SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non
ekslusif ini, Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II berhak menyimpan, mengalih-
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir Saya selama tetap mencantumkan nama Saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : DKI Jakarta
Pada Tanggal : 12 Juni 2023
Yang menyatakan,
Mengesahkan,
Ketua Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
SKRIPSI, 2023
DEFI PUTRI YANI MISMAR
Latar belakang penelitian ini adalah Radioterapi memanfaatkan pesawat LINAC yang
mengeluarkan berkas elektron dengan sinar–X energi tinggi untuk terapi radiasi sel kanker.
Sinar–X tersebut mempunyai karakteristik dapat menimbulkan efek non stokastik (kerusakan
jaringan) maupun genetik bagi pasien ataupun pekerja radiasi, maka dibutuhkanlah penerapan
keselamatan dan kesehatan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan serta dilihat dari tingginya
angka pasien kanker maka kebutuhan pelayanan radioterapi akan semakin besar, oleh karena itu,
melalui penelitian ini diharapkan pelayanan radioterapi dapat lebih ditingkatkan agar aman dan
nyaman bagi pasien ataupun pekerja radiasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada
Departemen Onkologi Radiasi.
Desain penelitian ini bersifat kualitatif dengan cara observasi dan wawancara, antara peraturan
yang sudah ditetapkan dengan SOP pada rumah sakit juga penerapannya, lalu diubah menjadi
suatu data yang dapat dianalisis menjadi suatu kesimpulan tentang Analisis Penerapan
Keselamatan dan kesehatan Kerja pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi. Penelitian ini dilaksanakan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dalam Bulan Januari sampai dengan April 2023.
Hasil penelitian ditemukan bahwa pada penerapan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam pelayanan radioterapi, keamanan paparan radiasi, peralatan proteksi radiasi bagi pekerja
radiasi dan pasien, serta besar paparan radiasi yang diterima petugas radiasi dan pasien pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi sudah sesuai
dengan acuan peraturan PERKA BAPETEN No. 3 Tahun 2013, PERKA BAPETEN No. 6 Tahun
2009 serta PERKA BAPETEN No. 6 Tahun 2010.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, serta tidak lupa juga
Shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga serta
sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Departemen Onkologi Radiasi
Di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi “ pada tahun 2023 dengan baik
dan tepat waktu.
Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir Pendidikan Program Sarjana
Terapan Teknologi Radiologi Pencitraan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II dengan peminatan
Radioterapi. Penulis menyadari tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari
berbagai pihak sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan, kelancaran dan rahmat-Nya
yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Alm Ayah Marzuki dan Ibu Rasmiwati serta saudara yang sudah mendukung
saya secara materil, doa dan ridhanya dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak DR. Nursama Heru Apriantoro, S,Si, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Jakarta II.
4. Bapak Guntur Winarno, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing materi.
5. Bapak Samsun S.Si, M.Si, M.Kom selaku dosen pembimbing teknis.
6. Para dosen dan staf karyawan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama penulis
menempuh pendidikan dan perkuliahan.
7. Seluruh staf yang bekerja pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi terkhusus untuk Mas Rudy Kurniawan
SST selaku pembimbing lapangan skripsi penulis yang sudah meluangkan
waktunya untuk berdiskusi, membantu dan membimbing dalam penyusunan
skripsi.
8. Bang Aspikra selaku orang terdekat yang selalu memberikan waktu, tenaga
dan pikiran untuk penulis dalam penyusunan skripsi.
9. Teman seperjuangan saya yaitu anggota yang berada pada grup WA girls
squad dan teman teman yang lainnya yang sudah banyak memberikan
semangat serta dukungan kepada saya.
Skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan yang ada. Oleh karena ini
penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bisa membantu memperbaiki
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
orang yang membaca skripsi ini.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Pesawat LINAC.............................................................................8
Gambar 2.2. Pesawat Brakhiterapi......................................................................9
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian........................................................25
Gambar 4.1. Ruang Periksa Pasien Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................28
Gambar 4.2 Ruang CT-Simulator Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................29
Gambar 4.3 Mould Room Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.............................................29
Gambar 4.4 Ruang TPS Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.............................................30
Gambar 4.5 Ruang Penyinaran LINAC 1 Pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi..........30
Gambar 4.6 Ruang Penyinaran LINAC 2 Pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi. ........31
Gambar 4.7 Ruang Operator LINAC Pada Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi......................31
Gambar 4.8 Ruang Operator CT-Simulator Pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi..........32
Gambar 4.9 Ruang HDR Brakhiterapi Iridium-192 Pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi......................................................................................32
Gambar 4.10 Ruang Persiapan Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................33
Gambar 4.11 Ruang Aplikasi Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................33
Gambar 4.12 Ruang Operator Brakhiterapi Pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi..........34
Gambar 4.13 Ruang TPS Brakhiterapi Pada Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi......................34
Gambar 4.14 Tempat Penyimpanan Zat Radioaktif Terbungkus Brakhiterapi
Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi..........................................................35
Gambar 4.15 Ruang Dokter Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................35
Gambar 4.16 Ruang Pantry Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................36
Gambar 4.17 Ruang Tunggu Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................37
Gambar 4.18 Surveymeter merk Rados type RDS 31 pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi......................................................................................52
Gambar 4.19 Surveymeter merk Ludlum type 12-4 pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi......................................................................................53
xii
2
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Kesesuaian Desain dan Fasilitas Pada Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi..........................37
Tabel 4.2 Kesesuaian Tata Laksana SOP dalam Pemeriksaan dengan
Penerapannya....................................................................................39
Tabel 4.3 Radiasi Arah Berkas 0°.....................................................................42
Tabel 4.4 Radiasi Arah Berkas 90°...................................................................43
Tabel 4.5 Radiasi Arah Berkas 270°.................................................................44
Tabel 4.6 Radiasi Arah Berkas 180°/360°........................................................45
Tabel 4.7 Radiasi Arah Berkas 0°.....................................................................46
Tabel 4.8 Radiasi Arah Berkas 90°...................................................................47
Tabel 4.9 Radiasi Arah Berkas 270°.................................................................48
Tabel 4.10 Radiasi Arah 180°/360°....................................................................49
Tabel 4.11 Paparan Radiasi Ruang CT-Simulator..............................................50
Tabel 4.12 Paparan Radiasi Ruang Brakhiterapi................................................51
Tabel 4.13 Paparan Radiasi Area Publik............................................................52
Tabel 4.14 Perlengkapan Proteksi Radiasi .........................................................54
Tabel 4.15 Hasil pengujian dosis radiasi akumulatif tahunan yang diterima
oleh pekerja radiasi, dokter, perawat serta karyawan pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi............................................................................54
Tabel 4.16 Kesesuaian Peraturan dan Hasil Penelitian.......................................56
xiv
4
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan Kerja merupakan salah satu isu yang tidak
bisa disepelekan di lingkungan rumah sakit. Hal ini dikarenakan rumah sakit
adalah suatu unit layanan kesehatan yang memberikan pelayanan pada semua
bidang dan jenis penyakit (1). Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
adalah setiap upaya untuk menjamin dan melindungi keselamatan serta
kesehatan bagi sumber daya yang ada di rumah sakit, baik itu pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit dengan
tindakan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit
(2). Jika penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) dilakukan dengan
konsisten maka dapat meningkatkan mutu pelayanan, mencegah dan
mengurangi risiko bahaya dari kecelakaan kerja (3,4). Keselamatan Radiasi
menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun
2020 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Tenaga
Nuklir adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja dan
anggota masyarakat serta lingkungan hidup dari bahaya akibat radiasi (5).
Selain itu, Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang sering disebut K3
menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 adalah segala upaya yang bertujuan untuk menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja serta melindunginya dari kecelakaan kerja dan
mencegah penyakit akibat kerja (6). Proses produksi SDM yang berkualitas
dan bermutu juga berkaitan erat dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
Keselamatan dan kesehatan pada Radioterapi adalah suatu usaha untuk
melindungi pasien, pekerja radiasi dan masyarakat umum agar menciptakan
kondisi yang sedemikian supaya efek radiasi pengion tidak melampaui nilai
batas yang ditentukan. Upaya pencegahan kecelakaan dan pencegahan penyakit
akibat kerja di dalam rumah sakit terutama pada radioterapi sangatlah penting.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut. “Bagaimana Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)
pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi?”
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya dilakukan pada
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Radiasi Pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah untuk menganalisis sejauh mana
aspek Keselamatan dan kesehatan Kerja yang diterapkan pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
4
2. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi penerapan aspek Keselamatan dan kesehatan Kerja dalam
pelayanan radioterapi.
b. Mendeskripsikan keamanan paparan radiasi pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
c. Mengidentifikasi proteksi radiasi bagi pekerja radiasi dan pasien yang berada
pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi.
d. Mengevaluasi besar paparan radiasi yang diterima petugas radiasi dan pasien
pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya mengenai
Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) pada Departemen Onkologi
Radiasi.
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai pedoman Kesesuaian bagi Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dalam menerapkan
Keselamatan dan kesehatan Kerja pada ruang pemeriksaan Radioterapi.
F. Keaslian Penelitian
Pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan judul Keselamatan dan
kesehatan Kerja di Ruang Pemeriksaan Radioterapi Linac Rumah Sakit Pusat
Pertamina Jakarta oleh Agisty Ratih Dhamayanti pada tahun 2017 untuk
penelitian kali ini penulis melakukan penelitian hanya pada ruang pemeriksaan
LINAC sedangkan pada penelitian yang berjudul Analisis Penerapan
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) Pada Departemen Onkologi Radiasi Di
RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dilakukan pada semua ruang
pemeriksaan. Untuk perbedaannya terdapat juga pada waktu penelitian, tempat
penelitian, dan populasi yang dipakai.
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)
a. Pengertian K3
Filosofi dasar Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan pada setiap pekerja dalam menjalankan
pekerjaannya, dengan melakukan pemantauan langkah-langkah yang
kemungkinan bisa memicu potensi bahaya yang ada di area tempat kerja (18).
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit merupakan suatu
tindakan dalam menjaga dan melindungi sumber daya baik itu rumah sakit,
pekerja, pasien, keluarga pasien serta pengunjung yang berada di area sekitar
rumah sakit melalui usaha pencegahan kecelakaan dan pencegahan penyakit
akibat kerja di dalam rumah sakit (2).
Keselamatan Radiasi Pengion yang selanjutnya di Bidang Medik disebut
Keselamatan Radiasi menurut PERKA BAPETEN No. 4 Tahun 2020 adalah
suatu usaha untuk menjaga pekerja, pasien, anggota masyarakat dan
lingkungan hidup pada area rumah sakit dari bahaya akibat radiasi (5).
b. Tujuan K3
Pekerja kesehatan dalam melakukan praktik berhak memperoleh
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan kerja yang dinyatakan juga
dalam Undang Undang nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
Tujuan K3 dalam Permenkes RI nomor 66 Tahun 2016 adalah kegiatan
mewujudkan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi petugas
rumah sakit, mitra pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan rumah sakit, agar membentuk pelayanan yang baik dan efisien,
efektif serta optimal.
5
6
b. Tujuan Radioterapi
Radioterapi berfungsi sebagai terapi kuratif dan paliatif serta profilaksis
(preventif). Terapi kuratif umumnya ditujukan sebagai terapi utama dengan
penderita yang memiliki tingkat persentase hidupnya lebih tinggi serta
berpeluang besar dalam kesembuhan suatu kanker. Terapi paliatif befungsi
untuk menambah kualitas hidup penderita dengan cara mengurangi tanda-tanda
yang ditimbulkan oleh kanker tersebut dan biasanya tumor penderita sudah
dalam stadium lanjut. Terapi profilaksis (preventif) yaitu terapi untuk
menghindari adanya peluang metastasis atau peristiwa berulang dengan
pemberian radioterapi, tujuan radioterapi sangat berhubungan erat dengan
penentuan dosis dan jumlah fraksi pada pasien.
7
c. Jenis Radioterapi
1) Radiasi Eksternal
Radiasi eksternal merupakan radiasi yang dipaparkan ke tubuh pasien
secara eksternal oleh mesin perawatan seperti pesawat LINAC/Cobalt-60 untuk
menghilangkan nyeri atau gejala yang ditimbulkan dari kanker tersebut (23).
Biasanya radiasi eksternal ditujukan menjadi pengobatan utama setelah
melakukan pembedahan. Pasien yang sudah diradiasi eksternal tidak akan
memancarkan radiasi (radioaktif) sehingga tidak membahayakan orang lain.
2) Radiasi Internal
Radiasi internal atau brachytherapy yaitu terapi radiasi dengan
memasukkan bahan radioaktif ke dalam tubuh pasien yg mengidap kanker
untuk mematikan sel sel kanker tersebut. Terapi radiasi internal sering
dilakukan pada pasien dengan indikasi kanker serviks atau endometrium.
Biasanya pasien brachytherapy merupakan pasien yang sudah menjalani terapi
8
radiasi eksternal terlebih dahulu, radiasi internal hanya dijadikan sebagai terapi
radiasi tambahan.
mengciptakan dosis yang lebih homogen pada organ target, sehingga dosis
dapat diatur sesuai kebutuhan.
Elektron termasuk partikel bermuatan sehingga dapat mengionisasi
maupun berinteraksi melalui materi yang dilewatinya. Gaya Coulomb
mempengaruhi interaksi elektron. Arah pergerakan elektron tidak stabil selama
berinteraksi dengan suatu materi, karena elektron memiliki massa yang ringan.
Ketika elektron melalui suatu materi, maka kedalaman serta hamburan yang
dilaluinya dapat mengurangi rata rata energi elektron tersebut. Dengan
demikian daerah di mana elektron menghambur merupakan daerah dengan
keadaan ikatan terputus dan akhirnya dosis tersimpan (24).
3) Iridium-192
Iridium-192 (Ir-192) merupakan sumber radiasi yang menggunakan
metode brakhiterapi untuk penyembuhan kanker. Baru-baru ini, High Dose
Rate (HDR) brachytherapy merupakan jenis brachytherapy yang sedang naik
daun. Secara global peralatan (HDR) brachytherapy merupakan alat yang
memancarkan sumber radiasi berenergi sangat tinggi. Kemudian sumber itu
disalurkan melalui kabel konektor yang didekatkan langsung ke daerah target
tumor. Sumber radiasi Ir-192 yang digunakan dalam brachytherapy secara
umum berbentuk silinder yang memiliki sumbu simetri memanjang, dengan
panjang sekitar 0,5 cm, diameter kurang lebih sekitar 0,35 milimeter, dan berat
sekitar 20 miligram serta tingkat radioaktivitas sekitar 10 Curie (25).
c. Shielding
Ketika perisai digunakan antara orang dan sumber radiasi, maka radiasi
yang diterima lebih sedikit daripada tidak memakai perisai, hal ini dikarenakan
pengaruh tingkat radiasi berbanding secara eksponensial dengan ketebalan
perisai serta perisai yang tepat dapat menurunkan secara eksponensial paparan
radiasi gamma. Tenth Value Layer (TVL) adalah suatu perisai radiasi yang
membuat paparan radiasi menjadi 1/10 setelah melewatinya. Sedangkan Half
Value Layer (HVL) adalah perisai radiasi yang di mana jika melewatinya,
paparan radiasi yang dihasilkan menjadi 1/2 dari semula (29).
Persyaratan proteksi radiasi yang sekarang diterapkan mengacu pada
PERKA BAPETEN No. 03 tahun 2013, diantaranya :
1) Justifikasi
Justifikasi adalah suatu kegiatan yang melibatkan paparan radiasi, jika
dilakukan maka keuntungan yang dicapai harus melebihi dari kerugian yang
mungkin timbul. Penerapan justifikasi ini dilakukan oleh Dokter Spesialis
Onkologi Radiasi.
2) Limitasi
Asas limitasi yaitu suatu usaha agar dosis radiasi yang diterima oleh
pekerja radiasi tidak melebihi nilai batas dosis yang ditentukan. Nilai batas
dosis tidak berlaku pada pasien yang mendapatkan treatment radiasi.
3) Optimisasi
Pada asas ini dikenal dengan ALARA (As Low As Reasonably Achievable)
atau suatu upaya agar paparan radiasi mencapai pada tingkat serendah
mungkin, dengan memperhitungkan faktor ekonomi dan sosial. Optimisasi
dosis mengacu pada pembatas dosis.
a. Surveymeter
Surveymeter adalah alat detector yang digunakan dalam menentukan laju
dosis dengan cara pengujian paparan radiasi pada surveymeter setiap bulannya
yang biasa dilaksanakan oleh fisika medis pada pesawat teleterapi yang
bersumber dari radioaktif. Surveymeter tersebut secara langsung memantau
paparan dosis radiasi di sekitar ruang penyinaran, sehingga dengan perkiraan
tertentu akan menghasilkan rata-rata besar laju dosis secara berkala setiap
bulannya. Satuan laju dosis yaitu µSv/jam (29).
b. TLD badge
TLD badge berfungsi untuk melakukan pengukuran dosis radiasi yang
diserap oleh para pekerja radiasi, jika pekerja tidak menggunakan TLD badge
maka jumlah dosis radiasi yang diserap oleh pekerja radiasi tidak diketahui.
Pengukuran dosis radiasi pada TLD badge, merujuk dari hasil pembacaan TLD
badge oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Setelah 3 bulan
penggunaan TLD badge, instalasi radioterapi akan mengirimkan TLD badge ke
BPFK untuk mendapatkan laporan dosis radiasi (30,31).
c. Apron
Sebuah celemek/pakaian yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi
dalam melakukan pemeriksaan. Apron bertujuan untuk melindungi pekerja
radiasi dari paparan radiasi yang berlebih.
Ruang simulator harus memiliki perlengkapan seperti sinar laser, viewing box,
warning light, air conditioner, light box, dan dehumidifier serta wastafel.
3) Ruang Perencanaan Terapi (Treatment Planning Room)
Harus berdekatan dengan ruang simulator dengan luasnya yang memadai
untuk penempatan komputer, TV monitor, printer, meja digitizer dan
perlengkapan komputer lainnya serta memiliki light box dan dehumidifier.
4) Ruang Mould (Mould Room)
Ruang Mould harus memiliki luas yang cukup untuk pelaksanaan
tugasnya sebagai bengkel kerja dan dilengkapi dengan ventilasi yang baik dan
memadai (mempunyai exhaust) untuk kepentingan produksi blok individual,
kompensator, penyimpanan styrofoam, tray dan bahan-bahan blok.
5) Ruang Terapi
Persyaratan konstruksi dan proteksi harus sesuai dengan rekomendasi
NCRP Report 49. Luasnya harus mencakup diantaranya untuk pengoperasian
mesin, meja bisa bergerak secara leluasa, terdapat tempat tidur dan brankar
bisa masuk, serta penempatan almari atau alat-alat penunjang. Dengan
memiliki perlengkapan seperti 3 laser beam, kamera, door interlock, pintu
masuk yang dilengkapi indikator tanda aman, warning light, barometer,
hygrometer, thermometer, air conditioner dan dehumidifier.
6) Ruang Tunggu
Alangkah baiknya jika ruang tunggu pasien untuk poliklinik dan ruang
tunggu pasien untuk radiasi dibedakan dan dilengkapi dengan ventilasi yang
baik. Lokasi ruang tunggu diusahakan sedekat mungkin dengan ruang
penyinaran dan ruang poliklinik dengan memiliki luas yang cukup untuk pasien
dengan tempat tidur brankar dan kursi roda serta dilengkapi kursi di ruang
tunggu.
Instalasi radioterapi yang memiliki fasilitas Brakhiterapi Laju Dosis
Tinggi/HDR membutuhkan beberapa ruangan untuk mendukung jalannya
pemeriksaan yaitu berdasarkan dana yang tersedia, ada 3 pilihan fasilitas
brakhiterapi laju dosis tinggi/HDR diantaranya :
22
a) Menggunakan ruang terapi dan peralatan simulator yang ada. Tetapi memiliki
kerugian diantaranya dibutuhkan transportasi pasien dan imobilisasi aplikator
terganggu.
b) Ruang terapi jadi satu dengan ruang aplikasi dan ruang radiografi di tempat
lain sehingga masih diperlukan transportasi pasien.
c) Fasilitas brakhiterapi terpadu adalah ruangan yang dilengkapi dengan ruang
aplikasi, ruang radiografi dan ruang terapi sehingga ini dianggap sangat efisien
dikarenakan tidak memerlukan transportasi pasien.
1) Ruang Aplikasi
Ruang aplikasi dilengkapi dengan meja aplikasi, lampu pemeriksaan,
fasilitas anestesi dan recovery, kabinet untuk aplikator dan kateter, X-Ray /
Simulator, light box, dan lampu ultraviolet.
2) Ruang Radiografi
Ruang yang terdapat alat radiografi yang berfungsi menghasilkan citra
gambar untuk perencanaan radiasi seperti alat X-Ray / Simulator.
3) Ruang Terapi
Ruangan yang harus memiliki shielding yang sudah dibuat sesuai dengan
rekomendasi NCRP Report 49 dan peraturan yang berwenang.
Perlengkapannya yaitu terdapat a door interlocked, a power fail safe area
radiation monitor yang dapat terlihat dari pintu masuk, ruang console control,
dilengkapi dengan light boxes, dan ketebalan dinding dan shielding HDR
brakhiterapi harus sama karena tidak ada focus area, sehingga paparan radiasi
semuanya primer.
4) Ruang Perencanaan Radiasi
Harus berdekatan dengan ruang simulator dengan luasnya yang memadai
untuk penempatan komputer, TV monitor, printer, meja digitizer dan
perlengkapan komputer lainnya serta memiliki light box dan dehumidifier.
b. Kriteria 2
Kriteria kedua yaitu nyaman, pengertian nyaman yang dimaksud adalah
kemudahan transportasi bagi pasien, tata ruang yang dapat memudahkan staf
melaksanakan tugasnya, furniture yang sangat memadai, serta ventilasi yang
cukup.
23
c. Kriteria 3
Limbah radioaktif harus ditangani dengan cara hati-hati agar aman dan
nyaman bagi manusia dan lingkungan sekitar.
B. Kerangka Konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu tentang Analisis
Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dengan melakukan
pengamatan terhadap Keselamatan dan kesehatan Kerja yang telah diterapkan
pada Departemen Onkologi Radiasi tersebut terhadap pasien dan pekerja
radiasinya.
D. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen penelitian di bawah ini sebagai berikut :
1. Pesawat LINAC yang digunakan untuk melakukan penyinaran, pada penelitian
ini berfungsi untuk pengecekan kesesuaian tatalaksana SOP dalam
pemeriksaan.
25
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Evaluasi Penerapan Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam
Pelayanan Radioterapi
Mengevaluasi penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam
pelayanan radioterapi menurut peneliti terbagi menjadi empat yaitu desain
dan fasilitas radioterapi, pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dan
tatalaksana SOP dalam pemeriksaan serta tanggung jawab pemegang izin.
Desain dan fasilitas. Di bawah ini merupakan uraian desain dan fasilitas
yang dimiliki oleh Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi :
a. Ruang Periksa
Pada ruang periksa memiliki beberapa peralatan seperti terdapat meja
dan kursi, 1 tempat tidur untuk pasien dan komputer beserta
perlengkapannya; wastafel, xray film viewer single/light box dan lampu
pemeriksaan; serta stop kontak dan telepon.
28
29
b. Ruang CT-Simulator
Pada ruang CT-Simulator memiliki beberapa peralatan seperti terdapat
injector automatic, laser eksternal dan water bath untuk merendam masker;
kompresor untuk Vc lock, lemari peralatan dan wastafel; GAN Thermo-
Hygrometer HTC2, humidifier dan warning light; serta CCTV, audio dan
APAR.
Gambar 4.5 Ruang Penyinaran LINAC 1 Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
31
Gambar 4.6 Ruang Penyinaran LINAC 2 Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
Gambar 4.7 Ruang Operator LINAC Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
32
Gambar 4.8 Ruang Operator CT-Simulator Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
Gambar 4.9 Ruang HDR Brakhiterapi Iridium-192 Pada Departemen Onkologi Radiasi di
RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
33
j. Ruang Persiapan
Ruang persiapan brakhiterapi memiliki beberapa peralatan seperti
terdapat flow meter oxygen, wastafel dan stop kontak; serta lemari
penyimpanan, tiang infus dan kursi.
Gambar 4.10 Ruang Persiapan Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
k. Ruang Aplikasi
Ruang aplikasi memiliki beberapa peralatan seperti terdapat meja
aplikasi, lampu pemeriksaan dan lampu operasi; serta Fasilitas anestesi dan
recovery, Beberapa kabinet untuk peralatan steril dan non steril, lemari
penyimpanan dan wastafel.
Gambar 4.11 Ruang Aplikasi Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
34
Gambar 4.13 Ruang TPS Brakhiterapi Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
35
Gambar 4.14 Tempat Penyimpanan Zat Radioaktif Terbungkus Brakhiterapi Pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
o. Ruang Dokter
Ruang dokter memiliki beberapa peralatan seperti terdapat meja dan
kursi, komputer beserta perlengkapannya dan light box; serta 1 buah sofa,
stop kontak, telepon dan APAR.
p. Ruang Pantry
Ruang pantry memiliki beberapa peralatan seperti terdapat beberapa
meja, kursi, dan wastafel; dispenser, lemari penyimpanan dan microwave;
serta stop kontak dan kulkas
Gambar 4.16 Ruang Pantry Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
q. Ruang Tunggu
Ruang tunggu pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi berada pada 3 area yaitu terletak di depan
ruang penyinaran dan di dekat registration serta di depan ruang periksa.
Ruang tunggu memiliki beberapa peralatan seperti terdapat beberapa sofa,
meja dan kursi; serta dispenser, speaker dan TV.
(a)
37
(b)
(c)
Gambar 4.17. Ruang Tunggu Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
(a. Ruang Tunggu di Depan Ruang Penyinaran, b. Ruang Tunggu di Dekat Registration
dan c. Ruang Tunggu di Depan Ruang Periksa)
Tabel 4.1 Kesesuaian Desain dan Fasilitas Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
KETERANGAN
PERKA BAPETEN NO.3 HASIL OBSERVASI TIDAK
NO SESUAI
TAHUN 2013 LAPANGAN SESUAI
1. Tanda Radiasi pada pintu, Tanda radiasi terdapat √
panel kontrol, head sumber pada pintu depan
untuk peralatan Teleterapi Co- ruangan LINAC, pintu
60, mesin after-loading dan masuk ruang penyinaran,
Tempat penampung Zat pada pesawat
Radioaktif Terbungkus. brakhiterapi dan tempat
penyimpanan zat
radioaktif terbungkus
38
brakhiterapi
2. Rancangan alat terapi radiasi Terdapat sistem interlock
harus memastikan bahwa alat dan sistem manual yang
tersebut memiliki paling dikontrol oleh teknisi
sedikit 2 (dua) sistem yang ada di ruang
√
pengaman independen untuk radioterapi.
menghentikan penyinaran
yaitu sistem interlock dan
sistem manual.
3. Dalam pengoperasian LINAC dinding terbuat dari
yang mempunyai energi foton bahan beton premium
sinar-X lebih besar dari 10 yang berfungsi sebagai
√
MV (sepuluh mega volt), bahan penyerap neutron
dinding perisai harus dilapisi yang efektif.
dengan bahan penyerap netron.
4. Saluran kabel dosimetri untuk Saluran kabel dosimetri
kegiatan kalibrasi peralatan terdapat pada dua lokasi
Radioterapi. yaitu di dalam ruang √
penyinaran dan didekat
operator.
5. Penanganan limbah radioaktif Penanganan limbah
menurut Pasal 42 huruf e harus radioaktif dikelola oleh
memenuhi persyaratan pihak perusahaan di
ketentuan peraturan negara asal tempat √
perundang-undangan tentang membeli sumber
pembuangan limbah radioaktif.
radioaktif.
6. Fasilitas Radioterapi yang Terdapat ruang periksa,
memiliki Terapi Eksternal ruang CT-Simulator,
harus mempunyai: ruang ruang TPS, Mould room,
pemeriksaan, ruang simulator, ruang penyinaran dan
ruang cetak (mould room), ruang operator serta
√
ruang TPS, ruang penyinaran ruang tunggu pada Pada
dan ruang tunggu. Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam
Semanggi
7. Fasilitas Radioterapi yang Terdapat ruang periksa, √
memiliki Brakhiterapi harus ruang persiapan, ruang
mempunyai: ruang aplikasi, ruang TPS,
pemeriksaan, ruang persiapan, ruang penyinaran, ruang
ruang aplikasi, ruang TPS, operator dan tempat
ruang penyinaran, tempat penyimpanan Zat
penyimpanan Zat Radioaktif Radioaktif Terbungkus
Terbungkus, ruang tunggu. serta ruang tunggu Pada
Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam
39
Semanggi
Tabel 4.1 merupakan Tabel kesesuaian antara hasil observasi Desain
dan Fasilitas Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi dengan PERKA BAPETEN Nomor 3 Tahun
2013. Dalam Tabel tersebut terdapat kolom yang berisi acuan peraturan yang
telah ditetapkan, data hasil observasi dan kolom yang berisi keterangan sesuai
atau tidaknya hasil observasi tersebut dengan PERKA BAPETEN Nomor 3
Tahun 2013.
Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi. Pemegang izin wajib
menyelenggarakan pemantauan kesehatan, yang di mana hasil pemeriksaan
kesehatan berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal pemeriksaan
kesehatan terakhir dilakukan.
Hasil wawancara dengan narasumber mengungkapkan bahwa
pemeriksaan kesehatan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi dilakukan 3 (tiga) kali yaitu pada awal
sebelum menjadi pekerja radiasi, pada saat menjadi pekerja radiasi dan pada
saat memutuskan kontrak kerja sebagai pekerja radiasi. Jenis pemeriksaan
yang diselenggarakan oleh pemegang izin bagi seluruh pekerja radiasi adalah
MCU.
Dilakukan rontgen Thorax, pemeriksaan darah, pemeriksaan urin,
anamnesa dan pemeriksaan fisik serta konsultasi oleh dokter MCU. Jika
ditemukan adanya kelainan dari hasil MCU, maka pekerja radiasi tersebut
akan dipanggil dan diberi pengarahan untuk melakukan pengobatan.
Narasumber juga menyebutkan bahwa 1 tahun terakhir ini para pekerja
radiasi belum ada terjangkit penyakit yang disebabkan oleh pengaruh dari
radiasi yang diserap oleh tubuh.
Tabel 4.2 Kesesuaian Tata Laksana SOP dalam Pemeriksaan dengan Penerapannya.
KETERANGAN
NO MODALITAS PEMERIKSAAN SESUAI TIDAK
SOP SESUAI
SOP
1. LINAC 1 (Pesawat LINAC 1) Penyinaran kanker √
merk Varian tipe Clinac IX- bagian kepala
SN4740) 2) Penyinaran kanker √
LINAC 2 (Pesawat LINAC kepala dan leher
merk Varian tipe Clinac IX- 3) Penyinaran kanker √
SN6198) bagian upper
abdomen
4) Penyinaran kanker √
bagian whole
abdomen
2. CT-Simulator (Pesawat Ct-Big 1) Simulasi pada √
Bore Briliance Philips 64 kanker bagian
Slice) kepala √
2) Simulasi pada
kanker kepala dan √
leher
3) Simulasi pada
kanker bagian upper √
abdomen
4) Simulasi pada
kanker bagian whole
abdomen
3. Pesawat HDR Brakhiterapi 1) Penyinaran Internal √
Iridium-192 kanker bagian pelvis
(Gamamed plus IX by Varian)
Berdasarkan Tabel 4.4 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas 90°
pada ruang operator (mata) sebesar 0,600 µSv/h dengan memakai
surveymeter merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum
sebesar 0,5 µSv/h. Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan
radiasi sebesar 0,100 µSv/h dengan surveymeter merk Rados dan jika
memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0,5
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,180 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 8 µSv/h
dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran
dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan
radiasi sebesar 0,140 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment (klinik 4)
didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,050 µSv/h dengan
memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai surveymeter
merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment (klinik 5)
didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,060 µSv/h diukur
memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai surveymeter merk
Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas ruang treatment
(koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,055 µSv/h
memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter merk
Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di mana
terdapat toilet didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,055
µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h dengan
44
180° /360° pada ruang operator (mata) sebesar 0,210 µSv/h dengan memakai
radiasi sebesar 0,900 µSv/h dengan surveymeter merk Rados dan jika
pengukuran sebesar 0,410 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 3 µSv/h
radiasi sebesar 0,058 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment (klinik 4)
Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di mana
radiasi sebesar 0,26 µSv/h dengan memakai surveymeter merk Rados dan jika
memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,32 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h
dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran
dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan
radiasi sebesar 0,21 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment DU
instrumen didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,28 µSv/h
dengan memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai
surveymeter merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment DU
wastafel didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,29 µSv/h
diukur memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai
surveymeter merk Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas
ruang treatment (koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar
0,15 µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter
merk Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di
mana terdapat nurse station didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi
sebesar 0,14 µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h
dengan memakai surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran
didapatkan besar radiasi background di ruang penyinaran LINAC 2 yaitu
sebesar 0,7.
Tabel 4.10 Radiasi Arah 180°/360°
Hasil Pengukuran Photon 10 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a Ruang Operator (mata) 0,7 0,28 0
b. Ruang Operator (gonad) 0,7 0,26 0
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,7 0,32 0
d. Samping Kanan Ruang Treatment 0,7 0,21 0
e. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0.28 0
DU Instrumen
f. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0,29 0
DU Wastafel
g. Atas Ruang Treatment (koridor) 0,7 0,15 0
h. Atas Ruang Treatment (Nurse 0,7 0,14 0
station)
50
(a) (b)
Gambar 4.18 Surveymeter merk Rados type RDS 31 pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
53
Gambar 4.19 Surveymeter merk Ludlum type 12-4 pada Departemen Onkologi Radiasi di
RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
Gambar 4.20 Alat Monitor Perorangan TLD Badge pada Departemen Onkologi Radiasi di
RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
Gambar 4.21 Apron Pb pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi.
54
Kesimpulan dari hasil evaluasi alat monitor perorangan TLD Badge pada
pekerja radiasi, dokter, perawat serta karyawan yang bekerja pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi sepanjang Tahun 2022 yaitu :
b. Penerima dosis akumulatif tahunan terbesar pada tahun 2022 yaitu Yosephene
Theresia, sebesar 3,366 mSv.
c. Penerima dosis akumulatif tahunan terkecil pada tahun 2022 yaitu Rahardian
Ahmad M dan Katarina Khan, sebesar 0,000 mSv.
d. Rata-rata penerimaan dosis yang didapat oleh pekerja radiasi, dokter, perawat
serta karyawan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi secara akumulasi pada tahun 2022 yaitu sebesar
0,41 mSv.
56
B. Pembahasan
1. Evaluasi Penerapan Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam
Pelayanan Radioterapi
Desain dan Fasilitas. Keselamatan dan kesehatan pada radioterapi
bertujuan untuk melindungi dan menjamin keselamatan dan kesehatan
seluruh sumber daya baik itu pasien, pendamping pasien dan pekerja radiasi
serta lingkungan yang berada di sekitar Instalasi radioterapi dari resiko
kecelakaan radiasi atau kecelakaan lainnya. Ketersediaan fasilitas serta desain
yang sudah sesuai dengan acuan peraturan dapat mendukung terjaminnya
keselamatan pekerja radiasi ataupun pasien sehingga tercipta pula kesehatan
yang terjaga. Selanjutnya pekerja radiasi atau pasien akan merasa aman dan
nyaman berada pada Instalasi Radioterapi tersebut. Berdasarkan
perbandingan dari hasil observasi yang dilakukan pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dengan acuan
PERKA BAPETEN No 3 Tahun 2013 didapatkan bahwa bangunan fasilitas
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi yaitu terdapat ruangan LINAC memiliki panjang 9 m X lebar 11 m
X tinggi 3,5 m dengan dinding berbahan beton premium memiliki ketebalan 1
58
m dan dibagian dekat operator memiliki ketebalan yang berbeda yaitu 1,5 m.
Ruang CT-Simulator memiliki luas yang sama dengan ruangan LINAC tetapi
ketebalan tembok nya dibuat homogen yaitu keseluruhan dindingnya
memiliki ketebalan 1 m dengan berbahan beton premium. Kemudian pada
ruang HDR Brakhiterapi Iridium-192 memiliki panjang 7 m X lebar 8 m X
tinggi 3,5 m dengan dinding terbuat dari bahan beton premium memiliki
ketebalan 70 cm. Seluruh ruang pemeriksaan pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dilengkapi dengan
pintu besi berbahan Pb dan ruang berliku yang telah sesuai dengan
persyaratan proteksi radiasi.
Radioterapi eksternal pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi memiliki beberapa fasilitas ruangan yaitu
ruang periksa, ruang CT-Simulator beserta ruang operatornya, ruang TPS
LINAC, ruang penyinaran LINAC 1 dilengkapi ruang operator, ruang
penyinaran LINAC 2 dilengkapi ruang operator, dan mould room. Sedangkan
untuk fasilitas brakhiterapi yaitu terdapat ruang periksa, ruang persiapan,
ruang aplikasi, ruang TPS brakhiterapi, ruang penyinaran beserta ruang
operatornya, dan tempat penyimpanan zat radioaktif terbungkus. Selanjutnya
dilengkapi ruang pendukung lainnya yaitu ruang tunggu yang berada di 3 titik
(terletak di depan ruang penyinaran dan di dekat registration serta di depan
ruang pemeriksaan), ruang dokter dan ruang pantry. Lalu hasil observasi juga
menunjukkan bahwa ruang penyinaran LINAC, ruang CT-Simulator dan
ruang Brakhiterapi letaknya berdampingan, karena menurut AIEA letak
berdampingan tersebut dapat meminimalisir biaya dengan berbagi struktur
pelindung utama dan dapat mengurangi tapak dan total volume bahan
pelindung yang digunakan (33). Kemudian seluruh ruang pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi
dilengkapi AC sentral sebagai pendingin ruangan dengan sirkulasi udara yang
baik. Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi berlokasi di basement. Setiap pintu masuk ruang treatment
dilengkapi tanda radiasi dan lampu merah radiasi. Saluran kabel dosimetri
untuk kegiatan kalibrasi peralatan Radioterapi terdapat di ruang operator dan
59
anastesi, perawat dan fisika medis serta radioterapis. Seluruh pekerja radiasi
dalam melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan pasien selalu
memakai alat pelindung diri (APD) yaitu dengan menggunakan masker dan
handscoon serta sepatu yang tertutup.
Kepatuhan pekerja radiasi terhadap SOP Rumah Sakit dalam
penatalaksanaan pemeriksaan merupakan bagian dari sasaran keselamatan
pasien sehingga asuhan pasien menjadi lebih aman (35). Jika pekerja radiasi
tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai SOP maka akan terjadi kesalahan
dalam melakukan pemeriksaan dan kesulitan penyelenggaraan evaluasi
patient safety.
dan densitas material), izin operasi (pengukuran output dan verifikasi) dan
selama operasi (penerapan SOP, pengujian berkala peralatan serta sistem,
pemantauan daerah kerja, pemantuan dosis dan pemeriksaan kesehatan
pekerja radiasi).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukannya penelitian tentang analisis penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja pada Departemen Onkologi Radiasi Di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi sudah menerapkan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelayanan radioterapi sesuai
dengan PERKA BAPETEN No. 3 Tahun 2013 dan PERKA BAPETEN
Nomor 6 Tahun 2010.
2. Hasil Pengukuran keamanan paparan radiasi ruangan paling tinggi pada
Departemen Onkologi Radiasi Di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi adalah 0,900 µSv/jam. Hasil tersebut masih dalam batas aman,
sesuai dengan PERKA BAPETEN nomor 6 Tahun 2009.
3. Peralatan proteksi radiasi yang dimiliki oleh Departemen Onkologi
Radiasi Di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi sudah sesuai
dengan PERKA BAPETEN Nomor 3 Tahun 2013.
4. Hasil pemantauan dosis radiasi bagi pekerja radiasi pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi
selama tahun 2022 tidak melewati NBD yang ditetapkan oleh BAPETEN.
B. Saran
65
66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
71
BIODATA PENELITI
1. Data Pribadi
Nama Lengkap : Defi Putri Yani Mismar
Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 28 Januari 2001
Alamat : Jalan Pesantren No. 10 RT
02 RW 013 Kel. Pematang Kapau
Kec. Tangkerang Timur
Kota Pekanbaru Provinsi Riau
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Melayu
Kewarganegaraan : Indonesia
No. HP : 082388005632
Email : deviputriani2001@gmail.com
2. Pendidikan
SDN 78 Kota Pekanbaru : Lulus Tahun 2013
SMPN 09 Kota Pekanbaru : Lulus Tahun 2016
SMAN 10 Kota Pekanbaru : Lulus Tahun 2019
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : GUNTUR WINARNO, S.Si, M.Si
NIP/NRP Baru : 197611202000031001
NIP/NRP : 140353348
Lama
No. Kartu : J 146754
Pegawai
Tempat/ : Pangkah / Tegal, 20 November 1976
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Perkawinan
Alamat : Taman Alamanda II Blok EC 2 No. 7
RT. 005, RW. 010
Kel./Desa Mustika Sari
Kec. Mustika Jaya
BEKASI – Jawa Barat
No. Telp : 08568108345
NIK : 3275112011760002
NPWP : 480377787407000
Email : phasyabintanglya@gmail.com
II. KEPEGAWAIAN
TMT CPNS : 1 Maret 2000
TMT PNS : 1 April 2001
Status : PNS
Kepegawaian
Jenis : PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT KEMENKES
Kepegawaian
Status : -
Hukuman
Disiplin
Pendidikan : S.2 Ilmu Fisika
Terakhir
73
V. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Tahun
Pendidikan Nama Sekolah
. Ijazah
1 Sekolah Dasar Umum SDN Balamoa II Tegal 1988
Sekolah Menengah
2 SMPN 1 Pangkah 1991
Pertama
3 Sekolah Menengah Atas SMAN Pangkah 1994
4 D.III Radiodiagnostik ATRO SEMARANG 1997
UNIVERSITAS
5 S.1 MIPA Fisika 2005
INDONESIA
6 S.2 Ilmu Fisika Universitas Indonesia 2012
Negara Tahu
No. Nama Pelatihan Lembaga Pelaksana
Pelaksana n
Prajabatan Golongan II BAPELKES
1 INDONESIA 2001
Dep Kes Angkatan I Cilandak
Seminar Pembuatan
Jur. TRO Poltekkes
2 Modul Praktek Mata INDONESIA 2004
Dep Kes Jakarta II
Kuliah
Pelatihan Aplilkasi
Program VTS Untuk Jur. TRO Poltekkes
3 INDONESIA 2005
Kegiatan Proses Belajar Dep Kes Jakarta II
Mengajar
Pelatihan Peningkatan
4 Kemampuan Tenaga BPPSDM INDONESIA 2006
Pengajar
Biophysics Seminar and Universitas
5 INDONESIA 2006
4th Seacomp Indonesia
Workshop Bidang Study
6 BPSDM INDONESIA 2007
Bagi Dosen CT Scan
Seminar Keselamatan
7 BAPETEN INDONESIA 2008
Nuklir 2008
Improvement in Medical
Science And
8 SEAFOMP INDONESIA 2010
Technology For A
Better Life
Pelatihan Penguji Pusdiklat Aparatur
9 INDONESIA 2011
Kompetensi MenKes RI
BAPETEN dan Jur.
1 Diklat Petugas Proteksi
TRO Poltekkes Dep INDONESIA 2022
0 Radiasi Medik II
Kes Jakarta II
75
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : SAMSUN, S.Si, M.Si, M.Kom.
NIP/NRP Baru : 196502201989031012
NIP/NRP Lama : 140238284
No. Kartu Pegawai : E 818781
Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 20 Februari 1965
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : JL.Kunir III/24 Komplek Perumahan TNI
AD
RT. 002, RW. 010
Kel./Desa Cibubur
Kec. Cibubur
Jakarta Timur – DKI Jakarta
No. Telp : 081314088615
NIK : 3175092002650003
NPWP : 480377720005000
Email : aiman_052005@yahoo.com
II. KEPEGAWAIAN
TMT CPNS : 1 Maret 1989
TMT PNS : 1 Juli 1991
Status Kepegawaian : PNS
Jenis Kepegawaian : PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT
KEMENKES
Status Hukuman Disiplin : -
Pendidikan Terakhir : S.2 Ilmu Fisika
Jabatan Saat ini : Lektor (JFT)
TMT Jabatan saat ini : 1 Januari 2016
Masa Kerja Golongan : 27 Thn 7 Bln
Eselon : JFT
76
IV. RIWAYAT KEPANGKATAN
Pejabat
No Golon
Pangkat TMT No & Tgl SK Penandatang
. gan
an
Ka. Bag.
Pengat
KP.00.02.2.4.7096 Mutasi
ur 1 Maret
1 II/b (CPNS) Kepegawaia
Muda 1989
20 Juni 1989 n Dep Kes
Tk. I
RI
Ka. Bag.
Pengat Tata Usaha
020/Kanwil/TU-1/PS-
ur 1 Juli Kanwil Dep
2 II/b 1/VI/1991 (PNS)
Muda 1991 Kes RI
17 Juni 1991
Tk. I Propinsi
Bali
II.14-22/00804/IV/
Pengat 1 April A.n Ka.
3 II/c KEP/92
ur 1992 BAKN
12 Mei 1992
II.14-22/46001/KEP/
Pengat 1 April Ka. Kanwil
4 II/d IV/96
ur Tk. I 1996 II BAKN
25 Maret 1996
1
Penata
5 III/a Oktober
Muda
1999
Penata 1 823.3/03/X/KP.03/
Setda Kab.
6 Muda III/b Oktober KEPEG
Klungkung
Tk. I 2003 4 Agustus 2003
Ka. Biro
1
KP.04.01.2.1.11809 Kepegawaia
7 Penata III/c Oktober
17 September 2007 n Dep Kes
2007
RI
1 Kepala Biro
Penata KP.04.01.2.1.11187
8 III/d Oktober Kepegawaia
Tk. I 10 September 2012
2012 n
77
78
V. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Tahun
Pendidikan Nama Sekolah
. Ijazah
Sekolah Dasar
1 SDN BANGSONGAN I 1977
Umum
Sekolah Menengah
2 SMPN 95 JAKARTA 1981
Pertama
Sekolah Menengah
3 SMAN 13 JAKARTA 1984
Atas
D.III Penata
4 APRO JAKARTA 1988
Rontgen
5 S.1 MIPA Fisika UNDIP SEMARANG 1999
A-IV Kurikulum
6 STKIP PURNAMA 2004
Pendidikan
UI Fakultas Matematika dan Ilmu
7 S.2 Ilmu Fisika 2009
Pengetahuan Alam
VIII. RIWAYAT PELATIHAN TEKNIS
No Negara Tahu
Nama Pelatihan Lembaga Pelaksana
. Pelaksana n
Seminar Keselamatan INDONESI 200
1 BAPETEN RI
Nuklir 2008 A 0
DINKES
QA PELAYANAN INDONESI 200
2 KAB.KLUNGKUN
RUMAH SAKIT A 1
G
PETUGAS
INDONESI 200
3 PROTEKSI BAPETEN
A 2
RADIASI
PEMANFAATAN X-
RAY UNTUK INDONESI 200
4 BATAN
BIOMEDIK DAN A 2
KESEHATAN
VIRTUAL
POLTEKKES INDONESI 200
5 TRAINNING
JAKARTA II A 4
SYSTEM
POLTEKKES INDONESI 200
6 SPSS
JAKARTA II A 5
Rekualifikasi Petugas
INDONESI 200
7 Proteksi Radiasi BAPETEN RI
A 7
Bidang Diagnostik
79
Negara Tahu
No. Nama Pelatihan Lembaga Pelaksana
Pelaksana n
Workshop For
200
8 Medical Physics on BAPETEN RI INDONESIA
7
Radiation Oncology
Peningkatan
Direktorat Bina
Kemampuan 200
9 Pelayanan Penunjang INDONESIA
Fungsional Fisika 9
Medik Dep Kes RI
Medik
Kementerian
1 Sertifikasi Pendidik 201
Pendidikan Nasional INDONESIA
0 Untuk Dosen 1
RI
Kementerian
1 201
Profesi Dosen Pendidikan dan INDONESIA
1 1
Kebudayaan RI
1 Pusdiklat Aparatur 201
Penguji Kompetensi INDONESIA
2 MenKes RI 1
Diklat Petugas BAPETEN dan
1 201
Proteksi Radiasi Poltekkes Dep Kes INDONESIA
3 2
Medik II Jakarta II
Jabatan Fungsional
1 201
Pengawas Radiasi BAPETEN RI INDONESIA
4 2
Tingkat Ahli
80
IX. RIWAYAT PENGHARGAAN
No & Tgl
No. Nama Penghargaan Instansi Pemberi
SK
Keteran
Tahun Nilai
Nama gan Satuan
No. Penilai PPKP Instansi Organisasi
Jabatan PPKPN Kerja
an NS
S
Badan
Pengemban
gan Dan
Kementeri Poltekkes
Pemberday
1 Lektor 2017 84.08 Baik an Kemenkes
aan Sumber
Kesehatan Jakarta II
Daya
Manusia
Kesehatan
Badan
Pengemban
gan Dan
Kementeri Poltekkes
Pemberday
2 Lektor 2016 83.89 Baik an Kemenkes
aan Sumber
Kesehatan Jakarta II
Daya
Manusia
Kesehatan
Badan
Kementeri Pengemban
Poltekkes
an gan Dan
3 Lektor 2015 83.97 Baik Kemenkes
Kesehatan Pemberday
Jakarta II
RI aan SDM
Kesehatan
Badan
Kementeri Pengemban
Poltekkes
Sangat an gan Dan
4 Lektor 2014 93.13 Kemenkes
Baik Kesehatan Pemberday
Jakarta II
RI aan SDM
Kesehatan
81
ACUAN PERATURAN
KETERANGAN PENJELASAN
KRITERIA
NO. PERATURAN TIDAK
OBSERVASI SESUAI
SESUAI
Desain dan
Desain dan fasilitas sudah
1. Fasilitas sesuai dengan
Ruangan √ PERKA
Radioterapi BAPETEN No.
3 Tahun 2013
Pemegang izin
sudah
memenuhi
Tanggung Tanggung
2. Jawab √ jawabnya sesuai
Pemegang Izin PERKA dengan PERKA
BAPETEN No. 3 BAPETEN No.
Tahun 2013 3 Tahun 2013.
Peralatan
proteksi radiasi
sudah sesuai
3. Proteksi Radiasi √
dengan PERKA
BAPETEN No.
3 Tahun 2013.
Pemantauan
dosis radiasi
Pantauan dosis menggunakan
4. √
Radiasi TLD badge
dilaksanakan 3
bulan sekali
laju paparan
radiasi tidak
PERKA
melebihi 1 µSv
5. Paparan Radiasi BAPETEN Nomor √
(satu
6 Tahun 2009
mikrosievert)
per jam
Pemeriksaan
Pemeriksaan PERKA
kesehatan
6. Kesehatan BAPETEN Nomor √
dilakukan 1
Pekerja Radiasi 6 Tahun 2010
tahun sekali
98
dosis berlebih?
Jawaban : untuk pekerja yang
terkena paparan radiasi
melampaui NBD yang sudah
ditetapkan BAPETEN, langkah
pertama yang dilakukan oleh
PPR beserta kepala instalasi
adalah mewawancarainya,
bertujuan untuk mengetahui
penyebab mengapa hal itu
terjadi kemudian dilakukan
evaluasi, lalu langkah terakhir
untuk sementara waktu pekerja
tersebut ditempatkan kerja di
bagian administrasi radioterapi.
c. Apakah setiap pekerja
mengetahui catatan dosisnya
selama bekerja ?
Jawaban : ya merka selalu
mengetahui dosisnya sebab
karena adanya kartu dosis yang
setiap pekerja radiasi
memilikinya.
d. Apakah Surveymeter dan TLD
dikalibrasi secara berkala ?
Jawaban : ya dikalibrasi secara
berkala, dengan TLD
dikalibrasi 3 bulan sekali
sedangkan surveymeter 1 tahun
sekali.
e. Apa jenis surveymeter yang
digunakan?
Jawaban : Merk Rados type
RDS 31 dan Merk Ludlum type
12-4
3. Pantauan dosis radiasi a. Profesi apa saja yang termasuk
dalam pemantauan dosis
radiasi?
Jawaban : semua staf yang ada
pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi
4. Paparan radiasi a. Apakah Pemantauan Paparan
radiasi dengan menggunakan
Surveymeter dilakukan secara
berkala?
Jawaban : pengecekan paparan
radiasi linac,CT-simulator serta
100
brakhiterapi menggunakan
surveymeter dilakukan setiap 3
bulan sekali.
5. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja a. Apakah pemegang Izin
Radiasi mengadakan pemeriksaan
kesehatan setiap pekerja radiasi
secara berkala selama bekerja ?
Jawaban : pemeriksaan
kesehatan MCU dilakukan
secara berkala yaitu setiap 1
tahun sekali
b. Apa saja jenis pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan pada
pekerja radiasi Departemen
Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi ?
Jawaban : melakukan
pemeriksaan rontgen thorax,
pemeriksaan darah,
pemeriksaan urin dan
anamnesa, pemeriksaan fisik
dan konsultasi dengan dokter
MCU.
c. Apakah dalam satu tahun
terakhir ada pekerja radiasi
yang terserang penyakit ?
Jawaban : saat ini tidak ada.
6. Kedisiplinan Radioterapis a. Apakah Radioterapis di
Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi selama
bekerja menggunakan alat
pelindung diri/ APD? Apa saja
alat yang digunakannya ?
Jawaban : masker dan
handscoon serta sepatu yang
berkaret dan tertutup.
101
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan radioterapi kanker bagian
kepala merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada pasien
yang menjalani penyinaran pada bagian kepala.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan penyinaran mulai dari mode up nama pasien sampai pada tahap RTT
melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada pasien.
9) Memastikan pasien nyaman dan aman. Lalu pasang selimut agar pasien
tidak kedinginan.
10) RTT meninggalkan ruang LINAC menuju ke ruang operator dengan
menutup pintu ruang LINAC.
11) Melakukan verifikasi OBI 2 lapangan yaitu AP dan lateral.
12) Kemudian melakukan BEAM sesuai dengan jumlah lapangan serta sudut
gantry yang sudah ditentukan oleh fisikawan medis.
13) Jika semua jumlah lapangan sudah bertandakan “√” maka artinya
penyinaran sudah selesai.
14) RTT memasuki ruang LINAC kembali dan menandai titik isocenter
dengan tanda “+” menggunakan spidol pada masker sedangkan fisika
medis mencatat apakah terjadi pergeseran atau tidak pada titik isocenter.
Lalu RTT melepaskan semua alat imobilisasi yang terpasang pada pasien
dan mempersilahkan pasien pulang dengan menginformasikan untuk
datang kembali pada jadwal sinar selanjutnya.
103
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan radioterapi kanker bagian
kepala dan leher merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani penyinaran pada bagian kepala dan leher.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan penyinaran mulai dari mode up nama pasien sampai pada tahap RTT
melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada pasien.
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan radioterapi kanker bagian
upper abdomen merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani penyinaran pada bagian upper abdomen.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan penyinaran mulai dari mode up nama pasien sampai pada tahap RTT
melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada pasien.
10) Fisika medis akan memantau titik isocenter apakah sudah sesuai dengan
data yang ada di TPS.
11) Memastikan pasien nyaman dan aman. Lalu pasang selimut agar pasien
tidak kedinginan.
12) RTT meninggalkan ruang LINAC menuju ke ruang operator dengan
menutup pintu ruang LINAC.
13) Melakukan verifikasi OBI 2 lapangan yaitu AP dan lateral.
14) Kemudian melakukan BEAM sesuai dengan jumlah lapangan serta sudut
gantry yang sudah ditentukan oleh fisikawan medis.
15) Jika semua jumlah lapangan sudah bertandakan “√” maka artinya
penyinaran sudah selesai.
16) RTT memasuki ruang LINAC kembali dan menandai titik isocenter
dengan tanda “+” menggunakan spidol pada masker dan tubuh pasien
sedangkan fisika medis mencatat apakah terjadi pergeseran atau tidak pada
titik isocenter. Lalu RTT melepaskan semua alat imobilisasi yang
terpasang pada pasien dan mempersilahkan pasien pulang dengan
menginformasikan untuk datang kembali pada jadwal sinar selanjutnya.
107
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan radioterapi kanker bagian
whole abdomen merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani penyinaran pada bagian whole abdomen.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan penyinaran mulai dari mode up nama pasien sampai pada tahap RTT
melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada pasien.
10) Fisika medis akan memantau titik isocenter apakah sudah sesuai dengan
data yang ada di TPS.
11) Memastikan pasien nyaman dan aman. Lalu pasang selimut agar pasien
tidak kedinginan.
12) RTT meninggalkan ruang LINAC menuju ke ruang operator dengan
menutup pintu ruang LINAC.
13) Melakukan verifikasi OBI 2 lapangan yaitu AP dan lateral.
14) Kemudian melakukan BEAM sesuai dengan jumlah lapangan serta sudut
gantry yang sudah ditentukan oleh fisikawan medis.
15) Jika semua jumlah lapangan sudah bertandakan “√” maka artinya
penyinaran sudah selesai.
16) RTT memasuki ruang LINAC kembali dan menandai titik isocenter
dengan tanda “+” menggunakan spidol pada masker dan tubuh pasien
sedangkan fisika medis mencatat apakah terjadi pergeseran atau tidak pada
titik isocenter. Lalu RTT melepaskan semua alat imobilisasi yang
terpasang pada pasien dan mempersilahkan pasien pulang dengan
menginformasikan untuk datang kembali pada jadwal sinar selanjutnya.
109
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan CT-Simulator kanker
bagian kepala merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani simulasi pada CT-Simulator.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan CT-Simulator mulai dari mengisi form sampai pada tahap
Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi lembar
CT Planning Instruction.
11) Menempelkan micropore pada 3 titik yaitu depan, kanan dan kiri sesuai
dengan pertemuan laser eksternal.
12) Lalu menandai di atas micropore dengan tanda “+” menggunakan spidol.
13) Menempelkan marker yang terbuat dari timbal di atas tanda “+”.
14) Pasien dimasukkan kedalam gantry CT Scan, dimana tanda referensi pada
masker disesuaikan dengan laser yang ada pada pesawat CT-Simulator.
15) Jika sudah sesuai, tekan 0 pada tombol yang ada pada board pesawat CT-
Simulator.
16) Lalu RTT menggeser meja kearah batas atas pemeriksaan.
17) Kemudian memasangkan selimut pada pasien dan RTT melakukan
scanning dengan menutup pintu CT-Simulator.
18) Jika scanning sudah selesai, RTT melepaskan alat imobilisasi yang
terpasang pada tubuh pasien dan pasien sudah diperbolehkan pulang.
19) Data scanning tersebut dikirim ke komputer TPS.
20) Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi
lembar CT Planning Instruction sebagai data set-up alat dan bahan yang
digunakan selama proses CT simulasi. Kemudian, lembar kartu
pelaksanaan penyinaran, CT Planning Intruction, status pasien dan data
pendukung imaging diagnostik dibawa ke ruang TPS untuk dilakukan
Planning penyinaran radiasi oleh fisikawan.medis.
111
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan CT-Simulator kanker
bagian kepala dan leher merupakan petunjuk tentang tata cara
penatalaksanaan pada pasien yang menjalani simulasi pada CT-Simulator.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan CT-Simulator mulai dari mengisi form sampai pada tahap
Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi lembar
CT Planning Instruction.
11) Menempelkan micropore pada 3 titik yaitu depan, kanan dan kiri sesuai
dengan pertemuan laser eksternal.
12) Lalu menandai di atas micropore dengan tanda “+” menggunakan spidol.
13) Menempelkan marker yang terbuat dari timbal di atas tanda “+”.
14) Pasien dimasukkan kedalam gantry CT Scan, dimana tanda referensi pada
masker disesuaikan dengan laser yang ada pada pesawat CT-Simulator.
15) Jika sudah sesuai, tekan 0 pada tombol yang ada pada board pesawat CT-
Simulator.
16) Lalu RTT menggeser meja kearah batas atas pemeriksaan.
17) Kemudian memasangkan selimut pada pasien dan RTT melakukan
scanning dengan menutup pintu CT-Simulator.
18) Jika scanning sudah selesai, RTT melepaskan alat imobilisasi yang
terpasang pada tubuh pasien dan pasien sudah diperbolehkan pulang.
19) Data scanning tersebut dikirim ke komputer TPS.
20) Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi
lembar CT Planning Instruction sebagai data set-up alat dan bahan yang
digunakan selama proses CT simulasi. Kemudian, lembar kartu
pelaksanaan penyinaran, CT Planning Intruction, status pasien dan data
pendukung imaging diagnostik dibawa ke ruang TPS untuk dilakukan
Planning penyinaran radiasi oleh fisikawan.medis.
113
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan CT-Simulator kanker
bagian upper abdomen merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan
pada pasien yang menjalani simulasi pada CT-Simulator.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan CT-Simulator mulai dari mengisi form sampai pada tahap
Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi lembar
CT Planning Instruction.
11) Menempelkan micropore pada 3 titik yaitu depan, kanan dan kiri sesuai
dengan pertemuan laser eksternal.
12) Lalu menandai di atas micropore dengan tanda “+” menggunakan spidol.
13) Menempelkan marker yang terbuat dari timbal di atas tanda “+”.
14) Pasien dimasukkan kedalam gantry CT Scan, dimana tanda referensi pada
masker disesuaikan dengan laser yang ada pada pesawat CT-Simulator.
15) Jika sudah sesuai, tekan 0 pada tombol yang ada pada board pesawat CT-
Simulator.
16) Lalu RTT menggeser meja kearah batas atas pemeriksaan.
17) Kemudian memasangkan selimut pada pasien dan RTT melakukan
scanning dengan menutup pintu CT-Simulator.
18) Jika scanning sudah selesai, RTT menggeser meja pemeriksaan sampai
tanda “+” yang ada di masker sudah superposisi dengan laser eksternal.
19) RTT melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada tubuh pasien.
20) Kemudian RTT menandai dengan tanda “+” pada tubuh pasien
menggunakan spidol mengikuti laser ekternal.
21) Data scanning tersebut dikirim ke komputer TPS.
22) Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi
lembar CT Planning Instruction sebagai data set-up alat dan bahan yang
digunakan selama proses CT simulasi. Kemudian, lembar kartu
pelaksanaan penyinaran, CT Planning Intruction, status pasien dan data
pendukung imaging diagnostik dibawa ke ruang TPS untuk dilakukan
Planning penyinaran radiasi oleh fisikawan.medis.
115
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan CT-Simulator kanker
bagian whole abdomen merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan
pada pasien yang menjalani simulasi pada CT-Simulator.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan CT-Simulator mulai dari mengisi form sampai pada tahap
Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi lembar
CT Planning Instruction.
11) Menempelkan micropore pada 3 titik yaitu depan, kanan dan kiri sesuai
dengan pertemuan laser eksternal.
12) Lalu menandai di atas micropore dengan tanda “+” menggunakan spidol.
13) Menempelkan marker yang terbuat dari timbal di atas tanda “+”.
14) Pasien dimasukkan kedalam gantry CT Scan, dimana tanda referensi pada
masker disesuaikan dengan laser yang ada pada pesawat CT-Simulator.
15) Jika sudah sesuai, tekan 0 pada tombol yang ada pada board pesawat CT-
Simulator.
16) Lalu RTT menggeser meja kearah batas atas pemeriksaan.
17) Kemudian memasangkan selimut pada pasien dan RTT melakukan
scanning dengan menutup pintu CT-Simulator.
18) Jika scanning sudah selesai, RTT menggeser meja pemeriksaan sampai
tanda “+” yang ada di masker sudah superposisi dengan laser eksternal.
19) RTT melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada tubuh pasien.
20) Kemudian RTT menandai dengan tanda “+” pada tubuh pasien
menggunakan spidol mengikuti laser ekternal.
21) Data scanning tersebut dikirim ke komputer TPS.
22) Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi
lembar CT Planning Instruction sebagai data set-up alat dan bahan yang
digunakan selama proses CT simulasi. Kemudian, lembar kartu
pelaksanaan penyinaran, CT Planning Intruction, status pasien dan data
pendukung imaging diagnostik dibawa ke ruang TPS untuk dilakukan
Planning penyinaran radiasi oleh fisikawan.medis.
117
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan brakhiterapi kanker
bagian pelvis merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani brakhiterapi.
2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan brakhiterapi mulai dari persiapan pasien sampai pada tahap
observasi setelah penyinaran.
3. Persiapan Pasien
a) Pengecekan darah di laboratorium.
b) Rontgen Thorax.
c) SWAB Antigen.
d) Konsultasi ke dokter spesialis jantung dan dokter anestesi
e) Puasa selama 6 jam – 8 jam sebelum dilakukan tindakan.
f) Meminum obat pencahar di pagi hari sebelum tindakan.
4. Persiapan pemeriksaan
b) Pemasangan infus oleh perawat.
c) Pemasukan anestesi oleh dokter anestesi.
d) Pemasangan kateter oleh dokter onkologi radiasi.
e) Pemasukan kontras oleh perawat.
5. Tindakan
Dilakukan pemasangan aplikator oleh dokter onkologi radiasi dengan
posisi pasien litotomi pada ruang aplikasi.
118
6. CT-Simulator
Dilakukan scanning pada pesawat CT-Simulator untuk melihat apakah
aplikator sudah tepat pada posisinya dan data pada CT-Simulator akan
ditransfer ke TPS untuk di lakukan planning.
7. TPS
Dilakukan kontur oleh dokter onkologi radiasi dan planning oleh
fisikawan medis yang dimana planning tersebut harus mendapat approve dari
dokter onkologi radiasi.
8. Penyinaran
a) Memasukkan data pasien berupa nama dan rekam medis serta fraksi yang
akan dilakukan pada komputer brakhiterapi.
b) Memasang kabel untuk penghubung dari sumber brakhiterapi ke aplikator.
c) Memasang penghangat tubuh pasien
d) Memutar “key” kearah indikator on.
e) Lalu tekan tombol “last man out” jika ingin meninggalkan ruang penyinaran
brakhiterapi.
f) Lalu melakukan BEAM dengan waktu tertentu yang sudah ditetapkan pada
monitor.
g) Jika waktu sudah menujukkan 0 artinya penyinaran sudah selesai. RTT
mengantarkan pasien ke ruang aplikasi kembali untuk melakukan pelepasan
aplikator.
9. Pelepasan aplikator
Dilakukan pelepasan aplikator oleh perawat pada ruang aplikasi.
10. Observasi
Pasien di taruh di ruang observasi selama 15 menit – 30 menit untuk
melihat reaksi dari tindakan yang sudah dilakukan. Jika tidak ada reaksi yang
begitu membahayakan maka pasien akan diantar ke ruang rawat inap oleh
perawat.
119
1. Data berupa hasil laporan pemantauan dosis perorangan yang diterima oleh
pekerja radiasi pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
2. Data berupa gambar/foto ruangan yang ada di Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi beserta fasilitasnya.
3. Data berupa hasil kalibrasi output pesawat dan gambar/foto perlengkapan
proteksi radiasi pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
4. Denah Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi.
5. Hasil paparan keamanan radiasi yang ada di ruang LINAC, CT-Simulator,
Brakhiterapi dan area publik.
Data-data tersebut diperoleh dengan cara melakukan observasi tentang
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Partisipasi sebagai sample bersifat
sukarela dan apabila tidak berkenan dapat menolak atau sewaktu-waktu dapat
mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. Sebagai tanda terima kasih, sample akan
diberikan bingkisan di akhir penelitian. Manfaat yang diperoleh oleh sampel
adalah dapat dijadikan sebagai pedoman kesesuaian bagi Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dalam menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja pada ruang pemeriksaan radioterapi. Proses ini
137
aman dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada dan juga didampingi
dengan tenaga kesehatan professional dibidangnya. Resiko yang diperoleh berupa
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja tidak sesuai dengan acuan peraturan
yang sudah ditetapkan dapat di atasi dengan perbaikan sarana dan fasilitas,
penyempurnaan sistem proteksi radiasi, tindakan konseling dan tindak lanjut.
Kemudian tindakan dengan peningkatan budaya keselamatan, pemeriksaan dan
perawatan fasilitas, penerapan sistem, serta manajemen penerimaan dosis.
Penelitian ini tidak beresiko menimbulkan cidera dan apabila terjadi hal yang
tidak diinginkan akan menjadi tanggung jawab peneliti dan ditanggulangi oleh
ahli.
Data yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dihubungkan
dengan identitas sample yang bersangkutan, hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian dan tidak berdampak apapun. Memohon dengan ikhlas kesediaan
Bapak/Ibu/sdr untuk berpartisipasi dalam proses penelitian ini sebagai sampel.
Jika subjek bersedia berpartisipasi dalam proses penelitian ini menandatangani
dan mengembalikan lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP). Apabila
sampel/responden/informan memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai
penelitian ini,dapat menghubungi :
Nama : Defi Putri Yani Mismar
No. HP : 082388005632
Email : deviputriani2001@gmail.com
Atas Partisipasi dan kerjasamanya, saya mengucapkan terimakasih.
138
Telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang
berkaitan dengan penelitian “Analisis Penerapan Keselamatan dan kesehatan
Kerja Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi” yang dilaksanakan oleh Defi Putri Yani Mismar Mahasiswi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Program Sarjana Terapan Teknologi
Radiologi Pencitraan.
Dengan ini, saya (BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA) berpartisipasi untuk
menjadi bagian dari sampel dalam penelitian ini secara sukarela serta mengisi dan
memberikan data yang diperlukan secara jujur dan benar. Dan apabila saya
inginkan, saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa paksaan dari pihak
manapun.
Demikian pernyataan ini dibuat sebenar-benarnya tanpa adanya paksaan dari
pihak manapun.
*Coret yang tidak perlu
Jakarta, 03 Maret 2023
Saksi Yang Menyatakan