Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI
PENALARAN DAN PEREKAYASAAN

DISUSUN OLEH :
HENDRY ROYNALDY E. TEMPA
C 301 19 140

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan nikmat-Nya yang tidak terhitung sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Teori Akuntansi Penalaran dan Perekayasaan yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi dan referensi. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kami menghaturkan
permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami pun sangat
mengharapkan bagi pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah dengan judul “Teori Akuntansi Penalaran
dan Perekayasaan” dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Terima kasih.

Palu, April 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1 Pengertian Penalaran.........................................................................................................3
2.2 Unsur dan Struktur Penalaran...........................................................................................4
2.3 Pengertian Argumen.........................................................................................................4
2.4 Jenis Argumen...................................................................................................................5
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
3.2 Penutup .............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian teori akuntansi menurut Hendriksen dan Van Breda (1992) adalah
penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set of broad
principles) yang memberikan kerangka referensi umum untuk mengevaluasi praktik
akuntansi dan memberikan pedoman dalam mengembangkan praktik dan prosedur
akuntansi yang baru. Praktik yang baik perlu dilandasi teori yang baik pula. Teori yang
baik perlu dilandasi penalaran yang baik pula. Oleh karena itu teori akuntansi perlu
dilandasi penalaran yang baik dan memadai pula.
Tujuan utama teori akuntansi adalah memberikan seperangkat prinsip yang logis, yang
membentuk kerangka umum dan dapat dipakai sebagai acuan untuk menilai dan
mengembangkan praktik akuntansi. Apakah suatu teori akuntansi dapat diterima atau
ditolak tergantung pada kemampuannya memprediksi realitas, menjelaskan praktik
akuntansi dan kemampuannya untuk menjadi dasar bagi pengembangan akuntansi di
masa mendatang.
Dalam teori akuntansi penalaran digunakan untuk mengembangkan praktik akuntansi,
karena penalaran merupakan suatu pemikiran logis dan sistematis sehingga teori-teori
dapat dibuat. Dalam penalaran terdapat pengungkapan pendapat, pernyataan-pernyataan
yang ada. Argumen merupakan salah satu bagian penalaran yang paling banyak
digunakan karena berisi pendapat penguatan ataupun penolakan. Argumen menurut
Kamus Besar Bahas Indonesia Online (KBBI) adalah alasan yang digunakan untuk
memperkuat suatu pendapat, pendirian atau gagasan seseorang. Argumen merupakan
bagian dari konsep penalaran di dalam teori akuntansi, karena argumen digunakan untuk
membentuk, mempertahankan atau mengubah suatu keyakinan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk membahas tentang
argumen yang merupakan salah satu bagian dari konsep penalaran dalam teori akuntansi,
yang dijabarkan dalam beberapa poin berikut:
1. Apa pengertian penalaran?
2. Apa saja unsur dan struktur penalaran?
3. Apa pengertian argumen?

1
4. Apa saja jenis argumen?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui tentang penalaran dalam teori
akuntansi. Dalam hal ini poin utama yang dibahas yaitu salah satu dari konsep penalaran
yaitu argumen. Oleh karena itu beberapa poin tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian penalaran.
2. Untuk mengetahui unsur dan struktur penalaran.
3. Untuk mengetahui pengertian argumen.
4. Untuk mengetahui jenis argumen.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penalaran
Penalaran berasal dari kata nalar dalam KBBI mempunyai arti pertimbangan tentang
baik buruk, kekuatan pikir atau aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis.
Sedangkan penalaran yaitu cara menggunakan nalar atau proses mental dalam
mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Beberapa pengertian penalaran
menurut para ahli sebagaimana dirangkum dari Jacob (dalam Sumartini, 2015:2) adalah
sebagai berikut:
Copi (1979) mengemukakan bahwa penalaran adalah bentuk khusus dari berpikir
dalam upaya pengambilan penyimpulan konklusi yang digambarkan premis. Glass
dan Holyoak (1986) mengatakan bahwa penalaran adalah simpulan berbagai
pengetahuan dan keyakinan mutakhir. Galloti (1989) penalaran adalah
menstransformasikan informasi yang diberikan untuk menelaah konklusi. Dapat
dikatakan bahwa Penalaran adalah daya pikir seseorang dalam menarik dan
menyimpulkan sesuatu.

Kesimpulannya penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk


membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau
asersi (assertion). Pernyataan yang dimaksud dapat berupa teori tentang suatu fenomena.
Penalaran diajukan dan dijabarkan untuk membentuk, mempertahankan, atau mengubah
keyakinan bahwa sesuatu (misal teori) adalah benar.
Penalaran melibatkan inferensi (inference) yaitu proses penurunan konsekuensi logis
dan melibatkan proses penarikan simpulan/konklusi (conclusion) dari serangkaian asersi
yang mana proses ini dapat bersifat deduktif maupun induktif. Penalaran mempunyai
peran penting dalam pengembangan, penciptaan, pengevaluasian, dan pengujian suatu
teori atau hipotesis.
Teori merupakan sarana untuk menyatakan suatu keyakinan dan penalaran merupakan
proses untuk mendukung keyakinan tersebut. Keyakinan terhadap teori berkisar antara
lemah sampai kuat sekali yang mana hal tersebut menunjukkan keefektifan penalaran
dalam menimbulkan daya dukung yang dihasilkan.
Penalaran memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
a. Logis. Penalaran harus mengandung unsur logis, artinya pemikiran yang dapat
ditimbang dengan objektif yang berdasarkan pada data yang sahih.

3
b. Analitis. Adalah kegiatan penalaran yang tak terlepas dari daya imajinatif pada
seseorang, dalam hal merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk
akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
c. Rasional. Adalah apa yang sedang dinalar menjadi fakta/kenyataan yang dapat
dipikirkan dengan mendalam.

2.2 Unsur dan Struktur Penalaran


Penalaran dibangun berdasarkan atas tiga unsur penting, yaitu asersi, keyakinan, dan
argumen, sedangkan struktur dari penalaran akan menggambarkan ketiga unsur tersebut
dalam menghasilkan suatu daya dukung atau bukti rasional terhadap suatu keyakinan
mengenai suatu pernyataan.
Asersi (assertion), merupakan pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa
sesuatu (misal teori) adalah benar. Asersi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu
sebagai elemen pembentuk (ingredient) argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan
oleh penalaran.
Keyakinan (belief), merupakan tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima
bahwa suatu pernyataan atau teori mengenai suatu fenomena atau gejala adalah benar.
Keyakinan merupakan unsur penting penalaran karena keyakinan menjadi objek atau
sasaran penalaran dan karena keyakinan menetukan posisi dan sikap seseorang terhadap
suatu masalah yang dibahas.
Argumen (argument), merupakan serangkaian asersi beserta keterkaitan dan inferensi
atau penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Argumen menjadi
unsur penting dalam penalaran karena argumen digunakan untuk membentuk,
memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.

2.3 Pengertian Argumen


Dalam kehidupan sehari-hari, istilah argumen sering digunakan secara keliru untuk
menunjuk ketidaksepakatan, perselisihan pendapat, atau bahkan pertengkaran mulut.
Dalam pengertian ini, argument berkonotasi negatif. Orang yang suka bertengkar dan
ingin menang sendiri akan menikmati dan memburunya tetapi orang yang ingin mencari
solusi atau alternatif pemecahan masalah yang terbaik akan menghindarinya. Dalam arti
positif, argumen dapat disamakan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau
mengajukan bukti rasional suatu asersi.
Menurut Keraf, (2007); Lanur, (1990); Toulmin, et al, (1979) :
4
Sesungguhnya, argumen merupakan landasan berpikir atau sebentuk seni retorika
yang beratensi menyajikan alasan-alasan logis untuk mempengaruhi pendapat dan
sikap pembaca agar pembaca percaya dan bertindak sesuai dengan hal yang
diinginkan penulis. Dengan kata lain, argumen terkait dengan teknik seni
memformulasikan pendapat atau kaidah merumuskan ide yang diwujudkan
melalui penalaran, penilaian, dan persuasi.

Menurut Alwasilah, (2005: 116). Nursisto (1999: 43), menyatakan bahwa:


Argumentasi adalah karangan yang berusaha memberikan alasan untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Karangan
argumentasi pasti memuat argumen, yaitu bukti dan alasan yang dapat
meyakinkan orang lain bahwa pendapat yang disampaikan benar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa argumen merupakan


pengungkapan pendapat ide gagasan seseorang dengan dasar bukti atau alasan yang kuat
untuk mempertahankan dan meyakinkan orang lain akan gagasannya ataupun untuk
menolak suatu gagasan, pendirian dari orang lain.
Nursisto (1999: 43) mengemukakan ciri-ciri argumentasi adalah sebagai berikut:
a. Mengandung bukti dan kebenaran.
b. Alasan kuat.
c. Menggunakan bahasa denotatif.
d. Analisis rasional (berdasarkan fakta).
e. Unsur subjektif dan emosional sangat dibatasi (sedapat mungkin tidak ada)

2.4 Jenis Argumen


Anatomi argumen. Asersi berkaitan dengan yang lain dalam bentuk inferensi atau
penyimpulan. Asersi dapat berfungsi sebagai premis atau konklusi yang merupakan
komponen argumen. Berikut ini adalah beberapa contoh argumen :
 Merokok adalah penyebab kanker karena kebanyakan penderita kanker adalah
perokok
 Keditor adalah pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga statemen
keuangan harus memuat informasi tentang kemampuan membayar utang.
Sebagai suatu argumen, asersi yang satu harus mendukung asersi yang lain yang
menjadi konkulusi. Kata-kata dengan huruf miring diatas merupakan kata indikator
argument yang dapat digunakan untuk menunjuk mana premis dan mana konklusi.
Dalam banyak hal, argumen tidak menunjukkan secara eksplisit kata-kata indikator
sehingga tidak dapat segera diidentifikasi mana premis dan mana konklusi. Akibatnya,
sulit untuk menentukan mana asersi yang mendukung da nana asersi yang didukung
sehingga dapat timbul berbagai interpretasi terhadap kaidah yang oleh Cederblom dan

5
Paulsen (1986) disebut principle of charitable interpretation. Prinsip ini menyatakan
bahwa bila terdapat lebih dari satu interpretasi terhadap satu argument, arguen harus
diinterpretasi sehingga premis-premis yang terbentuk memeri dukungan yang paling kuat
terhadap konklusi yang dihasilkan. Dengan kata lain, argumen yang dipilih adalah
argumen yang palusibilitasnya paling tinggi atau yang paling masuk akal dalam konteks
yang dibahas. Contoh Interpretasi:
Premis 1 : Jika anda berjanji untuk berbuat sesuatu, anda harus mengerjakannya
Premis 2 : Anda berjanji kepada panitia bahwa anda akan dating ke seminar itu
Konklusi : Anda harus datang ke seminar itu
Pada interpretasi diatas jelas dirasakan asersi “Anda harus datang ke seminar itu” paling
tepat didukung dalam argument daripada dua asersi yang lain.\

Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk mengklasifikasi argumen.


Klasifikasi yang ditinjau dari bagaimana penalaran diterapkan untuk menurunkan
konklusi merupakan klasifikasi yang sangat penting. Dalam hal ini sama halnya dengan
penalaran, argumen dapat diklasifikasikan menjadi argumen deduktif dan induktif.
a. Argumen Deduktif
Salah satu bentuk penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang disebut
silogisma. Silogisma tediri dari tiga komponen yaitu premis major, premis minor, dan
konklusi, berikut contohnya :
Premis major : Semua binatang menyuusui mempunyai paru-paru
Premis minor : Kucing binatang menyusui
Konklusi : Kucing mempunyai paru-paru
“Semua binatang menyusui” dalam contoh diatas disebut anteseden sedangkan
“mempunyai paru-paru” merupakan konsekuen. Dalam silogisma, konklusi akan benar
bila kedua premis benar dan premis minor menegaskan anteseden ( modus ponens )
atau premis minor menyangkal konsekuen ( modus tollens ).
Premis major : Semua burung bertelur
Premis minor : Kura-kura bertelur
Konklusi : Kura-kura adalah burung

Konklusi diatas salah karena premis minor menegaskan konsekuen bukan


menegaskan anteseden. Bila dipandang sebagai argumen, penalaran diatas tidak dapat
diterima (tidak valid) karena tidak lengkpanya premis major.

6
Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi keyakinan tentang
simpulan-simpulan yang diturunkan dari premis yang dianut. Dalam teori akuntansi,
premis major sering disebut sebagai postulat. Sebagai penalaran logis, argument-
argumen yang dihasilkan dengan pendekatan deduktif dalam akuntansi akan
membentuk teori akuntasi.
Dalam akuntasi, premis major dapat berasal dari konklusi penalaran deduktif.
Penalaran deduktif untuk suatu masalah menghasilkan argumen untuk masalah
tersebut. Oleh karena itu, penalaran dalam akuntansi dapat menjadi panjang dan terdiri
atas beberapa argumen.

b. Argumen induktif
Berbeda dengan argument deduktif yang merupakan argument logis, argument
induktif lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya. Contoh :
Contoh 1: Premis : Satu jeruk dari karung A manis rasanya
Premis : Satu jeruk berikutnya manis rasanya
Konklusi : Semua jeruk dalam karung A manis rasanya
Contoh 2: Premis : Sekelompok penderita kanker semuanya perokok
Konklusi : Merokok mnyebabkan kanker
Dalam contoh diatas, argumen mengalir dari informasi atas pengamatan khusus
atau tertentu menuju ke konklusi yang diterapkan untuk seluruh pengamatan yang
mungkin dilakukan. Konklusi melewati apa yang dapat ditunjukkan oleh fakta/bukti
empiris atau meliputi pula apa yang tidak diamati.
Akibat generalisasi, hubungan antara premis dan konklusi dalam penalaran induktif
tidak langsung dan tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam penalaran
induktif, kebenaran premis tidak selalu menjamin sepenuhnya kebenaran konklusi.
Kebenaran konklusi hanya dijamin dengan tingkat keyakinan tertentu. Artinya, jika
premis benar, konklusi tidak selalu benar.

Dua jenis argumen di atas merupakan jenis argumen umum yang sering dijumpai
dalam penalaran. Akan tetapi, terdapat beberapa jenis argumen lain berdasarkan hal-hal
yang terjadi dalam penalaran ataupun dalam pengukapan pendapat itu sendiri.
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Antonius Nesi dan Priska Filomena Iku berdasarkan
penelitian mereka, ada beberapa jenis argumen umum yang sering terjadi dalam

7
pengungkapan pendapat. Argumen tersebut adalah argumen berdasarkan analogi,
argumen berdasarkan fakta/persepsi, dan argumen konsekuensi.
Argumen analogi secara leksikal analogi dapat dipahani sebagai persamaan atau
persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan. Analogi memiki makna
kesepadanan antara bentuk bahasa yang menjadi dasar terjadinya bentuk lain (KBBI,
2008). Dikatakan dalam jurnal tersebut:
Argumen analogi merupakan model argumentasi yang didasarkan pada suatu
kasus yang sudah umum digunakan hal mana satu kasus yang lain dianggap
serupa dengan kasus tersebut.

Hal itu berarti, satu kasus memiliki satu karakteristik yang sama dengan kasus yang
lain, sehingga kedua kasus itu dapat dibandingkan melalui bahasa retoris untuk
menjelaskan, menguraikan, menalar, dan menilai karakteristiknya (Walton, 2014;
Walton, 2006, Ambon, 2018).
Argumen fakta/persepsi, seturut makna leksikalnya, fakta dapat dipahami sebagai
keadaan dan/atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi (KBBI, 2008). Walton
(2006) menyebut bahwa suatu fakta yang dinarasikan dapat juga melibatkan pancaindra
(persepsi). Konsekuensinya, suatu peristiwa yang disertakan dalam argumen dapat
melibatkan stimulus untuk meminta satu tanggapan langsung, dalam hal ini suatu proses
untuk mengetahui dan mendalami suatu hal, dan fakta atau peristiwa yang diindrai dapat
dipersepsikan sebagai bukti.
Argumen konsekuensi, Walton (2006) mengemukakan bahwa apabila dalam suatu
proposisi tereksplisit suatu tindakan yang harus dilakukan dan/atau tidak dilakukan oleh
orang lain, maka hal itu berarti ada suatu konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari
pernyataan tersebut. Jika pernyataan itu memuat perintah, imbauan, dan lain-lain yang
harus dilakukan orang lain, maka hal itu –selain bertali erat dengan penalaran, juga
persuasi– disebut argumen konsekuensi positif. Sebaliknya, jika di dalam pernyataan itu
tereksplisit suatu tindakan yang tidak boleh dilakukan orang lain, maka hal itu disebut
argumen konsekuensi negatif.
Argumen Sebab-Akibat. Untuk dapat menyatakan adanya hubungan kausal perlu
diadakan pengujian tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kaidah untuk menguji adanya
hubungan kausal adalah apa yang disebut kaidah kecocokan, kaidah kecocokan negative,
dan kaidah perbedaan yang dikemukakan oleh Jhon Stuart Mill. Dalam argumen, kasus-
kasus dalam ketiga kaidah diatas dapat diperlakukan sebagai premis. Kaidah ketiga
merupakan gabungan antara kaidah pertama dan kedua.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penalaran merupakan suatupola pemikiran logis dan sistematis dalam mengungkapkan
teori-teori yang ada. Praktik yang baik ada karena teori yang baik, teori yang baik ada
karena penalaran yang baik pula. Dalam penalaran pengungkapan pendapat ide gagasan
disebut argumen. Argumen merupakan pengungkapan atau penyampaian ide gagasan
untuk memperkuat pendirian ataupun untuk menolak pendapat orang lain.

3.2 Saran
Pemakalah sadar akan kekurangan isi makalah ini, makalah ini pun sangat jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami selaku pemakalah memohon maaf jika banyak
kesalahan dalam makalah ini, kami juga memohon kepada dosen dan teman-teman untuk
memberikan masukan yang membangun guna untuk memperbaiki makalah ini
kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hendriksen, E. S., dan M. Breda. 2000. Teori Akuntansi (Terjemahan). Edisi Kelima. Buku
Kesatu. Batam Centre: Interaksara

Antonius Nesi & Priska Filomena Iku. 2021. MODEL ARGUMEN PARAGRAF
ARGUMENTATIF DALAM ARTIKEL JURNAL TERINDEKS SINTA RUMPUN
PENDIDIKAN EKSAKTA: PERSPEKTIF DOUGLAS WALTON. Jurnal Inovasi
Pendidikan Dasar Vol. 5, No. 1, Bulan Januari Tahun 2021, Hal. 36-47

Suwardjono.2014. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi  Ketiga.


Yogyakarta: BPFE

Ikhsan, Arfan & Suprasto, Herkulanus Bambang. 2008. TEORI AKUNTANSI & RISET
MULTIPARADIGMA. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siallagan, Hamonangan. 2020. Teori Akuntansi. Edisi Pertama. Medan: LPPM UHN Press

Macagno, F., Walton, D., & Reed, C. 2017. Argumentation schemes. History, Classifications,
and Computational Applications Online

10

Anda mungkin juga menyukai