SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Tugas Akhir Pada Jurusan
Teknik Pertambangan
Disusun Oleh:
DIONESIUS NANI
11.2018.1.00711
i
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Oleh:
DIONESIUS NANI
11.2018.1.00711
Mengetahui, Menyetujui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
DIONESIUS NANI
11.2018.1.00711
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Tim Penguji
Penguji Tanda Tangan
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
sebuah Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan, tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
makalah, jurnal maupun penelitian sebelumnya yang disebutkan dalam Daftar
Pustaka. Apabila ditemukan suatu jiplakan atau plagiat, maka saya bersedia
menerima akibat berupa sanksi akademis dan sanksi lainnya yang diberikan oleh
pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dionesius Nani
11.2018.1.00711
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sang Juruselamat Dunia atas segala
berkat, rahmat, keselamatan, penyertaanmu serta roh kudus yang selalu kau
turunkan ke dunia ini, akhirnya skripsi yang sederhana ini yang penuh dengan
perjuangan dapat terselesaikan. Saya menyadari dalam pengerjaan skripsi ini
penuh dengan banyak tantangan akan tetapi saya percaya bahwa dengan kuasa dan
rohmu serta pertolongan bisa membawa terus saya dalam melewati tantangan
tersebut.
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang tercinta, yang kusayangi dan
orang-orang terdekat yang berpengaruh dalam hidup saya.
1. Keluarga
Terima kasih banyak untuk kedua orang tuaku, kupersembahkan skripsi
sederhana ini kepada superheroku mama tersayang dan tercinta "Adriana Doda
Tandipau" serta bapakku tercinta "Yohanes Hamin". Tak terhingga batasnya saya
mengucapkan terima kasih banyak atas segala motivasi, semangat dan juga
pengorbanan yang kau berikan untuk anakmu ini. Terima kasih banyak juga untuk
om tercinta dan terkasih saya "Pastor Frans Tandipau" yang selalu memberikan
bantuan tiada hentinya untuk saya.
2. Dosen
Saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Teknik
Pertambangan ITATS terutama Bapak Yazid Fanani, S.T., M.T. dan Ibu Fairus
Atika Redanto Putri, S.T., M.T. yang telah membimbing saya dalam pembuatan
skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
v
yang saya miliki. Terima kasih banyak sudah memberikan pertolongan yang tiada
habisnya di tanah rantau ini tanpa memandang imbalan apapun dan selalu
memberikan semangat serta motivasi untuk saya. Terima kasih sudah memberikan
ruang disaat saya berada di bawah dan tidak punya apa-apa. Terima kasih banyak
atas tenaga dan waktu kalian untuk saya. Semua hal yang telah kalian lakukan,
saya tidak akan lupakan. Terberkatilah kalian untuk orang-orang terdekat saya.
Mungkin kelak akan menjadi cerita untuk anak dan istri saya.
vi
MOTTO
“Tidak ada yang kebetulan dalam hidup kita, Tuhan sudah merangkai perjalanan
hidup kita sedemikian rupa”
(Andy F Noya)
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
547/Abs/ILC/VIII/2023
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat
karunia dan penyertaan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian tugas akhir yang berjudul “ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR
BATU MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION DI PT. WINONA
PRAKARSA BAHARI DESA ASMOROBANGUN, KECAMATAN PUNCU,
KABUPATEN KEDIRI, PROVINSI JAWA TIMUR”. Skripsi ini dibuat
sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi strata satu (S1)
dengan gelar Sarjana Teknik (S.T) pada jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Mineral dan Kelautan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
segala kekurangan dan juga dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan yang diberikan, penulis ingin mengucapkan beribu-ribu terima kasih
kepada:
1. Bapak Syamsuri, S.T., M.T., Ph.D. Selaku Rektor Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya
2. Bapak Dr. Lukmandono, S.T., MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri
3. Ibu Dr. Esthi Kusdarini, S.T., M.T. Selaku Ketua Jurusan Teknik
pertambangan
4. Bapak Yazid Fanani S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing I
5. Ibu Fairus Atika Redanto Putri S.T., M.T Selaku Dosen Pembimbing II
6. Ibu Avellyn Shinthya Sari, S.T., M.T Selaku Dosen Penguji I
7. Ibu Jusfarida, S.Si., M.T. Selaku Dosen Penguji II
8. PT. Winona Prakarsa Bahari bisa menerima saya dalam melakukan
penelitian tugas akhir
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan, maka dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka penulis
x
siap menerima saran dan kritikan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca dan juga seluruh pihak biar bisa
dijadikan sebagai bahan referensi terkhusus untuk Mahasiswa jurusan Teknik
Pertambangan di Institut Adhi Tama Surabaya.
Dionesius Nani
11.2018.1.00711
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
MOTTOii
ABSTRAKiii
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIii
DAFTAR GAMBARiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................3
1.4 Batasan Masalah....................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM..............................................................................5
2.1 Profil Perusahaan..................................................................................5
2.1.1 Profil PT. Winona Prakarsa Bahari..............................................5
2.1.2 Perizinan.......................................................................................5
2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah............................................................6
2.3 Kondisi Geologi Daerah Penelitian.......................................................8
2.3.1 Topografi......................................................................................9
2.3.2 Morfologi...................................................................................10
2.3.3 Stratigrafi....................................................................................11
2.3.4 Struktur Geologi.........................................................................12
xii
2.4 Vegetasi...............................................................................................13
2.5 Iklim....................................................................................................14
2.6 Kondisi Lapangan WIUP....................................................................15
BAB III DASAR TEORI..................................................................................16
3.1 Litologi Sirtu.......................................................................................16
3.2 Eksplorasi............................................................................................16
3.3 Tahapan Eksplorasi.............................................................................17
3.4 Teknik Pengambilan Sampling dan Pembuatan Sumur Uji................18
3.5 Sumberdaya dan Cadangan.................................................................20
3.6 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan...............................................21
3.7 Dasar Pemilihan Metode.....................................................................23
3.8 Metode Perhitungan Sumberdaya.......................................................25
3.9 Metode Cross Section.........................................................................25
3.9.1 Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan
Bertahap............................................................................................. 27
3.10 Perhitungan Volume............................................................................27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................29
4.1 Jenis Penelitian....................................................................................29
4.2 Pelaksanaan Penelitian........................................................................30
4.3 Pengolahan Data dan Analisis Data....................................................31
4.4 Diagram Alir Penelitian......................................................................33
4.5 Diagram Pengolahan Data..................................................................34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................35
5.1 Hasil Penelitian.................................................................................35
5.1.1 Pemetaan Geologi......................................................................35
5.1.2 Survey Kedalaman Muka Air Tanah.........................................40
5.1.3 Model Geologi...........................................................................42
5.2 Pembahasan......................................................................................44
5.2.1 Kondisi Geologi Daerah Penelitian............................................44
5.2.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Estimasi Sumberdaya
Sirtu.....................................................................................................46
5.2.3 Hasil Volume Klasifikasi Sumberdaya Dengan Metode Cross
Section................................................................................................49
BAB VI PENUTUP.......................................................................................... 67
6.1 Kesimpulan.........................................................................................67
6.2 Saran....................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 69
LAMPIRAN...................................................................................................... 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
Gambar 5.12 Model Sumberdaya Tertunjuk.........................................................51
Gambar 5.13 Model Sumberdaya Terukur...........................................................52
Gambar 5.14 Model Cross Section Sumberdaya Tereka......................................55
Gambar 5.15 Model 3D Penampang Sayatan Sumberdaya Tereka.....................56
Gambar 5.16 Model Cross Section Sumberdaya Tertunjuk.................................59
Gambar 5.17 Model 3D Penampang Sayatan Sumberdaya Tertunjuk................60
Gambar 5.18 Model Cross Section Sumberdaya Terukur....................................63
Gambar 5.19 Model 3D Penampang Sayatan Sumberdaya Terukur...................64
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Winona Prakarsa Bahari adalah perusahaan swasta yang beralih di bidang
pertambangan sirtu yang berlokasi di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu,
Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Total luas wilayah izin usaha
pertambangan (WIUP) PT. Winona Prakarsa Bahari yakni seluas 39,81 Ha.
PT. Winona Prakarsa Bahari saat ini sudah mendapatkan izin usaha pertambangan
(IUP) eksplorasi. Untuk mengetahui keberadaan dari endapan bahan galian sirtu
maka perlu dilakukan kegiatan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi ini bertujuan untuk
mengetahui posisi, bentuk, letak dari endapan bahan galian sirtu tersebut.
Sehingga pada proses selanjutnya akan dilakukan perhitungan sumberdaya guna
untuk mengetahui total ataupun jumlah dari endapan bahan galian sirtu tersebut.
Seperti pada halnya PT. Winona Prakarsa Bahari sendiri yang terdapat pada area
eksplorasi yang belum ditentukan atau diperkirakan jumlah sumberdayanya.
1
Estimasi sumberdaya itu sendiri dimaksudkan untuk memperkirakan nilai atau
jumlah endapan bahan galian yang akan di tambang. Seperti halnya pada PT.
Winona Prakarsa Bahari akan dilakukan perhitungan sumberdaya sirtu pada area
eksplorasi. Pada proses estimasi sumberdaya perlu membutuhkan data-data awal
atau data base, data base ini didapat di lapangan dengan cara pengukuran atau
survey pemetaan geologi untuk mengetahui bentuk, letak dan sebaran dari bahan
galian sirtu itu sendiri.
2. Bagi perusahaan
Manfaat penelitian ini bagi perusahaan adalah untuk menjawab atas dasar dari
persoalan mengenai besaran sumberdaya sirtu pada wilayah pertambangan.
Sehingga sudah bisa mengetahui jumlah sumberdayanya dan akan mempermudah
dalam melakukan kegiatan berikutnya serta memaksimalkan produksi sirtu.
4
3. Bagi akademisi
Melalui penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi atau bahan untuk
menambah ide serta refleksi bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman
langsung dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang dikuasai.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Status perizinan yang telah didapatkan oleh PT. Winona Prakarsa Bahari adalah
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi, dengan SK WIUP Nomor 128/MB.03/DJB/WIUP/2021 tanggal 02
September 2021 dengan luas 39,81 Hektar dan SK IUP Eksplorasi Nomor
1684/1/IUP/PMDN/2021 tanggal 6 Desember 2021 dengan jangka waktu 3 (tiga)
tahun sampai dengan 6 Desember 2024.
2.1.2 Perizinan
Bentuk legalitas perizinan usaha pertambangan yang telah dimiliki oleh PT.
Winona Prakarsa Bahari pada administrasi wilayah Desa Asmorobangun,
Kecamatan Puncu, Kabupaten kediri, Provinsi Jawa Timur antara lain :
5
6
2. 2021 dan berakhir pada sepuluh (10) hari terhitung sejak tanggal keputusan
Menteri ditetapkan.
Sebagai salah satu pemegang izin IUP Eksplorasi yang telah diberikan hak atas
kewajiban dan tanggung jawab. Pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini
yaitu:
Tabel 2.1
Identitas Perusahaan PT. Winona Prakarsa Bahari
1 Nama Perusahaan PT. Winona Prakarsa Bahari
Berikut ini merupakan gambar peta lokasi penelitian wilayah izin usaha
pertambangan PT. Winona Prakarsa Bahari yang bisa diperhatikan pada gambar
2.1.
Tabel 2.2
Rute Perjalanan Menuju Lokasi penelitian
Jarak Waktu
No Jalur
Tempuh Tempuh
Kota Surabaya - Rumah Kepala Dusun ± 3 Jam 23
1 ± 99 Km
Asmorobangun Menit
Rumah Kepala Dusun Asmorobangun-
2 ± 4 Km ± 10 Menit
Lokasi Penelitian
(Sumber: Data Penelitian, 2022)
Kediri termasuk pada lajur Zona Solo (Van Bemmelen, 1949). Zona Solo
merupakan cekungan sedimenter aktif dengan sistem fluvial yang menerima
pasokan sedimen dari busur gunungapi lajur depresi di antara deretan gunung api
sekarang (intermontane plains). Berdasarkan Peta Geologi Regional, lokasi
penelitian termasuk dalam formasi Batuan Gunungapi Kelud Muda yang bisa
diperhatikan pada gambar 2.3 berikut ini.
2.3.1 Topografi
Keadaan topografi pada lokasi penelitian berada pada elevasi yang bervariasi.
Elevasi terendah berada pada 371 mdpl dan elevasi tertinggi berada pada elevasi
413 mdpl. Berikut ini merupakan peta topografi wilayah izin usaha pertambangan
PT. Winona Prakarsa Bahari yang bisa diperhatikan pada gambar 2.4.
10
2.3.2 Morfologi
Keadaan morfologi pada lokasi penelitian berdasarkan kenampakan umum
termasuk pada satuan morfologi perbukitan rendah dan sedang bergelombang.
Morfologi perbukitan bergelombang pada wilayah izin usaha pertambangan
(WIUP) PT. Winona Prakarsa Bahari merupakan daerah dengan ketinggian
berkisar 371 – 413 mdpl hal ini juga dapat diketahui dari Wilayah Kecamatan
Puncu yang berada pada wilayah kaki Gunung Kelud di sebelah Timur dari
Kabupaten Kediri. Lokasi WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari berada pada kaki
Gunung Kelud yang pada kondisi bentuk lahannya merupakan perbukitan
vulkanik (kipas lahar Gunung Kelud). Keadaan morfologi lokasi penelitian bisa
perhatikan pada gambar 2.5 peta morfologi wilayah izin usaha pertambangan PT.
Winona Prakarsa Bahari berikut ini.
11
2.3.3 Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Regional lembar Kediri (Gambar 2.3), tatanan
stratigrafi lokasi izin usaha pertambangan tersusun oleh satuan batuan gunung api
kelud muda (Qvk) dan endapan lahar (Qvlh).
1. Batuan Gunung Api Kelud Muda (Qvk)
Batuan gunung api kelud muda (Qvk) merupakan jenis batuan vulkanik muda
pada lokasi izin usaha pertambangan PT. Winona Prakarsa Bahari yang dihasilkan
oleh abu vulkanik. Batuan ini berada pada zaman kuarter masa holosen yang
terdiri dari lava, breksi tuf, aglomerat, tuf dan lahar. Proses pembentukan berasal
dari magma yang keluar dari aktivitas gunung api, lalu mengalami litifikasi,
sedimentasi, kompaksi, dan sementasi kemudian menjadi batuan sedimen. Batuan
gunung api kelud muda (Qvk) di dominasi oleh lahar dengan pelamparan di lokasi
konsesi IUP tersebar merata dan memiliki penyebaran menerus pada bagian utara
hingga selatan wilayah konsesi.
12
Kondisi geologi pada lokasi eksplorasi adalah sederhana sehingga struktur geologi
di lokasi konsesi IUP PT. Winona Prakarsa Bahari berdasarkan geologi lembar
kediri tidak ditemukan adanya struktur. Struktur yang terjadi di luar konsesi IUP
berdasarkan geologi lembar kediri yaitu kelurusan yang berada di sebelah barat
menuju ke arah utara jauh dari lokasi konsesi IUP PT. Winona Prakarsa Bahari.
2.4 Vegetasi
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian bahwa pada lokasi konsesi IUP
PT. Winona Prakarsa Bahari merupakan kawasan sawah, tegalan dan kebun
sehingga dapat dipastikan jenis dan jumlah tanaman yang terdapat di lokasi
tersebut sangat terbatas dan tidak dijumpai jenis tanaman yang dilindungi, jenis
tanaman keras yang ada berupa pohon alpukat, pohon sengon, pohon bambu dan
lain-lain. Sedangkan untuk jenis rerumputan berupa rumput jarum, rumput gajah,
alang-alang, putri malu dan lain-lain. Sedangkan untuk tanaman budidaya berupa
pisang, nanas, jagung dan cabe. Sedangkan untuk fauna yang terdapat di lokasi
berupa serangga, ikan, burung dan lain-lain. Berikut ini adalah jenis vegetasi di
lokasi penelitian yang bisa diperhatikan pada gambar 2.8.
14
2.5 Iklim
Secara umum di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri
mempunyai iklim tropis dengan musim penghujan dan kemarau secara bergantian.
Data curah hujan Kabupaten Kediri tahun 2017-2021 bisa diperhatikan pada tabel
2.3 berikut ini.
Tabel 2.3
Diagram hari hujan rata-rata tahun 2017-2021
Jumlah Curah Hujan Menurut Bulan di Kota
BULAN Kediri (mm)
2017 2018 2019 2020 2021
Januari 343 290 312 391 535
Februari 256 429 461 261 360
Maret 239 347 316 385 591
April 253 135 283 198 224
Mei 48 13 6 379 109
Juni 36 2 0 57 152
Juli 7 7 0 42 1
Agustus 0 0 0 12 0
September 10 6 0 9 99
Oktober 2 0 0 60 2
November 225 67 23 220 271
Desember 558 113 270 344 193
(Sumber: BPS Kabupaten Kediri, 2021)
15
(
sumber: Dokumentasi Peneliti, 2022)
Gambar 2.9
Kondisi Lapangan WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari
BAB III
DASAR TEORI
3.2 Eksplorasi
16
17
Eksplorasi adalah suatu kegiatan untuk mencari dan mengetahui endapan mineral
berharga. Tahapan eksplorasi umumnya dilaksanakan meliputi empat tahap yaitu
survei tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan
17
1. Survei Tinjau
Tahap eksplorasi terdiri dari identifikasi wilayah potensi mineral dalam skala
regional terutama berdasarkan hasil survei geologi regional, termasuk pemetaan
geologi regional, foto udara, metode tidak langsung dan uji lapangan pendahuluan
untuk menarik kesimpulan tentang dasar ekstrapolasi. Tujuan survei tinjau adalah
untuk mengidentifikasi area yang berpotensi anomali atau termineralisasi untuk
penyelidikan lebih lanjut. Hanya perkiraan jumlah atau kuantitas yang harus
dibuat. Apabila datanya lengkap atau ada kemiripan dengan endapan lain.
2. Prospeksi
Fase eksplorasi dengan memperkecil area yang memiliki potensi mineralisasi.
Teknik yang dipakai dalam hal ini yaitu pemetaan geologi untuk mengenali
lapisan batuan yang tersingkap dan metode tidak langsung seperti studi geokimia
dan geofisika. Kegiatan penggalian, pengeboran dan pengambilan sampel terbatas
juga dapat dilakukan selama prospeksi. Tujuan prospeksi yaitu untuk menentukan
cebakan mineral mana yang akan menjadi target pada tahap eksplorasi berikutnya.
18
3. Eksplorasi Umum
Fase eksplorasi adalah penggambaran awal dari cebakan mineral yang ditemui.
Teknik yang dipakai dalam eksplorasi umum meliputi survei geologi,
pengambilan sampel skala besar, penggalian parit dan pengeboran untuk
memberikan perkiraan awal kuantitas dan kualitas cebakan mineral. Interpolasi
dapat dilaksanakan sampai batas tertentu berdasarkan metode penelitian tidak
langsung. Tujuan eksplorasi umum yaitu untuk mengetahui karakteristik geologis
suatu bahan galian berdasarkan data sebaran dan ukuran, bentuk, sebaran, jumlah
dan kualitas sebelumnya. Tingkat akurasi harus dipakai untuk mendapatkan
apakah studi kelayakan dan eksplorasi rinci dibutuhkan.
4. Eksplorasi Rinci
Fase eksplorasi dimana kemunculan mineral yang diketahui didefinisikan secara
rinci dalam tiga dimensi dengan mengambil sampel pada batuan yang tersingkap,
parit, lubang bor, shafts dan terowongan. Interval sampling sedemikian dekat
sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas serta karakteristik dari
endapan mineral lainnya dapat ditentukan dengan sangat akurat. Tes penanganan
sampel massal mungkin diperlukan.
Cara pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil bergantung pada
beberapa faktor meliputi jenis cebakan, persebaran, ukuran cebakan, lokasi
pengambilan sampel, kedalaman pengambilan sampel dalam hubungannya dengan
lokasi dan kondisi batuan induk dan anggaran sampel.
19
1. Grab Sampling
grab sampling adalah teknik pengambilan sampel bongkahan besar dari material
(baik di dalam maupun dari suatu permukaan) yang mengandung mineralisasi
secara acak (tanpa pemilihan khusus).
2. Bulk Sampling
Bulk sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana material dalam volume
besar. Pada tahap prapenambangan, pengambilan sampel curah ini dilakukan
untuk memahami kandungan di wilayah kerja. Metode pengambilan sampel
massal juga sering digunakan dalam pengujian metalurgi yang tujuannya adalah
untuk menentukan pemilihan proses pengolahan. Dalam kegiatan eksplorasi
metode sampling ini digunakan untuk mengambil sampel dari sumur uji.
3. Chip Sampling
Chip sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang menggunakan palu
atau pahat untuk mengumpulkan kepingan batuan yang pecah di sepanjang jalur
yang memotong zona mineralisasi. Jalur pengambilan sampel biasanya bidang
horizontal dan fragmen batuan dikumpulkan dalam kantong pengambilan sampel.
Terkadang mendapatkan ukuran sampel yang konsisten (baik ukuran butir dan
jumlah serta jarak) cukup sulit, terutama dengan urat yang keras dan rapuh. Oleh
karena itu, kesalahan seperti oversampling dapat terjadi ketika ukuran fragmen
secara proporsional lebih besar daripada fragmen berkualitas rendah.
4. Channel Sampling
channel sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana menciptakan
alur di permukaan yang menunjukkan jejak bijih. Alur dibikin terstruktur dan
merata ( memiliki lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) dengan model horizontal,
vertikal atau tegak lurus kemiringan lapisan.
Test Pit adalah metode eksplorasi secara langsung yang dipakai untuk mencari
cebakan mineral atau menjamin kelangsungan suatu lapisan cebakan mineral
secara vertikal. Untuk mendapatkan kebenaran atau tanda mengenai eksistensi
20
gambaran penampang test pit biasanya empat persegi panjang dengan parameter
dari 75 x 100 m hingga 150 x 200 m. sedangkan kedalaman tergantung pada
kedalaman cebakan mineral dan kestabilan dinding test pit. Tanpa penyangga
kedalaman test pit bervariasi dari 4 - 5 m.
Untuk mendapatkan bentuk yang tepat dari gambaran dan posisi cebakan mineral
secara luas, kemudian digali beberapa test pit dengan bentuk yang biasa misalnya
empat persegi panjang maupun bujur sangkar dengan ukuran yang tepat (100-500
m), kecuali kondisi tanah atau topografi tidak memungkinkan.
Pengaruh buruk dari aktivitas ini terjadi jika besaran dan ukuran lubang uji besar,
volume tanah dan batuan yang digali juga besar. Sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan tanah yang signifikan, namun karena aktivitas ini relatif cepat dan
dapat dengan mudah diisi kembali ke lubang uji serta dampaknya dapat diabaikan.
Dengan kedalaman dan jarak lubang uji yang tidak terbatas, volume tanah galian
juga terbatas dan area kerusakan juga sempit.
dengan keyakinan tinggi. Ini didasarkan pada hasil eksplorasi yang terperinci dan
membuktikan serta keterangan pengambilan sampel dan pengujian yang
didapatkan dengan teknik yang sesuai dari lokasi cebakan mineral misalnya pada
batuan yang tersingkap, parit uji, lubang uji, terowongan uji, dan lubang bor.
Letak informasi dalam kategori ini secara spasial cukup dekat untuk memberikan
kesinambungan geologis dan kadarnya.
1. Cadangan Terkira
Cadangan mineral terkira adalah komponen dari sumberdaya mineral tertunjuk
yang mempunyai nilai ekonomi untuk diekstraksi, dan dalam keadaan tertentu
juga merupakan bagian sumberdaya mineral terukur. Ini termasuk pengenceran
dan kehilangan material yang dapat terjadi saat material ditambang. Penilaian dan
studi yang akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan memodifikasi
asumsi faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial, hukum, lingkungan,
sosial dan pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini memperlihatkan bahwa
yang telah diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan logis.
2. Cadangan Terbukti
Cadangan mineral terbukti adalah komponen dari sumberdaya terukur yang
mempunyai nilai ekonomi untuk diekstraksi. Ini termasuk pengenceran dan
kehilangan material yang dapat terjadi saat ditambang. Penilaian dan studi yang
akurat harus dibuat dan mencakup pertimbangan dan modifikasi asumsi faktor
penambangan, metalurgi, ekonomi, komersial, hukum, lingkungan, sosial dan
pemerintahan. Pada saat pelaporan, tinjauan ini memperlihatkan bahwa yang telah
diekstraksi sudah dapat dibenarkan dan logis..
23
1. Tujuan Penaksiran
Tujuan penilaian dari sumberdaya mineral yang dilaksanakan di lokasi studi yaitu
konstruksi atau penjadwalan tambang.
2. Tahapan Eksplorasi
Tahap eksplorasi yang dilaksanakan pada area studi yaitu eksplorasi detail. Jika
langkah-langkahnya ditingkatkan, tingkat keyakinan akan lebih dapat diandalkan.
24
3. Metode Eksplorasi
Metode eksplorasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung.
Metode yang digunakan di lokasi penelitian adalah eksplorasi langsung dengan
cara survei dan pengamatan batuan yang tersingkap di permukaan dan juga
pembuatan test pit.
Prinsip dari metode ini yaitu membuat penampang melintang yang dipakai untuk
menghitung sirtu. Setelah menghitung luas, volume dihitung sesuai dengan rumus
perhitungan, perhitungan dapat dilakukan dengan memakai satu penampang, dua
penampang atau rangkaian banyak penampang dengan jarak antar penampang
sama panjang.
26
b. Ketebalan/kedalaman
Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan antara dua penampang
memiliki satu nilai yang diperoleh dengan menginterpolasikan dua nilai ketebalan
penampang.
c. Volume sumberdaya
Volume sumberdaya adalah representasi sumberdaya tiga dimensi. Selisih yang
terjadi dalam satu dimensi dan dalam dua dimensi akan menjadi selisih kumulatif
dalam perhitungan tiga dimensi.
S1+S2
V= L1………………………………………………………………………….. ( 3.1 )
2
Keterangan:
V = Volume
L1, L2, L3, ……………………………, Ln = Jarak antar sayatan (m)
S1, S2, S3, ……………………………, Ln = Luas tiap penampang (m²)
Estimasi bisa dikerjakan dengan memakai rumus di atas karena perhitungan
jumlah endapan mineral diperkirakan per blok. Jenis perhitungan ini juga dapat
dikerjakan dengan memakai rumus di bawah ini jika memiliki jarak yang sama:
S1+S2 S 2+ S 3 Sn+ Sn
V= L1+ L 2+………+ ln …..………………………………………….(3.2)
2 2 2
V =¿)L/2
Maka:
V =¿
Sedangkan luas yang dihitung adalah rata-rata luas volume antara kedua buah
penampang dengan kondisi S1 <; 0,5 S2, maka perhitungan dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:
V =¿ L/3 ……………………………………………...……...……………(3.4)
29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Studi literatur:
1. Laporan dan Jurnal Penelitian Terlebih Dahulu
2. Profil Perusahaan
Penyelidikan Lapangan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Hasil:
1. Volume Sumberdaya Pasir Batu
Kesimpulan
Pengolahan Data
Data: Pembuatan
1. Koordinat X Database 1. Topografi (Acuan) Menghitung Perbandingan Antara
2. Koordinat Y 2. Batasan Wilayah Dua Luas Penampang
3. Koordinat Z 3. Jarak Sayatan 50 meter
Model Geologi
(Acuan) 1. > 0,5 (Mean Area)
2. < 0,5 (Frustum)
Penentuan Hasil:
Garis Kontur Hasil:
1. 20 Sayatan Penampang (Sumberdaya Tereka)
1. Sumberdaya Tereka 2. 19 Sayatan Penampang (Sumberdaya Tertunjuk) Nilai Perbandingan dari tiap Sumberdaya
2. Sumberdaya Tertunjuk 3. 18 Sayatan Penampang (Sumberdaya Terukur) antara dua luas penampang diatas 0,5
Hasil: 3. Sumberdaya Terukur maka rumus volume yang digunakan yaitu mean area
1. Interval Kontur
2. Indeks Kontur
Hasil:
1. Volume Sumberdaya Tereka
2. Volume Sumberdaya Tertunjuk
3. Volume Sumberdaya Terukur
35
lokasi penelitian yang dapat dilihat pada gambar 5.1.
36
37
Hasil titik koordinat kegiatan pengamatan singkapan dapat diperhatikan pada tabel
5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Titik koordinat pengamatan singkapan
Garis Bujur Garis Lintang
No.
D M S D M S
1 112 15 27.8626 7 50 44.0328
38
Hasil titik koordinat kegiatan pembuatan sumur uji bisa diperhatikan pada tabel
5.2 berikut ini:
Tabel 5.2
Titik koordinat pembuatan sumur uji
Garis Bujur Garis Lintang
No.
D M S D M S
1 112 15 27.7354 7 50 43.6564
2 112 15 20.8980 7 50 45.7042
3 112 15 18.0933 7 50 54.9614
4 112 15 24.4778 7 50 52.4754
5 112 15 29.6824 7 50 50.4435
6 112 15 31.4628 7 50 56.9155
41
2. Profil Litologi
Kondisi geologi di bawah permukaan atau secara kedalaman dari endapan
bahan galian sirtu dapat dilihat pada profil litologi, hal ini merupakan hasil
dari pengolahan data peneliti yang didapatkan dari kegiatan survey pemetaan
geologi di lokasi penelitian sehingga dapat memberikan gambaran mengenai
ketebalan daripada endapan sirtu. Ketebalan rata-rata endapan sirtu pada
lokasi penelitian yaitu 6 meter. Untuk lebih detailnya profil litologi bisa
diperhatikan pada gambar 5.9 berikut ini.
SP 07 0 6 Sirtu
SP 08 0 6 Sirtu
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)
Berikut ini merupakan sketsa litologi dari endapan sirtu yang bisa
diperhatikan pada gambar 5.10.
5.2 Pembahasan
yang berarti sebaran litologi dari sirtu ini tidak terbatas tanpa adanya potongan
akibat dari struktur geologi yang aktif. Berdasarkan hasil kegiatan pemetaan
geologi melalui pengamatan singkapan di lapangan bahwa ketebalan dari sirtu
ini memiliki tingkat ketebalan yang berbeda-beda dengan rata-rata 3 – 6
meter. Pada Formasi batuan yang berkembang pada WIUP PT. Winona
Prakarsa Bahari yaitu formasi batuan gunungapi kelud muda dan endapan
lahar, satuan formasi tua yang berumur Holosen. Formasi pembawa bahan
galian sirtu adalah formasi batuan gunungapi kelud muda dan endapan lahar.
Satuan pembawa bahan pada gunungapi kelud muda terletak pada tuf dan
lahar sedangkan satuan batuan pembawa endapan lahar yaitu krakal-pasir
gunungapi. Stratigrafi pada lokasi WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari terdiri
dari tuf dan krakal-batupasir. Hal ini diketahui berdasarkan hasil pemetaan
geologi dan pengamatan singkapan yang berada pada lokasi penyelidikan.
Dilihat dari lokasi pengendapannya, endapan lepas yang ada di lokasi ini
merupakan hasil transportasi dan sedimentasi dari aktivitas gunung api kelud.
Berdasarkan fasies gunung api dan pengamatan di lapangan, endapan lahar
dijumpai merata di seluruh lokasi WIUP PT. Winona Prakarsa Bahari. Hal ini
diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi di lokasi penelitian.
kompleks dengan adanya kekar, sesar dan antiklin maka akan mengakibatkan
terputusnya endapan bahan galian. Dalam hal dikarenakan endapan bahan
galian sirtu bersifat homogen sehingga pada daerah penelitian sebaran dari
sirtu tersebut tidak dibatasi dengan struktur geologi yang aktif.
B. Faktor Litologi
Endapan sirtu pada daerah penelitian terbentuk karena hasil kegiatan gunung
api kelud yang tidak teruraikan beberapa ukuran mulai dari ukuran pasir yang
berada di dataran rendah akibat proses pengendapan. Sehingga di lokasi
penelitian ditemukan satu lapisan saja yaitu sirtu. Faktor litologi sendiri
berpengaruh terhadap satu lapisan endapan bahan galian di lokasi penelitian
yaitu sirtu. Litologi ini seperti ini dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya
suatu sumberdaya, dikarenakan semakin tebal suatu lapisan sirtu maka
volumenya juga semakin besar apalagi hal ini didukung dengan luasan daerah
yang luas. Litologi batuan erat kaitannya dengan struktur geologi, faktor
struktur geologi seperti kekar dan sesar yang dapat mengontrol suatu
perlapisan suatu batuan, perlapisan batuan dapat menerus apabila tidak dijumpai
kekar dan sesar. Misalkan pada suatu daerah penelitian litologi lapisan batuan
dapat terpotong ataupun putus dan tidak menerus akibat adanya struktur
geologi tersebut. Hal ini menyebabkan faktor estimasi dan interpolasi menjadi
pendek dan menyebabkan hasil volume yang didapatkan semakin berkurang.
E. Faktor Teknis
Salah satu Faktor teknis yang berpengaruh terhadap estimasi sumberdaya
adalah luas area blok eksplorasi. Luas area ini yang dimaksud adalah batasan
sumberdaya, batasan sumberdaya dipengaruhi oleh faktor kondisi geologi
yang dimana berdasarkan SNI tentang eksplorasi yang memberikan
rekomendasi mengenai tiga kondisi geologi yaitu kondisi geologi sederhana,
moderat dan kompleks. Dari ketiga kondisi geologi ini memberikan pengaruh
terhadap penentuan garis batas sumberdaya. Berdasarkan hasil penelitian
kondisi geologi daerah penelitian termasuk kondisi geologi sederhana
sehingga penentuan jarak garis batas sumberdaya dengan mengikuti ketetapan
dari SNI yaitu dibawah 500 m, penarikan garis batas sumberdaya ini
dilakukan dengan cara menarik garis dari titik titik eksplorasi terluar sejauh
sekian m berdasarkan kondisi geologi daerah penelitian. Sehingga dapat
dikatakan bahwa penentuan garis batas sumberdaya ini akan berdampak
terhadap luasan area, semakin besar luasan areanya maka semakin banyak
pula sumberdaya yang diestimasi.
52
A. Sumberdaya Tereka
Batas yang dijadikan acuan adalah batas atas permukaan atau top sirtu dan
batas bawah yakni ketebalan dari sirtu atau bottom sirtu. Untuk itu peneliti
juga menggunakan acuan radius 250 untuk batas sumberdaya tereka. Luas
area yang digunakan sebagai batas terluar sumberdaya terunjuk yaitu batas
WIUP dan juga batas radius 250.
B. Sumberdaya tertunjuk
batas yang dijadikan acuan adalah batas atas permukaan atau top sirtu dan
batas bawah yakni ketebalan dari sirtu atau bottom sirtu. Untuk itu peneliti
juga menggunakan acuan radius 200 untuk batas sumberdaya terunjuk. Luas
area yang digunakan sebagai batas terluar sumberdaya terunjuk yaitu batas
WIUP dan juga batas radius 200.
C. Sumberdaya terukur
batas yang dijadikan acuan adalah batas atas permukaan atau top sirtu dan
batas bawah yakni ketebalan dari sirtu atau bottom sirtu. Untuk itu peneliti
juga menggunakan acuan radius 150 untuk batas sumberdaya terukur. Luas
area yang digunakan sebagai batas terluar sumberdaya terukur yaitu batas
WIUP dan juga batas radius 150. Setelah dilakukan pembatasan wilayah maka
53
Pada pemodelan sumberdaya terukur dibuat berdasarkan radius 150 yang telah
ditentukan sendiri dengan menggunakan titik dari pengamatan singkapan
sehingga model sumberdaya terukur tidak mencakup dari keseluruhan wiup.
Model sumberdaya dibuat dengan ukuran wiup dengan batas atas adalah
permukaan sirtu dan batas bawah kedalaman sesuai dengan ketebalan dari
endapan bahan galian. Berikut ini merupakan contoh model sumberdaya
terukur yang bisa diperhatikan pada gambar 5.13.
3. Penafsiran Sumberdaya
Sumberdaya mineral merupakan endapan mineral yang terletak di permukaan
bumi baik di atas maupun bawah permukaan bumi yang di dapat
dimanfaatkan secara nyata. Estimasi sumberdaya dilakukan di PT. Winona
Prakarsa Bahari guna untuk mengetahui berapa jumlah atau nilai sumberdaya
sirtu di lokasi penelitian. Metode yang dipakai untuk menghitung sumberdaya
sirtu di lokasi penelitian adalah metode cross section. Metode ini ditentukan
karena pada metode ini terbilang sederhana, mudah dan cepat dalam
menerapkan perhitungan, mudah digambar, mudah dipahami dan akurat.
Metode ini cocok digunakan untuk endapan sirtu karena memiliki geometri
yang sederhana dan juga memiliki tingkat homogenitas yang tinggi.
a. Pembuatan sayatan
Membuat sayatan pada topografi lokasi penelitian dengan batas acuan yakni
batas terluar dari wiup dan juga batas radius yang dijadikan sebagai batas
sumberdaya. pembuatan sayatan ini dibuat secara horizontal di perangkat
lunak autocad 2007. Jarak antar sayatan sebesar 50 meter dengan
menghasilkan 20 sayatan untuk sumberdaya tereka, 19 Sayatan untuk
sumberdaya terunjuk dan 18 sayatan untuk sumberdaya terukur.
atau (L1/L2) lebih besar dari 0,5 maka digunakan rumus mean area, dan jika
berbentuk seperti kerucut terpotong atau (L1/L2) kurang dari 0,5 maka rumus
yang dipakai adalah frustum. Berdasarkan pada hasil perbandingan antara dua
luas penampang yang bisa diperhatikan daftar tabel 5.4, 5.5, 5.6 nilai
perbandingan keseluruhan antara kedua luas penampang tersebut lebih besar
dari 0,5 sehingga rumus yang dipakai dalam perhitungan volume sumberdaya
sirtu adalah rumus mean area.
c. Perhitungan volume sumberdaya sirtu
Perhitungan volume sumberdaya sirtu dilakukan dengan menjumlahkan hasil
volume dari setiap penampang sayatan yang telah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus mean area.
a. Sumberdaya tereka
Berdasarkan pada hasil penjelasan diatas mengenai metode cross section,
maka pada perhitungan volume sumberdaya tereka menggunakan metode
cross section dibuat secara horizontal dari barat ke timur dengan jarak 50
meter dengan menghasilkan 20 penampang sayatan. Setelah hasil penampang
sayatan diperoleh, maka selanjutnya dihitung luas masing-masing penampang
sehingga pada perhitungan volume sumberdaya sirtu menggunakan persamaan
rumus mean area. Berikut ini merupakan model cross section sumberdaya
tereka dan juga model 3D cross section sumberdaya tereka yang bisa
diperhatikan pada gambar 5.14 dan 5.15.
L 1+ L2
V= xT
2
- Luas sayatan A-A' = 749,202 m³
- Luas sayatan B-B' = 1.434,027 m³
- Jarak antar sayatan = 50 m
(749,202+ 1.434,027)
- V= x 50 = 54.580,73 m³
2
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan lengkap bisa diperhatikan pada tabel 5.4
berikut ini.
60
Tabel 5.4
Hasil perhitungan volume sumberdaya tereka dengan metode cross section pada
pedoman perubahan bertahap
A-A' 749,202
1 50 0,52 Mean Area 54.580,73
B-B' 1.434,027
B-B' 1.434,027
2 50 0,66 Mean Area 89.622,50
C-C' 2.150,873
C-C' 2.150,873
3 50 0,77 Mean Area 123.054,70
D-D' 2.771,315
D-D' 2.771,315
4 50 0,74 Mean Area 162.376,83
E-E' 3.723,758
E-E' 3.723,758
5 50 1 Mean Area 186.129,35
F-F' 3.721,416
F-F' 3.721,416
6 50 1,06 Mean Area 180.519,18
G-G' 3.499,351
G-G' 3.499,351
7 50 1,08 Mean Area 167.951,73
H-H' 3.218,718
H-H' 3.218,718
8 50 1,04 Mean Area 157.286,15
I-I' 3.072,728
I-I' 3.072,728
9 50 0,99 Mean Area 153.655,23
J-J' 3.073,481
J-J' 3.073,481
10 50 1,36 Mean Area 133.255,38
K-K' 2.256,734
K-K' 2.256,734
11 50 0,95 Mean Area 115.460,20
L-L' 2.361,674
L-L' 2.361,674
12 50 1,1 Mean Area 112.264,90
M-M' 2.128,922
M-M' 2.128,922
13 50 0,99 Mean Area 106.455,78
N-N' 2.129,309
61
N-N' 2.129,309
14 50 1,05 Mean Area 103.463,08
O-O' 2.009,214
O-O' 2.009,214
Mean Area
15 P-P' 2.008,993 50 1 100.455,18
P-P' 2.008,993
Mean Area
16 Q-Q' 1.751,949 50 1,14 94.023,55
Q-Q' 1.751,949
17 R-R' 1.751,854 50 1 Mean Area 87.595,08
R-R' 1.751,854
Mean Area
18 S-S' 1.623,121 50 1,07 84.374,38
S-S' 1.623,121
Mean Area
19 T-T' 1.399,619 50 1,15 75.568,50
Total 2.288.092,38
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)
Hasil volume yang didapatkan pada sumberdaya tereka pada sirtu dengan
menggunakan metode cross section adalah sebesar 2.288.092,38 m³.
b. Sumberdaya tertunjuk
Berdasarkan pada hasil penjelasan diatas mengenai metode cross section,
maka pada perhitungan volume sumberdaya tertunjuk menggunakan metode
cross section dibuat secara horizontal dari barat ke timur dengan jarak 50
meter dengan menghasilkan 19 penampang sayatan. Setelah hasil penampang
sayatan diperoleh, maka selanjutnya dihitung luas masing-masing penampang
sehingga pada perhitungan volume sumberdaya sirtu menggunakan persamaan
rumus mean area. Berikut ini merupakan model cross section sumberdaya
tertunjuk dan juga model 3D cross section sumberdaya tertunjuk yang bisa
diperhatikan pada gambar 5.16 dan 5.17.
62
L 1+ L2
V= xT
2
- Luas sayatan A-A' = 749,218 m³
- Luas sayatan B-B' = 1.434,017 m³
- Jarak antar sayatan = 50 m
(749,218+1.434,017)
- V= x 50 = 54.580,88 m³
2
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan lengkap bisa diperhatikan pada tabel 5.5
berikut ini.
64
Tabel 5.5
Hasil perhitungan volume sumberdaya tertunjuk dengan metode cross section
pada pedoman perubahan bertahap
A-A' 749,218
1 50 0.52 Mean Area 54.580,88
B-B' 1.434,017
B-B' 1.434,017
Mean Area
2 C-C' 2.150,827 50 0.66 89.621,10
C-C' 2.150,827
3 50 0.77 Mean Area 123.052,90
D-D' 2.771,289
D-D' 2.771,289
4 50 0.74 Mean Area 162.381,70
E-E' 3.723,979
E-E' 3.723,979
5 50 1 Mean Area 186.130,63
F-F' 3.721,246
F-F' 3.721,246
6 50 1.06 Mean Area 180.544,75
G-G' 3.500,544
G-G' 3.500,544
7 50 1.08 Mean Area 167.991,85
H-H' 3.219,13
H-H' 3.219,13
8 50 1.04 Mean Area 157.295,18
I-I' 3.072,677
I-I' 3.072,677
9 50 0.99 Mean Area 153.653,88
J-J' 3.073,478
J-J' 3.073,478
10 50 1.36 Mean Area 133.253,88
K-K' 2.256,677
K-K' 2.256,677
11 50 0.95 Mean Area 115.478,80
L-L' 2.362,475
L-L' 2.362,475
12 50 1.10 Mean Area 112.284,68
M-M' 2.128,912
M-M' 2.128,912
13 50 0.99 Mean Area 106.452,05
N-N' 2.129,17
65
N-N' 2.129,17
14 50 1.05 Mean Area 103.459,45
O-O' 2.009,208
O-O' 2.009,208
15 50 1.17 Mean Area 92.909,90
P-P' 1.707,188
P-P' 1.707,188
16 50 1.02 Mean Area 84.355,10
Q-Q' 1.667,016
Q-Q' 1.667,016
17 50 1.08 Mean Area 80.235,90
R-R' 1.542,42
R-R' 1.542,42
18 50 1.08 Mean Area 74.122,95
S-S' 1.422,498
Total 2.177.805,55
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)
Hasil volume yang didapatkan pada sumberdaya tertunjuk pada sirtu dengan
menggunakan metode cross section adalah sebesar 2.177.805,55 m³.
c. Sumberdaya terukur
Berdasarkan pada hasil penjelasan diatas mengenai metode cross section,
maka pada perhitungan volume sumberdaya terukur menggunakan metode
cross section dibuat secara horizontal dari barat ke timur dengan jarak 50
meter dengan menghasilkan 18 penampang sayatan. Setelah hasil penampang
sayatan diperoleh, maka selanjutnya dihitung luas masing-masing penampang
tersebut sehingga pada perhitungan volume sumberdaya sirtu menggunakan
persamaan rumus mean area. Berikut ini merupakan model cross section
sumberdaya terukur dan juga model 3D cross section sumberdaya terukur
yang bisa diperhatikan pada gambar 5.18 dan 5.19.
66
L 1+ L2
V= xT
2
- Luas sayatan A-A' = 964,731 m³
- Luas sayatan B-B' = 1.434,108 m³
- Jarak antar sayatan = 50 m
(964,731+1.434,108)
V= x 50 = 59.970,975 m³
2
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan lengkap bisa diperhatikan pada tabel
5.6 berikut ini.
68
Tabel 5.6
Hasil perhitungan volume sumberdaya terukur dengan metode cross section pada
pedoman perubahan bertahap
N-N' 1.902,391
Mean
14 O-O' 1.382,868 50 1,37 82.131,475
Area
O-O' 1.382,868 Mean
15 50 0,98 69.624,325
P-P' 1.402,105 Area
Total 2.058.094,45
(Sumber: Pengolahan Data, 2022)
Hasil volume yang didapatkan pada sumberdaya terukur pada sirtu dengan
menggunakan metode cross section adalah sebesar 2.058.094,45 m³.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengolahan data serta pembahasan peneliti maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi geologi di lokasi penelitian meliputi litologi, dimana hanya terdapat
litologi satu saja yaitu sirtu. Topografi di lokasi penelitian memiliki elevasi
terendah 371 mdpl dan elevasi tertinggi 413 mdpl. Kenampakan morfologi
di lokasi penelitian memiliki morfologi perbukitan bergelombang rendah
dan sedang. Kondisi geologi di lokasi penelitian adalah kondisi geologi
sederahan karena tidak ditemukan struktur geologi yang aktif seperti kekar
dan sesar.
2. Faktor-faktor atau parameter yang berpengaruh dalam estimasi sumberdaya
pasir batu (sirtu) meliputi faktor geologi, litologi, topografi dan morfologi,
karakteristik batuan dan faktor teknis diantaranya luas area.
3. Estimasi sumberdaya sirtu dilakukan dengan menggunakan metode cross
section dengan pedoman perubahan bertahap sehingga didapatkan hasil
volume sumberdaya yang berbeda-beda berdasarkan klasifikasi sumberdaya
SNI 4726 Tahun 2019. Perhitungan sumberdaya tereka dengan metode
cross section dibuat dengan jarak 50 meter sehingga menghasilkan 20
penampang sayatan dan diperoleh volume sebesar 2.288.092,38 m³,
perhitungan sumberdaya tertunjuk dengan metode cross section dibuat
dengan jarak 50 meter sehingga menghasilkan 19 penampang sayatan dan
diperoleh volume sebesar 2.177.805,55 m³, perhitungan sumberdaya terukur
dengan metode cross section dibuat dengan jarak 50 meter sehingga
menghasilkan 18 penampang sayatan dan diperoleh volume sebesar
2.058.094,45 m³.
67
68
6.2 Saran
Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan sehubungan dengan perhitungan
sumberdaya sirtu di PT. Winona Prakarsa Bahari, Desa Asmorobangun,
Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
1. Saat menghitung sumberdaya, sebaiknya perhatikan sifat, bentuk dan
petunjuk adanya endapan mineral. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
penentuan metode estimasi sumberdaya yang menghasilkan hasil yang
mendekati kebenaran.
2. Penampang harus dapat menunjukkan wilayah topografi agar lebih
mendekati kebenaran.
3. Dalam perhitungan sumberdaya sebaiknya jarak tiap penampang tidak
terlalu jauh guna untuk meningkatkan keakuratan perhitungan sumberdaya
pasir batu (sirtu).
DAFTAR PUSTAKA
69
70
Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). Metode Eksplorasi. Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents.
Santosa & Atmawinata. (1992). Peta Geologi Lembar Kediri, Jawa (Geological
Map Of The Kediri Quadrangle, Jawa). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Supiandi. (2016). Studi Material Sirtu Darat dan Sirtu Sungai untuk Lapis Pondasi
Agregat Kelas B. Untan.
Van Bemmelen, R.W. (1949). The Geologi Of Indonesia. Netherland: Office,
Martinus Nijhoff, The Hauge. Vol IA, General Geology, Govern.
Willy, M. C. (2021). Perbandingan Hasil Evaluasi Perhitungan Sumberdaya dan
Cadangan Andesit pada Metode Cross Section, Contour, serta Cut and Fill
di PT. Bina Nugraha Utama, Desa Kademungan, Kecamatan Kejayan,
Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Skripsi, Jurusan Teknik
Pertambangan, ITATS, Surabaya.
71
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
BATAS KOORDINAT WIUP PT. WINONA PRAKARSA BAHARI
72
73
74
75
LAMPIRAN C
PETA LOKASI PENELITIAN
76
LAMPIRAN D
PETA GEOLOGI REGIONAL
77
LAMPIRAN E
PETA TOPOGRAFI
78
LAMPIRAN F
PETA MORFOLOGI
79
LAMPIRAN G
PETA SEBARAN TITIK PENGAMATAN SINGKAPAN
80
LAMPIRAN H
PETA SEBARAN TITIK PEMBUATAN SUMUR UJI
81
LAMPIRAN I
PETA SURVEY MUKA AIR TANAH
82
LAMPIRAN J
PETA GEOLOGI LOKAL
LAMPIRAN K
ESTIMASI SUMBERDAYA PASIR BATU DENGAN METODE CROSS
SECTION
Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
A-A' 749,202
1 50 0,52 Mean Area 54.580,73
B-B' 1.434,027
B-B' 1.434,027
2 50 0,66 Mean Area 89.622,50
C-C' 2.150,873
C-C' 2.150,873
3 50 0,77 Mean Area 123.054,70
D-D' 2.771,315
D-D' 2.771,315
4 50 0,74 Mean Area 162.376,83
E-E' 3.723,758
E-E' 3.723,758
5 50 1 Mean Area 186.129,35
F-F' 3.721,416
F-F' 3.721,416
6 50 1,06 Mean Area 180.519,18
G-G' 3.499,351
G-G' 3.499,351
7 50 1,08 Mean Area 167.951,73
H-H' 3.218,718
H-H' 3.218,718
8 50 1,04 Mean Area 157.286,15
I-I' 3.072,728
I-I' 3.072,728
9 50 0,99 Mean Area 153.655,23
J-J' 3.073,481
J-J' 3.073,481
10 50 1,36 Mean Area 133.255,38
K-K' 2.256,734
K-K' 2.256,734
11 50 0,95 Mean Area 115.460,20
L-L' 2.361,674
L-L' 2.361,674
12 50 1,1 Mean Area 112.264,90
M-M' 2.128,922
M-M' 2.128,922
13 50 0,99 Mean Area 106.455,78
N-N' 2.129,309
N-N' 2.129,309
14 50 1,05 Mean Area 103.463,08
O-O' 2.009,214
91
Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
O-O' 2.009,214
15 50 1 Mean Area 100.455,18
P-P' 2.008,993
P-P' 2.008,993
16 50 1,14 Mean Area 94.023,55
Q-Q' 1.751,949
Q-Q' 1.751,949
17 50 1 Mean Area 87.595,08
R-R' 1.751,854
R-R' 1.751,854
18 50 1,07 Mean Area 84.374,38
S-S' 1.623,121
S-S' 1.623,121
19 50 1,15 Mean Area 75.568,50
T-T' 1.399,619
Total 2.288.092,38
92
Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
O-O' 2.009,208 Mean
15 50 1.17 92.909,90
P-P' 1.707,188 Area
P-P' 1.707,188 Mean
16 50 1.02 84.355,10
Q-Q' 1.667,016 Area
Q-Q' 1.667,016 Mean
17 50 1.08 80.235,90
R-R' 1.542,42 Area
R-R' 1.542,42 Mean
18 50 1.08 74.122,95
S-S' 1.422,498 Area
Total 2.177.805,55
100
Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
A-A' 964,731 Mean
1 50 0,67 59.970,975
B-B' 1.434,108 Area
B-B' 1.434,108 Mean
2 50 0,58 97.275,5
C-C' 2.456,912 Area
C-C' 2.456,912 Mean
3 50 0,89 129.891,75
D-D' 2.738,758 Area
D-D' 2.738,758 Mean
4 50 0,80 153.855,15
E-E' 3.415,448 Area
E-E' 3.415,448 Mean
5 50 0,97 172.842,95
F-F' 3.498,27 Area
F-F' 3.498,27 Mean
6 50 1 174.901,825
G-G' 3.497,803 Area
G-G' 3.497,803 Mean
7 50 1,03 171.659,775
H-H' 3.368,588 Area
H-H' 3.368,588 Mean
8 50 1,09 161.036,45
I-I' 3.072,87 Area
I-I' 3.072,87 Mean
9 50 1,22 139.652,4
J-J' 2.513,226 Area
J-J' 2.513,226 Mean
10 50 1,11 119.225,05
K-K' 2.256,976 Area
K-K' 2.256,976 Mean
11 50 0,96 115.445,3
L-L' 2.360,836 Area
L-L' 2.360,836 Mean
12 50 1,1 112.241,125
M-M' 2.128,809 Area
M-M' 2.128,809 Mean
13 50 1,11 100.780
N-N' 1.902,391 Area
N-N' 1.902,391
Mean
14 50 1,37 82.131,475
O-O' 1.382,868 Area
107
Jarak Perbandingan
No. Sayatan Luas (m²) Rumus volume (m³)
(m) L1:L2
O-O' 1.382,868 Mean
15 50 0,98 69.624,325
P-P' 1.402,105 Area
P-P' 1.402,105 Mean
16 50 1 135.946
Q-Q' 1.316,815 Area
Q-Q' 1.316,815 Mean
17 50 1,14 61.627,725
R-R' 1.148,294 Area
Total 2.058.094,45
108