalisasi yang dituju
oleh penelitian akuntansi. Bila bukti empiris konsisten dengan (mendukung)
generalisasi tersebut maka generalisasi tersebut menjadi teori yang valid dan
mempunyai daya prediksi yang tinggi. Contoh pernyataan umum sebagai hasil
penalaran induktif (generalisasi) antara lain adalah:
• Perusahaan besar memilih metode akuntansi yang menurunkan laba.
• Tingkat likuiditas perusahaan perdagangan lebih tinggi daripada tingkat likuiditas
perusahaan pemanufakturan.
• Tingkat solvensi berasosiasi positif dengan probabilitas kebankrutan perusahaan.
• Partisipasi manajer divisi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja divisi.
• Ambang persepsi etis wanita lebih tinggi dibanding ambang persepsi etis pria dalam
menilai kasus pelanggaran etika atau hukum.
• Ukuran atau besar – kecilnya (size) perusahaan berasosiasi positif dengan tingkat
pengungkapan sukarela (voluntary disclosures) dalam statement keuangan.
Secara statistis, generalisasi berarti menyimpulkan karakteristik populasi atas dasar
karakteristik sampel melalui pengujian statistis. Misalnya, suatu teori harus diajukan
untuk menjelaskan mengap a terjadi perbedaan luas atau banyaknya pengungkapan
dalam statement keuangan antarperusahaan.

E. ASPEK MANUSIA DALAM PENALARAN


Telah disinggung sebelumnya bahwa mengubah keyakinan melalui argumen dapat
merupakan proses yang kompleks karena pengubahan tersebut menyangkut dua hal yang
berkaitan yaitu manusia ya ng meyakini dan asersi yang menjadi objek keyakinan.
Manusia tidak selalu rasional dan bersedia berargumen sementara itu tidak semua asersi
dapat ditentukan kebenarannya secara objektif dan tuntas. Hal ini tidak hanya terjadi
dalam kehidupan umum sehari-hari tetapi juga dalam dunia ilmiah dan akademik yang
menuntut keobjektifan tinggi. Berikut ini dibahas beberapa aspek manusia yang dapat
menjadi penghalang (impediments) penalaran dan pengembangan ilmu, khususnya dalam
dunia akademik atau ilmiah.
1. Penjelasan Sederhana
Rasionalitas menuntut penjelasan yang sesuai dengan fakta. Kebutuhan akan penjelasan
terhadap apa yang mengusik pikiran merupakan fundasi berkembangnya ilmu
pengetahuan. Namun, keingingan yang kuat untuk memperoleh penjelasan sering
menjadikan orang puas dengan penjelasan sederhana yang pertama ditawarkan
sehingga dia tidak lagi berupaya untuk mengevaluasi secara saksama kelayakan
penjelasan dan membadingkan nya dengan penjelasan alternatif. Dengan kata lain,
orang menjadi tidak kritis dalam menerima penjelasan. Akibatnya, argumen dan
pencarian kebenaran akan terhenti sehingga pengembangan ilmu pengetahuan akan
terhambat.

2. Kepentingan Mengalahkan Nalar


Hambatan untuk bernalar sering muncul akibat orang mempunyai kepentingan tertentu
(vested interest) yang harus dipertahankan. Kepentingan sering memaksa orang untuk
memihak suatu posisi (keputusan) meskipun posisi tersebut sangat lemah dari segi
argumen.

3. Merasionalka n Dari pada Menalar


Sikap merasionalkan posisi dapat terjadi karena keterbatasan pengetahuan orang
bersangkutan dalam topik yang dibahas tetapi orang tersebut tidak mau mengakuinya.
Agar argumen berjalan dengan baik, para penalar paling tidak harus mempunyai
pengetahuan yang cukup dalam topik yang dibahas. Kurangnya pengetahuan (topical
knowledge) dapat menjebak orang untuk lari ke stratagem daripada argumen yang
layak. Sikap merasionalkan dalam diskusi da pat menimbulkan pertengkaran mulut,
perselisihan pendapat (dispute) , atau debat kusir. Dalam situasi ini, pihak yang terlibat
dalam diskusi biasanya tidak lagi mengajukan argumen yang sehat untuk mendukung
posisi tetapi mengajukan argumen kusir (pedestrian argument) untuk menyalahkan
pihak lain dan memenangi perselisihan. Jadi, tujuan diskusi bukan lagi mencari solusi
tetapi mencari kemenangan (kadang-kadang menangnya sendiri). Memenangi debat
(selisih pendapat) dan meyakinkan suatu gagasan adalah dua hal yang sangat
berbeda.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penalaran merupakan proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan meng
evaluasi suatu keyakinan akan asersi. Unsur-unsur penalaran adalah asersi, keyakinan, dan
argumen. Interaksi antara ketiganya merupakan bukti rasional untuk mengevaluasi
kebenaran suatu pernyataan teori. Asersi merupakan pernyataan bahwa sesuatu adalah
benar atau penegasan tentang suatu realitas. Keyakinan merupakan kebersediaan untuk
menerima kebenaran suatu pernyataan. Argumen adalah proses penurunan simpulan atau
konklusi atas dasar beberapa asersi yang berkaitan secara logis.

Asersi dapat dinyatakan secara verbal atau struktural. Asumsi, hipotesis, dan pernyataan
fakta merupakan jenis tingkatan asersi. Jenis tingkatan konklusi tidak dapat melebihi
jenis ting katan asersi yang terendah. Keyakinan merupakan hal yang dituju oleh
penalaran. Keyakinan mengandung beberapa sifat penting yaitu: keadabenaran, bukan
pendapat, bertingkat, mengandung bias, memuat nilai, berkekuatan, veridikal, dan
tertempa. Argumen bertujuan untuk mengubah keyakinan kalau memang keyakinan
tersebut lentuk untuk berubah. Argumen terdiri atas beberapa asersi yang berfungsi
sebagai premis dan konklusi. Argumen dapat bersifat deduktif dan non-deduktif (induktif
dan analogi).

B. SARAN

Penalaran merupakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip berpikir logis yang menjadi


basis dalam diskusi ilmiah. Penalaran juga merupakan suatu ciri sikap (attitude) ilmiah
yang sangat menuntut kesungguhan (commitment) dalam menemukan kebenaran ilmiah.
Sikap ilmiah membentengi sikap untuk memecahkan masalah secara serampangan,
subjektif, pragmatik, dan emosional. Penalaran memberi keyakinan bahwa suatu
pernyataan atau argumen layak untuk diterima atau ditolak. Penalaran logis merupakan
salah satu sarana untuk memverifikasi validitas suatu teori.

Dalam Penulisan Ini kami menyadari bahwa penulisan ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat membantu kami dalam penulisan berikutnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

https://suwardjono.staff.ugm.ac.id/buku/teori-akuntansi/36-bab2-penalaran.html

https://www.academia.edu/41975417/MAKALAH_KONSEP_PENALARAN_

Anda mungkin juga menyukai