M. SOFYAN
P1337430423017
KASUS
Di Mumbai, pada hari Senin, seorang pria India meninggal setelah terhisap ke dalam
mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI) di sebuah rumah sakit. Korban bernama Rajesh
Maru, berusia 32 tahun, menurut polisi setempat pada Senin (29/1). Kejadian tragis ini terjadi
ketika pria tersebut mendekati mesin MRI dengan membawa tabung oksigen.
MRI adalah alat diagnostik canggih yang menggunakan medan magnet yang kuat dan
gelombang frekuensi radio untuk memeriksa dan mendeteksi kondisi tubuh manusia. Rajesh
terperangkap dalam mesin MRI karena tabung oksigen yang dibawanya, yang terbuat dari
bahan logam, tersedot oleh daya magnet mesin tersebut. Pihak kepolisian Mumbai telah
menangkap seorang dokter dan seorang anggota staf muda lainnya karena kelalaian yang
menyebabkan kejadian ini.
Insiden ini terjadi pada malam Sabtu (27/1) di Nair Hospital, Mumbai, yang merupakan
ibu kota negara bagian Maharashtra dan salah satu kota terpadat di India. Menurut laporan
awal polisi, Rajesh diduga tewas akibat menghirup oksigen yang bocor dari tabung yang
rusak setelah menabrak mesin.
Pejabat di Nair Hospital, Ramesh Bharmal, mengatakan bahwa penyelidikan sedang
dilakukan untuk menentukan penyebab pasti kematian Rajesh. Polisi telah mengamankan
rekaman CCTV yang memperlihatkan insiden ini. Menurut paman korban, Rajesh diminta
membawa tabung oksigen oleh seorang staf muda yang memberikan jaminan bahwa mesin
MRI sudah dimatikan.
Kejadian tragis di mana seorang pria meninggal karena terhisap ke dalam mesin MRI
saat membawa tabung oksigen merupakan peringatan serius tentang pentingnya memahami
risiko dan keamanan dalam lingkungan pencitraan resonansi magnetik (MRI), seperti yang
disampaikan dalam ringkasan penelitian. Insiden ini menunjukkan perlunya mengembangkan
prosedur penyelidikan yang lebih baik untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.
sebagaimana yang ditunjukkan dalam penelitian yang telah dilakukan (Johan kihlberg.,et
all,2021).
Penelitian ini menyoroti fakta bahwa hanya sedikit insiden yang terkait dengan MRI
yang secara resmi dilaporkan, dan beberapa di antaranya memiliki dampak yang sangat
serius. Hal ini mengindikasikan adanya kesenjangan dalam budaya pelaporan dan
pemahaman tentang potensi risiko dalam prosedur MRI. Perlu diingat bahwa peralatan medis
seperti tabung oksigen, yang dapat menghantarkan listrik, dapat menjadi sumber potensi
bahaya dalam lingkungan MRI.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif antara jumlah insiden
tahunan dan tingkat pengetahuan staf MRI serta jumlah fisikawan MRI per mesin. Ini
menekankan perlunya meningkatkan pendidikan bagi staf dan mendapatkan dukungan yang
kuat dari manajemen dalam upaya meningkatkan budaya keselamatan. Ungkapan seperti
"Luka bakar bisa diharapkan dalam MRI" menggambarkan kurangnya kesadaran tentang
risiko dalam lingkungan MRI.
Secara keseluruhan, kasus ini menegaskan perlunya perbaikan dalam manajemen
keamanan dalam lingkungan MRI, termasuk pendidikan yang lebih baik bagi staf,
peningkatan budaya pelaporan, dan keterlibatan aktif manajemen dalam memastikan
keselamatan pasien dan staf. Kita harus belajar dari kasus ini dan menggunakan pengalaman
ini sebagai titik awal untuk meningkatkan tingkat keselamatan dalam penggunaan teknologi
pencitraan medis yang canggih seperti MRI.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.kompas.id/baca/internasional/2018/01/29/bawa-tabung-oksigen-pria-ini-
tewas-tersedot-mesin-mri.
2. A narrative review of current and emerging MRI safety issues: What every MRI
technologist (radiographer) needs to know.