Anda di halaman 1dari 129

ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR BATU MENGGUNAKAN METODE CROSS

SECTION DI PT. WINONA PRAKARSA BAHARI, DESA ASMOROBANGUN,


KECAMATAN PUNCU, KABUPATEN KEDIRI, PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Tugas Akhir Pada Jurusan
Teknik Pertambangan

Disusun Oleh:

DIONESIUS NANI
11.2018.1.00711

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR BATU MENGGUNAKAN METODE


CROSS SECTION DI PT. WINONA PRAKARSA BAHARI DESA
ASMOROBANGUN, KECAMATAN PUNCU, KABUPATEN KEDIRI,
PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI
Oleh:

DIONESIUS NANI
11.2018.1.00711

Telah Disetujui Dosen Pembimbing Skripsi


Pada Tanggal 31 Juli 2023

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Dosen Pembimbing

Dr. Esthi Kusdarini, S.T., M.T. Yazid Fanani, S.T., M.T.


NIDN. 0729017201 NIDN. 0716128604

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR BATU MENGGUNAKAN METODE


CROSS SECTION DI PT. WINONA PRAKARSA BAHARI DESA
ASMOROBANGUN, KECAMATAN PUNCU, KABUPATEN KEDIRI,
PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI
Oleh:

DIONESIUS NANI
11.2018.1.00711

Telah diuji pada tanggal: 12 Juli 2023

Dan dinyatakan memenuhi syarat yang ditetapkan

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Dr. Esthi Kusdarini, S.T., M.T.


NIDN. 0729017201

Tim Penguji
Penguji Tanda Tangan

Yazid Fanani, ST., M.T. (………………………..)


NIDN. 0716128604
Fairus Atika Redanto Putri, S.T., M.T. (….…………………….)
NIDN. 0713089402
Avellyn Shinthya Sari, ST., M.T. (………………………..)
NIDN. 0709048203
Jusfarida, S.Si., M.T. (………………………..)
NIDN. 070905790

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dionesius Nani


NPM : 11.2018.1.00711
Jurusan : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknologi Industri

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
sebuah Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan, tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
makalah, jurnal maupun penelitian sebelumnya yang disebutkan dalam Daftar
Pustaka. Apabila ditemukan suatu jiplakan atau plagiat, maka saya bersedia
menerima akibat berupa sanksi akademis dan sanksi lainnya yang diberikan oleh
pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Surabaya, 28 Juni 2023


Pembuat

Dionesius Nani
11.2018.1.00711

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sang Juruselamat Dunia atas segala
berkat, rahmat, keselamatan, penyertaanmu serta roh kudus yang selalu kau
turunkan ke dunia ini, akhirnya skripsi yang sederhana ini yang penuh dengan
perjuangan dapat terselesaikan. Saya menyadari dalam pengerjaan skripsi ini
penuh dengan banyak tantangan akan tetapi saya percaya bahwa dengan kuasa dan
rohmu serta pertolongan bisa membawa terus saya dalam melewati tantangan
tersebut.

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang tercinta, yang kusayangi dan
orang-orang terdekat yang berpengaruh dalam hidup saya.

1. Keluarga
Terima kasih banyak untuk kedua orang tuaku, kupersembahkan skripsi
sederhana ini kepada superheroku mama tersayang dan tercinta "Adriana Doda
Tandipau" serta bapakku tercinta "Yohanes Hamin". Tak terhingga batasnya saya
mengucapkan terima kasih banyak atas segala motivasi, semangat dan juga
pengorbanan yang kau berikan untuk anakmu ini. Terima kasih banyak juga untuk
om tercinta dan terkasih saya "Pastor Frans Tandipau" yang selalu memberikan
bantuan tiada hentinya untuk saya.
2. Dosen
Saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Teknik
Pertambangan ITATS terutama Bapak Yazid Fanani, S.T., M.T. dan Ibu Fairus
Atika Redanto Putri, S.T., M.T. yang telah membimbing saya dalam pembuatan
skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

3. Orang-Orang Terdekat Saya


Terkhusus untuk orang-orang terdekat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu-
persatu. Terima kasih banyak sudah menerima saya dengan segala kekurangan

v
yang saya miliki. Terima kasih banyak sudah memberikan pertolongan yang tiada
habisnya di tanah rantau ini tanpa memandang imbalan apapun dan selalu
memberikan semangat serta motivasi untuk saya. Terima kasih sudah memberikan
ruang disaat saya berada di bawah dan tidak punya apa-apa. Terima kasih banyak
atas tenaga dan waktu kalian untuk saya. Semua hal yang telah kalian lakukan,
saya tidak akan lupakan. Terberkatilah kalian untuk orang-orang terdekat saya.
Mungkin kelak akan menjadi cerita untuk anak dan istri saya.

4. Teman-Teman Angkatan 2018


Terima Kasih untuk dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan serta cerita
selama kuliah.

vi
MOTTO

“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya


pada TUHAN!”
(Yeremia 17:7)

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah


dalam doa!”
(Roma 12:12)

“Tidak ada yang kebetulan dalam hidup kita, Tuhan sudah merangkai perjalanan
hidup kita sedemikian rupa”
(Andy F Noya)

vii
ABSTRAK

PT. Winona Prakarsa Bahari merupakan perusahaan swasta yang bergerak di


bidang pertambangan pasir batu yang berlokasi di Desa Asmorobangun,
Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur dengan memiliki luas
WIUP sebesar 39,81 Ha. PT. Winona Prakarsa Bahari memiliki ekspansi di IUP
baru, sehingga butuh dilakukan perhitungan sumberdaya. Tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk mengestimasi sumberdaya pasir batu yang ada di PT.
Winona Prakarsa Bahari. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam
mengestimasi sumberdaya adalah menggunakan metode cross section dengan
alasan metode ini sangat cocok diterapkan untuk endapan bahan galian atau
kondisi batuan yang memiliki homogenitas yang tinggi dan memiliki geometri
yang sederhana seperti halnya pasir batu, serta dapat menghasilkan keakuratan
perhitungan yang baik. Jumlah estimasi sumberdaya pasir batu diperoleh hasil
dengan melakukan pengolahan data menggunakan bantuan software autocad dan
surpac. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, estimasi sumberdaya pasir
batu menggunakan metode cross section didapatkan volume sumberdaya tereka
dengan jarak antar sayatan 50 m menghasilkan 20 penampang sayatan diperoleh
volume sebesar 2.288.092,38 m³, pada sumberdaya tertunjuk dengan jarak antar
sayatan 50 m menghasilkan 19 penampang sayatan diperoleh volume sebesar
2.177.805,55 m³,dan sumberdaya terukur dengan jarak antar sayatan 50 m
menghasilkan 18 penampang sayatan diperoleh volume sebesar 2.058.094,45 m³.

Kata kunci: Cross Section, Estimasi, Pasir Batu, Sumberdaya

viii
ABSTRACT

Winona Prakarsa Bahari Ltd. is a private company mining sandstone in


Asmorobangun Village, Puncu District, Kediri Regency, East Java Province, with
a WIUP area of 39.81 Ha. This company has an expansion in a new IUP, so a
resource calculation is necessary. This research aimed to estimate the stone sand
resources at Winona Prakarsa Bahari Ltd. using the cross-section method on the
grounds. This method is very suitable for mineral deposits or rock conditions that
have high homogeneity and simple geometries, such as sandstone. Furthermore, it
can produce good calculation accuracy. The amount of sandstone resources is
estimated by processing data with the help of Autocad and Surpac software. Using
the cross-section method, the results of the analysis and discussion indicated that
the inferred resources of sandstone with an inter-section distance of 50 m
produced 20 cross-sections of the incisions and a volume of 2,288,092.38 m 3.
Meanwhile, the indicated resources with a spacing of 50 m yielded 19 cross-
sections for the incisions and a volume of 2,177,805.55 m 3. The measured
resources, with a distance of 50 m between incisions, produced 18 cross-sections
and a volume of 2,058,094.45 m3.

Keywords: cross-section, estimation, sandstone, resources

Translated from the original by

ITATS Language Centre

547/Abs/ILC/VIII/2023

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat
karunia dan penyertaan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian tugas akhir yang berjudul “ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR
BATU MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION DI PT. WINONA
PRAKARSA BAHARI DESA ASMOROBANGUN, KECAMATAN PUNCU,
KABUPATEN KEDIRI, PROVINSI JAWA TIMUR”. Skripsi ini dibuat
sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi strata satu (S1)
dengan gelar Sarjana Teknik (S.T) pada jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Mineral dan Kelautan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
segala kekurangan dan juga dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan yang diberikan, penulis ingin mengucapkan beribu-ribu terima kasih
kepada:

1. Bapak Syamsuri, S.T., M.T., Ph.D. Selaku Rektor Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya
2. Bapak Dr. Lukmandono, S.T., MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri
3. Ibu Dr. Esthi Kusdarini, S.T., M.T. Selaku Ketua Jurusan Teknik
pertambangan
4. Bapak Yazid Fanani S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing I
5. Ibu Fairus Atika Redanto Putri S.T., M.T Selaku Dosen Pembimbing II
6. Ibu Avellyn Shinthya Sari, S.T., M.T Selaku Dosen Penguji I
7. Ibu Jusfarida, S.Si., M.T. Selaku Dosen Penguji II
8. PT. Winona Prakarsa Bahari bisa menerima saya dalam melakukan
penelitian tugas akhir

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan, maka dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka penulis

x
siap menerima saran dan kritikan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca dan juga seluruh pihak biar bisa
dijadikan sebagai bahan referensi terkhusus untuk Mahasiswa jurusan Teknik
Pertambangan di Institut Adhi Tama Surabaya.

Surabaya, 28 Juni 2023


Penulis

Dionesius Nani
11.2018.1.00711

xi
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
MOTTOii
ABSTRAKiii
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIii
DAFTAR GAMBARiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................3
1.4 Batasan Masalah....................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM..............................................................................5
2.1 Profil Perusahaan..................................................................................5
2.1.1 Profil PT. Winona Prakarsa Bahari..............................................5
2.1.2 Perizinan.......................................................................................5
2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah............................................................6
2.3 Kondisi Geologi Daerah Penelitian.......................................................8
2.3.1 Topografi......................................................................................9
2.3.2 Morfologi...................................................................................10
2.3.3 Stratigrafi....................................................................................11
2.3.4 Struktur Geologi.........................................................................12

xii
2.4 Vegetasi...............................................................................................13
2.5 Iklim....................................................................................................14
2.6 Kondisi Lapangan WIUP....................................................................15
BAB III DASAR TEORI..................................................................................16
3.1 Litologi Sirtu.......................................................................................16
3.2 Eksplorasi............................................................................................16
3.3 Tahapan Eksplorasi.............................................................................17
3.4 Teknik Pengambilan Sampling dan Pembuatan Sumur Uji................18
3.5 Sumberdaya dan Cadangan.................................................................20
3.6 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan...............................................21
3.7 Dasar Pemilihan Metode.....................................................................23
3.8 Metode Perhitungan Sumberdaya.......................................................25
3.9 Metode Cross Section.........................................................................25
3.9.1 Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan
Bertahap............................................................................................. 27
3.10 Perhitungan Volume............................................................................27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................29
4.1 Jenis Penelitian....................................................................................29
4.2 Pelaksanaan Penelitian........................................................................30
4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data....................................................31
4.4 Diagram Alir Penelitian......................................................................33
4.5 Diagram Pengolahan Data..................................................................34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................35
5.1 Hasil Penelitian.................................................................................35
5.1.1 Pemetaan Geologi......................................................................35
5.1.2 Survey Kedalaman Muka Air Tanah.........................................40
5.1.3 Model Geologi...........................................................................42
5.2 Pembahasan......................................................................................44
5.2.1 Kondisi Geologi Daerah Penelitian............................................44
5.2.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Estimasi Sumberdaya
Sirtu.....................................................................................................46
5.2.3 Hasil Volume Klasifikasi Sumberdaya Dengan Metode Cross
Section................................................................................................49
BAB VI PENUTUP.......................................................................................... 67
6.1 Kesimpulan.........................................................................................67
6.2 Saran....................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 69
LAMPIRAN...................................................................................................... 72

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian.........................................................................7


Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah.....................................................................8
Gambar 2.3 Peta Geologi Regional.........................................................................9
Gambar 2.4 Peta Topografi...................................................................................10
Gambar 2.5 Peta Morfologi..................................................................................11
Gambar 2.6 Kolom Stratigrafi di Daerah Penyelidikan........................................12
Gambar 2.7 Zonasi Fisiografi Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)......................13
Gambar 2.8 Vegetasi di Lokasi PT. Winona Prakarsa Bahari..............................14
Gambar 2.9 Kondisi Lapangan WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari...................16
Gambar 3.1 Jenis-Jenis bentuk penampang test pit..............................................20
Gambar 3.2 Hubungan umum target eksplorasi, sumberdaya mineral dan
cadangan mineral...................................................................................................20
Gambar 3.3 Metode Cross Section.......................................................................20
Gambar 3.4 Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan Bertahap..........20
Gambar 3.5 Rumus Mean Area.............................................................................20
Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian....................................................................33
Gambar 4.2 Diagram Pengolahan Data.................................................................34
Gambar 5.1 Dokumentasi Observasi Singkapan di Lapangan..............................36
Gambar 5.2 Peta Sebaran Titik Pengamatan Singkapan.......................................37
Gambar 5.3 Dokumentasi Pembuatan Sumur Uji.................................................38
Gambar 5.4 Peta Sebaran Titik Pembuatan Sumur Uji.........................................39
Gambar 5.5 Dokumentasi Pengambilan Data Koordinat di Lokasi Penelitian.....40
Gambar 5.6 Dokumentasi Pengukuran Muka Air Tanah Pada Sumur Warga......41
Gambar 5.7 Peta Survey Muka Air Tanah............................................................41
Gambar 5.8 Peta Geologi Lokal Lokasi Penelitian...............................................42
Gambar 5.9 Profil Litologi Sirtu...........................................................................43
Gambar 5.10 Sketsa Litologi Sirtu........................................................................44
Gambar 5.11 Model Sumberdaya Tereka.............................................................51

xiv
Gambar 5.12 Model Sumberdaya Tertunjuk.........................................................51
Gambar 5.13 Model Sumberdaya Terukur...........................................................52
Gambar 5.14 Model Cross Section Sumberdaya Tereka......................................55
Gambar 5.15 Model 3D Penampang Sayatan Sumberdaya Tereka.....................56
Gambar 5.16 Model Cross Section Sumberdaya Tertunjuk.................................59
Gambar 5.17 Model 3D Penampang Sayatan Sumberdaya Tertunjuk................60
Gambar 5.18 Model Cross Section Sumberdaya Terukur....................................63
Gambar 5.19 Model 3D Penampang Sayatan Sumberdaya Terukur...................64

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Identitas Perusahaan PT. Winona Prakarsa Bahari...............................6


Tabel 2.2 Rute Perjalanan Menuju Lokasi penelitian...........................................8
Tabel 2.3 Diagram hari hujan rata-rata tahun 2017-2021...................................14
Tabel 5.1 Titik koordinat pengamatan singkapan...............................................36
Tabel 5.2 Titik koordinat pembuatan sumur uji..................................................38
Tabel 5.3 Litologi Endapan Sirtu........................................................................43
Tabel 5.4 Hasil perhitungan volume sumberdaya tereka dengan metode cross
section pada pedoman perubahan bertahap............................................................57
Tabel 5.5 Hasil perhitungan volume sumberdaya tertunjuk dengan metode cross
section ....................................................................................................................61
Tabel 5.6 Hasil perhitungan volume sumberdaya terukur dengan metode cross
section pada pedoman perubahan bertahap............................................................65

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Koordinat WIUP.........................................................................72


LAMPIRAN B Peta Kesampaian Daerah.............................................................74
LAMPIRAN C Peta Lokasi Penelitian.................................................................75
LAMPIRAN D Peta Geologi Regional.................................................................76
LAMPIRAN E Peta Topografi.............................................................................77
LAMPIRAN F Peta Morfologi.............................................................................78
LAMPIRAN G Peta Sebaran Titik Pengamatan Singkapan.................................79
LAMPIRAN H Peta Sebaran Titik Pembuatan Sumur Uji...................................80
LAMPIRAN I Peta Survey Muka Air Tanah........................................................81
LAMPIRAN J Peta Geologi Lokal.......................................................................82
LAMPIRAN K Estimasi Sumberdaya Pasir Batu Dengan Metode Cross Section....
................................................................................................................................83

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di saat ini sektor infrastruktur memiliki peranan besar dalam pertumbuhan
ekonomi baik dari lingkup wilayah kabupaten hingga Negara. Pembangunan
infrastruktur memberikan percepatan perkembangan wilayah. Pembangunan
infrastruktur khususnya di Jawa Timur memicu adanya kebutuhan pasokan bahan
pokok sebagai media dasar berjalannya proses - proses pembangunan. Salah satu
pasokan kebutuhan bahan pokok yang saat ini memiliki nilai masif untuk bahan
galian sirtu. Meninjau pada keterdapatan potensi sumber daya alam di Kabupaten
Kediri, secara geologi di Kabupaten ini memiliki potensi sumber daya pasir silika
yang dapat dikelola secara mentah (langsung) ataupun melalui proses pengolahan
(tidak langsung). Secara potensi geologinya (geologi regional), salah satu sebaran
keterdapatan pasir berkerikil alami (sirtu) dapat dioptimalkan untuk dilakukan
proses penambangan di Kabupaten Kediri yang berada pada wilayah administrasi
di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu.

PT. Winona Prakarsa Bahari adalah perusahaan swasta yang beralih di bidang
pertambangan sirtu yang berlokasi di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu,
Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Total luas wilayah izin usaha
pertambangan (WIUP) PT. Winona Prakarsa Bahari yakni seluas 39,81 Ha.

PT. Winona Prakarsa Bahari saat ini sudah mendapatkan izin usaha pertambangan
(IUP) eksplorasi. Untuk mengetahui keberadaan dari endapan bahan galian sirtu
maka perlu dilakukan kegiatan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi ini bertujuan untuk
mengetahui posisi, bentuk, letak dari endapan bahan galian sirtu tersebut.
Sehingga pada proses selanjutnya akan dilakukan perhitungan sumberdaya guna
untuk mengetahui total ataupun jumlah dari endapan bahan galian sirtu tersebut.
Seperti pada halnya PT. Winona Prakarsa Bahari sendiri yang terdapat pada area
eksplorasi yang belum ditentukan atau diperkirakan jumlah sumberdayanya.

1
Estimasi sumberdaya itu sendiri dimaksudkan untuk memperkirakan nilai atau
jumlah endapan bahan galian yang akan di tambang. Seperti halnya pada PT.
Winona Prakarsa Bahari akan dilakukan perhitungan sumberdaya sirtu pada area
eksplorasi. Pada proses estimasi sumberdaya perlu membutuhkan data-data awal
atau data base, data base ini didapat di lapangan dengan cara pengukuran atau
survey pemetaan geologi untuk mengetahui bentuk, letak dan sebaran dari bahan
galian sirtu itu sendiri.

Memperkirakan sumberdaya sirtu adalah pekerjaan penting dan bertanggung


jawab dalam mengevaluasi proyek pertambangan. Perhitungan sumberdaya
memainkan peran esensial dalam menunjukkan kuantitas, kualitas, dan kesesuaian
eksplorasi yang menguntungkan terhadap suatu endapan. Keuntungan dari
estimasi sumberdaya adalah memberikan kuantitas dan kualitas suatu endapan,
memberikan gambaran tiga dimensi dari deposit mineral, kuantitas sumberdaya
menentukan umur tambang dan batas operasi penambangan dibuat berdasarkan
kuantitas sumberdaya. Di indonesia dalam menentukan sumberdaya mineral ini
mengikuti acuan Standar Nasional Indonesia, dimana sumberdaya nanti akan
dibedakan menjadi tiga yaitu sumberdaya tereka, sumberdaya tertunjuk dan
sumberdaya terukur. Masing-masing dibedakan berdasarkan tingkat keyakinan
geologinya. Dalam menentukan jumlah sumberdaya sirtu di PT. Winona Prakarsa
Bahari, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross section.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi geologi di PT. Winona Prakarsa Bahari?
2. Parameter apa saja yang mempengaruhi estimasi sumberdaya sirtu?
3. Berapa jumlah volume sumberdaya sirtu yang didapatkan menggunakan
metode cross section di PT. Winona Prakarsa Bahari?
3

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kondisi geologi di PT. Winona Prakarsa Bahari.
2. Menentukan parameter yang mempengaruhi estimasi sumberdaya sirtu.
3. Mengetahui jumlah volume sumberdaya sirtu yang didapatkan
menggunakan metode cross section di PT. Winona Prakarsa Bahari.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Winona Prakarsa Bahari, Desa
Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.
2. Jumlah titik pembuatan sumur uji ada 8 titik dan juga jumlah titik
pengamatan singkapan ada 8 titik.
3. Potensi bahan galiannya yaitu sirtu.
4. Metode perhitungan volume sumberdaya sirtu menggunakan metode cross
section.
5. Perhitungan volume sumberdaya sirtu dengan metode cross section
menggunakan software surpac.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait antara
lain:
1. Bagi masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah untuk memperluas ide dan
pengetahuan tentang ilmu pertambangan khususnya pada estimasi sumberdaya
sirtu.

2. Bagi perusahaan
Manfaat penelitian ini bagi perusahaan adalah untuk menjawab atas dasar dari
persoalan mengenai besaran sumberdaya sirtu pada wilayah pertambangan.
Sehingga sudah bisa mengetahui jumlah sumberdayanya dan akan mempermudah
dalam melakukan kegiatan berikutnya serta memaksimalkan produksi sirtu.
4

3. Bagi akademisi
Melalui penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi atau bahan untuk
menambah ide serta refleksi bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman
langsung dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang dikuasai.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan

2.1.1 Profil PT. Winona Prakarsa Bahari


PT. Winona Prakarsa Bahari secara administratif berada di Desa Asmorobangun,
Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. PT. Winona Prakarsa
Bahari adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pertambangan
sirtu yang dalam akta pendiriannya bergerak di bidang pertambangan turut serta
untuk mengembangkan peluang usaha dalam bidang pertambangan khususnya di
kabupaten kediri dalam rangka memperbesar kesempatan kerja dan
menumbuhkan taraf hidup masyarakat khususnya di kecamatan puncu.

Status perizinan yang telah didapatkan oleh PT. Winona Prakarsa Bahari adalah
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi, dengan SK WIUP Nomor 128/MB.03/DJB/WIUP/2021 tanggal 02
September 2021 dengan luas 39,81 Hektar dan SK IUP Eksplorasi Nomor
1684/1/IUP/PMDN/2021 tanggal 6 Desember 2021 dengan jangka waktu 3 (tiga)
tahun sampai dengan 6 Desember 2024.

2.1.2 Perizinan
Bentuk legalitas perizinan usaha pertambangan yang telah dimiliki oleh PT.
Winona Prakarsa Bahari pada administrasi wilayah Desa Asmorobangun,
Kecamatan Puncu, Kabupaten kediri, Provinsi Jawa Timur antara lain :

1. Persetujuan Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Komoditas


Batuan (sirtu) dengan luas wilayah 39,81 Ha kepada PT. Winona Prakarsa
Bahari melalui surat Keputusan Kementerian dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Mineral Dan Batubara Nomor
128/MB.03/DJB/WIUP/2021. Tanggal berlaku dimulai pada 02 September

5
6

2. 2021 dan berakhir pada sepuluh (10) hari terhitung sejak tanggal keputusan
Menteri ditetapkan.

3. Persetujuan Pemberian Izin Usaha Pertambangan Untuk Komoditas Batuan


(Sirtu) dengan luas wilayah 39,81 Ha kepada PT. Winona Prakarsa Bahari
melalui Surat Keputusan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor: 128/MB.03/DJB/WIUP/2021. Ditetapkan di
Jakarta pada tanggal 06 Desember 2021 dan berakhir pada tiga (3) tahun
sampai dengan 6 Desember 2024 untuk tahap kegiatan eksplorasi sejak
tanggal keputusan Menteri ditetapkan.

Sebagai salah satu pemegang izin IUP Eksplorasi yang telah diberikan hak atas
kewajiban dan tanggung jawab. Pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini
yaitu:
Tabel 2.1
Identitas Perusahaan PT. Winona Prakarsa Bahari
1 Nama Perusahaan PT. Winona Prakarsa Bahari

Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu,


2 Alamat Perusahaan
Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur

3 Telepon (0343) 426 178


4 NPWP Perusahaan 03.158.986.4-624.000
5 Komoditas Sirtu
Desa Asmorobangun
Kecamatan Puncu
6 Lokasi Tambang
Kabupaten Kediri
Provinsi Jawa Timur
7 Luas WIUP 39,81 Ha
(Sumber: PT. Winona Prakarsa Bahari, 2022)

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Winona Prakarsa Bahari
secara administratif berada di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten
Kediri, Provinsi Jawa Timur dengan total wilayah seluas 39,81 ha. Lokasi WIUP
PT. Winona Prakarsa Bahari terletak pada koordinat geografis yang dapat dilihat
pada lampiran A.
7

Batas administratif Desa Asmorobangun adalah sebagai berikut:


1. Sebelah Utara : Desa Wonorejo
2. Sebelah Selatan : Desa Puncu
3. Sebelah Timur : Desa Kampungbaru
4. Sebelah Barat : Desa Satak dan Desa Manggis

Berikut ini merupakan gambar peta lokasi penelitian wilayah izin usaha
pertambangan PT. Winona Prakarsa Bahari yang bisa diperhatikan pada gambar
2.1.

(Sumber: Data Penelitian, 2022)


Gambar 2.1
Peta Lokasi Penelitian

Untuk menuju ke lokasi penelitian yang terletak di Desa Asmorobangun,


Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri berjarak ± 103 Km dari Jl. Semolowaru
Elok Blok AL No.12 Medokan Semampir (Kos Peneliti) dan dapat ditempuh
dengan kendaraan bermotor roda dua maupun empat selama ± 3 jam 33 menit.
Berikut ini rute perjalanan menuju lokasi penelitian yang dapat diperhatikan pada
tabel 2.2.
8

Tabel 2.2
Rute Perjalanan Menuju Lokasi penelitian
Jarak Waktu
No Jalur
Tempuh Tempuh
Kota Surabaya - Rumah Kepala Dusun ± 3 Jam 23
1 ± 99 Km
Asmorobangun Menit
Rumah Kepala Dusun Asmorobangun-
2 ± 4 Km ± 10 Menit
Lokasi Penelitian
(Sumber: Data Penelitian, 2022)

Berikut ini merupakan gambar peta kesampaian daerah menuju ke lokasi


penelitian PT. Winona Prakarsa Bahari yang bisa diperhatikan pada gambar 2.2.

(Sumber: Data Penelitian, 2022)


Gambar 2.2
Peta Kesampaian Daerah

2.3 Kondisi Geologi Daerah Penelitian


Secara umum, lokasi penelitian termasuk dalam Peta Geologi Regional Lembar
Kediri dengan skala 1:100.000. Lokasi Izin usaha pertambangan PT. Winona
Prakarsa Bahari secara geologi regional terletak pada lembar Kediri, Jawa Timur
(Suharsono dan (and) T. Suwarti, 1992). Secara fisiografi, daerah pada lembar
9

Kediri termasuk pada lajur Zona Solo (Van Bemmelen, 1949). Zona Solo
merupakan cekungan sedimenter aktif dengan sistem fluvial yang menerima
pasokan sedimen dari busur gunungapi lajur depresi di antara deretan gunung api
sekarang (intermontane plains). Berdasarkan Peta Geologi Regional, lokasi
penelitian termasuk dalam formasi Batuan Gunungapi Kelud Muda yang bisa
diperhatikan pada gambar 2.3 berikut ini.

(Sumber: Data Penelitian, 2022)


Gambar 2.3
Peta Geologi Regional

2.3.1 Topografi
Keadaan topografi pada lokasi penelitian berada pada elevasi yang bervariasi.
Elevasi terendah berada pada 371 mdpl dan elevasi tertinggi berada pada elevasi
413 mdpl. Berikut ini merupakan peta topografi wilayah izin usaha pertambangan
PT. Winona Prakarsa Bahari yang bisa diperhatikan pada gambar 2.4.
10

(Sumber: Data Penelitian, 2022)


Gambar 2.4
Peta Topografi

2.3.2 Morfologi
Keadaan morfologi pada lokasi penelitian berdasarkan kenampakan umum
termasuk pada satuan morfologi perbukitan rendah dan sedang bergelombang.
Morfologi perbukitan bergelombang pada wilayah izin usaha pertambangan
(WIUP) PT. Winona Prakarsa Bahari merupakan daerah dengan ketinggian
berkisar 371 – 413 mdpl hal ini juga dapat diketahui dari Wilayah Kecamatan
Puncu yang berada pada wilayah kaki Gunung Kelud di sebelah Timur dari
Kabupaten Kediri. Lokasi WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari berada pada kaki
Gunung Kelud yang pada kondisi bentuk lahannya merupakan perbukitan
vulkanik (kipas lahar Gunung Kelud). Keadaan morfologi lokasi penelitian bisa
perhatikan pada gambar 2.5 peta morfologi wilayah izin usaha pertambangan PT.
Winona Prakarsa Bahari berikut ini.
11

(Sumber: Data Penelitian, 2022)


Gambar 2.5
Peta Morfologi

2.3.3 Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Regional lembar Kediri (Gambar 2.3), tatanan
stratigrafi lokasi izin usaha pertambangan tersusun oleh satuan batuan gunung api
kelud muda (Qvk) dan endapan lahar (Qvlh).
1. Batuan Gunung Api Kelud Muda (Qvk)
Batuan gunung api kelud muda (Qvk) merupakan jenis batuan vulkanik muda
pada lokasi izin usaha pertambangan PT. Winona Prakarsa Bahari yang dihasilkan
oleh abu vulkanik. Batuan ini berada pada zaman kuarter masa holosen yang
terdiri dari lava, breksi tuf, aglomerat, tuf dan lahar. Proses pembentukan berasal
dari magma yang keluar dari aktivitas gunung api, lalu mengalami litifikasi,
sedimentasi, kompaksi, dan sementasi kemudian menjadi batuan sedimen. Batuan
gunung api kelud muda (Qvk) di dominasi oleh lahar dengan pelamparan di lokasi
konsesi IUP tersebar merata dan memiliki penyebaran menerus pada bagian utara
hingga selatan wilayah konsesi.
12

2. Endapan Lahar (Qvlh)


Endapan lahar (Qvlh) pada geologi regional lembar kediri berumur zaman kuarter
masa holosen merupakan kelompok batuan vulkanik yang telah tersedimentasi
dimana proses terjadinya karena aliran material vulkanik yang biasanya berupa
campuran batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi karena
aktivitas gunung berapi. Endapan lahar lembar kediri pada umumnya berwarna
kecoklatan abu abu, ukuran matriks pasir halus – kasar. Memiliki sortasi yang
baik, endapan lahar ini memiliki susunan batuan berupa kerikil – pasir gunung api,
tuf dan lempung.
Berikut ini merupakan kolom stratigrafi di daerah penyelidikan yang bisa
diperhatikan pada gambar 2.6.

(Sumber: Pengolahan Data,2022)


Gambar 2.6
Kolom Stratigrafi di Daerah Penyelidikan

2.3.4 Struktur Geologi


Jika disesuaikan dengan formasi geologinya, Jawa Timur terbagi menjadi
beberapa wilayah ataupun zona. Menurut Van Bemmelen (1949) fisiografi Jawa
Timur terdiri dari Zona Rembang, Randublatung, Kendeng, Solo, dan
Pegunungan Selatan. Pembagian zona tersebut terus berkembang sesuai dengan
kondisi morfologi wilayah yaitu Zona Pegunungan Selatan, Busur Vulkanik
Kuarter, Pusat Depresi Jawa, Kendeng, Depresi Randublatung, Rembang dan
Madura, serta Dataran Aluvial Utara Jawa. Pembagian zona fisiografi Jawa Timur
secara umum bisa diperhatikan melalui Gambar 2.7.
13

(Sumber: Van Bemmelen, 1949)


Gambar 2.7
Zonasi Fisiografi Regional Jawa Timur (Sumber: Van Bemmelen, 1949)

Kondisi geologi pada lokasi eksplorasi adalah sederhana sehingga struktur geologi
di lokasi konsesi IUP PT. Winona Prakarsa Bahari berdasarkan geologi lembar
kediri tidak ditemukan adanya struktur. Struktur yang terjadi di luar konsesi IUP
berdasarkan geologi lembar kediri yaitu kelurusan yang berada di sebelah barat
menuju ke arah utara jauh dari lokasi konsesi IUP PT. Winona Prakarsa Bahari.

2.4 Vegetasi
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian bahwa pada lokasi konsesi IUP
PT. Winona Prakarsa Bahari merupakan kawasan sawah, tegalan dan kebun
sehingga dapat dipastikan jenis dan jumlah tanaman yang terdapat di lokasi
tersebut sangat terbatas dan tidak dijumpai jenis tanaman yang dilindungi, jenis
tanaman keras yang ada berupa pohon alpukat, pohon sengon, pohon bambu dan
lain-lain. Sedangkan untuk jenis rerumputan berupa rumput jarum, rumput gajah,
alang-alang, putri malu dan lain-lain. Sedangkan untuk tanaman budidaya berupa
pisang, nanas, jagung dan cabe. Sedangkan untuk fauna yang terdapat di lokasi
berupa serangga, ikan, burung dan lain-lain. Berikut ini adalah jenis vegetasi di
lokasi penelitian yang bisa diperhatikan pada gambar 2.8.
14

(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2022)


Gambar 2.8
Vegetasi di Lokasi PT. Winona Prakarsa Bahari

2.5 Iklim
Secara umum di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri
mempunyai iklim tropis dengan musim penghujan dan kemarau secara bergantian.
Data curah hujan Kabupaten Kediri tahun 2017-2021 bisa diperhatikan pada tabel
2.3 berikut ini.
Tabel 2.3
Diagram hari hujan rata-rata tahun 2017-2021
Jumlah Curah Hujan Menurut Bulan di Kota
BULAN Kediri (mm)
2017 2018 2019 2020 2021
Januari 343 290 312 391 535
Februari 256 429 461 261 360
Maret 239 347 316 385 591
April 253 135 283 198 224
Mei 48 13 6 379 109
Juni 36 2 0 57 152
Juli 7 7 0 42 1
Agustus 0 0 0 12 0
September 10 6 0 9 99
Oktober 2 0 0 60 2
November 225 67 23 220 271
Desember 558 113 270 344 193
(Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2021)
15

2.6 Kondisi Lapangan WIUP


Keadaan aktual pada lokasi penelitian di wilayah izin usaha pertambangan
(WIUP) PT. Winona Prakarsa Bahari pada umumnya merupakan lahan milik
warga setempat desa asmorobangun yang dijadikan sebagai lahan untuk bercocok
tanam dengan menanami aneka jenis tanaman budidaya seperti cabe, nanas,
jagung, dan pisang. Lokasi penelitian memiliki morfologi bergelombang rendah
dan sedang dengan keadaan topografi yang berbeda-berbeda dimana pada bagian
utara dalam wiup memiliki elevasi 371 - 391 mdpl dan bagian selatan dalam wiup
memiliki elevasi 392 - 413 mdpl. Pada lokasi penelitian juga terdapat beberapa
singkapan endapan bahan galian sirtu yang tampak jelas muncul di permukaan.
Berikut ini merupakan kondisi aktual pada lokasi penelitian yang bisa
diperhatikan pada gambar 2.9.

(
sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022)
Gambar 2.9
Kondisi Lapangan WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Litologi Sirtu


Litologi adalah deskripsi karakteristik yang fisiknya terlihat pada batuan yang
tersingkap di permukaan berdasarkan karakteristiknya seperti corak, komponen
mineral dan ukuran butirnya. Sedangkan singkapan merupakan bagian dari batuan
dasar yang tetap lengkap (belum berubah oleh pelapukan) yang tersingkap,
sebagai akibat adanya erosi oleh gaya-gaya yang bekerja pada lapisan permukaan.
Secara umum sirtu berasal dari hasil aktivitas gunungapi yang tidak teruraikan,
tercampur dari beberapa ukuran mulai dari ukuran pasir sampai bongkah yang
berada di dataran rendah akibat proses pengendapan. Endapan ini merupakan hasil
transportasi dan sedimentasi yang telah tertransport jauh dari sumbernya.
Karakteristik dari endapan sirtu sendiri secara fisik memiliki ciri berupa butiran
lepas, berwarna abu-abu kehijauan, tekstur klastik, komposisi tersusun oleh
mineral feldspar, lithic (pecahan batuan), piroksen, hornblende dan mineral opak.

Sirtu terbentuk akibat pengumpulan pasir dan batuan yang mengalami


pengendapan di area yang relatif rendah seperti lembah gunung dan sungai. Sirtu
tersusun dari 2 macam material dengan komposisi material berukuran besar dari
batuan beku, metamorf atau sedimen dan material kecil yang merupakan pasir dan
lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya, bercampur
menjadi satu dengan material halus dan tertransport pada aliran sungai. Semakin
kuat pelapukan dan semakin jauh material tertransport maka ukurannya semakin
kecil dan butirannya semakin bulat halus. Namun, karena kondisi asli material
yang beragam, maka tak jarang ukuran material yang hadir beragam.

3.2 Eksplorasi

16
17

Eksplorasi adalah suatu kegiatan untuk mencari dan mengetahui endapan mineral
berharga. Tahapan eksplorasi umumnya dilaksanakan meliputi empat tahap yaitu
survei tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan
17

penyelidikan geologi ini yaitu untuk mengetahui ukuran, bentuk, keterdapatan,


sebaran, kualitas serta kuantitas endapan sebagai dasar apakah kemungkinan
dilakukan investasi. Langkah dalam penyelidikan geologi ini melibatkan
penentuan tingkat kepercayaan geologi dan jenis sumberdaya yang dihasilkan.

3.3 Tahapan Eksplorasi


Dalam dunia pertambangan, ada fase yang dikenal dengan fase eksplorasi. Tahap
atau fase eksplorasi adalah pekerjaan memahami dan memperoleh ukuran, bentuk,
lokasi, rata-rata dan jumlah sumberdaya tambang. Dengan menggunakan metode
estimasi sumberdaya eksplorasi yang tepat adalah langkah terakhir dalam
menentukan apakah suatu endapan layak untuk ditambang.

Tahapan eksplorasi berdasarkan penggolongan sumberdaya dan cadangan


dilakukan melalui empat tahapan yaitu:

1. Survei Tinjau
Tahap eksplorasi terdiri dari identifikasi wilayah potensi mineral dalam skala
regional terutama berdasarkan hasil survei geologi regional, termasuk pemetaan
geologi regional, foto udara, metode tidak langsung dan uji lapangan pendahuluan
untuk menarik kesimpulan tentang dasar ekstrapolasi. Tujuan survei tinjau adalah
untuk mengidentifikasi area yang berpotensi anomali atau termineralisasi untuk
penyelidikan lebih lanjut. Hanya perkiraan jumlah atau kuantitas yang harus
dibuat. Apabila datanya lengkap atau ada kemiripan dengan endapan lain.

2. Prospeksi
Fase eksplorasi dengan memperkecil area yang memiliki potensi mineralisasi.
Teknik yang dipakai dalam hal ini yaitu pemetaan geologi untuk mengenali
lapisan batuan yang tersingkap dan metode tidak langsung seperti studi geokimia
dan geofisika. Kegiatan penggalian, pengeboran dan pengambilan sampel terbatas
juga dapat dilakukan selama prospeksi. Tujuan prospeksi yaitu untuk menentukan
cebakan mineral mana yang akan menjadi target pada tahap eksplorasi berikutnya.
18

3. Eksplorasi Umum
Fase eksplorasi adalah penggambaran awal dari cebakan mineral yang ditemui.
Teknik yang dipakai dalam eksplorasi umum meliputi survei geologi,
pengambilan sampel skala besar, penggalian parit dan pengeboran untuk
memberikan perkiraan awal kuantitas dan kualitas cebakan mineral. Interpolasi
dapat dilaksanakan sampai batas tertentu berdasarkan metode penelitian tidak
langsung. Tujuan eksplorasi umum yaitu untuk mengetahui karakteristik geologis
suatu bahan galian berdasarkan data sebaran dan ukuran, bentuk, sebaran, jumlah
dan kualitas sebelumnya. Tingkat akurasi harus dipakai untuk mendapatkan
apakah studi kelayakan dan eksplorasi rinci dibutuhkan.

4. Eksplorasi Rinci
Fase eksplorasi dimana kemunculan mineral yang diketahui didefinisikan secara
rinci dalam tiga dimensi dengan mengambil sampel pada batuan yang tersingkap,
parit, lubang bor, shafts dan terowongan. Interval sampling sedemikian dekat
sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas serta karakteristik dari
endapan mineral lainnya dapat ditentukan dengan sangat akurat. Tes penanganan
sampel massal mungkin diperlukan.

3.4 Teknik Pengambilan Sampling dan Pembuatan Sumur Uji


Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel awal daripada suatu
pekerjaan pertambangan. Lebih khusus lagi, sampling adalah kumpulan material
secara kualitatif dan kuantitatif dapat mewakili suatu batuan, formasi, atau
endapan mineral dengan catatan yang mencakup area dan komponen batuan,
formasi, atau endapan mineral tersebut.

Cara pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil bergantung pada
beberapa faktor meliputi jenis cebakan, persebaran, ukuran cebakan, lokasi
pengambilan sampel, kedalaman pengambilan sampel dalam hubungannya dengan
lokasi dan kondisi batuan induk dan anggaran sampel.
19

Macam-macam metode sampling antara lain:

1. Grab Sampling
grab sampling adalah teknik pengambilan sampel bongkahan besar dari material
(baik di dalam maupun dari suatu permukaan) yang mengandung mineralisasi
secara acak (tanpa pemilihan khusus).

2. Bulk Sampling
Bulk sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana material dalam volume
besar. Pada tahap prapenambangan, pengambilan sampel curah ini dilakukan
untuk memahami kandungan di wilayah kerja. Metode pengambilan sampel
massal juga sering digunakan dalam pengujian metalurgi yang tujuannya adalah
untuk menentukan pemilihan proses pengolahan. Dalam kegiatan eksplorasi
metode sampling ini digunakan untuk mengambil sampel dari sumur uji.

3. Chip Sampling
Chip sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang menggunakan palu
atau pahat untuk mengumpulkan kepingan batuan yang pecah di sepanjang jalur
yang memotong zona mineralisasi. Jalur pengambilan sampel biasanya bidang
horizontal dan fragmen batuan dikumpulkan dalam kantong pengambilan sampel.
Terkadang mendapatkan ukuran sampel yang konsisten (baik ukuran butir dan
jumlah serta jarak) cukup sulit, terutama dengan urat yang keras dan rapuh. Oleh
karena itu, kesalahan seperti oversampling dapat terjadi ketika ukuran fragmen
secara proporsional lebih besar daripada fragmen berkualitas rendah.

4. Channel Sampling
channel sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana menciptakan
alur di permukaan yang menunjukkan jejak bijih. Alur dibikin terstruktur dan
merata ( memiliki lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) dengan model horizontal,
vertikal atau tegak lurus kemiringan lapisan.

Test Pit adalah metode eksplorasi secara langsung yang dipakai untuk mencari
cebakan mineral atau menjamin kelangsungan suatu lapisan cebakan mineral
secara vertikal. Untuk mendapatkan kebenaran atau tanda mengenai eksistensi
20

cebakan mineral di bawah tanah dan mendapatkan sampel batuan, pembuatan


sumur uji biasanya dilakukan dengan cara digali memakai alat yang simpel seperti
halnya linggis, cangkul, pengki, sekop dan sebagainya.

gambaran penampang test pit biasanya empat persegi panjang dengan parameter
dari 75 x 100 m hingga 150 x 200 m. sedangkan kedalaman tergantung pada
kedalaman cebakan mineral dan kestabilan dinding test pit. Tanpa penyangga
kedalaman test pit bervariasi dari 4 - 5 m.

(Sumber: Laporan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik, 2018)


Gambar 3.1
Jenis-jenis bentuk penampang test pit (Sumber: Laporan Kaidah
TeknikPertambangan, 2018)

Untuk mendapatkan bentuk yang tepat dari gambaran dan posisi cebakan mineral
secara luas, kemudian digali beberapa test pit dengan bentuk yang biasa misalnya
empat persegi panjang maupun bujur sangkar dengan ukuran yang tepat (100-500
m), kecuali kondisi tanah atau topografi tidak memungkinkan.

Pengaruh buruk dari aktivitas ini terjadi jika besaran dan ukuran lubang uji besar,
volume tanah dan batuan yang digali juga besar. Sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan tanah yang signifikan, namun karena aktivitas ini relatif cepat dan
dapat dengan mudah diisi kembali ke lubang uji serta dampaknya dapat diabaikan.
Dengan kedalaman dan jarak lubang uji yang tidak terbatas, volume tanah galian
juga terbatas dan area kerusakan juga sempit.

3.5 Sumberdaya dan Cadangan


Sumberdaya mineral merupakan kumpulan mineral yang bernilai ekonomis di
dalam kerak bumi dengan kualitas, ukuran dan kuantitas tertentu yang secara
wajar diperkirakan dapat dieksploitasi secara ekonomi. Sumberdaya ini dapat
21

ditingkatkan menjadi cadangan jika telah dilaksanakan studi kelayakan dan


dibuktikan layak.

Cadangan mineral merupakan komponen dari sumberdaya mineral terukur


maupun terunjuk yang ukuran, distribusi kualitas dan kuantitasnya telah diketahui,
pada saat studi kelayakan dapat dinyatakan untuk ditambang secara ekonomis.
Cadangan mineral dibedakan menurut meningkatnya tingkat kepercayaan
terhadap cadangan mineral terkira dan cadangan mineral terbukti.

3.6 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan


Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Nomor 4726 Tahun 2019 tentang
Pedoman Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumber Daya, dan Cadangan Mineral (SNI
4726:2019), Terdapat tiga klasifikasi sumber daya, yaitu:

1. Sumberdaya Mineral Tereka


Sumberdaya mineral tereka merupakan bagian dari jumlah perkiraan sumberdaya
mineral termasuk berat, densitas, bentuk, ukuran, kimiawi, dan kadar mineral
yang hanya dapat diestimasi dengan keyakinan rendah. Poin-poin yang dapat
dibuktikan dengan data pendukung dan kepercayaan geologis yang rendah tidak
cukup untuk menunjukkan kesinambungan endapan dan kandungan mineral.

2. Sumberdaya Mineral Tertunjuk


Sumberdaya mineral terunjuk merupakan bagian dari sumberdaya mineral yang
berat, densitas, bentuk, sifat fisik, dan kadar mineralnya dapat diperkirakan
dengan tingkat keyakinan yang wajar. Ini didasarkan pada hasil eksplorasi dan
pengambilan sampel serta keterangan pengambilan sampel yang diperoleh dengan
teknik yang pas dari area cebakan bijih misalnya batuan yang tersingkap, parit uji,
lubang uji, terowongan uji, lubang bor. Area pengumpulan data yang jaraknya
tidak tepat untuk memastikan kesinambungan geologis tetapi secara spasial cukup
untuk memastikan kesinambungannya.

3. Sumberdaya Mineral Terukur


Sumberdaya mineral terukur adalah bagian dari sumberdaya yang berat, densitas,
bentuk, sifat fisik, dan kadar dari kandungan mineralnya dapat diperkirakan
22

dengan keyakinan tinggi. Ini didasarkan pada hasil eksplorasi yang terperinci dan
membuktikan serta keterangan pengambilan sampel dan pengujian yang
didapatkan dengan teknik yang sesuai dari lokasi cebakan mineral misalnya pada
batuan yang tersingkap, parit uji, lubang uji, terowongan uji, dan lubang bor.
Letak informasi dalam kategori ini secara spasial cukup dekat untuk memberikan
kesinambungan geologis dan kadarnya.

Sedangkan untuk kelas cadangan (reserve) berdasarkan klasifikasi terbagi menjadi


dua yaitu:

1. Cadangan Terkira
Cadangan mineral terkira adalah komponen dari sumberdaya mineral tertunjuk
yang mempunyai nilai ekonomi untuk diekstraksi, dan dalam keadaan tertentu
juga merupakan bagian sumberdaya mineral terukur. Ini termasuk pengenceran
dan kehilangan material yang dapat terjadi saat material ditambang. Penilaian dan
studi yang akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan memodifikasi
asumsi faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial, hukum, lingkungan,
sosial dan pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini memperlihatkan bahwa
yang telah diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan logis.

2. Cadangan Terbukti
Cadangan mineral terbukti adalah komponen dari sumberdaya terukur yang
mempunyai nilai ekonomi untuk diekstraksi. Ini termasuk pengenceran dan
kehilangan material yang dapat terjadi saat ditambang. Penilaian dan studi yang
akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan modifikasi asumsi faktor
penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial, hukum, lingkungan, sosial dan
pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini memperlihatkan bahwa yang telah
diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan logis..
23

(Sumber: Standar Nasional Indonesia 4726, 2019)


Gambar 3.2
Hubungan umum target eksplorasi, sumberdaya mineral dan cadangan mineral
(Sumber: SNI 4726, 2019)

3.7 Dasar Pemilihan Metode


Setiap metode penilaian sumberdaya mineral memiliki keunggulan dan
kekurangan. Diupayakan untuk menetapkan metode penilaian sumberdaya
mineral yang mengkaji seluruh penyebaran endapan, sehingga metode yang
digunakan dapat mewakili karakteristik dan bentuk dari endapan. Semakin akurat
metode penentuannya, semakin tepat dan representatif hasil yang didapatkan.
Secara umum, pertimbangan untuk menentukan metode penilaian sumberdaya
bergantung pada:

1. Tujuan Penaksiran
Tujuan penilaian dari sumberdaya mineral yang dilaksanakan di lokasi studi yaitu
konstruksi atau penjadwalan tambang.

2. Tahapan Eksplorasi
Tahap eksplorasi yang dilaksanakan pada area studi yaitu eksplorasi detail. Jika
langkah-langkahnya ditingkatkan, tingkat keyakinan akan lebih dapat diandalkan.
24

3. Metode Eksplorasi
Metode eksplorasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung.
Metode yang digunakan di lokasi penelitian adalah eksplorasi langsung dengan
cara survei dan pengamatan batuan yang tersingkap di permukaan dan juga
pembuatan test pit.

4. Jenis Bahan Galian


Jenis endapan mineral yang diperhitungkan sumberdayanya adalah jenis mineral
batuan yaitu sirtu.

5. Klasifikasi Bahan Galian Berdasarkan Geometrinya


Penggolongan endapan mineral menurut geometrinya dimasukkan ke kategori
geometri sederhana, yaitu endapan mineral yang berada di permukaan dan
mengikuti lapisan permukaannya.

6. Waktu dan Biaya Yang Tersedia


Kendala waktu dan biaya merupakan pengaruh penting dalam menentukan metode
penilaian sumberdaya mineral.

Dalam melakukan perhitungan sumberdaya sirtu di PT. Winona Prakarsa Bahari


untuk mempermudah perhitungan menggunakan media bantuan program
komputer. Perhitungan sumberdaya ini sangat penting karena sumberdaya mineral
merupakan parameter untuk menghitung nilai ekonomis suatu bahan galian sirtu.
Sumberdaya mineral juga dapat menjadikan salah parameter untuk menentukan
umur tambang.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, metode yang dipakai dalam


untuk menghitung sumberdaya sirtu di daerah penelitian yaitu menggunakan
metode cross section. Metode ini dipakai karena cocok untuk bahan galian seperti
halnya sirtu yang mempunyai geometri sederhana, dimana penerapan
perhitungannya cepat dan sederhana, mudah digambar, mudah dipahami dan
akurat. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa cara ini dapat dilakukan secara
manual.
25

3.8 Metode Perhitungan Sumberdaya


Untuk menentukan suatu metode estimasi sumberdaya mineral, perlu diketahui
terlebih dahulu tentang karakteristik mineral dan sebaran mineral tersebut. Standar
maupun parameter tersebut akan menjadi pertimbangan dalam menentukan suatu
metode, apakah menggunakan metode konvensional maupun metode
komputerisasi. Metode yang biasa digunakan secara manual, termasuk metode
cross section, metode area pengaruh, metode kontur, dan lain-lain. Sedangkan
untuk metode komputerisasi memakai konsep pemodelan seperti konsep blok
ataupun cut and fill dan konsep gridded seam model. Perhitungan sumberdaya
endapan batuan lebih sederhana jika dibandingkan endapan mineral lainnya. Ini
terutama diakibatkan oleh geometri yang sederhana endapan mineral tersebut.
Pada penelitian ini, metode yang dipakai untuk menghitung sumberdaya sirtu
adalah metode cross section.

3.9 Metode Cross Section


Metode cross section atau penampang merupakan metode perhitungan
sumberdaya mineral yang langkah utamanya adalah membagi endapan ke dalam
blok-blok dengan membuat penampang geologi pada interval tertentu yang
jaraknya sama atau berbeda bergantung pada keadaan geologi dan kebutuhan
penambangan.

Metode penampang vertikal memberikan gambaran mengenai kondisi endapan,


bijih, tanah penutup dan penampang vertikal. Perhitungan permukaan setiap
elemen dilakukan berdasarkan bagian demi bagian pada penampang. Perhitungan
volume sumberdaya mineral menggunakan rumus yang sesuai.

Prinsip dari metode ini yaitu membuat penampang melintang yang dipakai untuk
menghitung sirtu. Setelah menghitung luas, volume dihitung sesuai dengan rumus
perhitungan, perhitungan dapat dilakukan dengan memakai satu penampang, dua
penampang atau rangkaian banyak penampang dengan jarak antar penampang
sama panjang.
26

Pengaruh penerapan pedoman ini dalam perhitungan sumberdaya mineral


meliputi:

a. Penarikan garis batas sumberdaya


penarikan garis batas sumberdaya dengan mengimplementasikan pedoman
perubahan bertahap, langsung ke titik sampel terluar, sehingga titik sampel berada
pada batas sumberdaya. membatasi area pengaruh pada metode penampang
dengan pedoman perubahan bertahap.

b. Ketebalan/kedalaman
Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan antara dua penampang
memiliki satu nilai yang diperoleh dengan menginterpolasikan dua nilai ketebalan
penampang.

c. Volume sumberdaya
Volume sumberdaya adalah representasi sumberdaya tiga dimensi. Selisih yang
terjadi dalam satu dimensi dan dalam dua dimensi akan menjadi selisih kumulatif
dalam perhitungan tiga dimensi.

(Sumber: Haryo, 2016)


Gambar 3.3
Metode Cross Section (Sumber: Haryo, 2016)
27

3.9.1 Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan Bertahap


Panduan ini adalah yang dipakai untuk menentukan batas zona pengaruh saat
menentukan luas penampang dengan menyambungkan ataupun menghubungkan
titik-titik terluar dari setiap bagian penampang, seperti yang tercantum pada
gambar 3.3. Pedoman ini dapat diterapkan pada metode penampang (cross
section) karena dalam perhitungan lebar area yang dipengaruhi oleh penampang
tidak selalu diambil dengan dimensi tetap.

(Sumber: Isaaks dkk, 1989)


Gambar 3.4
Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan Bertahap (Sumber: Isaaks dkk,
1989)

3.10 Perhitungan Volume


Estimasi jumlah sumberdaya sirtu di lokasi penelitian menggunakan metode cross
section dengan pedoman perubahan bertahap. Perhitungan volume dengan
pedoman perubahan bertahap menggunakan persamaan luas rata-rata (mean area).
Persamaan ini dipakai ketika ada dua bagian S1 dan S2 yang relatif sama atau
lebih besar dari 0,5 hingga mendekati 1. Begitupun sebaliknya ketika ada dua
bagian S1 dan S2 yang nilai perbandingannya kurang dari 0,5 maka menggunakan
persamaan rumus Frustum.
28

Persamaan mean area adalah sebagai berikut:

(Sumber: Abdul Rauf “Teknik Eksplorasi”)


Gambar 3.5
Rumus Mean Area (Sumber: Abdul Rauf “Teknik Eksplorasi”)

S1+S2
V= L1………………………………………………………………………….. ( 3.1 )
2
Keterangan:
V = Volume
L1, L2, L3, ……………………………, Ln = Jarak antar sayatan (m)
S1, S2, S3, ……………………………, Ln = Luas tiap penampang (m²)
Estimasi bisa dikerjakan dengan memakai rumus di atas karena perhitungan
jumlah endapan mineral diperkirakan per blok. Jenis perhitungan ini juga dapat
dikerjakan dengan memakai rumus di bawah ini jika memiliki jarak yang sama:

S1+S2 S 2+ S 3 Sn+ Sn
V= L1+ L 2+………+ ln …..………………………………………….(3.2)
2 2 2

V =¿)L/2

Maka:

V =¿

Sedangkan luas yang dihitung adalah rata-rata luas volume antara kedua buah
penampang dengan kondisi S1 <; 0,5 S2, maka perhitungan dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:

V =¿ L/3 ……………………………………………...……...……………(3.4)
29

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini tentang perhitungan sumberdaya mineral sirtu dengan menggunakan
metode penampang (cross section) pada wilayah eksplorasi PT. Winona Prakarsa
Bahari, Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa
Timur. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang melakukan investigasi pada suatu


kondisi di lapangan dengan mengumpulkan data-data dengan menggunakan ilmu
matematika, statistik dan komputasi dengan data berbentuk angka, tabel serta
grafik. Sedangkan Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang bersifat
deskriptif, penelitian ini berfokus menggunakan deskripsi analisis. Pada penelitian
ini lebih banyak menonjolkan dengan menggunakan landasan teori sebagai
panduan untuk fokus pada penelitian berdasarkan kondisi kondisi aktual di
lapangan.

Penelitian kuantitatif menghasilkan data berupa hasil kegiatan eksplorasi seperti


data titik koordinat pengambilan sampel dan pembuatan sumur uji serta data
litologi dari pasir batu. Dari data tersebut berisikan angka yang dapat dianalisis
dan diolah dalam perangkat lunak. Sedangkan pada penelitian kualitatif akan
didapatkan data berupa deskripsi analisis ataupun deskripsi dari arti nilai dari
sebuah data tersebut. Data-data yang dihasilkan pada penelitian ini berupa
deskripsi analisis dari litologi aktual dari bahan galian sirtu.
30

4.2 Pelaksanaan Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian terdapat beberapa tahapan meliputi:
A. Studi Literatur
Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mencari bahan pustaka dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, meliputi:
1. Literasi atau jurnal lainnya yang berkaitan estimasi sumberdaya.
2. Profil perusahaan.
B. Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diukur secara langsung di lapangan. Dalam
penelitian ini data primernya adalah sebagai berikut:
a. Data titik koordinat pengambilan sampel dan pembuatan sumur uji.
Titik koordinat pengambilan sampel ditentukan berdasarkan lokasi
pembuatan sumur uji. Jadi di setiap titik pembuatan sumur uji nantinya akan
dilakukan pengambilan data koordinatnya dan diukur menggunakan GPS.
Sehingga data koordinat yang didapatkan berdasarkan hasil kegiatan dari
pembuatan sumur uji yaitu sebanyak 8 titik.
b. Data Litologi
Data litologi sendiri di lihat dari singkapan pasir batu yang berada lokasi
penelitian, setelah itu akan dilakukan pengukuran ketebalan dari endapan
pasir batunya menggunakan alat ukur yaitu meteran gulung.
c. Data Geologi
Data geologi sendiri ini mengenai informasi-informasi geologi yang
didapatkan langsung dari observasi lapangan di lokasi penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari laporan perusahaan sebagai data
penunjang penelitian ini berupa wiup perusahaan dan data koordinat wiup.
31

4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data yang ada, untuk memperoleh pemecahan dari
permasalahan yang dibahas kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan
terhadap alternatif pemecahan masalah sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan yang dibahas, pengolahan data ini terdiri dari:
1. Pembuatan topografi
Data yang diperoleh berupa data koordinat X, Y, dan Z dalam koordinat tersebut
akan diolah menggunakan bantuan perangkat lunak Surpac guna untuk
mendapatkan garis kontur. Garis kontur tersebut akan dibuat sebagai acuan
permukaan kegiatan eksplorasi.

2. Pembuatan model geologi endapan bahan galian


Dalam pembuatan model ini menggunakan data eksplorasi yang telah diperoleh
dari lapangan yang meliputi data koordinat pengambilan sampel pada pembuatan
sumur uji dan data litologi. Untuk membuat pemodelan, data tersebut diolah
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak surpac yang nantinya didapatkan
suatu model litologi atau gambaran 3 dimensi serta menginterpretasi lapisan dan
persebaran dari endapan bahan galian di bawah permukaan seluas area penelitian.

3. Pembuatan sayatan melintang


Setelah pembuatan model geologi 3 dimensi selanjutnya yaitu pembuatan garis
sayatan melintang (Cross Section) harus berdasarkan topografi yang telah
diperoleh pada langkah sebelumnya. Pembuatan garis sayatan melintang dibuat di
perangkat lunak autocad 2007. Garis setiap sayatan dibuat dengan jarak 50 meter
mengikuti pola persebaran dari endapan bahan galian sirtu. Garis sayatan dibuat
memotong tegak lurus garis kontur.

4. Menghitung luas masing-masing penampang


Menghitung luasan tiap-tiap dari penampang dengan memakai perangkat lunak
surpac pada komputer, serta menghitung rasio antara dua luasan penampang
untuk secara menyeluruh untuk menentukan rumus volume yang dipakai.
32

5. Menghitung volume sumberdaya


Perhitungan jumlah ataupun volume dari sirtu yaitu dengan menambahkan
volume yang dihasilkan dari setiap area yang telah ditentukan secara keseluruhan.
Berdasarkan rumus pada gambar 5.3, perhitungan jumlah atau volume
sumberdaya sirtu memakai rumus mean area.
33

4.4 Diagram Alir Penelitian

ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR BATU DENGAN


MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION DI PT. WINONA
PRAKARSA BAHARI DESA ASMOROBANGUN, KECAMATAN
PUNCU, KABUPATEN KEDIRI, PROVINSI JAWA TIMUR

Studi literatur:
1. Laporan dan Jurnal Penelitian Terlebih Dahulu
2. Profil Perusahaan

Penyelidikan Lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:

1. Data Koordinat Pengambilan 1. Profil Perusahaan


Sampel dari Pembuatan Sumur 2. Wiup Perusahaan
Uji
2. Data Litologi
3. Data Geologi

Pengolahan Data

1. Pembuatan Peta Topografi


2. Pembuatan Model Geologi
3. Pembuatan Sayatan Melintang
4. Menghitung Luas Masing-Masing
Penampang
5. Menghitung Volume Sumberdaya Sirtu

Hasil:
1. Volume Sumberdaya Pasir Batu

Kesimpulan

(Sumber: Pengolahan data, 2023)


Gambar 4.1
Diagram Alir Penelitian
34

4.5 Diagram Pengolahan Data

Pengolahan Data

Topografi Data Eksplorasi Menghitung Luas


Pembuatan Sayatan Melintang
Tiap Penampang
(Cross Section)

Data: Pembuatan
1. Koordinat X Database 1. Topografi (Acuan) Menghitung Perbandingan Antara
2. Koordinat Y 2. Batasan Wilayah Dua Luas Penampang
3. Koordinat Z 3. Jarak Sayatan 50 meter

Model Geologi
(Acuan) 1. > 0,5 (Mean Area)
2. < 0,5 (Frustum)
Penentuan Hasil:
Garis Kontur Hasil:
1. 20 Sayatan Penampang (Sumberdaya Tereka)
1. Sumberdaya Tereka 2. 19 Sayatan Penampang (Sumberdaya Tertunjuk) Nilai Perbandingan dari tiap Sumberdaya
2. Sumberdaya Tertunjuk 3. 18 Sayatan Penampang (Sumberdaya Terukur) antara dua luas penampang diatas 0,5
Hasil: 3. Sumberdaya Terukur maka rumus volume yang digunakan yaitu mean area
1. Interval Kontur
2. Indeks Kontur

Rumus Mean Area:


Estimasi Sumberdaya L 1+ L2
V= xT
2

Hasil:
1. Volume Sumberdaya Tereka
2. Volume Sumberdaya Tertunjuk
3. Volume Sumberdaya Terukur

(Sumber: Pengolahan Data, 2023)


Gambar 4.2
Diagram Pengolahan Data
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Pemetaan Geologi


Dilakukan pemetaan geologi di beberapa titik pada area eksplorasi WIUP PT.
Winona Prakarsa Bahari. Metode yang dipakai saat pemetaan geologi yaitu
teknik eksplorasi langsung. Selama pemetaan geologi di lokasi penelitian,
pengkaji hanya melakukan serangkaian kegiatan berupa observasi singkapan,
pembuatan sumur uji, pengambilan data koordinat dan juga pengukuran
ketebalan endapan bahan galian sirtu.

1. Observasi Singkapan atau Pengamatan Singkapan


Observasi singkapan yang dilakukan dapat diketahui dari area yang telah di
lakukan penggalian pada lahan bekas penambangan dan tebing serta
longsoran pada area tebing dan juga pada sungai akibat erosi yang ada pada
lokasi WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari sehingga perlapisan dan litologi
kedalaman bahan galian nampak jelas dan dapat diketahui.

Survei pengamatan singkapan dilaksanakan di lokasi penelitian terkhusus


pada WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari sebagai tahapan awal untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan seluruh daerah WIUP. Dari kegiatan
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai
jenis, kedalaman dan ketebalan batuan. Pelaksanaan pengamatan dilakukan
dengan kerapatan antar titik pengamatan data sebesar 200 - 400 meter. Dari
kerapatan data tersebut didapatkan jumlah titik pengamatan singkapan
sebanyak 8 titik yang tersebar secara merata di seluruh WIUP yakni sebesar
39,81 Ha. Kegiatan survei pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi letak bahan galian di bawah permukaan secara umum daerah
konsesi. Berikut ini merupakan dokumentasi contoh observasi singkapan di

35
lokasi penelitian yang dapat dilihat pada gambar 5.1.

36
37

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022)


Gambar 5.1
Dokumentasi Observasi Singkapan di Lapangan

Hasil titik koordinat kegiatan pengamatan singkapan dapat diperhatikan pada tabel
5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Titik koordinat pengamatan singkapan
Garis Bujur Garis Lintang
No.
D M S D M S
1 112 15 27.8626 7 50 44.0328
38

2 112 15 21.3820 7 50 44.1132


3 112 15 15.1438 7 50 50.7859
4 112 15 21.5526 7 50 50.6916
5 112 15 28.0373 7 50 50.7850
6 112 15 30.5034 7 50 57.1107
7 112 15 24.0126 7 50 57.3655
8 112 15 30.7006 7 50 03.8189
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)
Berikut ini merupakan peta sebaran titik pengamatan singkapan di lokasi
penelitian yang bisa diperhatikan pada gambar 5.2.

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.2
Peta Sebaran Titik Pengamatan Singkapan

2. Pembuatan Sumur Uji


Pembuatan sumur uji merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan
atau dalam pencarian sumber (badan) bahan galian. Untuk tes pit sendiri
dibuat pada titik-titik pengamatan yang telah ditentukan dan tidak adanya
singkapan yang terlihat pada permukaan sehingga dapat dibuat tes pit dengan
kedalaman 0.5 - 2 meter. Pembuatan Sumur Uji dilaksanakan sebagai
identifikasi secara rinci pada daerah yang dianggap prospek dengan tujuan
39

mengetahui kondisi bawah permukaan kedalaman dan ketebalan batuan dari


permukaan tertentu secara lebih rinci. Akuisisi data pada tahapan ini
dilakukan dengan penambahan kerapatan data antar titik sebesar 200 m.
Survei ini dilakukan pada luasan area WIUP sebesar 39,81 Ha. Jumlah titik
pembuatan sumur uji yakni 8 titik. Berikut ini merupakan dokumentasi contoh
pembuatan sumur uji di lokasi penelitian yang bisa diperhatikan pada gambar
5.3.
40

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022)


Gambar 5.3
Dokumentasi Pembuatan Sumur Uji

Hasil titik koordinat kegiatan pembuatan sumur uji bisa diperhatikan pada tabel
5.2 berikut ini:
Tabel 5.2
Titik koordinat pembuatan sumur uji
Garis Bujur Garis Lintang
No.
D M S D M S
1 112 15 27.7354 7 50 43.6564
2 112 15 20.8980 7 50 45.7042
3 112 15 18.0933 7 50 54.9614
4 112 15 24.4778 7 50 52.4754
5 112 15 29.6824 7 50 50.4435
6 112 15 31.4628 7 50 56.9155
41

7 112 15 24.6823 7 50 00.6108


8 112 15 31.1214 7 50 05.4059
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)
Berikut ini merupakan peta sebaran titik pembuatan sumur uji di lokasi
penelitian yang bisa diperhatikan pada gambar 5.4.

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022)


Gambar 5.4
Peta Sebaran Titik Pembuatan Sumur Uji

3. Data Koordinat Observasi Singkapan Dan Pembuatan Sumur Uji


Berdasarkan hasil kegiatan pemetaan geologi yang telah dilakukan berupa
pengamatan singkapan dan pembuatan sumur uji di lokasi penelitian, maka
perlu juga dilakukan pendataan koordinat dengan alat GPS (Global
Positioning System) untuk mengetahui posisi dari kegiatan tersebut yang telah
dilakukan di lapangan. Sehingga ada 8 titik koordinat pembuatan sumur uji
dan pengamatan singkapan yang telah didapatkan. Berikut ini merupakan
dokumentasi contoh pengambilan data koordinat di lokasi penelitian yang
bisa diperhatikan pada gambar 5.5.
42

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022)


Gambar 5.5
Dokumentasi Pengambilan Data Koordinat di Lokasi Penelitian

4. Litologi Daerah Penelitian


Berdasarkan hasil pemetaan geologi di beberapa titik dapat diasumsikan
bahwa rata-rata batuan tersusun dari satu litologi yaitu sirtu. Karena
ketersediaan alat peninjau hemat biaya yang sangat terbatas, ketebalan lapisan
endapan batuan diukur langsung dengan menggunakan alat ukur berupa
meteran gulung. Litologi dari endapan bahan galian juga dapat digunakan
untuk memperkirakan ketebalan sirtu dari batas atas singkapan hingga batas
bawah singkapan sehingga data tersebut digunakan dalam perhitungan
sumberdaya.

5.1.2 Survey Kedalaman Muka Air Tanah


Berdasarkan pada hasil kegiatan survey kedalaman muka air tanah pada lokasi
43

penelitian, peneliti melakukan pengukuran langsung pada sumur warga. Hal


ini bertujuan untuk mengetahui batasan kedalaman dari air tanah tersebut.
Sehingga dari hasil pengukuran tersebut didapatkan hasil kedalaman air tanah
sedalam 23 meter. Banyak metode dalam melakukan pengukuran ini baik
secara otomatis dengan bantuan teknologi akan tetapi peneliti menggunakan
metode manual yang paling sederhana dengan cara menggunakan meteran
gulung lalu dikaitkan pemberat yang mudah mengapung untuk mempermudah
memperkirakan kedalaman air pada sumur. Berikut ini merupakan hasil
dokumentasi peneliti dalam melakukan pengukuran air tanah pada sumur
warga dan peta survey muka air tanah yang bisa diperhatikan pada gambar
5.6 dan 5.7.

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022)


Gambar 5.6
Dokumentasi Pengukuran Muka Air Tanah Pada Sumur Warga
44

(Sumber: Pengolahan Data,2022)


Gambar 5.7
Peta Survey Muka Air Tanah

5.1.3 Model Geologi


1. Peta Geologi Lokal
Kondisi geologi secara permukaan dapat dilihat pada peta geologi lokal,
pembuatan peta geologi lokal dibuat berdasarkan peta geologi regional yang
bersangkutan dengan lokasi penelitian akan tetapi dengan skala yang lebih
sempit ataupun kecil. Secara umum daerah penelitian masuk dalam peta
geologi regional lembar kediri. Berdasarkan peta geologi regional lembar
kediri, tatanan stratigrafi pada lokasi WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari
tersusun oleh satuan Batuan Gunungapi Kelud Muda (Qvk) dan Endapan
Lahar (Qvlh). Batuan gunungapi kelud muda terdiri dari lava, breksi tuf,
aglomerat, tuf dan lahar, sedangkan endapan lahar terdiri dari kerikil-pasir
gunungapi, tuf, lempung dan sisa tumbuhan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
merupakan peta geologi lokal yang bisa diperhatikan pada gambar 5.8.
45

(sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.8
Peta Geologi Lokal Lokasi Penelitian
46

2. Profil Litologi
Kondisi geologi di bawah permukaan atau secara kedalaman dari endapan
bahan galian sirtu dapat dilihat pada profil litologi, hal ini merupakan hasil
dari pengolahan data peneliti yang didapatkan dari kegiatan survey pemetaan
geologi di lokasi penelitian sehingga dapat memberikan gambaran mengenai
ketebalan daripada endapan sirtu. Ketebalan rata-rata endapan sirtu pada
lokasi penelitian yaitu 6 meter. Untuk lebih detailnya profil litologi bisa
diperhatikan pada gambar 5.9 berikut ini.

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.9
Profil Litologi Sirtu
Berikut ini merupakan tabel dari litologi endapan sirtu pada lokasi penelitian
yang bisa diperhatikan pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Litologi Endapan Sirtu
Hole_id Depth_from Depth_to Lithology
SP 01 0 6 Sirtu
SP 02 0 6 Sirtu
SP 03 0 6 Sirtu
SP 04 0 6 Sirtu
SP 05 0 6 Sirtu
SP 06 0 6 Sirtu
Hole_id Depth_from Depth_to Lithology
47

SP 07 0 6 Sirtu
SP 08 0 6 Sirtu
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)
Berikut ini merupakan sketsa litologi dari endapan sirtu yang bisa
diperhatikan pada gambar 5.10.

(Sumber: Pengolahan Data, 2023)


Gambar 5.10
Sketsa Litologi Sirtu

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kondisi Geologi Daerah Penelitian


A. Litologi Sirtu Pada Daerah Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di lokasi penelitian,
susunan litologi atau batuan hanya terdiri dari satu litologi saja yaitu sirtu
sendiri. Sebaran dari endapan bahan galian sirtu menyeluruh ke WIUP PT.
Winona Prakarsa Bahari, dikarenakan endapan sirtu memiliki sifat homogen
48

yang berarti sebaran litologi dari sirtu ini tidak terbatas tanpa adanya potongan
akibat dari struktur geologi yang aktif. Berdasarkan hasil kegiatan pemetaan
geologi melalui pengamatan singkapan di lapangan bahwa ketebalan dari sirtu
ini memiliki tingkat ketebalan yang berbeda-beda dengan rata-rata 3 – 6
meter. Pada Formasi batuan yang berkembang pada WIUP PT. Winona
Prakarsa Bahari yaitu formasi batuan gunungapi kelud muda dan endapan
lahar, satuan formasi tua yang berumur Holosen. Formasi pembawa bahan
galian sirtu adalah formasi batuan gunungapi kelud muda dan endapan lahar.
Satuan pembawa bahan pada gunungapi kelud muda terletak pada tuf dan
lahar sedangkan satuan batuan pembawa endapan lahar yaitu krakal-pasir
gunungapi. Stratigrafi pada lokasi WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari terdiri
dari tuf dan krakal-batupasir. Hal ini diketahui berdasarkan hasil pemetaan
geologi dan pengamatan singkapan yang berada pada lokasi penyelidikan.
Dilihat dari lokasi pengendapannya, endapan lepas yang ada di lokasi ini
merupakan hasil transportasi dan sedimentasi dari aktivitas gunung api kelud.
Berdasarkan fasies gunung api dan pengamatan di lapangan, endapan lahar
dijumpai merata di seluruh lokasi WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari. Hal ini
diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi di lokasi penelitian.

B. Struktur Geologi Daerah Penelitian


Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian, kondisi geologi
pada WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari adalah kondisi geologi sederhana
sehingga tidak adanya ditemukan struktur geologi yang aktif seperti kekar dan
sesar pada WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari. Berdasarkan peta geologi
regional lembar kediri bahwa struktur geologi yang aktif terletak jauh di luar
WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari yang dimana kelurusan strukturnya
berada di sebelah barat menuju ke arah utara.

C. Topografi Daerah Penelitian


Keadaan topografi di lokasi penelitian memiliki keadaan topografi yang
berbeda- berbeda, dimana elevasi terendahnya terletak di elevasi 371 mdpl
dan elevasi tertingginya terletak di elevasi 413 mdpl, sehingga perbedaan
49

tingginya di lokasi penelitian yaitu 42 meter. Berdasarkan hasil kontur yang


telah didapatkan bisa dikatakan bahwa keadaan topografi di lokasi penelitian
memiliki topografi yang datar, agak landai, landai dan agak curam.

D. Morfologi Daerah Penelitian


Kenampakan morfologi di lokasi penelitian memiliki morfologi perbukitan
bergelombang rendah dan sedang, hal ini bisa dilihat dari penjelasan
mengenai keadaan topografi sebelumnya. Morfologi perbukitan bergelombang
pada wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) PT. Winona Prakarsa Bahari
merupakan daerah dengan ketinggian berkisar 371 – 413 mdpl hal ini juga
dapat diketahui dari Wilayah Kecamatan Puncu yang berada pada wilayah
kaki Gunung Kelud di sebelah Timur dari Kabupaten Kediri. Lokasi WIUP
PT. Winona Prakarsa Bahari berada pada kaki Gunung Kelud yang pada
kondisi bentuk lahannya merupakan perbukitan vulkanik (kipas lahar Gunung
Kelud).

5.2.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Estimasi Sumberdaya


Sirtu
A. Faktor Geologi
Kondisi geologi di daerah penelitian merupakan termasuk dalam kondisi
geologi yang sederhana, hal ini dikarenakan tidak ditemukan banyaknya
fenomena struktur geologi yang aktif seperti banyaknya kekar, adanya antiklin
hingga adanya sesar naik. Faktor geologi sangat mempengaruhi dalam
estimasi sumberdaya dikarenakan jika di suatu tempat dalam kondisi geologi
kompleks yang dipengaruhi oleh struktur geologi yang aktif yang
menyebabkan banyaknya kekar, adanya antiklin hingga adanya sesar naik
maka hal ini akan mempengaruhi batasan dalam menentukan sumberdaya.

Faktor kondisi geologi yang sederhana akan memberikan batasan sumberdaya


yang luas dan daerah pengaruh lebih luas sehingga batasan sumberdaya dan
jarak daerah yang luas maka akan berpengaruh terhadap estimasi
sumberdaya. Jika semakin jauh batasan dan jarak estimasi maka jumlah
sumberdaya semakin besar. Jika dibandingkan dengan kondisi geologi yang
50

kompleks dengan adanya kekar, sesar dan antiklin maka akan mengakibatkan
terputusnya endapan bahan galian. Dalam hal dikarenakan endapan bahan
galian sirtu bersifat homogen sehingga pada daerah penelitian sebaran dari
sirtu tersebut tidak dibatasi dengan struktur geologi yang aktif.

B. Faktor Litologi
Endapan sirtu pada daerah penelitian terbentuk karena hasil kegiatan gunung
api kelud yang tidak teruraikan beberapa ukuran mulai dari ukuran pasir yang
berada di dataran rendah akibat proses pengendapan. Sehingga di lokasi
penelitian ditemukan satu lapisan saja yaitu sirtu. Faktor litologi sendiri
berpengaruh terhadap satu lapisan endapan bahan galian di lokasi penelitian
yaitu sirtu. Litologi ini seperti ini dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya
suatu sumberdaya, dikarenakan semakin tebal suatu lapisan sirtu maka
volumenya juga semakin besar apalagi hal ini didukung dengan luasan daerah
yang luas. Litologi batuan erat kaitannya dengan struktur geologi, faktor
struktur geologi seperti kekar dan sesar yang dapat mengontrol suatu
perlapisan suatu batuan, perlapisan batuan dapat menerus apabila tidak dijumpai
kekar dan sesar. Misalkan pada suatu daerah penelitian litologi lapisan batuan
dapat terpotong ataupun putus dan tidak menerus akibat adanya struktur
geologi tersebut. Hal ini menyebabkan faktor estimasi dan interpolasi menjadi
pendek dan menyebabkan hasil volume yang didapatkan semakin berkurang.

C. Faktor Topografi dan Morfologi


Keadaan topografi di lokasi penelitian menunjukkan hasil bahwa titik elevasi
terendah berada pada elevasi 371 mdpl dan titik elevasi tertinggi berada pada
elevasi 413 sehingga perbedaan tinggi pada daerah penelitian yaitu 42 meter.
Berdasarkan hasil kontur yang dapat didapatkan dapat dilihat bahwa pada
lokasi penelitian memiliki topografi datar, agak landai, landai dan agak curam.
Keadaan morfologi di lokasi penelitian menunjukkan hasil morfologi
bergelombang rendah dan sedang hal ini dapat dilihat dari keadaan topografi
yang telah dituliskan di atas. Keadaan morfologi dan topografi seperti ini
berpengaruh dalam estimasi sumberdaya baik penentuan metode estimasi
51

maupun parameter secara langsung dalam estimasi secara langsung akan


berpengaruh terhadap hasil estimasi.

D. Faktor Karakteristik Sirtu


Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa karakteristik sirtu
di lokasi penelitian hanya memiliki satu lapisan saja yaitu langsung sirtu dan
tidak memiliki lapisan penutup ataupun top soil. Endapan sirtu di lokasi
penelitian merupakan hasil transportasi dan sedimentasi yang telah
tertransport jauh dari sumbernya. Karakteristik bahan galian sirtu secara fisik
memiliki ciri berupa butiran lepas, berwarna abu-abu kehijauan, tekstur
klastik, komposisi tersusun oleh mineral feldspar, lithic (pecahan batuan),
piroksen, hornblende dan mineral opak. Butiran berukuran 0,05 – 0,5 mm,
bentuk menyudut tanggung. Sehingga karakteristik sirtu sangat berpengaruh
dalam faktor estimasi sumberdaya dikarenakan karakteristik sirtu di lokasi
penelitian berbeda-beda.

E. Faktor Teknis
Salah satu Faktor teknis yang berpengaruh terhadap estimasi sumberdaya
adalah luas area blok eksplorasi. Luas area ini yang dimaksud adalah batasan
sumberdaya, batasan sumberdaya dipengaruhi oleh faktor kondisi geologi
yang dimana berdasarkan SNI tentang eksplorasi yang memberikan
rekomendasi mengenai tiga kondisi geologi yaitu kondisi geologi sederhana,
moderat dan kompleks. Dari ketiga kondisi geologi ini memberikan pengaruh
terhadap penentuan garis batas sumberdaya. Berdasarkan hasil penelitian
kondisi geologi daerah penelitian termasuk kondisi geologi sederhana
sehingga penentuan jarak garis batas sumberdaya dengan mengikuti ketetapan
dari SNI yaitu dibawah 500 m, penarikan garis batas sumberdaya ini
dilakukan dengan cara menarik garis dari titik titik eksplorasi terluar sejauh
sekian m berdasarkan kondisi geologi daerah penelitian. Sehingga dapat
dikatakan bahwa penentuan garis batas sumberdaya ini akan berdampak
terhadap luasan area, semakin besar luasan areanya maka semakin banyak
pula sumberdaya yang diestimasi.
52

5.2.3 Hasil Volume Klasifikasi Sumberdaya Dengan Metode Cross Section


1. Pembatasan Wilayah Perhitungan Sumberdaya
Pada pembatasan wilayah pada daerah yang akan dilakukan perhitungan
sumberdaya sirtu terdapat batasan-batasan yang menjadi acuan untuk
mendapatkan hasil dari macam-macam sumberdaya. Pembatasan wilayah ini
digunakan sebagai dasar pemodelan. Pada saat pembuatan model hal yang
harus diperhatikan adalah pembatasan wilayahnya. Pembatasan wilayah ini
mempunyai arti bahwa tiap sumberdaya memberikan karakteristik ataupun
bentuk sendiri berdasarkan tingkat keyakinan geologinya. Berikut ini
pembatasan wilayah pada masing-masing sumberdaya.

A. Sumberdaya Tereka
Batas yang dijadikan acuan adalah batas atas permukaan atau top sirtu dan
batas bawah yakni ketebalan dari sirtu atau bottom sirtu. Untuk itu peneliti
juga menggunakan acuan radius 250 untuk batas sumberdaya tereka. Luas
area yang digunakan sebagai batas terluar sumberdaya terunjuk yaitu batas
WIUP dan juga batas radius 250.

B. Sumberdaya tertunjuk
batas yang dijadikan acuan adalah batas atas permukaan atau top sirtu dan
batas bawah yakni ketebalan dari sirtu atau bottom sirtu. Untuk itu peneliti
juga menggunakan acuan radius 200 untuk batas sumberdaya terunjuk. Luas
area yang digunakan sebagai batas terluar sumberdaya terunjuk yaitu batas
WIUP dan juga batas radius 200.

C. Sumberdaya terukur
batas yang dijadikan acuan adalah batas atas permukaan atau top sirtu dan
batas bawah yakni ketebalan dari sirtu atau bottom sirtu. Untuk itu peneliti
juga menggunakan acuan radius 150 untuk batas sumberdaya terukur. Luas
area yang digunakan sebagai batas terluar sumberdaya terukur yaitu batas
WIUP dan juga batas radius 150. Setelah dilakukan pembatasan wilayah maka
53

selanjutnya membuat permodelan dari sirtunya.

2. Hasil Pemodelan Sirtu


Pemodelan pasir batu atau sirtu yang dimaksud adalah memodelkan endapan
bahan galian pasir batu secara tiga dimensi menggunakan perangkat lunak
komputer dengan maksud untuk memahami lapisan pasir batu di bawah
permukaan tanah. Tujuan dari pemodelan ini kemudian akan menjadi dasar
untuk pengolahan data serta perhitungan sumberdaya pasir batu (sirtu).
Pemodelan tiga dimensi dari pasir batu juga akan memberikan sebuah
gambaran umum untuk mengetahui bentuk, posisi lapisan, kedalaman dan
juga sebaran dari lapisan penutupnya. Data yang dibutuhkan sebagai dasar
dalam pembuatan pemodelan ini yaitu data topografi, data litologi endapan
bahan galian dan data koordinat dari litologi batuan tersebut. Berikut ini
merupakan contoh pemodelan sumberdaya tereka, tertunjuk dan terukur
berdasarkan SNI 4726 Tahun 2019.

A. Pemodelan Sumberdaya Tereka


Pada pemodelan sumberdaya tereka dibuat berdasarkan radius 250 yang telah
ditentukan sendiri dengan menggunakan titik dari pengamatan singkapan
sehingga model sumberdaya terekanya tidak mencakup dari keseluruhan
wiup. Model sumberdaya dibuat dengan ukuran wiup dengan batas atas adalah
permukaan sirtu dan batas bawah kedalaman sesuai dengan ketebalan dari
endapan bahan galian. Berikut ini merupakan contoh model sumberdaya
tereka yang bisa diperhatikan pada gambar 5.11.
54

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.11
Model Sumberdaya Tereka

B. Pemodelan Sumberdaya Tertunjuk


Pada pemodelan sumberdaya tertunjuk dibuat berdasarkan radius 200 yang
telah ditentukan sendiri dengan menggunakan titik dari pengamatan singkapan
sehingga model sumberdaya tertunjuknya tidak mencakup dari keseluruhan
wiup. Model sumberdaya dibuat dengan ukuran wiup dengan batas atas adalah
permukaan sirtu dan batas bawah kedalaman sesuai dengan ketebalan dari
endapan bahan galian. Berikut ini merupakan contoh model sumberdaya
terunjuk yang bisa diperhatikan pada gambar 5.12

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.12
Model Sumberdaya Tertunjuk
C. Pemodelan Sumberdaya Terukur
55

Pada pemodelan sumberdaya terukur dibuat berdasarkan radius 150 yang telah
ditentukan sendiri dengan menggunakan titik dari pengamatan singkapan
sehingga model sumberdaya terukur tidak mencakup dari keseluruhan wiup.
Model sumberdaya dibuat dengan ukuran wiup dengan batas atas adalah
permukaan sirtu dan batas bawah kedalaman sesuai dengan ketebalan dari
endapan bahan galian. Berikut ini merupakan contoh model sumberdaya
terukur yang bisa diperhatikan pada gambar 5.13.

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.13
Model Sumberdaya Terukur

3. Penafsiran Sumberdaya
Sumberdaya mineral merupakan endapan mineral yang terletak di permukaan
bumi baik di atas maupun bawah permukaan bumi yang di dapat
dimanfaatkan secara nyata. Estimasi sumberdaya dilakukan di PT. Winona
Prakarsa Bahari guna untuk mengetahui berapa jumlah atau nilai sumberdaya
sirtu di lokasi penelitian. Metode yang dipakai untuk menghitung sumberdaya
sirtu di lokasi penelitian adalah metode cross section. Metode ini ditentukan
karena pada metode ini terbilang sederhana, mudah dan cepat dalam
menerapkan perhitungan, mudah digambar, mudah dipahami dan akurat.
Metode ini cocok digunakan untuk endapan sirtu karena memiliki geometri
yang sederhana dan juga memiliki tingkat homogenitas yang tinggi.

A. Penafsiran sumberdaya dengan menggunakan metode cross section


56

Pada metode perhitungan sumberdaya dengan menggunakan metode cross


section, pembuatan sayatan dibuat dengan memotong topografi dengan jarak
sayatan yang telah ditentukan sendiri seluas batasan area dengan acuan yakni
batas terluar dari wiup dan juga batas radius yang dijadikan sebagai batas
sumberdaya.

Berdasarkan dari hasil perhitungan data tersebut, diperoleh luas tiap


penampang dengan bantuan software surpac sehingga dihitung volume
sumberdaya sirtu dengan menggunakan persamaan rumus mean area.
Penafsiran sumberdaya sirtu dengan metode penampang (cross section)
dilaksanakan dengan pedoman perubahan bertahap, karena dalam perhitungan
penampang tidak selamanya dibikin dengan dimensi yang pas. Sehingga
dengan hasil sayatan (penampang) yang diperoleh sesuai jumlah yang banyak
maka sayatan (penampang) satu dengan sayatan (penampang) yang lainnya
disambungkan. Sehingga volume dibentuk dari dua buah penampang.
Langkah selanjutnya dalam perhitungan sumberdaya sirtu menggunakan
metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap menggunakan
persamaan mean area adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan sayatan
Membuat sayatan pada topografi lokasi penelitian dengan batas acuan yakni
batas terluar dari wiup dan juga batas radius yang dijadikan sebagai batas
sumberdaya. pembuatan sayatan ini dibuat secara horizontal di perangkat
lunak autocad 2007. Jarak antar sayatan sebesar 50 meter dengan
menghasilkan 20 sayatan untuk sumberdaya tereka, 19 Sayatan untuk
sumberdaya terunjuk dan 18 sayatan untuk sumberdaya terukur.

b. Menghitung luas masing-masing penampang


Setelah pembuatan penampang sayatan dilakukan maka selanjutnya
menghitung luas setiap bagian penampang dengan bantuan software surpac
serta menghitung perbandingan dua luas penampang secara keseluruhan, hal
ini dilakukan guna untuk mengetahui rumus volume yang akan digunakan.
Hasil perbandingan antara dua buah penampang jika berbentuk seperti silinder
57

atau (L1/L2) lebih besar dari 0,5 maka digunakan rumus mean area, dan jika
berbentuk seperti kerucut terpotong atau (L1/L2) kurang dari 0,5 maka rumus
yang dipakai adalah frustum. Berdasarkan pada hasil perbandingan antara dua
luas penampang yang bisa diperhatikan daftar tabel 5.4, 5.5, 5.6 nilai
perbandingan keseluruhan antara kedua luas penampang tersebut lebih besar
dari 0,5 sehingga rumus yang dipakai dalam perhitungan volume sumberdaya
sirtu adalah rumus mean area.
c. Perhitungan volume sumberdaya sirtu
Perhitungan volume sumberdaya sirtu dilakukan dengan menjumlahkan hasil
volume dari setiap penampang sayatan yang telah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus mean area.

4. Volume akhir sumberdaya sirtu dengan menggunakan metode cross


section
Perhitungan sumberdaya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui total
volume sumberdaya dari endapan bahan galian sirtu yang bisa ditambang pada
lokasi penelitian. Awal dari tahap dalam estimasi sumberdaya sirtu yaitu
dengan melakukan pembuatan model geologi endapan sirtu dengan memakai
data litologi yang didapatkan dari hasil kegiatan pemetaan geologi di lokasi
penelitian. Dalam penelitian ini, metode cross section digunakan dalam
menghitung sumberdaya sirtu.
A. Metode Cross Section
Metode ini menggunakan penampang vertikal yang diperoleh dari sayatan
berdasarkan batas sumberdaya yang ditetapkan dalam hasil pemodelan. Pada
metode cross section ini dibuat secara horizontal dengan jarak 50 meter
sehingga menghasilkan 20 sayatan untuk sumberdaya tereka, 19 sayatan untuk
sumberdaya terunjuk dan 18 sayatan untuk sumberdaya terukur. Setelah
didapatkan luas penampang, hasilnya dihitung secara manual dengan
menggunakan rumus yang telah ditentukan untuk menentukan besaran
volumenya. Untuk menghitung volume sumberdaya sirtu, peneliti
menggunakan persamaan rumus mean area.
58

a. Sumberdaya tereka
Berdasarkan pada hasil penjelasan diatas mengenai metode cross section,
maka pada perhitungan volume sumberdaya tereka menggunakan metode
cross section dibuat secara horizontal dari barat ke timur dengan jarak 50
meter dengan menghasilkan 20 penampang sayatan. Setelah hasil penampang
sayatan diperoleh, maka selanjutnya dihitung luas masing-masing penampang
sehingga pada perhitungan volume sumberdaya sirtu menggunakan persamaan
rumus mean area. Berikut ini merupakan model cross section sumberdaya
tereka dan juga model 3D cross section sumberdaya tereka yang bisa
diperhatikan pada gambar 5.14 dan 5.15.

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.14
Model Cross Section Sumberdaya Tereka
59

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.15
Model 3D Sayatan Penampang Sumberdaya Tereka

Dengan bantuan perhitungan dan garis sayatan, volume sumberdaya sirtu di


lokasi penelitian dihitung menggunakan metode penampang atau cross
section. Dengan demikian, hasil perhitungan sumberdaya tereka dari bagian
sayatan A-A’ sampai T-T’ untuk mendapatkan satu volume membutuhkan
dua penampang. Berikut ini merupakan hasil perhitungan volume sumberdaya
tereka dengan metode penampang pada pedoman perubahan bertahap dari
sayatan A-A’dengan B- B’.

L 1+ L2
V= xT
2
- Luas sayatan A-A' = 749,202 m³
- Luas sayatan B-B' = 1.434,027 m³
- Jarak antar sayatan = 50 m
(749,202+ 1.434,027)
- V= x 50 = 54.580,73 m³
2

Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan lengkap bisa diperhatikan pada tabel 5.4
berikut ini.
60

Tabel 5.4
Hasil perhitungan volume sumberdaya tereka dengan metode cross section pada
pedoman perubahan bertahap

No. Sayatan Luas (m²) Jarak Perbandingan Rumus volume (m³)


(m) L1:L2

A-A' 749,202
1 50 0,52 Mean Area 54.580,73
B-B' 1.434,027
B-B' 1.434,027
2 50 0,66 Mean Area 89.622,50
C-C' 2.150,873
C-C' 2.150,873
3 50 0,77 Mean Area 123.054,70
D-D' 2.771,315
D-D' 2.771,315
4 50 0,74 Mean Area 162.376,83
E-E' 3.723,758
E-E' 3.723,758
5 50 1 Mean Area 186.129,35
F-F' 3.721,416
F-F' 3.721,416
6 50 1,06 Mean Area 180.519,18
G-G' 3.499,351
G-G' 3.499,351
7 50 1,08 Mean Area 167.951,73
H-H' 3.218,718
H-H' 3.218,718
8 50 1,04 Mean Area 157.286,15
I-I' 3.072,728
I-I' 3.072,728
9 50 0,99 Mean Area 153.655,23
J-J' 3.073,481

J-J' 3.073,481
10 50 1,36 Mean Area 133.255,38
K-K' 2.256,734
K-K' 2.256,734
11 50 0,95 Mean Area 115.460,20
L-L' 2.361,674
L-L' 2.361,674
12 50 1,1 Mean Area 112.264,90
M-M' 2.128,922
M-M' 2.128,922
13 50 0,99 Mean Area 106.455,78
N-N' 2.129,309
61

No. Sayatan Luas (m²) Jarak Perbandingan Rumus volume (m³)


(m) L1:L2

N-N' 2.129,309
14 50 1,05 Mean Area 103.463,08
O-O' 2.009,214
O-O' 2.009,214
Mean Area
15 P-P' 2.008,993 50 1 100.455,18

P-P' 2.008,993
Mean Area
16 Q-Q' 1.751,949 50 1,14 94.023,55

Q-Q' 1.751,949
17 R-R' 1.751,854 50 1 Mean Area 87.595,08

R-R' 1.751,854
Mean Area
18 S-S' 1.623,121 50 1,07 84.374,38

S-S' 1.623,121
Mean Area
19 T-T' 1.399,619 50 1,15 75.568,50

Total 2.288.092,38
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)

Hasil volume yang didapatkan pada sumberdaya tereka pada sirtu dengan
menggunakan metode cross section adalah sebesar 2.288.092,38 m³.

b. Sumberdaya tertunjuk
Berdasarkan pada hasil penjelasan diatas mengenai metode cross section,
maka pada perhitungan volume sumberdaya tertunjuk menggunakan metode
cross section dibuat secara horizontal dari barat ke timur dengan jarak 50
meter dengan menghasilkan 19 penampang sayatan. Setelah hasil penampang
sayatan diperoleh, maka selanjutnya dihitung luas masing-masing penampang
sehingga pada perhitungan volume sumberdaya sirtu menggunakan persamaan
rumus mean area. Berikut ini merupakan model cross section sumberdaya
tertunjuk dan juga model 3D cross section sumberdaya tertunjuk yang bisa
diperhatikan pada gambar 5.16 dan 5.17.
62

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.16
Model Cross Section Sumberdaya Tertunjuk
63

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.17
Model 3D Sayatan Penampang Sumberdaya Tertunjuk

Dengan bantuan perhitungan dan garis sayatan, volume sumberdaya sirtu di


lokasi penelitian dihitung menggunakan metode penampang atau cross
section. Dengan demikian, hasil perhitungan sumberdaya tertunjuk dari
bagian sayatan A-A’ sampai S-S’ untuk mendapatkan satu volume
membutuhkan dua penampang. Berikut ini merupakan hasil perhitungan
volume sumberdaya tertunjuk dengan metode penampang pada pedoman
perubahan bertahap dari sayatan A-A’dengan B-B’.

L 1+ L2
V= xT
2
- Luas sayatan A-A' = 749,218 m³
- Luas sayatan B-B' = 1.434,017 m³
- Jarak antar sayatan = 50 m
(749,218+1.434,017)
- V= x 50 = 54.580,88 m³
2

Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan lengkap bisa diperhatikan pada tabel 5.5
berikut ini.
64

Tabel 5.5
Hasil perhitungan volume sumberdaya tertunjuk dengan metode cross section
pada pedoman perubahan bertahap

No. Sayatan Luas (m²) Jarak Perbandingan Rumus volume (m³)


(m) L1:L2

A-A' 749,218
1 50 0.52 Mean Area 54.580,88
B-B' 1.434,017
B-B' 1.434,017
Mean Area
2 C-C' 2.150,827 50 0.66 89.621,10

C-C' 2.150,827
3 50 0.77 Mean Area 123.052,90
D-D' 2.771,289
D-D' 2.771,289
4 50 0.74 Mean Area 162.381,70
E-E' 3.723,979
E-E' 3.723,979
5 50 1 Mean Area 186.130,63
F-F' 3.721,246
F-F' 3.721,246
6 50 1.06 Mean Area 180.544,75
G-G' 3.500,544
G-G' 3.500,544
7 50 1.08 Mean Area 167.991,85
H-H' 3.219,13
H-H' 3.219,13
8 50 1.04 Mean Area 157.295,18
I-I' 3.072,677
I-I' 3.072,677
9 50 0.99 Mean Area 153.653,88
J-J' 3.073,478
J-J' 3.073,478
10 50 1.36 Mean Area 133.253,88
K-K' 2.256,677
K-K' 2.256,677
11 50 0.95 Mean Area 115.478,80
L-L' 2.362,475
L-L' 2.362,475
12 50 1.10 Mean Area 112.284,68
M-M' 2.128,912
M-M' 2.128,912
13 50 0.99 Mean Area 106.452,05
N-N' 2.129,17
65

No. Sayatan Luas (m²) Jarak Perbandingan Rumus volume (m³)


(m) L1:L2

N-N' 2.129,17
14 50 1.05 Mean Area 103.459,45
O-O' 2.009,208

O-O' 2.009,208
15 50 1.17 Mean Area 92.909,90
P-P' 1.707,188

P-P' 1.707,188
16 50 1.02 Mean Area 84.355,10
Q-Q' 1.667,016

Q-Q' 1.667,016
17 50 1.08 Mean Area 80.235,90
R-R' 1.542,42

R-R' 1.542,42
18 50 1.08 Mean Area 74.122,95
S-S' 1.422,498

Total 2.177.805,55
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)

Hasil volume yang didapatkan pada sumberdaya tertunjuk pada sirtu dengan
menggunakan metode cross section adalah sebesar 2.177.805,55 m³.

c. Sumberdaya terukur
Berdasarkan pada hasil penjelasan diatas mengenai metode cross section,
maka pada perhitungan volume sumberdaya terukur menggunakan metode
cross section dibuat secara horizontal dari barat ke timur dengan jarak 50
meter dengan menghasilkan 18 penampang sayatan. Setelah hasil penampang
sayatan diperoleh, maka selanjutnya dihitung luas masing-masing penampang
tersebut sehingga pada perhitungan volume sumberdaya sirtu menggunakan
persamaan rumus mean area. Berikut ini merupakan model cross section
sumberdaya terukur dan juga model 3D cross section sumberdaya terukur
yang bisa diperhatikan pada gambar 5.18 dan 5.19.
66

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.18
Model Cross Section Sumberdaya Terukur
67

(Sumber: Pengolahan Data, 2022)


Gambar 5.19
Model 3D Sayatan Penampang Sumberdaya Terukur

Dengan bantuan perhitungan dan garis sayatan, volume sumberdaya sirtu di


lokasi penelitian dihitung menggunakan metode penampang atau cross
section. Dengan demikian, hasil perhitungan sumberdaya terukur dari bagian
sayatan A-A’ sampai R-R’ untuk mendapatkan satu volume membutuhkan
dua penampang. Berikut ini merupakan hasil perhitungan volume
sumberdaya terukur dengan metode penampang pada pedoman perubahan
bertahap dari sayatan A-A’dengan B-B’.

L 1+ L2
V= xT
2
- Luas sayatan A-A' = 964,731 m³
- Luas sayatan B-B' = 1.434,108 m³
- Jarak antar sayatan = 50 m
(964,731+1.434,108)
V= x 50 = 59.970,975 m³
2

Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan lengkap bisa diperhatikan pada tabel
5.6 berikut ini.
68

Tabel 5.6
Hasil perhitungan volume sumberdaya terukur dengan metode cross section pada
pedoman perubahan bertahap

No. Sayatan Luas (m²) Jarak Perbandingan Rumus volume (m³)


(m) L1:L2

A-A' 964,731 Mean


1 50 0,67 59.970,975
B-B' 1.434,108 Area

B-B' 1.434,108 Mean


2 50 0,58 97.275,5
C-C' 2.456,912 Area

C-C' 2.456,912 Mean


3 50 0,89 129.891,75
D-D' 2.738,758 Area

D-D' 2.738,758 Mean


4 50 0,80 153.855,15
E-E' 3.415,448 Area

E-E' 3.415,448 Mean


5 50 0,97 172.842,95
F-F' 3.498,27 Area

F-F' 3.498,27 Mean


6 50 1 174.901,825
G-G' 3.497,803 Area

G-G' 3.497,803 Mean


7 50 1,03 171.659,775
H-H' 3.368,588 Area

H-H' 3.368,588 Mean


8 50 1,09 161.036,45
I-I' 3.072,87 Area

I-I' 3.072,87 Mean


9 50 1,22 139.652,4
J-J' 2.513,226 Area

J-J' 2.513,226 Mean


10 50 1,11 119.225,05
K-K' 2.256,976 Area

K-K' 2.256,976 Mean


11 50 0,96 115.445,3
L-L' 2.360,836 Area

L-L' 2.360,836 Mean


12 50 1,1 112.241,125
M-M' 2.128,809 Area

M-M' 2.128,809 Mean


13 50 1,11 100.780
N-N' 1.902,391 Area
69

No. Sayatan Luas (m²) Jarak Perbandingan Rumus volume (m³)


(m) L1:L2

N-N' 1.902,391
Mean
14 O-O' 1.382,868 50 1,37 82.131,475
Area
O-O' 1.382,868 Mean
15 50 0,98 69.624,325
P-P' 1.402,105 Area

P-P' 1.402,105 Mean


16 50 1 135.946
Q-Q' 1.316,815 Area

Q-Q' 1.316,815 Mean


17 50 1,14 61.627,725
R-R' 1.148,294 Area

Total 2.058.094,45
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)

Hasil volume yang didapatkan pada sumberdaya terukur pada sirtu dengan
menggunakan metode cross section adalah sebesar 2.058.094,45 m³.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengolahan data serta pembahasan peneliti maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi geologi di lokasi penelitian meliputi litologi, dimana hanya terdapat
litologi satu saja yaitu sirtu. Topografi di lokasi penelitian memiliki elevasi
terendah 371 mdpl dan elevasi tertinggi 413 mdpl. Kenampakan morfologi
di lokasi penelitian memiliki morfologi perbukitan bergelombang rendah
dan sedang. Kondisi geologi di lokasi penelitian adalah kondisi geologi
sederahan karena tidak ditemukan struktur geologi yang aktif seperti kekar
dan sesar.
2. Faktor-faktor atau parameter yang berpengaruh dalam estimasi sumberdaya
pasir batu (sirtu) meliputi faktor geologi, litologi, topografi dan morfologi,
karakteristik batuan dan faktor teknis diantaranya luas area.
3. Estimasi sumberdaya sirtu dilakukan dengan menggunakan metode cross
section dengan pedoman perubahan bertahap sehingga didapatkan hasil
volume sumberdaya yang berbeda-beda berdasarkan klasifikasi sumberdaya
SNI 4726 Tahun 2019. Perhitungan sumberdaya tereka dengan metode
cross section dibuat dengan jarak 50 meter sehingga menghasilkan 20
penampang sayatan dan diperoleh volume sebesar 2.288.092,38 m³,
perhitungan sumberdaya tertunjuk dengan metode cross section dibuat
dengan jarak 50 meter sehingga menghasilkan 19 penampang sayatan dan
diperoleh volume sebesar 2.177.805,55 m³, perhitungan sumberdaya terukur
dengan metode cross section dibuat dengan jarak 50 meter sehingga
menghasilkan 18 penampang sayatan dan diperoleh volume sebesar
2.058.094,45 m³.

67
68

6.2 Saran
Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan sehubungan dengan perhitungan
sumberdaya sirtu di PT. Winona Prakarsa Bahari, Desa Asmorobangun,
Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
1. Saat menghitung sumberdaya, sebaiknya perhatikan sifat, bentuk dan
petunjuk adanya endapan mineral. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
penentuan metode estimasi sumberdaya yang menghasilkan hasil yang
mendekati kebenaran.
2. Penampang harus dapat menunjukkan wilayah topografi agar lebih
mendekati kebenaran.
3. Dalam perhitungan sumberdaya sebaiknya jarak tiap penampang tidak
terlalu jauh guna untuk meningkatkan keakuratan perhitungan sumberdaya
pasir batu (sirtu).
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf. (1999). Eksplorasi Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan,


Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta.
Arno Edwina Gilang Pratama, dkk. (2010). Estimasi Cadangan Batukapur dengan
Metode Cross Section dibandingkan dengan Metode Contour. Teknik
Pertambangan, Universitas Hasanuddin.
Haryo, Prasetyo Aji. (2016). Penaksiran Cadangan Pasir Batu Di PT. Mega Bumi
Karsa Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
(Doctoral dissertation, UPN" Veteran" Yogyakarta).
Indonesia, S. N. (2019). Pedoman pelaporan sumberdaya dan cadangan
mineral. SNI, 4726, 2019.
Isaaks, dkk., (1989). An Introduction to Applied Geostatistics, Oxford University
Press.
Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. JeLAST: Jurnal PWK, Laut, Sipil,
Tambang, 6.3.
Kediri, B. K. (2021). Kabupaten Kediri Dalam Angka 2021 (Badan Pusat
Statistika Kabupaten Kediri. Badan Pusat Statistika Kabupaten Kediri.
Kepmen ESDM (2018). Laporan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik.
PURWONUGROHO, S. S. (2020). Estimasi Sumberdaya Pasir Batu dengan
Metode Cross Section dan Metode Contour di PT. Muntiplus Sepakat,
Desa Kepuharjo, Kec Cangkringan, Kab Sleman, DIY (Doctoral
dissertation, UPN" Veteran" Yogyakarta).
Putra, D. D. (2016). Estimasi Sumberdaya Pasir Batu Dengan Metode Cross
Section Dan Metode Contour Pada Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Skripsi, Jurusan Teknik Pertambangan,
UPN, Yogyakarta.
Putri, A., & Meilasari, F. (2019). Studi Perhitungan Sumber Daya Tambang Pasir
Pasang Dengan Metode Cross Section Di Cv. Indo Tambang Sejahtera,

69
70

Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). Metode Eksplorasi. Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents.
Santosa & Atmawinata. (1992). Peta Geologi Lembar Kediri, Jawa (Geological
Map Of The Kediri Quadrangle, Jawa). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Supiandi. (2016). Studi Material Sirtu Darat dan Sirtu Sungai untuk Lapis Pondasi
Agregat Kelas B. Untan.
Van Bemmelen, R.W. (1949). The Geologi Of Indonesia. Netherland: Office,
Martinus Nijhoff, The Hauge. Vol IA, General Geology, Govern.
Willy, M. C. (2021). Perbandingan Hasil Evaluasi Perhitungan Sumberdaya dan
Cadangan Andesit pada Metode Cross Section, Contour, serta Cut and Fill
di PT. Bina Nugraha Utama, Desa Kademungan, Kecamatan Kejayan,
Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Skripsi, Jurusan Teknik
Pertambangan, ITATS, Surabaya.
71

LAMPIRAN
LAMPIRAN A
BATAS KOORDINAT WIUP PT. WINONA PRAKARSA BAHARI

Garis Bujur Garis Lintang


No.
D M S D M S
1 112 15 26.5607 7 50 39.1339
2 112 15 30.5925 7 50 39.1218
3 112 15 30.6391 7 50 44.5973
4 112 15 31.4365 7 50 44.64
5 112 15 31.4862 7 50 51.1506
6 112 15 32.2686 7 50 51.1783
7 112 15 32.3142 7 50 56.3538
8 112 15 32.8559 7 50 56.3821
9 112 15 32.8878 7 51 1.9627
10 112 15 33.4595 7 51 1.976
11 112 15 33.5056 7 51 7.2865
12 112 15 34.1827 7 51 7.3295
13 112 15 34.1844 7 51 12.9102
14 112 15 26.5721 7 51 12.9329
15 112 15 26.5797 7 51 10.4726
16 112 15 25.3911 7 51 10.4312
17 112 15 25.3521 7 51 7.4609
18 112 15 23.9829 7 51 7.42
19 112 15 23.9141 7 51 4.5549
20 112 15 22.545 7 51 4.514
21 112 15 22.5194 7 51 1.0036
22 112 15 21.3157 7 51 0.9622
23 112 15 21.262 7 50 58.112
24 112 15 20.0283 7 50 58.0857
25 112 15 20.0063 7 50 55.7605
26 112 15 17.4938 7 50 55.738
27 112 15 17.4443 7 50 54.2829
28 112 15 15.5638 7 50 54.2735
29 112 15 15.5579 7 50 52.3083
30 112 15 13.9782 7 50 52.283
31 112 15 13.9114 7 50 50.0929

72
73

Garis Bujur Garis Lintang


No.
D M S D M S
32 112 15 12.4671 7 50 50.0672
33 112 15 12.4007 7 50 47.9672
34 112 15 11.227 7 50 47.9107
35 112 15 11.2202 7 50 45.6304
36 112 15 13.5218 7 50 45.5635
37 112 15 13.5341 7 50 44.6634
38 112 15 15.5198 7 50 44.6125
39 112 15 15.5778 7 50 43.8922
40 112 15 17.2325 7 50 43.8273
41 112 15 17.2606 7 50 43.1671
42 112 15 18.9152 7 50 43.1022
43 112 15 18.9433 7 50 42.442
44 112 15 20.5679 7 50 42.3771
45 112 15 20.611 7 50 41.7019
46 112 15 22.7922 7 50 41.6504
47 112 15 22.8195 7 50 40.7202
48 112 15 25.0158 7 50 40.6687
49 112 15 25.0584 7 50 39.8134
50 112 15 26.5175 7 50 39.7791
LAMPIRAN B
PETA KESAMPAIAN DAERAH

74
75

LAMPIRAN C
PETA LOKASI PENELITIAN
76

LAMPIRAN D
PETA GEOLOGI REGIONAL
77

LAMPIRAN E
PETA TOPOGRAFI
78

LAMPIRAN F
PETA MORFOLOGI
79

LAMPIRAN G
PETA SEBARAN TITIK PENGAMATAN SINGKAPAN
80

LAMPIRAN H
PETA SEBARAN TITIK PEMBUATAN SUMUR UJI
81

LAMPIRAN I
PETA SURVEY MUKA AIR TANAH
82

LAMPIRAN J
PETA GEOLOGI LOKAL
LAMPIRAN K
ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR BATU DENGAN METODE CROSS
SECTION

1. Perhitungan Sumberdaya Tereka


84
85
86
87
88
89
90

Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2

A-A' 749,202
1 50 0,52 Mean Area 54.580,73
B-B' 1.434,027
B-B' 1.434,027
2 50 0,66 Mean Area 89.622,50
C-C' 2.150,873
C-C' 2.150,873
3 50 0,77 Mean Area 123.054,70
D-D' 2.771,315
D-D' 2.771,315
4 50 0,74 Mean Area 162.376,83
E-E' 3.723,758
E-E' 3.723,758
5 50 1 Mean Area 186.129,35
F-F' 3.721,416
F-F' 3.721,416
6 50 1,06 Mean Area 180.519,18
G-G' 3.499,351
G-G' 3.499,351
7 50 1,08 Mean Area 167.951,73
H-H' 3.218,718
H-H' 3.218,718
8 50 1,04 Mean Area 157.286,15
I-I' 3.072,728
I-I' 3.072,728
9 50 0,99 Mean Area 153.655,23
J-J' 3.073,481

J-J' 3.073,481
10 50 1,36 Mean Area 133.255,38
K-K' 2.256,734
K-K' 2.256,734
11 50 0,95 Mean Area 115.460,20
L-L' 2.361,674
L-L' 2.361,674
12 50 1,1 Mean Area 112.264,90
M-M' 2.128,922
M-M' 2.128,922
13 50 0,99 Mean Area 106.455,78
N-N' 2.129,309
N-N' 2.129,309
14 50 1,05 Mean Area 103.463,08
O-O' 2.009,214
91

Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
O-O' 2.009,214
15 50 1 Mean Area 100.455,18
P-P' 2.008,993
P-P' 2.008,993
16 50 1,14 Mean Area 94.023,55
Q-Q' 1.751,949
Q-Q' 1.751,949
17 50 1 Mean Area 87.595,08
R-R' 1.751,854

R-R' 1.751,854
18 50 1,07 Mean Area 84.374,38
S-S' 1.623,121
S-S' 1.623,121
19 50 1,15 Mean Area 75.568,50
T-T' 1.399,619

Total 2.288.092,38
92

2. Perhitungan Sumberdaya Tertunjuk


93
94
95
96
97
98

Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2

A-A' 749,218 Mean


1 50 0.52 54.580,88
B-B' 1.434,017 Area
B-B' 1.434,017 Mean
2 50 0.66 89.621,10
C-C' 2.150,827 Area

C-C' 2.150,827 Mean


3 50 0.77 123.052,90
D-D' 2.771,289 Area
D-D' 2.771,289 Mean
4 50 0.74 162.381,70
E-E' 3.723,979 Area
E-E' 3.723,979 Mean
5 50 1 186.130,63
F-F' 3.721,246 Area
F-F' 3.721,246 Mean
6 50 1.06 180.544,75
G-G' 3.500,544 Area
G-G' 3.500,544 Mean
7 50 1.08 167.991,85
H-H' 3.219,13 Area
H-H' 3.219,13 Mean
8 50 1.04 157.295,18
I-I' 3.072,677 Area
I-I' 3.072,677 Mean
9 50 0.99 153.653,88
J-J' 3.073,478 Area
J-J' 3.073,478 Mean
10 50 1.36 133.253,88
K-K' 2.256,677 Area
K-K' 2.256,677 Mean
11 50 0.95 115.478,80
L-L' 2.362,475 Area
L-L' 2.362,475 Mean
12 50 1.10 112.284,68
M-M' 2.128,912 Area
M-M' 2.128,912 Mean
13 50 0.99 106.452,05
N-N' 2.129,17 Area
N-N' 2.129,17 Mean
14 50 1.05 103.459,45
O-O' 2.009,208 Area
99

Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
O-O' 2.009,208 Mean
15 50 1.17 92.909,90
P-P' 1.707,188 Area
P-P' 1.707,188 Mean
16 50 1.02 84.355,10
Q-Q' 1.667,016 Area
Q-Q' 1.667,016 Mean
17 50 1.08 80.235,90
R-R' 1.542,42 Area
R-R' 1.542,42 Mean
18 50 1.08 74.122,95
S-S' 1.422,498 Area
Total 2.177.805,55
100

3. Perhitungan Sumberdaya Terukur


101
102
103
104
105
106

Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
A-A' 964,731 Mean
1 50 0,67 59.970,975
B-B' 1.434,108 Area
B-B' 1.434,108 Mean
2 50 0,58 97.275,5
C-C' 2.456,912 Area
C-C' 2.456,912 Mean
3 50 0,89 129.891,75
D-D' 2.738,758 Area
D-D' 2.738,758 Mean
4 50 0,80 153.855,15
E-E' 3.415,448 Area
E-E' 3.415,448 Mean
5 50 0,97 172.842,95
F-F' 3.498,27 Area
F-F' 3.498,27 Mean
6 50 1 174.901,825
G-G' 3.497,803 Area
G-G' 3.497,803 Mean
7 50 1,03 171.659,775
H-H' 3.368,588 Area
H-H' 3.368,588 Mean
8 50 1,09 161.036,45
I-I' 3.072,87 Area
I-I' 3.072,87 Mean
9 50 1,22 139.652,4
J-J' 2.513,226 Area
J-J' 2.513,226 Mean
10 50 1,11 119.225,05
K-K' 2.256,976 Area
K-K' 2.256,976 Mean
11 50 0,96 115.445,3
L-L' 2.360,836 Area
L-L' 2.360,836 Mean
12 50 1,1 112.241,125
M-M' 2.128,809 Area
M-M' 2.128,809 Mean
13 50 1,11 100.780
N-N' 1.902,391 Area

N-N' 1.902,391
Mean
14 50 1,37 82.131,475
O-O' 1.382,868 Area
107

Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
O-O' 1.382,868 Mean
15 50 0,98 69.624,325
P-P' 1.402,105 Area
P-P' 1.402,105 Mean
16 50 1 135.946
Q-Q' 1.316,815 Area
Q-Q' 1.316,815 Mean
17 50 1,14 61.627,725
R-R' 1.148,294 Area
Total 2.058.094,45
108

Anda mungkin juga menyukai