Anda di halaman 1dari 157

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA PADA DEPARTEMEN


ONKOLOGI RADIASI DI RS KHUSUS KANKER
MRCCC SILOAM SEMANGGI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan

DISUSUN OLEH :

DEFI PUTRI YANI MISMAR


NPM : P21130219023

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PRODI TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
2023
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
skripsi dengan judul :

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA DEPARTEMEN ONKOLOGI RADIASI DI RS KHUSUS KANKER
MRCCC SILOAM SEMANGGI

Yang dibuat dan diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan Pendidikan


Program Sarjana Terapan Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Jakarta II, adalah benar hasil karya penelitian Saya sendiri dan bukan
merupakan tiruan, duplikasi atau plagiat karya penelitian orang lain yang sudah
dipublikasikan dan atau pernah dibuat untuk jenjang pendidikan di Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II maupun di Perguruan Tinggi atau
instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana semestinya, sesuai dengan kaidah ilmiah

Jakarta, 09 Juni 2023

DEFI PUTRI YANI MISMAR


NPM : P2.11.30.2.19.023

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai Civitas Akademik Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II. Saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : DEFI PUTRI YANI MISMAR
NPM : P2.11.30.2.19.023
Program Studi : Teknologi Radiologi Pencitraan
Jenis Karta : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan
kementerian Kesehatan Jakarta II. Hak Bebas Royaliti Non ekslusif (Non-
exclutive Royality Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA DEPARTEMEN ONKOLOGI RADIASI DI RS KHUSUS KANKER
MRCCC SILOAM SEMANGGI

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non
ekslusif ini, Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II berhak menyimpan, mengalih-
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir Saya selama tetap mencantumkan nama Saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : DKI Jakarta
Pada Tanggal : 12 Juni 2023
Yang menyatakan,

DEFI PUTRI YANI MISMAR


NPM : P2.11.30.2.19.023
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA DEPARTEMEN ONKOLOGI RADIASI DI RS KHUSUS KANKER
MRCCC SILOAM SEMANGGI

Disusun Oleh : Defi Putri Yani Mismar


NPM : P2.11.30.2.19.023

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi Program Studi


Teknologi Radiologi Pencitraan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II, untuk memenuhi sebagai
syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Terapan.
Jakarta, 18 Juli 2023

Mengesahkan,

Pembimbing Materi, Pembimbing Teknis

Guntur Winarno, S.Si, M.Si Samsun S.Si, M.Si, M.Kom


NIP. 197611202000031001 NIP. 196502201989031012

Ketua Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Dr. Nursama Heru Apriantoro, S.Si, M.Si


NIP. 196404201989031002
INTISARI

PROGRAM SARJANA TERAPAN PRODI TEKNOLOGI RADIOLOGI


PENCITRAAN JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN JAKARTA II

SKRIPSI, 2023
DEFI PUTRI YANI MISMAR

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA DEPARTEMEN ONKOLOGI RADIASI DI RS KHUSUS KANKER
MRCCC SILOAM SEMANGGI

V Bab + 69 Halaman + 24 Gambar + 16 Tabel + 18 Lampiran

Latar belakang penelitian ini adalah Radioterapi memanfaatkan pesawat LINAC yang
mengeluarkan berkas elektron dengan sinar–X energi tinggi untuk terapi radiasi sel kanker.
Sinar–X tersebut mempunyai karakteristik dapat menimbulkan efek non stokastik (kerusakan
jaringan) maupun genetik bagi pasien ataupun pekerja radiasi, maka dibutuhkanlah penerapan
keselamatan dan kesehatan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan serta dilihat dari tingginya
angka pasien kanker maka kebutuhan pelayanan radioterapi akan semakin besar, oleh karena itu,
melalui penelitian ini diharapkan pelayanan radioterapi dapat lebih ditingkatkan agar aman dan
nyaman bagi pasien ataupun pekerja radiasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada
Departemen Onkologi Radiasi.

Desain penelitian ini bersifat kualitatif dengan cara observasi dan wawancara, antara peraturan
yang sudah ditetapkan dengan SOP pada rumah sakit juga penerapannya, lalu diubah menjadi
suatu data yang dapat dianalisis menjadi suatu kesimpulan tentang Analisis Penerapan
Keselamatan dan kesehatan Kerja pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi. Penelitian ini dilaksanakan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dalam Bulan Januari sampai dengan April 2023.

Hasil penelitian ditemukan bahwa pada penerapan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam pelayanan radioterapi, keamanan paparan radiasi, peralatan proteksi radiasi bagi pekerja
radiasi dan pasien, serta besar paparan radiasi yang diterima petugas radiasi dan pasien pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi sudah sesuai
dengan acuan peraturan PERKA BAPETEN No. 3 Tahun 2013, PERKA BAPETEN No. 6 Tahun
2009 serta PERKA BAPETEN No. 6 Tahun 2010.

Kata Kunci : Keselamatan dan Kesehatan, Pekerja Radiasi

Daftar Bacaan : 4 Buku, 33 Jurnal (2013-2022)


ABSTRACT

BACHELOR OF APPLIED SCIENCE PROGRAM


IMAGING RADIOLOGY TECHNOLOGY RADIODIAGNOSTICS AND
RADIOTHERAPY DEPARTMENT HEALTH POLYTECHNIC OF
HEALTH MINISTRY JAKARTA II

MINI THESIS, 2023


DEFI PUTRI YANI MISMAR

ANALYSIS OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY


IMPLEMENTATION IN RADIATION ONCOLOGY DEPARTMENT AT
MRCCC SILOAM CANCER SPECIAL HOSPITAL, SEMANGGI
V Chapters + 69 Pages + 24 Images + 16 Tables + 18 Attachments
Therapeutically, the background of this research is that radiotherapy utilizes a LINAC machine
that emits an electron beam with high energy X-rays for radiation therapy for cancer cells. These
X-rays have the characteristics of causing non-stochastic (tissue damage) and genetic effects for
patients or radiation workers, therefore it is necessary to apply safety and health, hence, any
unwanted thing doesn’t happen and then considering that there is high number of cancer patients,
the need for radiotherapy services will be automatically even greater, for that reason, through this
research it is hoped that radiotherapy services can be further improved hence it is safe and
comfortable for the patients or radiation workers.
This study aims to analyze the application of occupational safety and health in Radiation
Oncology Department.
The design of this research is qualitative approach by carrying out observations and interviews,
between the existing regulations and the Standard Operating Procedure in the Hospital along with
the application thereof, which is then converted into data that can be analyzed into a conclusion
regarding the Analysis of Occupational Safety and Health Implementation in Radiation Oncology
Department at MRCCC Siloam Special Cancer Hospital, Semanggi. This research was conducted
at Radiation Oncology Department at MRCCC Siloam Cancer Hospital, Semanggi starting from
January up to April 2023.
The result of the research is found that the application of Occupational Safety and Health aspects
in radiotherapy services, radiation exposure safety, radiation protection for radiation workers and
patients, as well as the amount of radiation exposure received by radiation workers and patients at
Radiation Oncology Department at MRCCC Siloam Cancer Special Hospital, Semanggi are in
compliance with the provision of Regulation of Head of Nuclear Energy Regulatory Agency
Number 3 of 2013, Regulation of Head of Nuclear Energy Regulatory Agency Number 6 of 2009
and Regulation of Head of Nuclear Energy Regulatory Agency Number 6 of 2010.

Keywords : Safety and Health, Radiation Worker


Translated by:

Suhendar, S.S., M.Pd.


English Lecturer
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA DEPARTEMEN ONKOLOGI RADIASI DI RS KHUSUS KANKER
MRCCC SILOAM SEMANGGI

Disusun oleh : DEFI PUTRI YANI MISMAR


NPM : P2.11.30.2.19.023

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi Program Studi


Teknologi Radiologi Pencitraan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II untuk memenuhi sebagai
syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Terapan.

Jakarta, 18 Juli 2023


Menyetujui,
1. Muhammad Irsal, S.Si, M.Si :
Penguji I (Penguji Utama)

2. Asumsie Tarigan, S.Si, M.Si :


Penguji II (Penguji Pendamping)

3. Guntur Winarno, S.Si, M.Si :


Penguji III (Pembimbing Utama)

4. Samsun S.Si, M.Si, M.Kom :


Penguji IV (Pembimbing Pendamping)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, serta tidak lupa juga
Shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga serta
sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Departemen Onkologi Radiasi
Di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi “ pada tahun 2023 dengan baik
dan tepat waktu.
Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir Pendidikan Program Sarjana
Terapan Teknologi Radiologi Pencitraan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II dengan peminatan
Radioterapi. Penulis menyadari tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari
berbagai pihak sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan, kelancaran dan rahmat-Nya
yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Alm Ayah Marzuki dan Ibu Rasmiwati serta saudara yang sudah mendukung
saya secara materil, doa dan ridhanya dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak DR. Nursama Heru Apriantoro, S,Si, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Jakarta II.
4. Bapak Guntur Winarno, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing materi.
5. Bapak Samsun S.Si, M.Si, M.Kom selaku dosen pembimbing teknis.
6. Para dosen dan staf karyawan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama penulis
menempuh pendidikan dan perkuliahan.
7. Seluruh staf yang bekerja pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi terkhusus untuk Mas Rudy Kurniawan
SST selaku pembimbing lapangan skripsi penulis yang sudah meluangkan
waktunya untuk berdiskusi, membantu dan membimbing dalam penyusunan
skripsi.
8. Bang Aspikra selaku orang terdekat yang selalu memberikan waktu, tenaga
dan pikiran untuk penulis dalam penyusunan skripsi.
9. Teman seperjuangan saya yaitu anggota yang berada pada grup WA girls
squad dan teman teman yang lainnya yang sudah banyak memberikan
semangat serta dukungan kepada saya.

Skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan yang ada. Oleh karena ini
penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bisa membantu memperbaiki
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
orang yang membaca skripsi ini.

Jakarta, 25 Mei 2023

Defi Putri Yani Mismar


DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...............................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
INTISARI................................................................................................................v
ABSTRACT...........................................................................................................vi
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................vii
KATA PENGANTAR.........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Batasan Masalah............................................................................................3
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
E. Manfaat Penelitian........................................................................................4
F. Keaslian Penelitian........................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP....................................6
A. Kajian Teori..................................................................................................6
1. Konsep Dasar Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)...........................6
2. Keselamatan dan kesehatan Kerja di Radioterapi...................................6
3. Efek Samping Radioterapi.....................................................................10
4. Pemantauan pada Daerah Kerja Radioterapi.........................................12
5. Penerimaan Dosis Radiasi Petugas Radioterapi....................................13
6. Pemeriksaan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi 13
7. Prinsip Proteksi Radiasi.........................................................................14
8. Perlengkapan Proteksi Radiasi..............................................................15
9. Nilai Batas Dosis...................................................................................16
10. Desain Ruangan Pemeriksaan Radioterapi............................................17
11. Fasilitas Ruangan Radioterapi..............................................................20
12. Tanggung Jawab Pemegang izin 24
B. Kerangka Konsep........................................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................26
A. Jenis Penelitian...........................................................................................26
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................26
C. Populasi dan Sampel..................................................................................26
D. Instrumen Penelitian...................................................................................26
E. Metode Pengumpulan Data........................................................................27
F. Pengolahan dan Analisis Data....................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................28
A. Hasil..............................................................................................................28
B. Pembahasan .................................................................................................57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................65
A. Kesimpulan...................................................................................................65
B. Saran.............................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67
LAMPIRAN..........................................................................................................70
1

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Pesawat LINAC.............................................................................8
Gambar 2.2. Pesawat Brakhiterapi......................................................................9
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian........................................................25
Gambar 4.1. Ruang Periksa Pasien Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................28
Gambar 4.2 Ruang CT-Simulator Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................29
Gambar 4.3 Mould Room Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.............................................29
Gambar 4.4 Ruang TPS Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.............................................30
Gambar 4.5 Ruang Penyinaran LINAC 1 Pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi..........30
Gambar 4.6 Ruang Penyinaran LINAC 2 Pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi. ........31
Gambar 4.7 Ruang Operator LINAC Pada Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi......................31
Gambar 4.8 Ruang Operator CT-Simulator Pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi..........32
Gambar 4.9 Ruang HDR Brakhiterapi Iridium-192 Pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi......................................................................................32
Gambar 4.10 Ruang Persiapan Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................33
Gambar 4.11 Ruang Aplikasi Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................33
Gambar 4.12 Ruang Operator Brakhiterapi Pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi..........34
Gambar 4.13 Ruang TPS Brakhiterapi Pada Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi......................34
Gambar 4.14 Tempat Penyimpanan Zat Radioaktif Terbungkus Brakhiterapi
Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi..........................................................35
Gambar 4.15 Ruang Dokter Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................35
Gambar 4.16 Ruang Pantry Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................36
Gambar 4.17 Ruang Tunggu Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi................................37
Gambar 4.18 Surveymeter merk Rados type RDS 31 pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi......................................................................................52
Gambar 4.19 Surveymeter merk Ludlum type 12-4 pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi......................................................................................53

xii
2

Gambar 4.20 Alat Monitor Perorangan TLD Badge pada Departemen


Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi......................................................................................53
Gambar 4.21 Apron Pb pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.............................................54
3

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Kesesuaian Desain dan Fasilitas Pada Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi..........................37
Tabel 4.2 Kesesuaian Tata Laksana SOP dalam Pemeriksaan dengan
Penerapannya....................................................................................39
Tabel 4.3 Radiasi Arah Berkas 0°.....................................................................42
Tabel 4.4 Radiasi Arah Berkas 90°...................................................................43
Tabel 4.5 Radiasi Arah Berkas 270°.................................................................44
Tabel 4.6 Radiasi Arah Berkas 180°/360°........................................................45
Tabel 4.7 Radiasi Arah Berkas 0°.....................................................................46
Tabel 4.8 Radiasi Arah Berkas 90°...................................................................47
Tabel 4.9 Radiasi Arah Berkas 270°.................................................................48
Tabel 4.10 Radiasi Arah 180°/360°....................................................................49
Tabel 4.11 Paparan Radiasi Ruang CT-Simulator..............................................50
Tabel 4.12 Paparan Radiasi Ruang Brakhiterapi................................................51
Tabel 4.13 Paparan Radiasi Area Publik............................................................52
Tabel 4.14 Perlengkapan Proteksi Radiasi .........................................................54
Tabel 4.15 Hasil pengujian dosis radiasi akumulatif tahunan yang diterima
oleh pekerja radiasi, dokter, perawat serta karyawan pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi............................................................................54
Tabel 4.16 Kesesuaian Peraturan dan Hasil Penelitian.......................................56

xiv
4

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Peneliti


Lampiran 2 Biodata Pembimbing Materi
Lampiran 3 Biodata Pembimbing Teknis
Lampiran 4 Izin Observasi dan Pengambilan Data
Lampiran 5 Surat Keterangan Pembimbing Lapangan
Lampiran 6 Lembar Ethical Clearance
Lampiran 7 Acuan Peraturan Penelitian
Lampiran 8 Lembar Checklist
Lampiran 9 Lembar Wawancara
Lampiran 10 Tatalaksana SOP dalam Pemeriksaan
Lampiran 11 Kartu Dosis TLD Pekerja Radiasi
Lampiran 12 Dokumen Hasil Pengukuran Paparan Radiasi
Lampiran 13 Dokumen Kalibrasi Pesawat LINAC
Lampiran 14 Denah Lokasi Departemen Onkologi Radiasi
Lampiran 15 Naskah Penjelasan
Lampiran 16 Persetujuan Setelah Penjelasan
Lampiran 17 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 18. Cek Turnitin

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan Kerja merupakan salah satu isu yang tidak
bisa disepelekan di lingkungan rumah sakit. Hal ini dikarenakan rumah sakit
adalah suatu unit layanan kesehatan yang memberikan pelayanan pada semua
bidang dan jenis penyakit (1). Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
adalah setiap upaya untuk menjamin dan melindungi keselamatan serta
kesehatan bagi sumber daya yang ada di rumah sakit, baik itu pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit dengan
tindakan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit
(2). Jika penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) dilakukan dengan
konsisten maka dapat meningkatkan mutu pelayanan, mencegah dan
mengurangi risiko bahaya dari kecelakaan kerja (3,4). Keselamatan Radiasi
menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun
2020 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Tenaga
Nuklir adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja dan
anggota masyarakat serta lingkungan hidup dari bahaya akibat radiasi (5).
Selain itu, Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang sering disebut K3
menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 adalah segala upaya yang bertujuan untuk menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja serta melindunginya dari kecelakaan kerja dan
mencegah penyakit akibat kerja (6). Proses produksi SDM yang berkualitas
dan bermutu juga berkaitan erat dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
Keselamatan dan kesehatan pada Radioterapi adalah suatu usaha untuk
melindungi pasien, pekerja radiasi dan masyarakat umum agar menciptakan
kondisi yang sedemikian supaya efek radiasi pengion tidak melampaui nilai
batas yang ditentukan. Upaya pencegahan kecelakaan dan pencegahan penyakit
akibat kerja di dalam rumah sakit terutama pada radioterapi sangatlah penting.

1
2

Kecelakaan radiasi adalah kejadian tidak terduga termasuk kesalahan operasi,


kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat atau kejadian lain yang dapat
menyebabkan efek radiasi, kondisi paparan radiasi dan atau kontaminasi yang
melebihi nilai batas aman (7).
Sinar-X memiliki dampak yang negatif bagi lingkungan ataupun sumber
daya manusia yang ada di sekitarnya khususnya pada pekerja radiasi. Dampak
radiasi sinar-X terhadap kadar leukosit dan hemoglobin yaitu berupa
kerontokan rambut, penurunan kadar kemampuan dalam bekerja, menghambat
kesehatan reproduksi, memicu kegagalan jantung, mudah terserang infeksi
serta mudah terkena penyakit anemia dan leukemia (8).
Radioterapi adalah pemanfaatan radiasi pengion untuk sarana pengobatan
kanker (9). Oleh karena itu, radioterapi menjadi salah satu tempat yang
beresiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) (10). Radioterapi telah menjadi salah satu terapi radiasi utama setelah
pembedahan. Hal ini dijelaskan bahwa tindakan pembedahan dianggap kurang
tepat jika tumor berada pada daerah yang sulit untuk dijangkau, sehingga
radiasi eksterna dianggap sebagai alternative yang tepat dengan nilai
kurabilitasnya cukup tinggi yaitu 85– 100% dengan efek samping berada pada
nilai di bawah batas toleransi dan rekurensi minimal. Sesuai dengan prinsip
proteksi radiasi yaitu justifikasi, penggunaan teknologi radiasi dalam bidang
kesehatan memberikan manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Namun, terdapat dampak yang tidak kecil pula dari
penggunaan teknologi radiasi ini (11).
LINAC (Linear Accelerator) merupakan pesawat yang menggunakan
berkas elektron dengan sinar–X energi tinggi untuk terapi radiasi sel
kanker (12). Paparan Radiasi yang terserap oleh tubuh manusia dapat
berakibat buruk jika tidak memperhatikan keselamatan saat bekerja karena
paparan radiasi tersebut dapat merusak sel Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang
ada di dalam tubuh manusia (13). Setiap kegiatan yang memanfaatkan tenaga
nuklir, pemegang izin wajib menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja
radiasi yang berada dalam tanggung-jawabnya (14). Mengingat pekerjaan
seorang pekerja radiasi melibatkan sinar–X yang memiliki sifat dapat
menimbulkan efek deterministik (kerusakan jaringan) maupun genetik (15).
3

Survei kesehatan dasar menunjukkan bahwa pasien kanker di Indonesia


memiliki tingkat prevalensi sekitar 4,3 per 1000 penduduk. Dikarenakan
radioterapi merupakan salah satu pilihan utama pengobatan kanker sekitar
50% sampai 60% pasien membutuhkan terapi radiasi (16). Dilihat dari
tingginya angka pasien kanker maka kebutuhan pelayanan radioterapi akan
semakin besar, sehingga jumlah SDM juga akan semakin meningkat. Oleh
karena itu, dibutuhkan penerapan K3 untuk menjamin kesehatan dan
keselamatan SDM yang berada di area rumah sakit (17). Melalui karya tulis
yang berjudul “ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) PADA DEPARTEMEN ONKOLOGI RADIASI
DI RS KHUSUS KANKER MRCCC SILOAM SEMANGGI“ penulis
berharap adanya peningkatan dan konsistensi mengenai pelayanan dan
keamanan serta kenyamanan bagi pasien dan pekerja radiasi di ruang
radioterapi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut. “Bagaimana Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)
pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi?”

C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya dilakukan pada
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Radiasi Pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah untuk menganalisis sejauh mana
aspek Keselamatan dan kesehatan Kerja yang diterapkan pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
4

2. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi penerapan aspek Keselamatan dan kesehatan Kerja dalam
pelayanan radioterapi.
b. Mendeskripsikan keamanan paparan radiasi pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
c. Mengidentifikasi proteksi radiasi bagi pekerja radiasi dan pasien yang berada
pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi.
d. Mengevaluasi besar paparan radiasi yang diterima petugas radiasi dan pasien
pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya mengenai
Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) pada Departemen Onkologi
Radiasi.
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai pedoman Kesesuaian bagi Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dalam menerapkan
Keselamatan dan kesehatan Kerja pada ruang pemeriksaan Radioterapi.

F. Keaslian Penelitian
Pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan judul Keselamatan dan
kesehatan Kerja di Ruang Pemeriksaan Radioterapi Linac Rumah Sakit Pusat
Pertamina Jakarta oleh Agisty Ratih Dhamayanti pada tahun 2017 untuk
penelitian kali ini penulis melakukan penelitian hanya pada ruang pemeriksaan
LINAC sedangkan pada penelitian yang berjudul Analisis Penerapan
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) Pada Departemen Onkologi Radiasi Di
RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dilakukan pada semua ruang
pemeriksaan. Untuk perbedaannya terdapat juga pada waktu penelitian, tempat
penelitian, dan populasi yang dipakai.
5

BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)
a. Pengertian K3
Filosofi dasar Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan pada setiap pekerja dalam menjalankan
pekerjaannya, dengan melakukan pemantauan langkah-langkah yang
kemungkinan bisa memicu potensi bahaya yang ada di area tempat kerja (18).
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit merupakan suatu
tindakan dalam menjaga dan melindungi sumber daya baik itu rumah sakit,
pekerja, pasien, keluarga pasien serta pengunjung yang berada di area sekitar
rumah sakit melalui usaha pencegahan kecelakaan dan pencegahan penyakit
akibat kerja di dalam rumah sakit (2).
Keselamatan Radiasi Pengion yang selanjutnya di Bidang Medik disebut
Keselamatan Radiasi menurut PERKA BAPETEN No. 4 Tahun 2020 adalah
suatu usaha untuk menjaga pekerja, pasien, anggota masyarakat dan
lingkungan hidup pada area rumah sakit dari bahaya akibat radiasi (5).
b. Tujuan K3
Pekerja kesehatan dalam melakukan praktik berhak memperoleh
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan kerja yang dinyatakan juga
dalam Undang Undang nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
Tujuan K3 dalam Permenkes RI nomor 66 Tahun 2016 adalah kegiatan
mewujudkan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi petugas
rumah sakit, mitra pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan rumah sakit, agar membentuk pelayanan yang baik dan efisien,
efektif serta optimal.

2. Keselamatan dan kesehatan Kerja di Radioterapi


a. Pengertian Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu pengobatan yang sangat penting dalam
menangani penyakit kanker. Radiasi pengion berfungsi untuk mempercepat

5
6

kerusakan pada DNA, yang memicu apoptosis (kematian sel terprogram).


Untuk menghindari jaringan normal di sekitar kanker dilakukan pembagian
dosis sehingga dapat mengurangi efek samping dari radiasi berenergi tinggi.
Beberapa jaringan tertentu (misalnya jaringan lensa mata, saraf, dan jantung)
memiliki nilai radiosensitif yang lebih tinggi sehingga membutuhkan
perencanaan radiasi yang berhati-hati.
Pesawat LINAC dapat berperan sebagai sumber radiasi partikel berupa
elektron berenergi tinggi yang dipercepat melalui tabung linier. Jika berkas
elektron itu ditabrakkan pada target logam berat, maka akan dipancarkan sinar-
X berenergi tinggi sehingga menghasilkan berkas elektron maupun sinar-X
yang berfungsi untuk pengobatan berbagai penyakit kanker (19,20).
Brakhiterapi adalah alat radioterapi dengan radiasi internal menggunakan
bahan radioaktif yang ditaruh secara langsung di dalam tubuh pasien untuk
pengobatan penyakit kanker. Suatu sumber radioaktif yang didekatkan pada
organ target, sehingga kanker tersebut mati karena penyinaran radiasi
internal.
CT simulator merupakan sarana pembantu pada radioterapi untuk
mempermudah perencanaan di TPS terutama pada teknik 3D yang berfungsi
meniru alat radiasi/pesawat treatment radioterapi yang sesungguhnya. CT-
simulator menggunakan pesawat CT scan yang berguna untuk simulasi
penyinaran dan perencanaan radioterapi (21).

b. Tujuan Radioterapi
Radioterapi berfungsi sebagai terapi kuratif dan paliatif serta profilaksis
(preventif). Terapi kuratif umumnya ditujukan sebagai terapi utama dengan
penderita yang memiliki tingkat persentase hidupnya lebih tinggi serta
berpeluang besar dalam kesembuhan suatu kanker. Terapi paliatif befungsi
untuk menambah kualitas hidup penderita dengan cara mengurangi tanda-tanda
yang ditimbulkan oleh kanker tersebut dan biasanya tumor penderita sudah
dalam stadium lanjut. Terapi profilaksis (preventif) yaitu terapi untuk
menghindari adanya peluang metastasis atau peristiwa berulang dengan
pemberian radioterapi, tujuan radioterapi sangat berhubungan erat dengan
penentuan dosis dan jumlah fraksi pada pasien.
7

Menurut waktu penggunaannya, radioterapi terbagi menjadi tiga:


radioterapi adjuvan, radioterapi neoadjuvan dan radiokemoterapi. Radioterapi
adjuvan biasanya diberikan sesudah dilaksanakannya metode pengobatan
tertentu. Radioterapi neoadjuvan sering digunakan pada pilihan pertama
sebelum dilakukannya tindakan misalnya radioterapi preoperasi, sementara
radiokemoterapi yaitu tindakan radioterapi yang dilaksanakan secara
bersamaan dengan tindakan lain yaitu kemoterapi (22).

c. Jenis Radioterapi
1) Radiasi Eksternal
Radiasi eksternal merupakan radiasi yang dipaparkan ke tubuh pasien
secara eksternal oleh mesin perawatan seperti pesawat LINAC/Cobalt-60 untuk
menghilangkan nyeri atau gejala yang ditimbulkan dari kanker tersebut (23).
Biasanya radiasi eksternal ditujukan menjadi pengobatan utama setelah
melakukan pembedahan. Pasien yang sudah diradiasi eksternal tidak akan
memancarkan radiasi (radioaktif) sehingga tidak membahayakan orang lain.

Gambar 2.1 Pesawat LINAC

2) Radiasi Internal
Radiasi internal atau brachytherapy yaitu terapi radiasi dengan
memasukkan bahan radioaktif ke dalam tubuh pasien yg mengidap kanker
untuk mematikan sel sel kanker tersebut. Terapi radiasi internal sering
dilakukan pada pasien dengan indikasi kanker serviks atau endometrium.
Biasanya pasien brachytherapy merupakan pasien yang sudah menjalani terapi
8

radiasi eksternal terlebih dahulu, radiasi internal hanya dijadikan sebagai terapi
radiasi tambahan.

Gambar 2.2 Pesawat Brakhiterapi

d. Sumber radiasi yang terdapat pada pesawat radioterapi


1) Sinar-X
Sinar-X ditemukan oleh W.C. Rontgen pada tahun 1985. Sinar tersebut
terbentuk dari sebuah tabung muatan (discharge tube) yang mengeluarkan
sejenis radiasi, yang di beri nama sinar-X. Di dalam tabung terdapat elektroda
yang dialiri listrik bertegangan tinggi sehingga menghasilkan sinar elektron
pada katoda. Elektron ini menabrak anoda sehingga memancarkan sinar-X.
Pada Pesawat LINAC terjadi tumbukan yang menyebabkan energi menjadi
sangat tinggi, sehingga menghasilkan berkas foton dari proses tersebut. Kepala
LINAC atau yang biasa disebut gantry akan mengeluarkan berkas foton
tersebut yang selanjutnya diarahkan menuju organ target. Begitu pesawat
LINAC menghasilkan foton dengan energi tertentu, berkas foton tersebut harus
dikondisikan karena berkas foton yang dihasilkan tidak membuat intensitas
foton yang seragam.
2) Elektron
Energi berkas electron yang biasa digunakan pada perangkat LINAC di
Instalasi Radioterapi bervariasi antara 4 hingga 25 MeV, Meskipun beberapa
mikrotron memiliki energy yang lebih tinggo. Berkas elektron memiliki
beberapa keunggulan pada indikasi tertentu dalam pemeriksaan radioterapi
yang sejalan dengan karakteristik kurva PDD elektron. Berkas elektron
9

mengciptakan dosis yang lebih homogen pada organ target, sehingga dosis
dapat diatur sesuai kebutuhan.
Elektron termasuk partikel bermuatan sehingga dapat mengionisasi
maupun berinteraksi melalui materi yang dilewatinya. Gaya Coulomb
mempengaruhi interaksi elektron. Arah pergerakan elektron tidak stabil selama
berinteraksi dengan suatu materi, karena elektron memiliki massa yang ringan.
Ketika elektron melalui suatu materi, maka kedalaman serta hamburan yang
dilaluinya dapat mengurangi rata rata energi elektron tersebut. Dengan
demikian daerah di mana elektron menghambur merupakan daerah dengan
keadaan ikatan terputus dan akhirnya dosis tersimpan (24).
3) Iridium-192
Iridium-192 (Ir-192) merupakan sumber radiasi yang menggunakan
metode brakhiterapi untuk penyembuhan kanker. Baru-baru ini, High Dose
Rate (HDR) brachytherapy merupakan jenis brachytherapy yang sedang naik
daun. Secara global peralatan (HDR) brachytherapy merupakan alat yang
memancarkan sumber radiasi berenergi sangat tinggi. Kemudian sumber itu
disalurkan melalui kabel konektor yang didekatkan langsung ke daerah target
tumor. Sumber radiasi Ir-192 yang digunakan dalam brachytherapy secara
umum berbentuk silinder yang memiliki sumbu simetri memanjang, dengan
panjang sekitar 0,5 cm, diameter kurang lebih sekitar 0,35 milimeter, dan berat
sekitar 20 miligram serta tingkat radioaktivitas sekitar 10 Curie (25).

3. Efek Samping Radiasi


a. Toksisitas kulit akut
Pasien yang menjalani terapi Stereotactic Body Radiation Therapy
(SBRT) kemungkinan besar akan mengalami toksisitas kulit akut, dilaporkan
dalam penelitian Hoppe et al. subjek yang mengalami toksisitas kulit tingkat 1,
2 dan 3 berturut-turut sebesar 38%, 8% dan 4%.
b. Komplikasi Sistem Saraf Pusat (SSP)
Komplikasi SSP tetap menjadi isu penting, walaupun perbaikan dalam
pengobatan kanker terus menerus dilakukan. Soussain et al. merangkum pada
artikel reviewnya tentang beberapa jenis komplikasi sistem saraf pusat akibat
10

radioterapi, yaitu 50% pasien mengalami ensefalopati akut setelah pemberian


dosis tinggi atau fraksi radiasi, dan pada pasien anak mengalami indikasi
sindrom mengantuk yang berlebihan, tetapi juga dapat dialami oleh pasien
dewasa dalam 2 bulan pertama setelah radioterapi. Gejala yang terlihat adalah
kantuk dan tidur berlebihan, mual dan anoreksia; focal cerebral dan spinal
cord radionecrosis yang merupakan komplikasi akibat radiasi yang berlebihan
dan didefinisikan secara neuropatologis sebagai nekrosis dengan lesi vaskular
berat (stenosis, trombosis, perdarahan, nekrosis vascular fibrinoid). Selama 20
tahun terakhir komplikasi ini jarang terjadi dikarenakan adanya peningkatan
keselamatan dan kesehatan pada radioterapi.
c. Xerostomia dan Hiposalivasi
Xerostomia merupakan penyakit dengan kekeringan di mulut pada
beberapa kondisi yang disebabkan oleh disfungsi sekresi kelenjar ludah,
misalnya autoimun disorder, yang mengakibatkan ketidaknyamanan mulut,
nyeri dan kesulitan saat berbicara. Surjadi et al. melakukan penelitian pada
pasien kanker kepala dan leher yang menjalani terapi radiasi, hasilnya yaitu
87,6% subjek menunjukkan penurunan laju salivasi. Dikatakan pada sebuah
artikel review bahwa dalam waktu 1 hingga 2 minggu setelah radioterapi,
terjadi penurunan (compromise) dalam fungsi salivasi dan dapat bertahan
setelahnya. Kecuali kerusakannya parah, fungsi saliva biasanya kembali dalam
2 tahun setelah radioterapi. Pada dosis rata-rata 10-15 Gy, disfungsi kelenjar
minimal dapat diamati, pada dosis rata-rata > 40 Gy, merusak fungsi parotid
sebesar 75%. Xerostomia dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti
mempengaruhi kemampuan berbicara, mengunyah, menelan, dan merasakan.
d. Efek samping pada jantung
Radiation Induced Heart Desease (RIHD) merupakan istilah dari
kelainan jantung akibat radiasi dengan menunjukkan keadaan klinis dan
kondisi patologis cedera pada jantung dan pembuluh besar yang disebabkan
oleh radioterapi. Beberapa kelainan jantung akibat radiasi, antara lain kelainan
pada perikardium, kelainan pada miokardium, kelainan pada arteri koroner,
kelainan pada aterosklerosis, dan kelainan pada katup jantung (11).
11

4. Pemantauan pada Daerah Kerja Radioterapi


Dosis para pekerja radiasi harus dilakukan pemantauan secara berkala
atau sewaktu-waktu pada daerah kerja radioterapi, sehingga nilai batas
dosisnya tidak melampaui NBD yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 20 mSv
per tahun. Pemantauan tersebut diantaranya :
a. Pembagian daerah kerja.
Pembagian daerah kerja yang dimaksud meliputi daerah pengendalian dan
daerah supervisi. Daerah pengendalian adalah area kerja di mana upaya
perlindungan dan upaya keselamatan khusus diperlukan untuk mengontrol
radiasi normal atau mencegah penyebaran kontaminasi dalam kondisi kerja
normal dan untuk mencegah atau membatasi paparan radiasi yang berlebihan.
Ruangan yang termasuk dalam daerah pengendalian yaitu ruang penyinaran
teleterapi dan Brakhiterapi, ruang pasien Brakhiterapi manual dan ruang
penyimpanan sementara Zat Radioaktif terbungkus.
Daerah supervisi merupakan area kerja di luar Daerah Pengendalian yang
membutuhkan pemantauan terhadap paparan di tempat kerja dan yang tidak
membutuhkan upaya perlindungan khusus dan aturan keselamatan. Daerah
supervisi meliputi tempat sekitar daerah pengendalian dan ruang operator.
b. Melakukan pantauan keamanan paparan radiasi pada daerah kerja.
Pantauan keamanan paparan radiasi pada daerah kerja dilaksanakan oleh
Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang di mana petugas tersebut dipilih oleh
Pemegang izin rumah sakit. Pemantauan keamanan paparan radiasi pada
daerah kerja dilakukan secara berkala menggunakan peralatan proteksi radiasi
berupa surveymeter.
c. Melakukan pantauan dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi.
Pemantauan dosis radiasi pada pekerja radiasi dilakukan secara berkala
yaitu 3 bulan sekali dengan menggunakan alat pemantauan dosis perorangan
seperti TLD Badge. Instalasi radioterapi akan mengirimkan TLD Badge ke
Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) untuk menerima laporan dosis
radiasi pada pekerja radiasi setelah pemakaian selama 3 bulan.
12

5. Penerimaan Dosis Radiasi Petugas Radioterapi


Pekerja radiasi harus menggunakan alat pemantau dosis perorangan,
seperti TLD badge untuk melakukan pemantauan besar dosis radiasi yang
diserap oleh pekerja radiasi setiap 3 bulan (26).
Dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima
oleh materi yang dilaluinya atau jumlah radiasi yang terdapat pada medan
radiasi, sedangkan nilai batas dosis adalah dosis maksimal yang ditetapkan
oleh BAPETEN. NBD (Nilai Batas Dosis) pekerja radiasi berdasarkan PERKA
BAPETEN Nomor 3 Tahun 2013 yaitu 20 mSv per tahun. Selanjutnya menurut
PERKA BAPETEN Nomor 6 Tahun 2009 tentang Keselamatan Radiasi dalam
Penggunaan Zat Radioaktif dan Pesawat Sinar-X untuk Peralatan Gauging, laju
paparan radiasi tidak boleh melewati dari 1 µSv (satu mikrosievert) per jam
pada jarak 1 m (satu meter) dari permukaan luar kabin (27).
Salah satu upaya Pemegang Izin (PI) untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan para pekerja radiasi adalah dengan menetapkan nilai pembatas dosis
(NPD) sesuai dengan ketetapan pada Peraturan Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir Nomor 04 Tahun 2013. Pembatas Dosis adalah nilai batas atas
dosis yang ditetapkan bagi para pekerja radiasi dan anggota masyarakat umum
untuk tidak melebihi batas Nilai Batas Dosis (NBD) yang dirancang untuk
optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk setiap kegiatan
Pemanfaatan Tenaga Nuklir (14).

6. Pemeriksaan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi


Pemeriksaan Kesehatan adalah pemeriksaan pada Pekerja Radiasi yang
meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang bertujuan untuk memantau
kondisi tubuh pekerja radiasi dalam keadaan bugar dan sehat saat menjalankan
tugasnya. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun
2010 menyebutkan ada dua jenis pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan
oleh Pemegang Izin yaitu :
1) Pemeriksaan kesehatan umum
Pemeriksaan kesehatan umum dilakukan pada saat sebelum bekerja,
selama bekerja dan pada saat memutuskan kontrak kerja. Pemeriksaan
13

kesehatan umum berupa anamnesis, riwayat penyakit dan keluarga,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
2) Pemeriksaan kesehatan khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan dalam keadaan tertentu,
misalnya dalam kasus pekerja radiasi yang mengalami gejala penyakit akibat
radiasi dan dalam perawatan kesehatan pekerja yang terpapar radiasi
berlebihan. Pemeriksaan kesehatan khusus meliputi pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan sperma dan pemeriksaan aberasi kromosom.
Hasil pemeriksaan kesehatan dilakukan paling lama 1 (satu) tahun sejak
pemeriksaan kesehatan terakhir dilakukan (28).

7. Prinsip Proteksi Radiasi


Dibutuhkan suatu pengetahuan pengendalian radiasi secara teknik pada
paparan radiasi untuk lebih meningkatkan keamanan dan keselamatan radiasi.
a. Pembatasan Waktu
Sumber radioaktif yang menghasilkan laju dosis radiasi pada energi
tergantung dari radionuklida serta massanya. Jika semakin banyak waktu yang
digunakan untuk bekerja pada daerah paparan radiasi, maka semakin banyak
pula dosis yang diterima para pekerja, hal ini berbanding linier dengan waktu
paparan radiasi, sehingga semakin dikurangi waktu paparan, maka total
paparan akan berkurang secara langsung. Oleh karena itu, prinsip-prinsip
keselamatan termasuk mengurangi waktu kontak langsung dengan radioaktif,
merotasi pekerja dan membatasi jangkauan radiasi dihasilkan dari pembatasan
waktu. Faktor pembatasan waktu ini menciptakan suatu laju dosis untuk
menemukan nilai dosis.
b. Jarak
Jarak pancar radiasi akan berbeda pada setiap radionuklida. Dengan
penambahan jarak antara sumber radiasi dan pekerja dapat mengurangi
intensitas radiasi. Inverse square law adalah suatu keadaan di mana intensitas
radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dosis sehingga semakin dekat
dengan sumber radiasi, maka semakin besar dosis yang diterima, tetapi
semakin jauh dari sumber radiasi maka semakin rendah dosis yang diterima.
14

c. Shielding
Ketika perisai digunakan antara orang dan sumber radiasi, maka radiasi
yang diterima lebih sedikit daripada tidak memakai perisai, hal ini dikarenakan
pengaruh tingkat radiasi berbanding secara eksponensial dengan ketebalan
perisai serta perisai yang tepat dapat menurunkan secara eksponensial paparan
radiasi gamma. Tenth Value Layer (TVL) adalah suatu perisai radiasi yang
membuat paparan radiasi menjadi 1/10 setelah melewatinya. Sedangkan Half
Value Layer (HVL) adalah perisai radiasi yang di mana jika melewatinya,
paparan radiasi yang dihasilkan menjadi 1/2 dari semula (29).
Persyaratan proteksi radiasi yang sekarang diterapkan mengacu pada
PERKA BAPETEN No. 03 tahun 2013, diantaranya :
1) Justifikasi
Justifikasi adalah suatu kegiatan yang melibatkan paparan radiasi, jika
dilakukan maka keuntungan yang dicapai harus melebihi dari kerugian yang
mungkin timbul. Penerapan justifikasi ini dilakukan oleh Dokter Spesialis
Onkologi Radiasi.
2) Limitasi
Asas limitasi yaitu suatu usaha agar dosis radiasi yang diterima oleh
pekerja radiasi tidak melebihi nilai batas dosis yang ditentukan. Nilai batas
dosis tidak berlaku pada pasien yang mendapatkan treatment radiasi.
3) Optimisasi
Pada asas ini dikenal dengan ALARA (As Low As Reasonably Achievable)
atau suatu upaya agar paparan radiasi mencapai pada tingkat serendah
mungkin, dengan memperhitungkan faktor ekonomi dan sosial. Optimisasi
dosis mengacu pada pembatas dosis.

8. Perlengkapan Proteksi Radiasi Radioterapi


Suatu upaya agar nilai batas dosis yang sudah ditentukan tidak
terlampaui diperlukan adanya perlengkapan proteksi radiasi bagi pekerja
radiasi pada radioterapi. Perlengkapan proteksi radiasi tersebut diantaranya:
15

a. Surveymeter
Surveymeter adalah alat detector yang digunakan dalam menentukan laju
dosis dengan cara pengujian paparan radiasi pada surveymeter setiap bulannya
yang biasa dilaksanakan oleh fisika medis pada pesawat teleterapi yang
bersumber dari radioaktif. Surveymeter tersebut secara langsung memantau
paparan dosis radiasi di sekitar ruang penyinaran, sehingga dengan perkiraan
tertentu akan menghasilkan rata-rata besar laju dosis secara berkala setiap
bulannya. Satuan laju dosis yaitu µSv/jam (29).
b. TLD badge
TLD badge berfungsi untuk melakukan pengukuran dosis radiasi yang
diserap oleh para pekerja radiasi, jika pekerja tidak menggunakan TLD badge
maka jumlah dosis radiasi yang diserap oleh pekerja radiasi tidak diketahui.
Pengukuran dosis radiasi pada TLD badge, merujuk dari hasil pembacaan TLD
badge oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Setelah 3 bulan
penggunaan TLD badge, instalasi radioterapi akan mengirimkan TLD badge ke
BPFK untuk mendapatkan laporan dosis radiasi (30,31).
c. Apron
Sebuah celemek/pakaian yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi
dalam melakukan pemeriksaan. Apron bertujuan untuk melindungi pekerja
radiasi dari paparan radiasi yang berlebih.

9. Nilai Batas Dosis


NBD (Nilai Batas Dosis) berdasarkan Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun
2011 yaitu 20 mSv per tahun. Nilai Batas Dosis merupakan acuan limitasi
dosis sebagai persyaratan proteksi dalam persyaratan keselamatan radiasi dan
kesehatan para pekerja radiasi.
Dosis Ekuivalen (H) adalah berasal dari jenis radiasi yang berbeda tetapi
dosis serap sama yang memberikan efek berbeda pada sistem tubuh. Dosis Hp
merupakan nama lain dari dosis ekuivalen. Besar dosis ekuivalen sering
digunakan untuk membandingkan efek biologis dari berbagai jenis paparan
radiasi.
16

Dosis efektif adalah pengukuran dosis yang bertujuan untuk


memperhitungkan jumlah kerusakan yang disebabkan dari suatu dosis radiasi.
Pada penyinaran seluruh tubuh, dosis ekuivalen akan diterima oleh setiap organ
atau jaringan tubuh dalam jumlah yang sama, tetapi menimbulkan efek biologi
yang berbeda pada setiap organ atau jaringan tubuh. Hal ini disebabkan
sensitivitas organ atau jaringan tubuh yang berbeda terhadap radiasi. Oleh
karena itu dosis efektif diperlukan (HE) untuk mempertimbangkan efek
stokastik (29).
Nilai Batas Dosis (NBD) untuk pekerja radiasi pada radioterapi menurut
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 3 Tahun 2013, tidak
boleh melampaui :
a. Nilai Dosis Efektif per tahun sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) rata-rata
selama 5 (lima) tahun berturut-turut;
b. Nilai Dosis Efektif dalam 1 (satu) tahun tertentu sebesar 50 mSv (limapuluh
milisievert);
c. Nilai Dosis Ekivalen untuk lensa mata per tahun sebesar 20 mSv (duapuluh
milisievert) rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-turut dan dalam 1 (satu)
tahun tertentu sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert); dan
d. Dosis Ekivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit dalam 1 (satu) tahun sebesar
500 mSv (lima ratus milisievert).
Nilai Batas Dosis (NBD) bagi masyarakat umum di sekitar Radioterapi
menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 3 Tahun
2013 Tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Radioterapi, tidak
boleh melampaui :
a. Nilai Dosis Efektif dalam 1 (satu) tahun sebesar 1 mSv (satu milisievert);
b. Nilai Dosis Ekuivalen untuk lensa mata dalam 1 (satu) tahun sebesar 15 mSv
(lima belas milisievert); dan
c. Dosis Ekivalen untuk kulit dalam 1 (satu) tahun sebesar 50 mSv (lima puluh
milisievert).
17

10. Desain Ruangan Pemeriksaan Radioterapi


a. Lokasi
Lokasi dan penempatan fasilitas radioterapi di area rumah sakit
memerlukan pertimbangan yang cermat karena onkologi radiasi berperan
dalam pengelolaan kanker multidisiplin, termasuk persyaratan dalam diagnosis,
rujukan yang terkoordinasi dan tindak lanjut pasien jangka panjang.
Pembangunan bunker (ruang berlindung) khusus untuk menyimpan peralatan
pengobatan secara teknis menghadirkan tantangan bagi ahli teknik dan
memerlukan pemeriksaan profesional untuk menetapkan integritas struktural
jangka panjang (32).
b. Akses
Konsep desain keseluruhan mencakup lima area fungsional utama yang
berfungsi untuk memperlancar alur kerja pada pelayanan radioterapi.
Penempatan area-area ini harus disesuaikan dengan referensi yang diusulkan
dan praktik lokal yang dipilih. Namun, itu harus mempercepat mobilitas yang
lebih luas, konsultasi dan komunikasi staf dan pasien serta akses ruang
penyinaran dapat dihalau dengan kombinasi sensor cahaya dan/atau gerbang
dorong atau penghalang yang terpasang pada panel kontrol (32).
c. Ukuran Ruangan
Sebelum penginstalasian manual, pabrik mesin harus menyediakan
dimensi minimal ruangan (panjang, lebar dan tinggi). Ruangan harus memiliki
luas yang cukup untuk peletakan perlengkapan. Intra-operative procedure
(IORT) membutuhkan staf pendukung dan peralatan yang lebih banyak
sehingga ruangan yang dibutuhkan mungkin lebih besar. Biasanya ruang
penyimpanan perlengkapan seperti aplikator elektron dan masker harus
mempermudah dalam pengaturan posisi pasien.
d. Ruang Berliku (Maze)
Pada konstruksi ruang dilakukan pembatasan akses masuk dengan jalan
berliku yang menuju ke ruangan untuk mengurangi dosis radiasi di sekitar jalan
masuk. Kebutuhan pintu shielding dapat dikurangi dengan menggunakan ruang
berliku. Ketika panjang dari ruang berliku (maze) sudah cukup maka tidak
dibutuhkan lagi pintu proteksi radiasi pada jalan masuk ke dalam ruangan.
18

e. Pintu dan Interlocks


Umumnya sebuah pintu harus terpasang pada jalan masuk ke ruang
berliku (maze) atau menuju ruang perawatan untuk membatasi akses selama
penyinaran. Ketika semua persyaratan terpenuhi, maka penyinaran baru bisa
dilakukan. Jika salah satu persyaratan tidak terpenuhi, sistem interlock akan
menghalangi perangkat radioterapi eksternal beroperasi (32).
f. Area Kontrol Pemeriksaan
Area kontrol pemeriksaan adalah area yang dimana para pekerja
mengontrol alat. Area ini harus sedekat mungkin dengan pintu masuk ke ruang
penyinaran supaya pekerja dapat melihat area masuk ke ruangan. Di dalam
ruangan terdapat sambungan komputer untuk verifikasi, sistem informasi
Rumah Sakit, peralatan dosimetri dan CCTV untuk mengobservasi pasien.
Aktivasi penyinaran perangkat radioterapi eksternal pada pesawat LINAC
dikendalikan oleh konsul (console) operator. Konsul operator hanya dapat
digunakan dengan kunci utama.
g. Observasi Pasien dan Komunikasi
Operator harus memperhatikan keadaan pasien selama dilakukannya
penyinaran melalui CCTV, menggunakan 2 kamera merupakan hal yang
direkomendasikan. Dengan kemampuan kamera yang dapat diperbesar atau
zoom yang terletak jauh dari sumber radiasi. Pada ruang pemeriksaan
dilengkapi dengan adanya alat untuk komunikasi dua arah antara area kontrol
pemeriksaan dengan ruang pemeriksaan, juga terdapat emergency alarm
khusus bagi pasien yang tidak dapat memanggil petugas.
h. Sambungan Penembus
Sambungan diantara ruang perawatan dan bagian luar harus cukup
terlindungi. Ini termasuk sambungan untuk kabel yang diperlukan untuk
mengontrol unit perawatan, penghangat, saluran AC, sambungan untuk
peralatan fisika dan saluran layanan lain.
i. Tanda Peringatan dan lampu
Sebuah lampu tanda peringatan dipasang pada pintu masuk menuju jalan
berliku (maze) atau tembok shielding dengan lokasi yang mudah dilihat dari
berbagai sudut pandang manapun.
19

j. Lampu Ruangan dan Laser Alignment


Lampu ruangan harus redup pada saat mengatur pasien yang melakukan
terapi radiasi supaya lampu lapangan penyinaran dan laser alignment dapat
terlihat. Terdapat total empat laser alignment yang direkomendasikan. Ketiga
laser memproyeksikan sebuah silang, dua sejajar dengan posisi gantry pada 90°
dan 270°, dan satunya terpancar langsung pada plafon diantara isocenter. Laser
keempat memproyeksikan sebuah garis sagital sepanjang sumbu gantry.
k. Pengamanan Sumber Radiasi
Untuk menjamin keselamatan sumber radioaktif membutuhkan exposure
pengendali radiasi dari sumber selama kondisi operasi normal dan selama
terjadi suatu kejadian. Untuk mencegah kehilangan, pencurian atau akses yang
tidak sah ke sumber radioaktif, maka fasilitas lisensi harus melakukan upaya
pencegahan keamanan.
Detail struktural bangunan ruang Radioterapi menurut NCRP Nomor 151
Tahun 2005 adalah menghitung ukuran diagonal dari penyinaran yang paling
besar dan ditambahkan 30 cm di setiap sisi untuk Lebar penghalang pada
penyinaran primer, penghalang sekunder perlu didesain untuk proteksi
individual yang cukup agar terhindar dari kebocoran radiasi, radiasi hambur
dari pasien dan dinding. Radiasi sekunder (termasuk photon neutron dan
neutron sebagai penangkap sinar gamma) yang diproduksi di dalam akselerator
atau di dalam hamburan yang berada dalam ruangan. Pada pintu ruang
akselerator membutuhkan shielding yang memiliki panjang 8 m atau lebih,
memerlukan 0,6 hingga 1,2 cm timbal dan 2 hingga 4cm Boron polyethylene.
Penambahan shielding pada pesawat energi rendah (≤10MV) dianggap tidak
perlu. Penambahan shielding pada pesawat energi tinggi (18 MV) tergantung
pada panjang dari ruang berliku (maze). Untuk ruang berliku (maze) dengan
panjang 5,2 m total dosis ekivalen yang ditemukan 0.07 mSv week-1, jadi tidak
perlu adanya penambahan shielding. Untuk ruang berliku (maze) dengan
panjang 2,2 m total dosis ekivalen mencapai 0,75 mSv week-1, oleh karena itu
perlu adanya tambahan shielding. Kabel mesin pada umumnya ditempatkan di
bawah lantai didalam ruangan, baik disudutkan keatas keluar area kontrol atau
20

langsung disalurkan menuju keluar jika letaknya di bawah lantai. Syarat


ruangan dengan pesawat berenergi 18 MV memiliki atap yang mempunyai
tingkat atenuasi 10%.

11. Fasilitas Ruangan Radioterapi


Pengertian umum fasilitas ruangan radioterapi dan kriterianya yang
sesuai dengan NCRP Report 49 yaitu:
Fasilitas Radioterapi adalah sebuah sarana seperti gedung yang luas dan
strukturnya memenuhi persyaratan dalam pengaplikasian terapi eksternal dan
berhubungan dengan nilai-nilai seperti kenyamanan untuk pengobatan pasien,
proteksi radiasi terhadap pasien, pekerja dan pengunjung Radioterapi. Tata
ruang dan fungsi yang memadai untuk beberapa pemeriksaan pengobatan
pasien. Serta ketetapan pengelolaan limbah radioaktif.
Fasilitas Radioterapi berdasarkan rekomendasi NCRP Report 49 dibagi
menjadi 3 yaitu :
a. Kriteria 1
Ruangan Radioterapi harus memenuhi kriteria persyaratan struktur
kegunaan gedung, listrik, air dan ventilasi. Selain hal itu ketentuan BAPETEN
harus dipenuhi oleh pihak konsultan pabrik peralatan dalam hal sistem
kedaruratan.
Radioterapi Eksternal harus memiliki beberapa ruangan untuk mendukung
jalannya pemeriksaan diantaranya sebagai berikut :
1) Kamar periksa (poliklinik)
Letaknya harus berdekatan dengan ruang terapi radiasi dengan minimal
luasnya dapat menampung peralatan seperti 1 buah tempat tidur periksa dan 1
buah meja ginekologi, brankar atau tempat tidur harus bisa masuk, 1 buah meja
tulis, 3 buah kursi,serta 1 buah meja instrument. Kamar periksa harus memiliki
perlengkapan diantaranya meja ginekologi, Instrumen poli seperti lampu
pemeriksaan, Light box dan wastafel serta stop kontak.
2) Ruang Simulator
Konstruksi proteksi dinding yang sesuai dengan rekomendasi NCRP
report 49 diantaranya cukup luas untuk pergerakan meja simulator, tempat
tidur/brankar bisa masuk, almari penyimpanan alat-alat bantu dan alat-alat QA.
21

Ruang simulator harus memiliki perlengkapan seperti sinar laser, viewing box,
warning light, air conditioner, light box, dan dehumidifier serta wastafel.
3) Ruang Perencanaan Terapi (Treatment Planning Room)
Harus berdekatan dengan ruang simulator dengan luasnya yang memadai
untuk penempatan komputer, TV monitor, printer, meja digitizer dan
perlengkapan komputer lainnya serta memiliki light box dan dehumidifier.
4) Ruang Mould (Mould Room)
Ruang Mould harus memiliki luas yang cukup untuk pelaksanaan
tugasnya sebagai bengkel kerja dan dilengkapi dengan ventilasi yang baik dan
memadai (mempunyai exhaust) untuk kepentingan produksi blok individual,
kompensator, penyimpanan styrofoam, tray dan bahan-bahan blok.
5) Ruang Terapi
Persyaratan konstruksi dan proteksi harus sesuai dengan rekomendasi
NCRP Report 49. Luasnya harus mencakup diantaranya untuk pengoperasian
mesin, meja bisa bergerak secara leluasa, terdapat tempat tidur dan brankar
bisa masuk, serta penempatan almari atau alat-alat penunjang. Dengan
memiliki perlengkapan seperti 3 laser beam, kamera, door interlock, pintu
masuk yang dilengkapi indikator tanda aman, warning light, barometer,
hygrometer, thermometer, air conditioner dan dehumidifier.
6) Ruang Tunggu
Alangkah baiknya jika ruang tunggu pasien untuk poliklinik dan ruang
tunggu pasien untuk radiasi dibedakan dan dilengkapi dengan ventilasi yang
baik. Lokasi ruang tunggu diusahakan sedekat mungkin dengan ruang
penyinaran dan ruang poliklinik dengan memiliki luas yang cukup untuk pasien
dengan tempat tidur brankar dan kursi roda serta dilengkapi kursi di ruang
tunggu.
Instalasi radioterapi yang memiliki fasilitas Brakhiterapi Laju Dosis
Tinggi/HDR membutuhkan beberapa ruangan untuk mendukung jalannya
pemeriksaan yaitu berdasarkan dana yang tersedia, ada 3 pilihan fasilitas
brakhiterapi laju dosis tinggi/HDR diantaranya :
22

a) Menggunakan ruang terapi dan peralatan simulator yang ada. Tetapi memiliki
kerugian diantaranya dibutuhkan transportasi pasien dan imobilisasi aplikator
terganggu.
b) Ruang terapi jadi satu dengan ruang aplikasi dan ruang radiografi di tempat
lain sehingga masih diperlukan transportasi pasien.
c) Fasilitas brakhiterapi terpadu adalah ruangan yang dilengkapi dengan ruang
aplikasi, ruang radiografi dan ruang terapi sehingga ini dianggap sangat efisien
dikarenakan tidak memerlukan transportasi pasien.
1) Ruang Aplikasi
Ruang aplikasi dilengkapi dengan meja aplikasi, lampu pemeriksaan,
fasilitas anestesi dan recovery, kabinet untuk aplikator dan kateter, X-Ray /
Simulator, light box, dan lampu ultraviolet.
2) Ruang Radiografi
Ruang yang terdapat alat radiografi yang berfungsi menghasilkan citra
gambar untuk perencanaan radiasi seperti alat X-Ray / Simulator.
3) Ruang Terapi
Ruangan yang harus memiliki shielding yang sudah dibuat sesuai dengan
rekomendasi NCRP Report 49 dan peraturan yang berwenang.
Perlengkapannya yaitu terdapat a door interlocked, a power fail safe area
radiation monitor yang dapat terlihat dari pintu masuk, ruang console control,
dilengkapi dengan light boxes, dan ketebalan dinding dan shielding HDR
brakhiterapi harus sama karena tidak ada focus area, sehingga paparan radiasi
semuanya primer.
4) Ruang Perencanaan Radiasi
Harus berdekatan dengan ruang simulator dengan luasnya yang memadai
untuk penempatan komputer, TV monitor, printer, meja digitizer dan
perlengkapan komputer lainnya serta memiliki light box dan dehumidifier.
b. Kriteria 2
Kriteria kedua yaitu nyaman, pengertian nyaman yang dimaksud adalah
kemudahan transportasi bagi pasien, tata ruang yang dapat memudahkan staf
melaksanakan tugasnya, furniture yang sangat memadai, serta ventilasi yang
cukup.
23

c. Kriteria 3
Limbah radioaktif harus ditangani dengan cara hati-hati agar aman dan
nyaman bagi manusia dan lingkungan sekitar.

12. Tanggung Jawab Pemegang Izin


Pemegang Izin sebagaimana dimaksud pada PERKA BAPETEN No. 03
Tahun 2013 memiliki tanggung jawab untuk menentukan pelaksana proteksi
dan keselamatan radiasi, menyiapkan, menentukan, mengoptimalkan,
melakukan dan mengabadikan suatu program proteksi dan keselamatan radiasi
dan mengatur, menentukan, mengoptimalkan, melakukan dan mengabadikan
program jaminan mutu; mengadakan dan menentukan prosedur rancangan
penanggulangan keadaan darurat yang termasuk bagian dari program proteksi
dan keselamatan radiasi, meninjau kualifikasi tiap-tiap petugas dan
melaksanakan pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi; serta melangsungkan
pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi, mempersiapkan perlengkapan
proteksi radiasi dan memberitahukan kepada Kepala BAPETEN tentang
pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi dan verifikasi
keselamatan radiasi (21).
24

B. Kerangka Konsep

Input Process Output

Melakukan Kesesuaian Penerapan


Analisis Penerapan
Observasi, evaluasi, Keselamatan dan
Keselamatan dan
Pengecekan Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja
kesesuaian dengan antara PERKA
Pada Departemen
menggunakan lembar BAPETEN yang
Onkologi Radiasi
check list dan sudah ditetapkan
di RS Khusus
wawancara dengan dengan penerapan
Kanker MRCCC
pihak Radioterapis di yang dilakukan pada
Siloam Semanggi
RS Khusus Kanker Departemen Onkologi
MRCCC Siloam Radiasi di RS Khusus
Semanggi Kanker MRCCC
Siloam Semanggi

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian


Menganalisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dilakukan
melalui proses observasi dan evaluasi serta pengecekan kesesuaian dengan
menggunakan lembar checklist dan wawancara dengan pihak radioterapis di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi, sehingga didapatkan hasil berupa
kesesuaian Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara PERKA
BAPETEN yang sudah ditetapkan dengan penerapan yang dilakukan pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu tentang Analisis
Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dengan melakukan
pengamatan terhadap Keselamatan dan kesehatan Kerja yang telah diterapkan
pada Departemen Onkologi Radiasi tersebut terhadap pasien dan pekerja
radiasinya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dalam Bulan Januari 2023 sampai
dengan April 2023.

C. Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengevaluasi
prosedur Keselamatan dan Kesehatan kerja pada Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi. Sampel yang diambil adalah
tentang desain dan fasilitas, pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dan
tatalaksana SOP dalam pemeriksaan, tanggung jawab pemegang izin,
keamanan paparan radiasi, peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis
perorangan pekerja radiasi pada ruang penyinaran LINAC, ruang CT-
Simulator, serta ruang Brakhiterapi pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

D. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen penelitian di bawah ini sebagai berikut :
1. Pesawat LINAC yang digunakan untuk melakukan penyinaran, pada penelitian
ini berfungsi untuk pengecekan kesesuaian tatalaksana SOP dalam
pemeriksaan.

25
26

2. Pesawat CT-Simulator yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan


simulasi, pada penelitian ini berfungsi untuk pengecekan kesesuaian
tatalaksana SOP dalam pemeriksaan.
3. Pesawat Brakhiterapi yang digunakan untuk melakukan radiasi internal, pada
penelitian ini berfungsi untuk pengecekan kesesuaian tatalaksana SOP dalam
pemeriksaan.
4. Dokumen berupa hasil laporan dosis yang diterima oleh pekerja radiasi.
5. Dokumen berupa hasil pengukuran paparan radiasi yang dilakukan oleh Pihak
RS.
6. Dokumen berupa desain ruangan Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi
7. Lembar check list dan wawancara.

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penulisan Karya Tulis ini adalah
sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan, yaitu mencari sitasi yang berhubungan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja dan browsing.
2. Observasi, yaitu mengamati secara langsung di tempat penelitian tentang
analisis penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
3. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab tentang keterangan yang sudah
didapatkan sebelumnya dengan pihak-pihak yang bersangkutan.

F. Pengolahan dan Analisis Data


Mengumpulkan acuan peraturan yang berhubungan dengan aspek-aspek
yang akan diteliti. Setelah teori dikumpulkan, peneliti akan menetapkan objek
yang akan diteliti dengan cara menilai apakah objek tersebut memiliki kriteria
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Kemudian peneliti akan
melakukan evaluasi dan observasi terkait sampel yang akan diteliti.
Lalu pengolahan dan analisis data ini dilakukan dengan melihat
perbandingan hasil evaluasi dan observasi secara langsung dengan acuan
27

peraturan yang telah ditetapkan oleh BAPETEN tentang keselamatan dan


kesehatan kerja pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi. Selanjutnya penulis menuangkan hasil pengamatan
tersebut pada lembar checklist, lalu penulis melakukan wawancara untuk
mengajukan beberapa pertanyaan seputar keselamatan dan kesehatan kerja
dengan pihak radioterapis untuk mengumpulkan data. Kemudian penulis
mengolah data-data tersebut dengan deskriptif agar didapatkan hasil yaitu
sebuah kesimpulan.
28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Evaluasi Penerapan Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam
Pelayanan Radioterapi
Mengevaluasi penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam
pelayanan radioterapi menurut peneliti terbagi menjadi empat yaitu desain
dan fasilitas radioterapi, pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dan
tatalaksana SOP dalam pemeriksaan serta tanggung jawab pemegang izin.
Desain dan fasilitas. Di bawah ini merupakan uraian desain dan fasilitas
yang dimiliki oleh Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi :
a. Ruang Periksa
Pada ruang periksa memiliki beberapa peralatan seperti terdapat meja
dan kursi, 1 tempat tidur untuk pasien dan komputer beserta
perlengkapannya; wastafel, xray film viewer single/light box dan lampu
pemeriksaan; serta stop kontak dan telepon.

Gambar 4.1 Ruang Periksa Pasien Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus


Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

28
29

b. Ruang CT-Simulator
Pada ruang CT-Simulator memiliki beberapa peralatan seperti terdapat
injector automatic, laser eksternal dan water bath untuk merendam masker;
kompresor untuk Vc lock, lemari peralatan dan wastafel; GAN Thermo-
Hygrometer HTC2, humidifier dan warning light; serta CCTV, audio dan
APAR.

Gambar 4.2 Ruang CT-Simulator Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus


Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
c. Mould Room
Pada mould room memiliki beberapa peralatan seperti terdapat meja
dan kursi, komputer beserta peralatannya dan telepon; alat autocutter untuk
pembuatan blok electron, lemari penyimpanan dan wastafel; stop kontak,
cerobong asap dan alloy melter; serta purifier dan APAR.

Gambar 4.3 Mould Room Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus


Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
30

d. Ruang TPS LINAC


Pada ruang TPS LINAC memiliki beberapa peralatan seperti terdapat
meja dan kursi, lemari penyimpanan dan komputer beserta peralatannya; serta
xray film viewer single/light box, stop kontak dan telepon.

Gambar 4.4 Ruang TPS Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus


Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

e. Ruang Penyinaran LINAC 1


Ukuran ruang penyinaran LINAC 1 memiliki panjang 9 m X lebar 11 m
X tinggi 3,5 m. Ruang Penyinaran LINAC 1 terdapat rak untuk menyimpan
masker dan lemari perlengkapan; 1 buah meja, wastafel dan humidifier; GAN
Thermo-Hygrometer HTC2, oxygen mobile dan warning light; serta kamera,
door interlock, laser eksternal dan audio.

Gambar 4.5 Ruang Penyinaran LINAC 1 Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
31

f. Ruang Penyinaran LINAC 2


Ukuran ruang penyinaran LINAC 2 memiliki panjang yang sama yaitu
9 m X lebar 11 m X tinggi 3,5 m. Ruang penyinaran LINAC 2 memiliki
beberapa peralatan seperti terdapat rak untuk menyimpan masker dan lemari
perlengkapan, wastafel dan GAN Thermo-Hygrometer HTC2; humidifier,
warning light dan kamera; serta door interlock, laser eksternal, oxygen mobile
dan audio.

Gambar 4.6 Ruang Penyinaran LINAC 2 Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

g. Ruang Operator LINAC


Ruang operator LINAC memiliki beberapa peralatan seperti terdapat
meja dan kursi, komputer beserta peralatannya dan telepon; TV monitor, rak
penyimpanan, stop kontak dan audio.

Gambar 4.7 Ruang Operator LINAC Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
32

h. Ruang Operator CT-Simulator


Ruang operator CT-Simulator memiliki beberapa peralatan seperti
terdapat meja dan kursi, komputer beserta perlengkapannya dan monitor
injector; serta TV monitor, stop kontak dan audio.

Gambar 4.8 Ruang Operator CT-Simulator Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

i. Ruang HDR Brakhiterapi Iridium-192


Ruang HDR brakhiterapi Iridium-192 memiliki beberapa peralatan
seperti terdapat beberapa meja, lemari penyimpanan dan wastafel;
Hypothermic therapy system, a door interlocked dan a power fail safe area
radiation monito; serta CCTV dan audio.

Gambar 4.9 Ruang HDR Brakhiterapi Iridium-192 Pada Departemen Onkologi Radiasi di
RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
33

j. Ruang Persiapan
Ruang persiapan brakhiterapi memiliki beberapa peralatan seperti
terdapat flow meter oxygen, wastafel dan stop kontak; serta lemari
penyimpanan, tiang infus dan kursi.

Gambar 4.10 Ruang Persiapan Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.

k. Ruang Aplikasi
Ruang aplikasi memiliki beberapa peralatan seperti terdapat meja
aplikasi, lampu pemeriksaan dan lampu operasi; serta Fasilitas anestesi dan
recovery, Beberapa kabinet untuk peralatan steril dan non steril, lemari
penyimpanan dan wastafel.

Gambar 4.11 Ruang Aplikasi Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
34

l. Ruang Operator Brakhiterapi


Ruang operator brakhiterapi memiliki beberapa peralatan seperti
terdapat meja dan kursi, telepon dan komputer beserta perlengkapannya; serta
stop kontak, TV monitor dan audio.

Gambar 4.12 Ruang Operator Brakhiterapi Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS


Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

m. Ruang TPS Brakhiterapi


Ruang TPS brakhiterapi memiliki beberapa peralatan seperti terdapat
meja dan kursi, komputer beserta perlengkapannya, rak penyimpanan serta
stop kontak.

Gambar 4.13 Ruang TPS Brakhiterapi Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
35

n. Tempat Penyimpanan Zat Radioaktif Terbungkus

Gambar 4.14 Tempat Penyimpanan Zat Radioaktif Terbungkus Brakhiterapi Pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

o. Ruang Dokter
Ruang dokter memiliki beberapa peralatan seperti terdapat meja dan
kursi, komputer beserta perlengkapannya dan light box; serta 1 buah sofa,
stop kontak, telepon dan APAR.

Gambar 4.15 Ruang Dokter Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus


Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
36

p. Ruang Pantry
Ruang pantry memiliki beberapa peralatan seperti terdapat beberapa
meja, kursi, dan wastafel; dispenser, lemari penyimpanan dan microwave;
serta stop kontak dan kulkas

Gambar 4.16 Ruang Pantry Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.

q. Ruang Tunggu
Ruang tunggu pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi berada pada 3 area yaitu terletak di depan
ruang penyinaran dan di dekat registration serta di depan ruang periksa.
Ruang tunggu memiliki beberapa peralatan seperti terdapat beberapa sofa,
meja dan kursi; serta dispenser, speaker dan TV.

(a)
37

(b)

(c)

Gambar 4.17. Ruang Tunggu Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
(a. Ruang Tunggu di Depan Ruang Penyinaran, b. Ruang Tunggu di Dekat Registration
dan c. Ruang Tunggu di Depan Ruang Periksa)

Tabel 4.1 Kesesuaian Desain dan Fasilitas Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

KETERANGAN
PERKA BAPETEN NO.3 HASIL OBSERVASI TIDAK
NO SESUAI
TAHUN 2013 LAPANGAN SESUAI
1. Tanda Radiasi pada pintu, Tanda radiasi terdapat √
panel kontrol, head sumber pada pintu depan
untuk peralatan Teleterapi Co- ruangan LINAC, pintu
60, mesin after-loading dan masuk ruang penyinaran,
Tempat penampung Zat pada pesawat
Radioaktif Terbungkus. brakhiterapi dan tempat
penyimpanan zat
radioaktif terbungkus
38

brakhiterapi
2. Rancangan alat terapi radiasi Terdapat sistem interlock
harus memastikan bahwa alat dan sistem manual yang
tersebut memiliki paling dikontrol oleh teknisi
sedikit 2 (dua) sistem yang ada di ruang

pengaman independen untuk radioterapi.
menghentikan penyinaran
yaitu sistem interlock dan
sistem manual.
3. Dalam pengoperasian LINAC dinding terbuat dari
yang mempunyai energi foton bahan beton premium
sinar-X lebih besar dari 10 yang berfungsi sebagai

MV (sepuluh mega volt), bahan penyerap neutron
dinding perisai harus dilapisi yang efektif.
dengan bahan penyerap netron.
4. Saluran kabel dosimetri untuk Saluran kabel dosimetri
kegiatan kalibrasi peralatan terdapat pada dua lokasi
Radioterapi. yaitu di dalam ruang √
penyinaran dan didekat
operator.
5. Penanganan limbah radioaktif Penanganan limbah
menurut Pasal 42 huruf e harus radioaktif dikelola oleh
memenuhi persyaratan pihak perusahaan di
ketentuan peraturan negara asal tempat √
perundang-undangan tentang membeli sumber
pembuangan limbah radioaktif.
radioaktif.
6. Fasilitas Radioterapi yang Terdapat ruang periksa,
memiliki Terapi Eksternal ruang CT-Simulator,
harus mempunyai: ruang ruang TPS, Mould room,
pemeriksaan, ruang simulator, ruang penyinaran dan
ruang cetak (mould room), ruang operator serta

ruang TPS, ruang penyinaran ruang tunggu pada Pada
dan ruang tunggu. Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam
Semanggi
7. Fasilitas Radioterapi yang Terdapat ruang periksa, √
memiliki Brakhiterapi harus ruang persiapan, ruang
mempunyai: ruang aplikasi, ruang TPS,
pemeriksaan, ruang persiapan, ruang penyinaran, ruang
ruang aplikasi, ruang TPS, operator dan tempat
ruang penyinaran, tempat penyimpanan Zat
penyimpanan Zat Radioaktif Radioaktif Terbungkus
Terbungkus, ruang tunggu. serta ruang tunggu Pada
Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam
39

Semanggi
Tabel 4.1 merupakan Tabel kesesuaian antara hasil observasi Desain
dan Fasilitas Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi dengan PERKA BAPETEN Nomor 3 Tahun
2013. Dalam Tabel tersebut terdapat kolom yang berisi acuan peraturan yang
telah ditetapkan, data hasil observasi dan kolom yang berisi keterangan sesuai
atau tidaknya hasil observasi tersebut dengan PERKA BAPETEN Nomor 3
Tahun 2013.
Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi. Pemegang izin wajib
menyelenggarakan pemantauan kesehatan, yang di mana hasil pemeriksaan
kesehatan berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal pemeriksaan
kesehatan terakhir dilakukan.
Hasil wawancara dengan narasumber mengungkapkan bahwa
pemeriksaan kesehatan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi dilakukan 3 (tiga) kali yaitu pada awal
sebelum menjadi pekerja radiasi, pada saat menjadi pekerja radiasi dan pada
saat memutuskan kontrak kerja sebagai pekerja radiasi. Jenis pemeriksaan
yang diselenggarakan oleh pemegang izin bagi seluruh pekerja radiasi adalah
MCU.
Dilakukan rontgen Thorax, pemeriksaan darah, pemeriksaan urin,
anamnesa dan pemeriksaan fisik serta konsultasi oleh dokter MCU. Jika
ditemukan adanya kelainan dari hasil MCU, maka pekerja radiasi tersebut
akan dipanggil dan diberi pengarahan untuk melakukan pengobatan.
Narasumber juga menyebutkan bahwa 1 tahun terakhir ini para pekerja
radiasi belum ada terjangkit penyakit yang disebabkan oleh pengaruh dari
radiasi yang diserap oleh tubuh.

Tatalaksana SOP dalam pemeriksaan. Hasil observasi dilakukan


pada tata laksana SOP dalam pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui
apakah tata laksana SOP dalam pemeriksaan sudah sesuai dengan
penerapannya.
40

Tabel 4.2 Kesesuaian Tata Laksana SOP dalam Pemeriksaan dengan Penerapannya.

KETERANGAN
NO MODALITAS PEMERIKSAAN SESUAI TIDAK
SOP SESUAI
SOP
1. LINAC 1 (Pesawat LINAC 1) Penyinaran kanker √
merk Varian tipe Clinac IX- bagian kepala
SN4740) 2) Penyinaran kanker √
LINAC 2 (Pesawat LINAC kepala dan leher
merk Varian tipe Clinac IX- 3) Penyinaran kanker √
SN6198) bagian upper
abdomen
4) Penyinaran kanker √
bagian whole
abdomen
2. CT-Simulator (Pesawat Ct-Big 1) Simulasi pada √
Bore Briliance Philips 64 kanker bagian
Slice) kepala √
2) Simulasi pada
kanker kepala dan √
leher
3) Simulasi pada
kanker bagian upper √
abdomen
4) Simulasi pada
kanker bagian whole
abdomen
3. Pesawat HDR Brakhiterapi 1) Penyinaran Internal √
Iridium-192 kanker bagian pelvis
(Gamamed plus IX by Varian)

Tabel 4.2 merupakan data kesesuaian Tata Laksana SOP dalam


Pemeriksaan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi dengan Penerapannya. Adapun kolom Tabel
tersebut berisi tentang modalitas yang ada pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi, pemeriksaan yang
dilakukan pada modalitas tersebut dan sesuai atau tidaknya dengan SOP.

Tanggung jawab pemegang izin. Pemegang Izin seperti pada PERKA


BAPETEN No. 03 Tahun 2013 mempunyai tanggung jawab untuk
menentukan pelaksana proteksi dan keselamatan radiasi, menyiapkan,
memastikan, mengoptimalkan, melakukan dan mengabadikan suatu program
41

proteksi dan keselamatan radiasi dan mengatur, menentukan,


mengoptimalkan, melakukan dan mengabadikan program jaminan mutu dan
lain-lainnya sesuai yang tertera pada acuan peraturan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi, pemegang izin pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi telah memenuhi
tanggung jawabnya. Pemegang izin menerapkan tanggung jawabnya
didukung dari beberapa pihak yaitu Direktur rumah sakit sebagai peran
pemegang izin, ketua K3 rumah sakit dan petugas proteksi radiasi serta
pekerja radiasi.

2. Deskripsi Keamanan Paparan Radiasi Ruangan


Pesawat LINAC dilakukan pengukuran paparan radiasi dengan 4 sudut
yaitu sudut 0°, sudut 90° dan sudut 270° serta sudut 180°/360°. Pengukuran
paparan radiasi dilakukan secara berkala yaitu selama 3 bulan sekali.
Pengukuran paparan radiasi dilakukan pada tanggal 07 April 2023 oleh
petugas PPR pada ruang LINAC, ruang CT-Simulator dan ruang brakhiterapi.
Beberapa data yang terkait untuk pengukuran paparan radiasi sebagai berikut:
1) Alat dan bahan dalam melakukan pengukuran paparan radiasi
Pada ruang penyinaran LINAC 1 dilakukan pengukuran paparan radiasi
dengan sumber radiasi dari pesawat LINAC merk Varian tipe Clinac IX-
SN4740. Sedangkan pada ruang penyinaran LINAC 2 dilakukan pengukuran
paparan radiasi dengan sumber radiasi dari pesawat LINAC 2 merk Varian
tipe Clinac IX-SN6198. Pengukuran paparan radiasi pada ruangan LINAC
menggunakan dua buah surveymeter yaitu surveymeter merk Rados type RDS
31 dan surveymeter merk Ludlum type 12-4. Lalu pada ruang CT-Simulator
dilakukan pengukuran paparan radiasi dengan sumber radiasi dari pesawat Ct-
Big Bore Briliance Philips 64 Slice. Selanjutnya pada ruang HDR
brakhiterapi dilakukan pengukuran paparan radiasi dengan sumber radiasi
Iridium-192 dari pesawat Gamamed plus IX by Varian. Pada ruang CT-
Simulator dan ruang brakhiterapi dilakukan pengukuran paparan radiasi
dengan menggunakan surveymeter merk Rados type RDS 31.
2) Data hasil pengukuran paparan radiasi
Hasil yang diperoleh dari pengukuran paparan radiasi pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi yaitu :
42

a. Hasil pengukuran paparan radiasi ruang penyinaran LINAC 1


Tabel 4.3 Radiasi Arah Berkas 0°
Hasil Pengukuran Photon 15 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a Ruang Operator (mata) 0,6 0,600 0,5
b. Ruang Operator (gonad) 0,6 0,100 0,5
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,6 0,180 8
d. Samping kanan R. Treatment 0,6 0,140 0
e. Samping kiri R. Treatment (klinik 4) 0,6 0,050 0
f. Samping kiri R. Treatment (klinik 5) 0,6 0,060 0
g. Atas R. Treatment (koridor) 0,6 0,055 0
h. Atas R. Treatment (toilet) 0,6 0,055 0

Berdasarkan Tabel 4.3 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas 0°


pada ruang operator (mata) sebesar 0,600 µSv/h dengan memakai
surveymeter merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum
sebesar 0,5 µSv/h. Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan
radiasi sebesar 0,100 µSv/h dengan surveymeter merk Rados dan jika
memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0,5
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,180 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 8 µSv/h
dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran
dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan
radiasi sebesar 0,140 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment (klinik 4)
didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,050 µSv/h dengan
memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai surveymeter
merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment (klinik 5)
didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,060 µSv/h diukur
memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai surveymeter merk
Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas ruang treatment
(koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,055 µSv/h
memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter merk
Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di mana
terdapat toilet didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,055
µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h dengan
43

memakai surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran didapatkan besar


radiasi background di ruang penyinaran LINAC 1 yaitu sebesar 0,6.
Tabel 4.4 Radiasi Arah Berkas 90°
Hasil Pengukuran Photon 15 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a Ruang Operator (mata) 0,6 0,600 0,5
b. Ruang Operator (gonad) 0,6 0,100 0,5
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,6 0,180 8
d. Samping kanan R. Treatment 0,6 0,140 0
e. Samping kiri R. Treatment (klinik 4) 0,6 0,050 0
f. Samping kiri R. Treatment (klinik 5) 0,6 0,060 0
g. Atas R. Treatment (koridor) 0,6 0,055 0
h. Atas R. Treatment (toilet) 0,6 0,055 0

Berdasarkan Tabel 4.4 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas 90°
pada ruang operator (mata) sebesar 0,600 µSv/h dengan memakai
surveymeter merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum
sebesar 0,5 µSv/h. Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan
radiasi sebesar 0,100 µSv/h dengan surveymeter merk Rados dan jika
memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0,5
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,180 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 8 µSv/h
dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran
dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan
radiasi sebesar 0,140 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment (klinik 4)
didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,050 µSv/h dengan
memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai surveymeter
merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment (klinik 5)
didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,060 µSv/h diukur
memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai surveymeter merk
Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas ruang treatment
(koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,055 µSv/h
memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter merk
Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di mana
terdapat toilet didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,055
µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h dengan
44

memakai surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran didapatkan besar


radiasi background di ruang penyinaran LINAC 1 yaitu sebesar 0,6.
Tabel 4.5 Radiasi Arah Berkas 270°
Hasil Pengukuran Photon 15 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a Ruang Operator (mata) 0,6 0,141 0
b. Ruang Operator (gonad) 0,6 0,090 0
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,6 0,340 3
d. Samping kanan R. Treatment 0,6 0,053 0
e. Samping kiri R. Treatment (klinik 4) 0,6 0,051 0
f. Samping kiri R. Treatment (klinik 5) 0,6 0,056 0
g. Atas R. Treatment (koridor) 0,6 0,052 0
h. Atas R. Treatment (toilet) 0,6 0,051 0

Berdasarkan Tabel 4.5 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas


270° pada ruang operator (mata) sebesar 0,141 µSv/h dengan memakai
surveymeter merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum
sebesar 0 µSv/h. Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan
radiasi sebesar 0,090 µSv/h dengan surveymeter merk Rados dan jika
memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,340 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 3 µSv/h
dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran
dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan
radiasi sebesar 0,053 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment (klinik 4)
didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,051 µSv/h dengan
memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai surveymeter
merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment (klinik 5)
didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,056 µSv/h diukur
memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai surveymeter merk
Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas ruang treatment
(koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,052 µSv/h
memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter merk
Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di mana
terdapat toilet didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,051
45

µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h dengan


memakai surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran didapatkan besar
radiasi background di ruang penyinaran LINAC 1 yaitu sebesar 0,6.
Tabel 4.6 Radiasi Arah Berkas 180°/360°
Hasil Pengukuran Photon 15 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a Ruang Operator (mata) 0,6 0,210 0
b. Ruang Operator (gonad) 0,6 0,900 0
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,6 0,410 3
d. Samping kanan R. Treatment 0,6 0,058 0
e. Samping kiri R. Treatment (klinik 4) 0,6 0,053 0
f. Samping kiri R. Treatment (klinik 5) 0,6 0,052 0
g. Atas R. Treatment (koridor) 0,6 0,054 0
h. Atas R. Treatment (toilet) 0,6 0,051 0

Berdasarkan Tabel 4.6 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas

180° /360° pada ruang operator (mata) sebesar 0,210 µSv/h dengan memakai

surveymeter merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum

sebesar 0 µSv/h. Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan

radiasi sebesar 0,900 µSv/h dengan surveymeter merk Rados dan jika

memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0

µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil

pengukuran sebesar 0,410 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 3 µSv/h

dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran

dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan

radiasi sebesar 0,058 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari

surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment (klinik 4)

didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,053 µSv/h dengan

memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai surveymeter

merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment (klinik 5)

didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,052 µSv/h diukur

memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai surveymeter merk

Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas ruang treatment


46

(koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,054 µSv/h

memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter merk

Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di mana

terdapat toilet didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,051

µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h dengan

memakai surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran didapatkan besar

radiasi background di ruang penyinaran LINAC 1 yaitu sebesar 0,6.

b. Hasil pengukuran paparan radiasi ruang penyinaran LINAC 2


Tabel 4.7 Radiasi Arah Berkas 0°
Hasil Pengukuran Photon 10 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a. Ruang Operator (mata) 0,7 0,28 0
b. Ruang Operator (gonad) 0,7 0,26 0
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,7 0,32 0
d. Samping Kanan Ruang Treatment 0,7 0,21 0
e. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0,28 0
DU Instrumen
f. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0,29 0
DU Wastafel
g. Atas Ruang Treatment (koridor) 0,7 0,15 0
h. Atas Ruang Treatment (Nurse 0,7 0,14 0
station)

Berdasarkan Tabel 4.7 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas 0°


pada ruang operator (mata) sebesar 0,28 µSv/h dengan memakai surveymeter
merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum sebesar 0 µSv/h.
Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,26
µSv/h dengan memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai
surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0 µSv/h.
Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil pengukuran
sebesar 0,32 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari hasil
pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran dilakukan
pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan radiasi sebesar
0,21 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari surveymeter merk
Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment DU instrumen didapatkan
47

hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,28 µSv/h dengan memakai


surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai surveymeter merk
Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment DU wastafel didapatkan
hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,29 µSv/h diukur memakai
surveymeter merk rados sedangkan jika memakai surveymeter merk Ludlum
didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas ruang treatment (koridor)
memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,15 µSv/h memakai
surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter merk Ludlum
sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di mana terdapat
nurse station didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,14 µSv/h
memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h dengan memakai
surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran didapatkan besar radiasi
background di ruang penyinaran LINAC 2 yaitu sebesar 0,7.
Tabel 4.8 Radiasi Arah Berkas 90°
Hasil Pengukuran Photon 10 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a. Ruang Operator (mata) 0,7 0,28 0
b. Ruang Operator (gonad) 0,7 0,26 0
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,7 0,32 0
d. Samping Kanan Ruang 0,7 0,21 0
Treatment
e. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0,28 0
DU Instrumen
f. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0,29 0
DU Wastafel
g. Atas Ruang Treatment (koridor) 0,7 0,15 0
h. Atas Ruang Treatment (Nurse 0,7 0,14 0
station)
Berdasarkan Tabel 4.8 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas
90° pada ruang operator (mata) sebesar 0,28 µSv/h dengan memakai
surveymeter merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum
sebesar 0 µSv/h. Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan
radiasi sebesar 0,26 µSv/h dengan memakai surveymeter merk Rados dan jika
memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,32 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h
dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran
48

dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan


radiasi sebesar 0,21 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment DU
instrumen didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,28 µSv/h
dengan memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai
surveymeter merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment DU
wastafel didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,29 µSv/h
diukur memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai
surveymeter merk Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas
ruang treatment (koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar
0,15 µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter
merk Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di
mana terdapat nurse station didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi
sebesar 0,14 µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h
dengan memakai surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran
didapatkan besar radiasi background di ruang penyinaran LINAC 2 yaitu
sebesar 0,7.
Tabel o
4.9 Radiasi Arah Berkas 270
Hasil Pengukuran Photon 10 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a Ruang Operator (mata) 0,7 0,28 0
b. Ruang Operator (gonad) 0,7 0,26 0
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,7 0,32 0
d. Samping Kanan Ruang 0,7 0,21 0
Treatment
e. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0,28 0
DU Instrumen
f. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0,29 0
DU Wastafel
g. Atas Ruang Treatment (koridor) 0,7 0,15 0
h. Atas Ruang Treatment (Nurse 0,7 0,14 0
station)

Berdasarkan Tabel 4.9 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas


270° pada ruang operator (mata) sebesar 0,28 µSv/h dengan memakai
surveymeter merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum
sebesar 0 µSv/h. Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan
49

radiasi sebesar 0,26 µSv/h dengan memakai surveymeter merk Rados dan jika
memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,32 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h
dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran
dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan
radiasi sebesar 0,21 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment DU
instrumen didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,28 µSv/h
dengan memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai
surveymeter merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment DU
wastafel didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,29 µSv/h
diukur memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai
surveymeter merk Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas
ruang treatment (koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar
0,15 µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter
merk Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di
mana terdapat nurse station didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi
sebesar 0,14 µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h
dengan memakai surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran
didapatkan besar radiasi background di ruang penyinaran LINAC 2 yaitu
sebesar 0,7.
Tabel 4.10 Radiasi Arah 180°/360°
Hasil Pengukuran Photon 10 MV(µSv/jam)
Titik Ukur Rados Ludlum
Background
(µSv/h) (µSv/h)
a Ruang Operator (mata) 0,7 0,28 0
b. Ruang Operator (gonad) 0,7 0,26 0
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,7 0,32 0
d. Samping Kanan Ruang Treatment 0,7 0,21 0
e. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0.28 0
DU Instrumen
f. Samping Kiri Ruang Treatment 0,7 0,29 0
DU Wastafel
g. Atas Ruang Treatment (koridor) 0,7 0,15 0
h. Atas Ruang Treatment (Nurse 0,7 0,14 0
station)
50

Berdasarkan Tabel 4.10 Hasil pengukuran paparan radiasi arah berkas


180°/360° pada ruang operator (mata) sebesar 0,28 µSv/h dengan memakai
surveymeter merk Rados sedangkan memakai surveymeter merk Ludlum
sebesar 0 µSv/h. Pada ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan
radiasi sebesar 0,26 µSv/h dengan memakai surveymeter merk Rados dan jika
memakai surveymeter merk Ludlum memiliki hasil pengukuran sebesar 0
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,32 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h
dari hasil pengukuran memakai surveymeter merk Ludlum. Lalu pengukuran
dilakukan pada samping kanan ruang treatment maka dihasilkan paparan
radiasi sebesar 0,21 µSv/h dari surveymeter merk Rados dan 0 µSv/h dari
surveymeter merk Ludlum. Jika pada samping kiri ruang treatment DU
instrumen didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,28 µSv/h
dengan memakai surveymeter merk rados dan sebesar 0 µSv/h memakai
surveymeter merk Ludlum. Apabila pada samping kiri ruang treatment DU
wastafel didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,29 µSv/h
diukur memakai surveymeter merk rados sedangkan jika memakai
surveymeter merk Ludlum didapatkan hasil sebesar 0 µSv/h. Bagian atas
ruang treatment (koridor) memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar
0,15 µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan jika memakai surveymeter
merk Ludlum sebesar 0 µSv/h. Pada bagian atas ruang treatment yang di
mana terdapat nurse station didapatkan hasil pengukuran paparan radiasi
sebesar 0,14 µSv/h memakai surveymeter merk Rados dan sebesar 0 µSv/h
dengan memakai surveymeter merk Ludlum. Dari hasil pengukuran
didapatkan besar radiasi background di ruang penyinaran LINAC 2 yaitu
sebesar 0,7.

c. Hasil pengukuran Paparan radiasi ruang CT-Simulator


Tabel 4.11 Paparan Radiasi Ruang CT-Simulator
Hasil Pengukuran Photon 120 KV/ 400
Titik Ukur MA
Background Rados (µSv/h)
a Ruang Operator (mata) 0,2 0,3
b. Ruang Operator (gonad) 0,2 0,3
c. Pintu Masuk Ruang Treatment 0,2 0,2
d. Samping kanan R Treatment LINAC 0,2 0,2
e. Samping kiri R. Treatment Brachy 0,2 0,2
f. Atas R. Treatment (koridor) 0,2 0,2
51

Berdasarkan Tabel 4.11 Hasil pengukuran paparan radiasi pada ruangan


CT-Simulator tepatnya area ruang operator (mata) sebesar 0,3 µSv/h. Pada
ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,3 µSv/h.
Kemudian pada pintu masuk ruang treatment memiliki hasil pengukuran
sebesar 0,2 µSv/h. Lalu pengukuran dilakukan pada samping kanan ruang
treatment LINAC maka dihasilkan paparan radiasi sebesar 0,2 µSv/h. Jika
pada samping kiri ruang treatment brakhiterapi didapatkan hasil pengukuran
paparan radiasi sebesar 0,2 µSv/h. Bagian atas ruang treatment (koridor)
memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,2 µSv/h.. Dari hasil
pengukuran didapatkan besar radiasi background di ruang CT-Simulator yaitu
sebesar 0,2. Paparan radiasi diukur menggunakan surveymeter dengan merk
Rados.

d. Hasil pengukuran paparan radiasi ruang brakhiterapi


Tabel 4.12 Paparan Radiasi Ruang Brakhiterapi
Hasil Pengukuran
Titik Ukur
Background Rados (µSv/h)
a Ruang operator (mata) 0,2 0,3
b. Ruang operator (gonad) 0,2 0,3
c. Samping kanan ruang CT-Simulator 0,2 0,2
d. Samping kiri ruang peralatan 0,2 0,2
e. Atas ruang treatment (koridor) 0,2 0,2

Berdasarkan Tabel 4.12 Hasil pengukuran paparan radiasi pada ruangan


brakhiterapi tepatnya area ruang operator (mata) sebesar 0,3 µSv/h. Pada
ruang operator (gonad) hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,3 µSv/h.
Kemudian pada area samping kanan ruang CT-Simulator memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,2 µSv/h. Lalu pengukuran dilakukan pada area samping
kiri ruang peralatan maka dihasilkan paparan radiasi sebesar 0,2 µSv/h.
Bagian atas ruang treatment memiliki hasil pengukuran paparan radiasi
sebesar 0,2 µSv/h.. Dari hasil pengukuran didapatkan besar radiasi
background di ruang brakhiterapi yaitu sebesar 0,1. Paparan radiasi diukur
menggunakan surveymeter dengan merk Rados.
52

e. Hasil pengukuran paparan radiasi area publik


Tabel 4.13 Paparan Radiasi Area Publik
Hasil Pengukuran
Titik Ukur
Background Rados (µSv/h)
a Ruang administrasi radioterapi 0,1 0,2
b. Pintu masuk ruang tunggu 0,1 0,2
c. Pintu masuk ruang operator 0,1 0,3
d. Di belakang ruang tunggu 0,1 0,2
e. Atas ruang tunggu 0,1 0,2

Berdasarkan Tabel 4.13 Hasil pengukuran paparan radiasi pada area


publik tepatnya ruang administrasi radioterapi sebesar 0,2 µSv/h. Pada area
pintu masuk ruang tunggu hasil pengukuran paparan radiasi sebesar 0,2
µSv/h. Kemudian pada pintu masuk ruang operator memiliki hasil
pengukuran sebesar 0,3 µSv/h. Lalu pengukuran dilakukan pada area di
belakang ruang tunggu maka dihasilkan paparan radiasi sebesar 0,2 µSv/h.
Bagian atas ruang tunggu memiliki hasil pengukuran paparan radiasi sebesar
0,2 µSv/h.. Dari hasil pengukuran didapatkan besar radiasi background di
area publik yaitu sebesar 0,1. Paparan radiasi diukur menggunakan
surveymeter dengan merk Rados.

3. Identifikasi Proteksi Radiasi Bagi Pekerja Radiasi Dan Pasien


Berdasarkan PERKA BAPETEN Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Radioterapi yang termasuk dalam
perlengkapan proteksi radiasi adalah sebagai berikut :

(a) (b)

Gambar 4.18 Surveymeter merk Rados type RDS 31 pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.
53

(a. Tampak depan dan b. tampak belakang)

Gambar 4.19 Surveymeter merk Ludlum type 12-4 pada Departemen Onkologi Radiasi di
RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

Gambar 4.20 Alat Monitor Perorangan TLD Badge pada Departemen Onkologi Radiasi di
RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

Gambar 4.21 Apron Pb pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi.
54

Tabel 4.14 Perlengkapan Proteksi Radiasi


NAMA PERLENGKAPAN
NO. JUMLAH SPESIFIKASI
PROTEKSI RADIASI
1. Surveymeter 2 buah 1) Merk Rados
type RDS 31
2) Merk Ludlum
type 12-4
2. TLD 1 buah/org TLD CaSO4:Dy
(TLD BARC)
3. Apron 2 buah Apron Pb

Tabel 4.14 Perlengkapan proteksi radiasi menurut PERKA BAPETEN


Nomor 3 Tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan
Radioterapi yaitu surveymeter, TLD, dan apron. Seluruh perlengkapan
proteksi radiasi sudah dikalibrasi sesuai dengan peraturan yang telah ada.
Oleh karena itu, bisa dipastikan bahwasannya perlengkapan proteksi radiasi
pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi berfungsi dengan baik.

4. Evaluasi Pantauan Dosis Perorangan Yang Diterima Petugas Radiasi


Pantauan dosis radiasi pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dilakukan sebanyak 3 bulan 1 kali
menggunakan peralatan proteksi radiasi yaitu monitor perorangan (TLD
badge).
Tabel 4.15 Hasil pengujian dosis radiasi akumulatif tahunan yang diterima oleh pekerja radiasi,
dokter, perawat serta karyawan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi.

Posisi Dosis yang


Nomo Sumber
No Nama TLD Diterima
r TLD Radiasi
Badge (mSv)
1. DR. Dr. Fielda Djuita,
107 Dada Sinar-X 0,742 mSv
Sp.Rad(K)OnkRad
2. Dr.Defrizal,
082 Dada Sinar-X 0,205 mSv
Sp.Rad(K)OnkRad
3. DR. Dr. Dewi Syafriyetti,
083 Dada Sinar-X 0,448 mSv
Sp.Rad(K)OnkRad
4. dr. Christine Banjarnahor,
085 Dada Sinar-X 0,269 mSv
Sp.OnkRad
5. dr. Denny Handoyo,
093 Dada Sinar-X 0,193 mSv
Sp.OnkRad
6. Yudhi 096 Dada Sinar-X 0,216 mSv
55

7. Rina Taurisia 095 Dada Sinar X 0,141 mSv


8. A. Mario Yudi Putranto 147 Dada Sinar-X 0,632 mSv
9. Rudy Kurniawan 088 Dada Sinar-X 0,403 mSv
10. Kania Jatiwardhani 089 Dada Sinar-X 0,283 mSv
11. Mistieni Dewintha 094 Dada Sinar-X 0,505 mSv
12. Sandi Hardiansyah 091 Dada Sinar-X 0,393 mSv
13. Yogi Purba Harlis 092 Dada Sinar-X 0,177 mSv
14. Rintan Lucyana 100 Dada Sinar-X 0,076 mSv
15. Rendy Septian 104 Dada Sinar-X 0,094 mSv
16. Ayu Saraswati 106 Dada Sinar-X 0,262 mSv
17. Bangkit Haryo Guritno 130 Dada Sinar-X 0,399 mSv
18. Danu Wibisono 145 Dada Sinar-X 0,570 mSv
19. I Gede Kesuma Wardana 166 Dada Sinar-X 0,338 mSv
20. Andrean Satria Rangga 179 Dada Sinar-X 0,176 mSv
21. Yosephene Theresia 180 Dada Sinar-X 3,366 mSv
22. Dio Noval R - Dada Sinar-X 0,070 mSv
23. Rahardian Ahmad M - Dada Sinar-X 0,000 mSv
24. Slamet Riswandi 086 Dada Sinar-X 0,715 mSv
25. Rifai Fadli 098 Dada Sinar-X 0,193 mSv
26. Lusi Emildia 099 Dada Sinar-X 0,274 mSv
27. Katarina Khan 127 Dada Sinar-X 0,000 mSv
28. Lisbet E. Aritonang 124 Dada Sinar-X 0,577 mSv
29. Abdul Nasrih 102 Dada Sinar-X 0,306 mSv

Kesimpulan dari hasil evaluasi alat monitor perorangan TLD Badge pada
pekerja radiasi, dokter, perawat serta karyawan yang bekerja pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi sepanjang Tahun 2022 yaitu :
b. Penerima dosis akumulatif tahunan terbesar pada tahun 2022 yaitu Yosephene
Theresia, sebesar 3,366 mSv.
c. Penerima dosis akumulatif tahunan terkecil pada tahun 2022 yaitu Rahardian
Ahmad M dan Katarina Khan, sebesar 0,000 mSv.
d. Rata-rata penerimaan dosis yang didapat oleh pekerja radiasi, dokter, perawat
serta karyawan pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi secara akumulasi pada tahun 2022 yaitu sebesar
0,41 mSv.
56

Tabel 4.16 Kesesuaian Peraturan dan Hasil Penelitian

No Variabel Penelitian Ketentuan Hasil Penelitian Keterangan


1. PERKA Ruangan LINAC memiliki panjang
BAPETEN No. 9 m X lebar 11 m X tinggi 3,5 m
3 Tahun 2013 dengan dinding berbahan beton
premium memiliki ketebalan 1 m
dan dibagian dekat operator
memiliki ketebalan yang berbeda
yaitu 1,5 m. Ruang CT-Simulator
memiliki luas yang sama dengan
ruangan LINAC tetapi ketebalan
tembok nya dibuat homogen yaitu
keseluruhan dindingnya memiliki
ketebalan 1 m dengan berbahan
Desain dan
beton premium. Kemudian pada
Fasilitas Ruangan Sesuai
ruang HDR Brakhiterapi Iridium-
Radioterapi
192 memiliki panjang 7 m X lebar
8 m X tinggi 3,5 m dengan dinding
terbuat dari bahan beton premium
memiliki ketebalan 70 cm.
Seluruh ruang pemeriksaan pada
Departemen Onkologi Radiasi di
RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi dilengkapi
dengan pintu besi berbahan Pb dan
ruang berliku yang telah sesuai
dengan persyaratan proteksi
radiasi.
2. Berdasarkan hasil observasi,
pemegang izin pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi
telah memenuhi tanggung
jawabnya. Pemegang izin
Tanggung Jawab
menerapkan tanggung jawabnya Sesuai
Pemegang Izin
didukung dari beberapa pihak
yaitu Direktur rumah sakit sebagai
peran pemegang izin, ketua K3
rumah sakit dan petugas proteksi
radiasi serta pekerja radiasi.

3. Proteksi Radiasi Terdapat surveymeter merk Rados Sesuai


dan Ludlum, TLD badge jenis
TLD CaSO4:Dy serta apron yang
memiliki ketebalan bagian
belakang 0.26 mm serta bagian
depan dengan ketebalan 0.50 mm.
57

4. Pantauan dosis radiasi dilakukan


secara berkala yaitu 3 bulan sekali
Pantauan dosis dan didapatkan hasil pantauan
Sesuai
Radiasi dosis pekerja radiasi di bawah
NBD yang sudah ditetapkan oleh
BAPETEN.
5. Laju paparan radiasi seluruh
ruangan pada Departemen
PERKA Onkologi Radiasi di RS Khusus
BAPETEN Kanker MRCCC Siloam Semanggi
Paparan Radiasi Sesuai
Nomor 6 Tahun tidak ada yang melebihi dari 1 µSv
2009 (satu mikrosievert) per jam pada
jarak 1 m (satu meter) dari
permukaan luar kabin.
6. Pemeriksaan dilakukan secara
PERKA berkala yaitu 1 tahun sekali pada
Pemeriksaan
BAPETEN awal sebelum menjadi pekerja
Kesehatan Pekerja Sesuai
Nomor 6 Tahun radiasi, pada saat menjadi pekerja
Radiasi
2010 radiasi dan pada saat memutuskan
hubungan kontrak kerja.

B. Pembahasan
1. Evaluasi Penerapan Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam
Pelayanan Radioterapi
Desain dan Fasilitas. Keselamatan dan kesehatan pada radioterapi
bertujuan untuk melindungi dan menjamin keselamatan dan kesehatan
seluruh sumber daya baik itu pasien, pendamping pasien dan pekerja radiasi
serta lingkungan yang berada di sekitar Instalasi radioterapi dari resiko
kecelakaan radiasi atau kecelakaan lainnya. Ketersediaan fasilitas serta desain
yang sudah sesuai dengan acuan peraturan dapat mendukung terjaminnya
keselamatan pekerja radiasi ataupun pasien sehingga tercipta pula kesehatan
yang terjaga. Selanjutnya pekerja radiasi atau pasien akan merasa aman dan
nyaman berada pada Instalasi Radioterapi tersebut. Berdasarkan
perbandingan dari hasil observasi yang dilakukan pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dengan acuan
PERKA BAPETEN No 3 Tahun 2013 didapatkan bahwa bangunan fasilitas
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi yaitu terdapat ruangan LINAC memiliki panjang 9 m X lebar 11 m
X tinggi 3,5 m dengan dinding berbahan beton premium memiliki ketebalan 1
58

m dan dibagian dekat operator memiliki ketebalan yang berbeda yaitu 1,5 m.
Ruang CT-Simulator memiliki luas yang sama dengan ruangan LINAC tetapi
ketebalan tembok nya dibuat homogen yaitu keseluruhan dindingnya
memiliki ketebalan 1 m dengan berbahan beton premium. Kemudian pada
ruang HDR Brakhiterapi Iridium-192 memiliki panjang 7 m X lebar 8 m X
tinggi 3,5 m dengan dinding terbuat dari bahan beton premium memiliki
ketebalan 70 cm. Seluruh ruang pemeriksaan pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dilengkapi dengan
pintu besi berbahan Pb dan ruang berliku yang telah sesuai dengan
persyaratan proteksi radiasi.
Radioterapi eksternal pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi memiliki beberapa fasilitas ruangan yaitu
ruang periksa, ruang CT-Simulator beserta ruang operatornya, ruang TPS
LINAC, ruang penyinaran LINAC 1 dilengkapi ruang operator, ruang
penyinaran LINAC 2 dilengkapi ruang operator, dan mould room. Sedangkan
untuk fasilitas brakhiterapi yaitu terdapat ruang periksa, ruang persiapan,
ruang aplikasi, ruang TPS brakhiterapi, ruang penyinaran beserta ruang
operatornya, dan tempat penyimpanan zat radioaktif terbungkus. Selanjutnya
dilengkapi ruang pendukung lainnya yaitu ruang tunggu yang berada di 3 titik
(terletak di depan ruang penyinaran dan di dekat registration serta di depan
ruang pemeriksaan), ruang dokter dan ruang pantry. Lalu hasil observasi juga
menunjukkan bahwa ruang penyinaran LINAC, ruang CT-Simulator dan
ruang Brakhiterapi letaknya berdampingan, karena menurut AIEA letak
berdampingan tersebut dapat meminimalisir biaya dengan berbagi struktur
pelindung utama dan dapat mengurangi tapak dan total volume bahan
pelindung yang digunakan (33). Kemudian seluruh ruang pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi
dilengkapi AC sentral sebagai pendingin ruangan dengan sirkulasi udara yang
baik. Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi berlokasi di basement. Setiap pintu masuk ruang treatment
dilengkapi tanda radiasi dan lampu merah radiasi. Saluran kabel dosimetri
untuk kegiatan kalibrasi peralatan Radioterapi terdapat di ruang operator dan
59

di dalam ruang LINAC. Penanganan limbah radioaktif dikelola oleh pihak


perusahaan di negara asal tempat membeli sumber radioaktif. Terdapat tanda
evakuasi di seluruh ruang pemeriksaan, yang di mana tanda itu mengarah ke
titik kumpul yang berada di depan dan belakang gedung RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
Dampak yang akan terjadi apabila desain dan fasilitas pada Departemen
Radioterapi tidak sesuai dengan acuan peraturan adalah akan terjadi
penurunan mutu pelayanan dan terhambatnya pergerakan staf dan pasien serta
membatasi pelaksanaan teknik baru dan teknologi masa depan.

Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Radiasi. Pemantauan kesehatan


adalah peninjauan sistematis pada kesehatan pekerja yang bertujuan untuk
mendeteksi gejala awal atau tanda-tanda kerusakan akibat paparan radiasi dan
menetapkan tindakan pencegahan jika terjadi efek kesehatan jangka panjang
atau permanen. Berdasarkan PERKA BAPETEN Nomor 6 Tahun 2010
tentang Pemantauan Kesehatan untuk Pekerja Radiasi menyebutkan bahwa
pemegang izin wajib menyelenggarakan pemantauan kesehatan, yang di mana
hasil pemeriksaan kesehatan tersebut berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak
tanggal pemeriksaan kesehatan dilakukan.
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan minimal 1 tahun sekali pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi yaitu saat awal sebelum menjadi pekerja radiasi yang bertujuan
untuk memastikan bahwa kondisi pekerja mampu melaksanakan tugas
sebagai pekerja radiasi yang dibebankan kepadanya, lalu pada saat menjadi
pekerja radiasi berfungsi untuk memantau kondisi kesehatan pekerja radiasi
apakah pekerja tersebut dalam kondisi yang sehat saat melaksanakan
tugasnya dan pada saat memutuskan kontrak kerja sebagai pekerja radiasi
memiliki tujuan untuk memastikan kondisi kesehatan pekerja radiasi pada
saat sudah berhenti bekerja dalam kondisi yang baik.
Pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi dua yaitu pemeriksaan kesehatan
umum dan pemeriksaan kesehatan khusus. Dilakukan rontgen Thorax,
pemeriksaan darah, pemeriksaan urin, anamnesa dan pemeriksaan fisik serta
konsultasi oleh dokter MCU yang di mana ini termasuk di dalam pemeriksaan
60

umum. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan hanya apabila ada pekerja


radiasi yang terkena penyakit akibat radiasi dan pekerja radiasi yang
mendapatkan paparan radiasi berlebih. Hasil pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh pemegang izin setiap tahunnya akan disimpan di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi sebagai berkas rekam medis yang
nantinya akan memudahkan jika dilakukan penelitian terkait efek radiasi pada
pekerja karena semua data terpusat pada satu basis data (34).
Dampak yang terjadi apabila pemeriksaan kesehatan tidak diadakan oleh
pemegang izin setiap tahunnya yaitu tidak diketahuinya apakah penyakit yang
diderita oleh pekerja radiasi merupakan akibat dari paparan radiasi atau bukan
dan sulit menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya
serta penentuan tindakan pengobatan yang tidak tepat terhadap kecelakaan
radiasi.

Tatalaksana SOP dalam Pemeriksaan. Tatalaksana SOP dalam


pemeriksaan adalah kepatuhan radioterapis atau petugas radiasi lainnya
terhadap SOP yang telah ditetapkan oleh pihak RS dalam melakukan suatu
tindakan atau pemeriksaan pada Departemen Radioterapi. Berdasarkan pada
Tabel 4.2 SOP tatalaksana dalam pemeriksaan yang telah ditentukan oleh
pihak rumah sakit dengan penerapan yang dilakukan oleh pekerja radiasi
yang ada pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi sudah sesuai.
Prosedur Penyinaran yang dilaksanakan oleh pekerja radiasi dengan
menggunakan modalitas pesawat LINAC merk Varian tipe Clinac IX-
SN4740 dan Pesawat LINAC merk Varian tipe Clinac IX-SN6198 sudah
sesuai dengan SOP tata laksana dalam pemeriksaan untuk seluruh indikasi
kanker. Pada modalitas pesawat Ct-Big Bore Briliance Philips 64 slice atau
biasa disebut pesawat CT-Simulator, dilakukan simulasi oleh pekerja radiasi
yang sesuai dengan SOP yang telah ditentukan. Selanjutnya pada modalitas
HDR Brakhiterapi Iridium-192 dengan tipe Gamamed plus IX by Varian
dilakukan penyinaran yang didekatkan langsung pada target tumor,
penyinaran ini sudah sesuai dengan Tata laksana SOP dalam pemeriksaan
dikarenakan adanya kerja sama dari dokter spesialis onkologi radiasi, dokter
61

anastesi, perawat dan fisika medis serta radioterapis. Seluruh pekerja radiasi
dalam melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan pasien selalu
memakai alat pelindung diri (APD) yaitu dengan menggunakan masker dan
handscoon serta sepatu yang tertutup.
Kepatuhan pekerja radiasi terhadap SOP Rumah Sakit dalam
penatalaksanaan pemeriksaan merupakan bagian dari sasaran keselamatan
pasien sehingga asuhan pasien menjadi lebih aman (35). Jika pekerja radiasi
tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai SOP maka akan terjadi kesalahan
dalam melakukan pemeriksaan dan kesulitan penyelenggaraan evaluasi
patient safety.

Tanggung Jawab Pemegang izin. Pemegang izin adalah seseorang yang


dianggap oleh BAPETEN pantas menerima izin pemanfaatan tenaga nuklir.
Salah satu contoh dari tanggung jawab pemegang Izin yaitu dengan
menyelenggarakan pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi yang dilaksanakan dalam 1 tahun sekali dengan melibatkan staf
yang ada di Departemen Radioterapi. Salah satu contoh tersebut merupakan
perwujudan dari PERKA BAPETEN No. 3 Tahun 2013 tentang Keselamatan
Radiasi dalam Penggunaan Radioterapi pasal 26 ayat (1) yang menyebutkan
bahwa Pemegang Izin harus menyelenggarakan pelatihan proteksi dan
keselamatan radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c.
Selanjutnya pemegang izin juga sudah melakukan pembaruan dokumen PPR
dan PKSR serta sudah memastikan kegiatan proteksi dan keselamatan radiasi
berjalan dengan sangat baik, sehingga dosis perorangan pekerja radiasi yang
ada pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi tidak melebihi dari NBD yang sudah ditetapkan oleh
BAPETEN.
Menurut Roberto Phispal dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
seseorang yang memiliki lisensi untuk melakukan kegiatan tertentu dalam
penggunaan tenaga nuklir atau radiasi pengion adalah orang yang paling
bertanggung jawab untuk menjamin keselamatan dan keamanan sumber daya
yang ada di area tersebut (36). Dampak yang akan terjadi apabila Pemegang
62

Izin tidak melaksanakan tanggung jawabnya adalah kebocoran radiasi yang


akan membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia, akibat
paparan radiasi berlebih dapat memicu kemunculan kanker, keturunan yang
cacat dan masalah psikologi serta stress.

2. Deskripsi Keamanan Paparan Radiasi Ruangan


Pemantauan keamanan paparan radiasi harus dilaksanakan oleh
pemegang izin melalui petugas proteksi radiasi. Dilaksanakan oleh petugas
proteksi radiasi pada ruang kendali pesawat LINAC, pesawat CT-Simulator
dan pesawat brakhiterapi serta ruang sekitarnya. Untuk memastikan agar nilai
batas dosis tidak melampaui maka dilakukan pengukuran laju paparan radiasi.
Pengukuran paparan radiasi dapat dilakukan di sekitar ruangan penyinaran
termasuk langit-langit. Khusus untuk LINAC dan Teleterapi Co-60, dihitung
dua berkas untuk mengukur paparan radiasi yaitu berkas primer dan berkas
sekunder. LINAC energi 6 MV dilakukan pengukuran radiasi gamma saja.
Namun, jika pada LINAC 10 MV radiasi neutron juga harus diukur. Pada
Brakhiterapi hanya yang diukur radiasi gamma saja. Pengukuran paparan
radiasi dilakukan secara berkala yaitu 3 bulan sekali dengan prosedur
dilakukan pada beberapa titik atau area di sekitar sumber radioaktif.
Kemudian menurut PERKA BAPETEN nomor 6 Tahun 2009 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat Radioaktif dan Pesawat Sinar-X
untuk Peralatan Gauging, laju paparan radiasi tidak boleh melewati dari 1
µSv (satu mikrosievert) per jam pada jarak 1 m (satu meter) dari permukaan
luar kabin. PERKA BAPETEN tersebut hanya mengatur tentang energi
photon, artinya belum ada PERKA BAPETEN yang mengatur tentang laju
paparan radiasi per jam untuk energi neutron. Pengukuran paparan radiasi
pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi untuk energi photon diukur dengan surveymeter merk Rados
sedangkan pengukuran paparan radiasi untuk energi neutron diukur dengan
surveymeter merk Ludlum. Semua hasil pengukuran paparan radiasi untuk
energi photon pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi < 1 µSv/h pada jarak 1 m (satu meter) dari
permukaan luar kabin dengan memakai surveymeter merk Rados. Maka bisa
63

dikatakan bahwa paparan radiasi ruangan selama 3 bulan pada Departemen


Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi masih
dalam batas aman sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
BAPETEN.
Dampak yang terjadi apabila laju paparan radiasi melebihi yang telah
ditentukan yaitu akan menimbulkan efek stokastik seperti kanker dan
kelainan pada keturunan.

3. Identifikasi Proteksi Radiasi Bagi Pekerja Radiasi dan Pasien


Tujuan Proteksi radiasi adalah untuk mengurangi efek berbahaya dari
radiasi yang disebabkan oleh paparan dari radiasi tersebut. Perlengkapan
proteksi radiasi menurut PERKA BAPETEN No. 03 Tahun 2013 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Radioterapi dalam pasal 38 ayat (1)
yaitu surveymeter, monitor perorangan (TLD Badge) dan apron serta
pelindung organ. Namun, pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi tidak lagi menggunakan pelindung organ
karena akan menghalangi pada saat penyinaran dan simulasi.
Penggunaan peralatan proteksi radiasi dimaksudkan agar pekerja radiasi,
pasien dan masyarakat sekitar mendapat pengaruh yang sangat minim akibat
paparan radiasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa peralatan proteksi
radiasi pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi sudah disesuaikan dengan kebutuhan serta acuan peraturan
yang telah ditetapkan yaitu terdapat surveymeter merk Rados dan Ludlum,
Tld Badge dengan jenis TLD CaSO4:Dy serta apron yang memiliki ketebalan
bagian belakang 0.26 mm serta bagian depan dengan ketebalan 0.50 mm.
Pernyataan tersebut juga sesuai pada penelitian yang dilakukan oleh
Lakhwani, Vipin Dalal, Mohit Jindal, Ashok Nagala bahwa program proteksi
radiasi itu berupa pengawasan rutin pakaian pelindung seperti apron, menjaga
keamanan paparan radiasi selalu minimum menggunakan surveymeter serta
nilai NBD tidak melampaui batas yang diukur melalui TLD Badge (37).
Upaya program proteksi radiasi pada Departemen Radioterapi harus
diterapkan pada saat izin konstruksi (perhitungan tebal barrier radiasi, jenis
64

dan densitas material), izin operasi (pengukuran output dan verifikasi) dan
selama operasi (penerapan SOP, pengujian berkala peralatan serta sistem,
pemantauan daerah kerja, pemantuan dosis dan pemeriksaan kesehatan
pekerja radiasi).

4. Evaluasi Pantauan Dosis Perorangan Yang Diterima Petugas Radiasi


Nilai Batas Dosis adalah dosis maksimum yang disetujui oleh
BAPETEN yang dapat diserap oleh pekerja radiasi dan masyarakat umum
dalam waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang
berarti dari penggunaan tenaga nuklir.
Akumulasi pemantauan dosis radiasi bagi pekerja radiasi pada
Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi pada tahun 2022 yaitu sebesar 0,41 mSv. Hasil tersebut masih
dikategorikan aman karena masih jauh dari NBD yang sudah ditetapkan oleh
BAPETEN.
Nilai Batas Dosis (NBD) bagi pekerja radiasi menurut PERKA
BAPETEN N0. 3 Tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi dalam
Penggunaan Radioterapi yaitu tidak boleh melewati dosis efektif sebesar 20
mSv (duapuluh milisievert) per tahun rata-rata selama 5 (lima) tahun berturut-
turut.
Penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi harus diusahakan
agar paparan radiasi minimum terhadap pasien. Penerapan Optimisasi adalah
proses pengambilan keputusan yang ditujukan untuk mencapai skenario
terbaik dan upaya yang efektif dengan mempertimbangkan faktor teknologi
dan ekonomi serta sosial. Penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan
radiasi dapat dilaksanakan melalui pembatas dosis. Pembatas dosis untuk
pekerja radiasi dan anggota masyarakat tidak boleh malampaui nilai batas
dosis (NBD).
65

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukannya penelitian tentang analisis penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja pada Departemen Onkologi Radiasi Di RS Khusus
Kanker MRCCC Siloam Semanggi, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi sudah menerapkan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelayanan radioterapi sesuai
dengan PERKA BAPETEN No. 3 Tahun 2013 dan PERKA BAPETEN
Nomor 6 Tahun 2010.
2. Hasil Pengukuran keamanan paparan radiasi ruangan paling tinggi pada
Departemen Onkologi Radiasi Di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi adalah 0,900 µSv/jam. Hasil tersebut masih dalam batas aman,
sesuai dengan PERKA BAPETEN nomor 6 Tahun 2009.
3. Peralatan proteksi radiasi yang dimiliki oleh Departemen Onkologi
Radiasi Di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi sudah sesuai
dengan PERKA BAPETEN Nomor 3 Tahun 2013.
4. Hasil pemantauan dosis radiasi bagi pekerja radiasi pada Departemen
Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi
selama tahun 2022 tidak melewati NBD yang ditetapkan oleh BAPETEN.
B. Saran

Sebaiknya pengukuran paparan radiasi ruangan dilakukan secara berkala


yaitu sebanyak 3 bulan sekali dan jika terjadi bencana alam maka harus
dilakukan pengukuran ulang kembali. Kemudian jika hasil pengukuran
paparan radiasi untuk energi neutron pada pintu masuk menunjukkan angka >
1 µSv/h maka pihak PPR pada Departemen Onkologi Radiasi harus
memasang garis merah di sekitar pintu LINAC, agar tidak ada pekerja
ataupun pasien yang berdiri di area tersebut pada saat treatment berlangsung
dan disarankan bagi pekerja radiasi serta pasien agar menunggu 4 menit – 5
menit untuk masuk ke ruang penyinaran setelah dilakukan treatment, ini
berlaku pada Instalasi Radioterapi yang memiliki fasilitas pesawat LINAC

65
66

berenergi 10 MV atau 15 MV. Selanjutnya pastikan terlebih dahulu ruang


pemeriksaan sudah tidak ada orang jika ingin melakukan treatment. Lalu pada
ruang brakhiterapi jangan lupa untuk menekan tombol last man out setelah
ruangan tersebut sudah tidak ada orang.
67

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar FN. Pelaksanaan Konsep Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


(K3) Di Rumah Sakit. J Kesehat Masy. 2016;1(1):2–9.
2. Indonesia M kesehatan republik. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit [Internet]. Vol. 152. 2016.
3. Olii G, Pinontoan OR, Kawatu PAT. Gambaran Penerapan Standar
Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Di
RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow Galis. J
Kesmas. Universitas Sam Ratulangi Manado. 2019;8(6):536–43.
4. Nuklir SK. Urgensi Pengaturan Keselamatan Radiasi terhadap Paparan
Medik dalam Penelitian Kesehatan (Biomedik). 2021;2021.
5. Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia. Peraturan
Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020
Tentang Keselamatan Radiasi Pada Penggunaan Pesawat Sinar-X Dalam
Radiologi Diagnostik Dan Intervensional. 2020;1–52.
6. Kemnaker. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5/2018 K3 Lingkungan
Kerja. Vol. 5, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.
5 Tahun 2018. 2018.
7. Tanjung R, P BS, Hasyim H, Narulita S, Arjuni D, Palilingan RA, et al.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit. Get Press; 2022.
Available from: https://books.google.co.id/books?id=atJuEAAAQBAJ
8. Pratiwi Indah, *Arum D, Yunawati I. Analisis Paparan Radiasi Terhadap
Kadar Leukosit Dan Hemoglobin Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Kota
Kendari Tahun 2019. 2021;1(4):163–71.
9. BAPETEN. Buku Panduan Perijinan Radioterapi. 2019. 1–56 p.
10. Yuninda M, Andria D, Adamy A. Analisis Penerapan SMK 3 Pada Instalasi
Unit Radiologi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2021. Universitas Muhammadiyah Aceh. 2022;1:70–9.
11. Fitriatuzzakiyyah N, Sinuraya RK, Puspitasari IM. Cancer Therapy with
Radiation: The Basic Concept of Radiotherapy and Its Development in
Indonesia. Indones J Clin Pharm. 2017;6(4):311–20.
12. Muhammad S, Wurdiyanto G, Nazaroh. Penerapan Proteksi Dan
Keselamatan Radiasi Di Fasilitas Radioterapi-Linac. Pusat Teknologi
Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN. 2016;1–9.
13. Oktavia S A, Milvita D, Darlina D. Studi Awal Pengaruh Radiasi Terhadap
Pekerja Radiasi Menggunakan Metode Comet Assay. J Ilmu Fis | Univ
Andalas. 2019;11(1):9–15.
14. Constrain D. Pengaruh Sebaran Normal Dosis Radiasi Personil Pada Zona
Quartil Atas Terhadap Nilai Pembatas Dosis Effect. 2018;120–5.
68

15. Mayerni, Ahmad, A., Abidin Z. Dampak Radiasi Terhadap Kesehatan


Pekerja Radiasi Di RSUD Arifin Achmad, RS Santa Maria Dan RS Awal
Bros Pekanbaru Mayerni. J Ilmu Lingkung [Internet]. 2013;7(1):114–27.
Available from: www.jurnal.com
16. Abdel-Wahab M, Zubizarreta E, Polo A, Meghzifene A. Improving Quality
and Access to Radiation Therapy—An IAEA Perspective. Semin Radiat
Oncol. 2017;27(2):109–17.
17. Kurniawan A, Deny HM, Kana NL. Analisis Implementasi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Instalasi Radiologi Rumah Sakit X Kota Semarang. J
Manaj Kesehat Indones. 2017;5(1):32–4.
18. Rahayu EP, Ratnasari A V, Wardani RWK, Pratiwi AI, Ernawati L,
Moneteringtyas PC, et al. Kesehatan dan Keselamatan Kerja [Internet].
Pradina Pustaka; 2022.
19. Guritna E, Maslebu G, Wibowo NA, Hidayatullah M. Analisis Elektron
Beam Profile Constancy pada Pesawat Linac. J Fis FLUX. 2018;14(2):110.
20. Akhadi M. Mengungkap Hakekat Sinar-X [Internet]. 2020 [cited 2023 Jan
5]. 10 p. Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Mengungkap_Hakekat_Sinar_X/
G1YrEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=pesawat+linac&pg=PA131&printsec=frontcover
21. Badan K, Tenaga P. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan
Radioterapi. 2013;
22. Nurhayati N, Mulyaningsih NN. Penerapan Radioterapi Pada Pengobatan
Kanker Payudara. Schrodinger J Ilm Mhs Pendidik Fis. 2020;1(2):88–94.
23. Harun HM, Jannah N, Ahmad ZF. Evaluasi Pengobatan Radioterapi Pada
Pasien Kanker. J Syifa Sci Clin Res [Internet]. 2022;4(3):662–70.
Available from: https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jsscr/article/view/15794
24. Abimayu A, Akbari Emil, KY Diandono, dkk. Rancang Bangun Prototype
Lengan Robot Loading Iridium-192 Pada Mikrokapsul Brakhiterapi.
Program Studi Elektromekanik, Poltek Nuklir. 2022;3:325–36.
25. BAPETEN. Perka Bapeten No 8 tentang keselamatan radiasi pada
pengginaan pesawat sinar-x dalam radiologi diagnostik maupun
intervensional. 2020;1–62.
26. BAPETEN. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6
Tahun 2009 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Zat
Radioaktif dan Pesawat Sinar-X Untuk Peralatan Gauging. 2009;
27. Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Pemantauan Kesehatan
Untuk Pekerja Radiasi. 2010;1–25.
28. Muhammad AR B, Hidayanto E, Richardina V. Analisis Pengaruh Dosis
Radiasi Eksternal Akumulasi Dosis yang Diterima Petugas Radiasi di
Ruang Penyinaran Radioterapi RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung.
69

Youngster Phys J. 2018;07(2):108–16.


29. Utari M, Milvita D, Nuraeni N, Yuliati H. Analisis Dosis Radiasi Terhadap
Radioterapis Menggunakan Pocket Dosemeter, Tld Badge Dan Tld-100 Di
Instalasi Radioterapi RSUP DR. M. Djamil Padang Studi Kasus (Mei -
Oktober) 2014. J Fis Unand. 2014;3(4):262–8.
30. Pratiwi AD, Yunawati I. Penerapan Proteksi Radiasi Di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit. 2021;5(3):409–20.
31. Wahyuningrum SH. Solusi Desain Gedung Pusat Onkologi RSUP Dr.
Karyadi Semarang Terhadap Masalah Integrasi Pelayanan Medis.
2019;2877.
32. Santoso WB, Istofa, Santoso B, Rozali B. Desain Dasar Perangkat
Radioterapi Eksternal Menggunakan Cobalt-60. J Perangkat Nukl.
2012;06(1978):51–8.
33. International Atomic Energy Agency (IAEA). Human Health Reports No.
10: Radiotherapy Facilities: Master Planning and Concept Design
Considerations. 2014;
34. Yunisca F, Chalimah E, Oas L. Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 Tentang Rekam Medis
Terhadap Hasil Pemantauan Kesehatan Pekerja Radiasi Di Kawasan Nuklir
Serpong. Bul Pengelolaan Reakt Nukl Bull Nucl React Manag [Internet].
2022;XIX(2):34–41.
35. Harina AP. Analisis Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam Melakukan
Identifikasi Pasien di RS Swasta Jawa Timur. J Medicolegal dan Manaj
Rumah Sakit. 2018;4(1):1–15.
36. Phispal R. Pengaruh Hukum Internasional Atas Pemanfaatan Tenaga
Nuklir dan Dampak Lingkungan yang Mungkin Ditimbulkan. Lex Soc.
2013;I(5):5–17.
37. Lakhwani OP, Dalal V, Jindal M, Nagala A. Radiation protection and
standardization. J Clin Orthop Trauma [Internet]. 2019;10(4):738–43.
Available from: https://doi.org/10.1016/j.jcot.2018.08.010
70

LAMPIRAN
71

Lampiran 1. Biodata Peneliti

BIODATA PENELITI

1. Data Pribadi
Nama Lengkap : Defi Putri Yani Mismar
Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 28 Januari 2001
Alamat : Jalan Pesantren No. 10 RT
02 RW 013 Kel. Pematang Kapau
Kec. Tangkerang Timur
Kota Pekanbaru Provinsi Riau
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Melayu
Kewarganegaraan : Indonesia
No. HP : 082388005632
Email : deviputriani2001@gmail.com

2. Pendidikan
SDN 78 Kota Pekanbaru : Lulus Tahun 2013
SMPN 09 Kota Pekanbaru : Lulus Tahun 2016
SMAN 10 Kota Pekanbaru : Lulus Tahun 2019

3. Pengalaman Praktik Kerja Lapangan

Konvensional dan Kontras : RS Awal Bros Ahmad Yani


Imaging : RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Radioterapi : RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
dan RS MRCCC Siloam Semanggi
4. Pengalaman Praktik Kerja Nyata
RSUD Pasar Minggu
72

Lampiran 2. Biodata Pembimbing Materi

BIODATA PEMBIMBING MATERI

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : GUNTUR WINARNO, S.Si, M.Si
NIP/NRP Baru : 197611202000031001
NIP/NRP : 140353348
Lama
No. Kartu : J 146754
Pegawai
Tempat/ : Pangkah / Tegal, 20 November 1976
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Perkawinan
Alamat : Taman Alamanda II Blok EC 2 No. 7
RT. 005, RW. 010
Kel./Desa Mustika Sari
Kec. Mustika Jaya
BEKASI – Jawa Barat
No. Telp : 08568108345
NIK : 3275112011760002
NPWP : 480377787407000
Email : phasyabintanglya@gmail.com
II. KEPEGAWAIAN
TMT CPNS : 1 Maret 2000
TMT PNS : 1 April 2001
Status : PNS
Kepegawaian
Jenis : PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT KEMENKES
Kepegawaian
Status : -
Hukuman
Disiplin
Pendidikan : S.2 Ilmu Fisika
Terakhir
73

Jabatan Saat ini : Lektor (JFT)


TMT Jabatan saat ini : 1 Januari 2016
Masa Kerja : 16 Thn 7 Bln
Golongan
Eselon : JFT
III. TEMPAT KERJA SEKARANG
Organisasi : Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Satuan Kerja : Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Satuan Organisasi : Jurusan Radiodiagnostik & Radioterapi
Unit Organisasi :
Unit Kerja :
IV. RIWAYAT KEPANGKATAN
No Golonga Pejabat
Pangkat TMT No & Tgl SK
. n Penandatangan
Koordinator
Pengatur 1 KP.00.02.1.2.532
Administrasi
1 Muda II/b Maret 9 (CPNS)
Ka. Kanwil Dep
Tk. I 2000 11 Mei 2000
Kes RI Jakarta
Koordinator
Pengatur 1 KP.00.03.1.2.3
Administrasi
2 Muda II/b April (PNS)
Ka. Kanwil Dep
Tk. I 2001 31 Juli 2001
Kes RI Jakarta
1 KP.04.01.2.1.345 Ka. Bag. Mutasi
3 Pengatur II/c April 2 Pegawai Dep
2001 22 Mei 2003 Kes RI
1 KP.04.01.4.1.185 Ka. Bag. Mutasi
Pengatur
4 II/d April 6 Pegawai Dep
Tk. I
2005 28 Maret 2005 Kes RI
1 KP.04.01.2.1.662 Ka. Bag. Mutasi
Penata
5 III/a April 3 Pegawai Dep
Muda
2007 17 April 2007 Kes RI
Penata 1 KP.04.01.2.1.197 Ka. Bag. Mutasi
6 Muda III/b April 8 Pegawai Menkes
Tk. I 2011 25 Februari 2011 RI
74

V. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Tahun
Pendidikan Nama Sekolah
. Ijazah
1 Sekolah Dasar Umum SDN Balamoa II Tegal 1988
Sekolah Menengah
2 SMPN 1 Pangkah 1991
Pertama
3 Sekolah Menengah Atas SMAN Pangkah 1994
4 D.III Radiodiagnostik ATRO SEMARANG 1997
UNIVERSITAS
5 S.1 MIPA Fisika 2005
INDONESIA
6 S.2 Ilmu Fisika Universitas Indonesia 2012
Negara Tahu
No. Nama Pelatihan Lembaga Pelaksana
Pelaksana n
Prajabatan Golongan II BAPELKES
1 INDONESIA 2001
Dep Kes Angkatan I Cilandak
Seminar Pembuatan
Jur. TRO Poltekkes
2 Modul Praktek Mata INDONESIA 2004
Dep Kes Jakarta II
Kuliah
Pelatihan Aplilkasi
Program VTS Untuk Jur. TRO Poltekkes
3 INDONESIA 2005
Kegiatan Proses Belajar Dep Kes Jakarta II
Mengajar
Pelatihan Peningkatan
4 Kemampuan Tenaga BPPSDM INDONESIA 2006
Pengajar
Biophysics Seminar and Universitas
5 INDONESIA 2006
4th Seacomp Indonesia
Workshop Bidang Study
6 BPSDM INDONESIA 2007
Bagi Dosen CT Scan
Seminar Keselamatan
7 BAPETEN INDONESIA 2008
Nuklir 2008
Improvement in Medical
Science And
8 SEAFOMP INDONESIA 2010
Technology For A
Better Life
Pelatihan Penguji Pusdiklat Aparatur
9 INDONESIA 2011
Kompetensi MenKes RI
BAPETEN dan Jur.
1 Diklat Petugas Proteksi
TRO Poltekkes Dep INDONESIA 2022
0 Radiasi Medik II
Kes Jakarta II
75

Lampiran 3. Biodata Pembimbing Teknis

BIODATA PEMBIMBING TEKNIS

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : SAMSUN, S.Si, M.Si, M.Kom.
NIP/NRP Baru : 196502201989031012
NIP/NRP Lama : 140238284
No. Kartu Pegawai : E 818781
Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 20 Februari 1965
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : JL.Kunir III/24 Komplek Perumahan TNI
AD
RT. 002, RW. 010
Kel./Desa Cibubur
Kec. Cibubur
Jakarta Timur – DKI Jakarta
No. Telp : 081314088615
NIK : 3175092002650003
NPWP : 480377720005000
Email : aiman_052005@yahoo.com
II. KEPEGAWAIAN
TMT CPNS : 1 Maret 1989
TMT PNS : 1 Juli 1991
Status Kepegawaian : PNS
Jenis Kepegawaian : PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT
KEMENKES
Status Hukuman Disiplin : -
Pendidikan Terakhir : S.2 Ilmu Fisika
Jabatan Saat ini : Lektor (JFT)
TMT Jabatan saat ini : 1 Januari 2016
Masa Kerja Golongan : 27 Thn 7 Bln
Eselon : JFT
76

III. TEMPAT KERJA SEKARANG


Organisasi : Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan
Satuan Kerja : Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Satuan : Jurusan Radiodiagnostik & Radioterapi
Organisasi
Unit Organisasi : Prodi DIV Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Unit Kerja :

IV. RIWAYAT KEPANGKATAN
Pejabat
No Golon
Pangkat TMT No & Tgl SK Penandatang
. gan
an
Ka. Bag.
Pengat
KP.00.02.2.4.7096 Mutasi
ur 1 Maret
1 II/b (CPNS) Kepegawaia
Muda 1989
20 Juni 1989 n Dep Kes
Tk. I
RI
Ka. Bag.
Pengat Tata Usaha
020/Kanwil/TU-1/PS-
ur 1 Juli Kanwil Dep
2 II/b 1/VI/1991 (PNS)
Muda 1991 Kes RI
17 Juni 1991
Tk. I Propinsi
Bali
II.14-22/00804/IV/
Pengat 1 April A.n Ka.
3 II/c KEP/92
ur 1992 BAKN
12 Mei 1992
II.14-22/46001/KEP/
Pengat 1 April Ka. Kanwil
4 II/d IV/96
ur Tk. I 1996 II BAKN
25 Maret 1996
1
Penata
5 III/a Oktober
Muda
1999
Penata 1 823.3/03/X/KP.03/
Setda Kab.
6 Muda III/b Oktober KEPEG
Klungkung
Tk. I 2003 4 Agustus 2003
Ka. Biro
1
KP.04.01.2.1.11809 Kepegawaia
7 Penata III/c Oktober
17 September 2007 n Dep Kes
2007
RI
1 Kepala Biro
Penata KP.04.01.2.1.11187
8 III/d Oktober Kepegawaia
Tk. I 10 September 2012
2012 n
77
78

V. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Tahun
Pendidikan Nama Sekolah
. Ijazah
Sekolah Dasar
1 SDN BANGSONGAN I 1977
Umum
Sekolah Menengah
2 SMPN 95 JAKARTA 1981
Pertama
Sekolah Menengah
3 SMAN 13 JAKARTA 1984
Atas
D.III Penata
4 APRO JAKARTA 1988
Rontgen
5 S.1 MIPA Fisika UNDIP SEMARANG 1999
A-IV Kurikulum
6 STKIP PURNAMA 2004
Pendidikan
UI Fakultas Matematika dan Ilmu
7 S.2 Ilmu Fisika 2009
Pengetahuan Alam
VIII. RIWAYAT PELATIHAN TEKNIS

No Negara Tahu
Nama Pelatihan Lembaga Pelaksana
. Pelaksana n
Seminar Keselamatan INDONESI 200
1 BAPETEN RI
Nuklir 2008 A 0
DINKES
QA PELAYANAN INDONESI 200
2 KAB.KLUNGKUN
RUMAH SAKIT A 1
G
PETUGAS
INDONESI 200
3 PROTEKSI BAPETEN
A 2
RADIASI
PEMANFAATAN X-
RAY UNTUK INDONESI 200
4 BATAN
BIOMEDIK DAN A 2
KESEHATAN
VIRTUAL
POLTEKKES INDONESI 200
5 TRAINNING
JAKARTA II A 4
SYSTEM
POLTEKKES INDONESI 200
6 SPSS
JAKARTA II A 5
Rekualifikasi Petugas
INDONESI 200
7 Proteksi Radiasi BAPETEN RI
A 7
Bidang Diagnostik
79

Negara Tahu
No. Nama Pelatihan Lembaga Pelaksana
Pelaksana n
Workshop For
200
8 Medical Physics on BAPETEN RI INDONESIA
7
Radiation Oncology
Peningkatan
Direktorat Bina
Kemampuan 200
9 Pelayanan Penunjang INDONESIA
Fungsional Fisika 9
Medik Dep Kes RI
Medik
Kementerian
1 Sertifikasi Pendidik 201
Pendidikan Nasional INDONESIA
0 Untuk Dosen 1
RI
Kementerian
1 201
Profesi Dosen Pendidikan dan INDONESIA
1 1
Kebudayaan RI
1 Pusdiklat Aparatur 201
Penguji Kompetensi INDONESIA
2 MenKes RI 1
Diklat Petugas BAPETEN dan
1 201
Proteksi Radiasi Poltekkes Dep Kes INDONESIA
3 2
Medik II Jakarta II
Jabatan Fungsional
1 201
Pengawas Radiasi BAPETEN RI INDONESIA
4 2
Tingkat Ahli
80

IX. RIWAYAT PENGHARGAAN
No & Tgl
No. Nama Penghargaan Instansi Pemberi
SK

Keteran
Tahun Nilai
Nama gan Satuan
No. Penilai PPKP Instansi Organisasi
Jabatan PPKPN Kerja
an NS
S
Badan
Pengemban
gan Dan
Kementeri Poltekkes
Pemberday
1 Lektor 2017 84.08 Baik an Kemenkes
aan Sumber
Kesehatan Jakarta II
Daya
Manusia
Kesehatan
Badan
Pengemban
gan Dan
Kementeri Poltekkes
Pemberday
2 Lektor 2016 83.89 Baik an Kemenkes
aan Sumber
Kesehatan Jakarta II
Daya
Manusia
Kesehatan
Badan
Kementeri Pengemban
Poltekkes
an gan Dan
3 Lektor 2015 83.97 Baik Kemenkes
Kesehatan Pemberday
Jakarta II
RI aan SDM
Kesehatan
Badan
Kementeri Pengemban
Poltekkes
Sangat an gan Dan
4 Lektor 2014 93.13 Kemenkes
Baik Kesehatan Pemberday
Jakarta II
RI aan SDM
Kesehatan
81

Lampiran 4. Lembar Izin Observasi dan Pengambilan Data


82

Lampiran 5. Surat Keterangan Pembimbing Lapangan


83

Lampiran 6. Lembar Ethical Clearance


84

Lampiran 7. Acuan Peraturan Penelitian

ACUAN PERATURAN

PERKA BAPETEN NO.3 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN


RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI
85
86
87
88
89
90
91
92
93

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM
PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF DAN PESAWAT SINAR-X UNTUK
PERALATAN GAUGING
94

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN
UNTUK PEKERJA RADIASI
95
96
97

Lampiran 8. Lembar Checklist

LEMBAR CHECKLIST KESESUAIAN


PERATURAN DAN HASIL OBSERVASI

KETERANGAN PENJELASAN
KRITERIA
NO. PERATURAN TIDAK
OBSERVASI SESUAI
SESUAI
Desain dan
Desain dan fasilitas sudah
1. Fasilitas sesuai dengan
Ruangan √ PERKA
Radioterapi BAPETEN No.
3 Tahun 2013
Pemegang izin
sudah
memenuhi
Tanggung Tanggung
2. Jawab √ jawabnya sesuai
Pemegang Izin PERKA dengan PERKA
BAPETEN No. 3 BAPETEN No.
Tahun 2013 3 Tahun 2013.
Peralatan
proteksi radiasi
sudah sesuai
3. Proteksi Radiasi √
dengan PERKA
BAPETEN No.
3 Tahun 2013.
Pemantauan
dosis radiasi
Pantauan dosis menggunakan
4. √
Radiasi TLD badge
dilaksanakan 3
bulan sekali
laju paparan
radiasi tidak
PERKA
melebihi 1 µSv
5. Paparan Radiasi BAPETEN Nomor √
(satu
6 Tahun 2009
mikrosievert)
per jam
Pemeriksaan
Pemeriksaan PERKA
kesehatan
6. Kesehatan BAPETEN Nomor √
dilakukan 1
Pekerja Radiasi 6 Tahun 2010
tahun sekali
98

Lampiran 9. Lembar Wawancara


LEMBAR WAWANCARA
No. Permasalaham Hal Yang Dipertanyakan
1. Desain dan Fasilitas Ruang a. Berapa Ukuran Ruang Linac,
Radioterapi Ruang Brakhiterapi, Ruang CT
Simulator ?
Jawaban : ruang linac memiliki
panjang 9 m x lebar 11 m x
tinggi 3,5 m
Ruang CT –Simulator itu
memiliki panjang 9 m x lebar
11 m x tinggi 3,5 m sedangkan
ruang brakhiterapi memiliki
panjang 7 m x lebar 8 m x 3,5
m
b. Dan berapa ketebalan (meter)
tembok nya ?
Jawaban : pada ruang linac
tembok terbuat dari bahan
beton dengan ketebalan 1 m, di
bagian tembok dekat operator
memiliki ketebalan tembok 1,5
m. Jika pada ruang CT-
Simulator ketebalan tembok 1
m terbuat dari bahan beton.
Sedangkan untuk ruangan
brakhiterapi memiliki
ketebalan tembok 70 cm.
c. Apakah menggunakan
shielding ? Jika iya, jenis
shielding apa yang digunakan ?
Jawaban : tidak menggunakan
shielding tetapi dinding
menggunakan beton
berkualitas premium dan pintu
yang terbuat dari bahan boron,
parafin dan timbal sebagai
perisai neutron yang efisien.
2. Proteksi radiasi a. Apakah setiap radiotherapis
memiliki TLD sebagai salah
satu alat untuk pemantau dosis
radiasi perorangan ?
Jawaban : ya setiap pekerja
radiasi memiliki TLD
b. Apakah yang dilakukan oleh
pihak radioterapi terkait
pekerja radiasi yang terpapar
99

dosis berlebih?
Jawaban : untuk pekerja yang
terkena paparan radiasi
melampaui NBD yang sudah
ditetapkan BAPETEN, langkah
pertama yang dilakukan oleh
PPR beserta kepala instalasi
adalah mewawancarainya,
bertujuan untuk mengetahui
penyebab mengapa hal itu
terjadi kemudian dilakukan
evaluasi, lalu langkah terakhir
untuk sementara waktu pekerja
tersebut ditempatkan kerja di
bagian administrasi radioterapi.
c. Apakah setiap pekerja
mengetahui catatan dosisnya
selama bekerja ?
Jawaban : ya merka selalu
mengetahui dosisnya sebab
karena adanya kartu dosis yang
setiap pekerja radiasi
memilikinya.
d. Apakah Surveymeter dan TLD
dikalibrasi secara berkala ?
Jawaban : ya dikalibrasi secara
berkala, dengan TLD
dikalibrasi 3 bulan sekali
sedangkan surveymeter 1 tahun
sekali.
e. Apa jenis surveymeter yang
digunakan?
Jawaban : Merk Rados type
RDS 31 dan Merk Ludlum type
12-4
3. Pantauan dosis radiasi a. Profesi apa saja yang termasuk
dalam pemantauan dosis
radiasi?
Jawaban : semua staf yang ada
pada Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi
4. Paparan radiasi a. Apakah Pemantauan Paparan
radiasi dengan menggunakan
Surveymeter dilakukan secara
berkala?
Jawaban : pengecekan paparan
radiasi linac,CT-simulator serta
100

brakhiterapi menggunakan
surveymeter dilakukan setiap 3
bulan sekali.
5. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja a. Apakah pemegang Izin
Radiasi mengadakan pemeriksaan
kesehatan setiap pekerja radiasi
secara berkala selama bekerja ?
Jawaban : pemeriksaan
kesehatan MCU dilakukan
secara berkala yaitu setiap 1
tahun sekali
b. Apa saja jenis pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan pada
pekerja radiasi Departemen
Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi ?
Jawaban : melakukan
pemeriksaan rontgen thorax,
pemeriksaan darah,
pemeriksaan urin dan
anamnesa, pemeriksaan fisik
dan konsultasi dengan dokter
MCU.
c. Apakah dalam satu tahun
terakhir ada pekerja radiasi
yang terserang penyakit ?
Jawaban : saat ini tidak ada.
6. Kedisiplinan Radioterapis a. Apakah Radioterapis di
Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC
Siloam Semanggi selama
bekerja menggunakan alat
pelindung diri/ APD? Apa saja
alat yang digunakannya ?
Jawaban : masker dan
handscoon serta sepatu yang
berkaret dan tertutup.
101

Lampiran 10. Tatalaksana SOP dalam Pemeriksaan

SOP PENATALAKSANAAN RADIOTERAPI KANKER


BAGIAN KEPALA MENGGUNAKAN PESAWAT LINAC

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan radioterapi kanker bagian
kepala merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada pasien
yang menjalani penyinaran pada bagian kepala.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan penyinaran mulai dari mode up nama pasien sampai pada tahap RTT
melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada pasien.

3. Penatalaksanaan Radioterapi Kanker Bagian kepala


1) Mode up nama pasien beserta nomor rekam medisnya pada komputer
LINAC.
2) Menyiapkan alat imobilisasi pasien, biasanya pada kanker bagian kepala
menggunakan step, base plate head and neck, bantal dan lockbar serta
masker thermoplastik.
3) Memanggil pasien dan lakukan identifikasi berupa nama, tempat tanggal
lahir, dan jumlah fraksi yang akan dilakukan.
4) Melakukan positioning pasien yaitu supine di atas couch dengan tangan di
dada.
5) Mengatur meja pemeriksaan dengan menyesuaikan vertikal, lateral dan
longitudinal pada planning fisika medis.
6) Memastikan apakah sudah sesuai atau belum, bisa dengan cara mematikan
lampu ruang LINAC dengan menekan “room” pada couch. Lalu liat
apakah titik isocenter sudah berada di area yang mau diradiasi.
7) Memasang masker thermoplastik.
8) Fisika medis akan memantau titik isocenter apakah sudah sesuai dengan
data yang ada di TPS.
102

9) Memastikan pasien nyaman dan aman. Lalu pasang selimut agar pasien
tidak kedinginan.
10) RTT meninggalkan ruang LINAC menuju ke ruang operator dengan
menutup pintu ruang LINAC.
11) Melakukan verifikasi OBI 2 lapangan yaitu AP dan lateral.
12) Kemudian melakukan BEAM sesuai dengan jumlah lapangan serta sudut
gantry yang sudah ditentukan oleh fisikawan medis.
13) Jika semua jumlah lapangan sudah bertandakan “√” maka artinya
penyinaran sudah selesai.
14) RTT memasuki ruang LINAC kembali dan menandai titik isocenter
dengan tanda “+” menggunakan spidol pada masker sedangkan fisika
medis mencatat apakah terjadi pergeseran atau tidak pada titik isocenter.
Lalu RTT melepaskan semua alat imobilisasi yang terpasang pada pasien
dan mempersilahkan pasien pulang dengan menginformasikan untuk
datang kembali pada jadwal sinar selanjutnya.
103

SOP PENATALAKSANAAN RADIOTERAPI KANKER


BAGIAN KEPALA DAN LEHER MENGGUNAKAN PESAWAT LINAC

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan radioterapi kanker bagian
kepala dan leher merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani penyinaran pada bagian kepala dan leher.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan penyinaran mulai dari mode up nama pasien sampai pada tahap RTT
melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada pasien.

3. Penatalaksanaan Radioterapi Kanker Bagian Kepala Dan Leher


1) Mode up nama pasien beserta nomor rekam medisnya pada komputer
LINAC.
2) Menyiapkan alat imobilisasi pasien, biasanya pada kanker bagian kepala
dan leher menggunakan base plate head and neck, bantal dan lockbar serta
masker thermoplastik.
3) Memanggil pasien dan lakukan identifikasi berupa nama, tempat tanggal
lahir, dan jumlah fraksi yang akan dilakukan.
4) Melakukan positioning pasien yaitu supine di atas couch dengan tangan di
samping tubuh.
5) Mengatur meja pemeriksaan dengan menyesuaikan vertikal, lateral dan
longitudinal pada planning fisika medis.
6) Memastikan apakah sudah sesuai atau belum, bisa dengan cara mematikan
lampu ruang LINAC dengan menekan “room” pada couch. Lalu liat
apakah titik isocenter sudah berada di area yang mau diradiasi.
7) Memasang masker thermoplastik.
8) Fisika medis akan memantau titik isocenter apakah sudah sesuai dengan
data yang ada di TPS.
9) Memastikan pasien nyaman dan aman. Lalu pasang selimut agar pasien
tidak kedinginan.
104

10) RTT meninggalkan ruang LINAC menuju ke ruang operator dengan


menutup pintu ruang LINAC.
11) Melakukan verifikasi OBI 2 lapangan yaitu AP dan lateral.
12) Kemudian melakukan BEAM sesuai dengan jumlah lapangan serta sudut
gantry yang sudah ditentukan oleh fisikawan medis.
13) Jika semua jumlah lapangan sudah bertandakan “√” maka artinya
penyinaran sudah selesai.
14) RTT memasuki ruang LINAC kembali dan menandai titik isocenter
dengan tanda “+” menggunakan spidol pada masker sedangkan fisika
medis mencatat apakah terjadi pergeseran atau tidak pada titik isocenter.
Lalu RTT melepaskan semua alat imobilisasi yang terpasang pada pasien
dan mempersilahkan pasien pulang dengan menginformasikan untuk
datang kembali pada jadwal sinar selanjutnya.
105

SOP PENATALAKSANAAN RADIOTERAPI KANKER


BAGIAN UPPER ABDOMEN MENGGUNAKAN PESAWAT LINAC

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan radioterapi kanker bagian
upper abdomen merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani penyinaran pada bagian upper abdomen.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan penyinaran mulai dari mode up nama pasien sampai pada tahap RTT
melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada pasien.

3. Penatalaksanaan Radioterapi Kanker Bagian Upper Abdomen


1) Mode up nama pasien beserta nomor rekam medisnya pada komputer
LINAC.
2) Menyiapkan alat imobilisasi pasien, biasanya pada kanker bagian upper
abdomen menggunakan breast board, bantal dan lockbar serta masker
thermoplastik.
3) Memanggil pasien dan lakukan identifikasi berupa nama, tempat tanggal
lahir, dan jumlah fraksi yang akan dilakukan.
4) Melakukan positioning pasien yaitu supine di atas couch dengan tangan di
atas kepala.
5) Mengatur couch agar laser sesuai dengan ketinggian pada breast board
yang sudah ditentukan pada CT-Simulator.
6) Atur posisi pasien sesuai dengan tanda “+” di tubuhnya yang sudah di
gambar pada CT-Simulator.
7) Mengatur meja pemeriksaan dengan menyesuaikan vertikal, lateral dan
longitudinal pada planning fisika medis.
8) Memastikan apakah sudah sesuai atau belum, bisa dengan cara mematikan
lampu ruang LINAC dengan menekan “room” pada couch. Lalu liat
apakah titik isocenter sudah berada di area yang mau diradiasi.
9) Memasang masker thermoplastik.
106

10) Fisika medis akan memantau titik isocenter apakah sudah sesuai dengan
data yang ada di TPS.
11) Memastikan pasien nyaman dan aman. Lalu pasang selimut agar pasien
tidak kedinginan.
12) RTT meninggalkan ruang LINAC menuju ke ruang operator dengan
menutup pintu ruang LINAC.
13) Melakukan verifikasi OBI 2 lapangan yaitu AP dan lateral.
14) Kemudian melakukan BEAM sesuai dengan jumlah lapangan serta sudut
gantry yang sudah ditentukan oleh fisikawan medis.
15) Jika semua jumlah lapangan sudah bertandakan “√” maka artinya
penyinaran sudah selesai.
16) RTT memasuki ruang LINAC kembali dan menandai titik isocenter
dengan tanda “+” menggunakan spidol pada masker dan tubuh pasien
sedangkan fisika medis mencatat apakah terjadi pergeseran atau tidak pada
titik isocenter. Lalu RTT melepaskan semua alat imobilisasi yang
terpasang pada pasien dan mempersilahkan pasien pulang dengan
menginformasikan untuk datang kembali pada jadwal sinar selanjutnya.
107

SOP PENATALAKSANAAN RADIOTERAPI KANKER


BAGIAN WHOLE ABDOMEN MENGGUNAKAN PESAWAT LINAC

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan radioterapi kanker bagian
whole abdomen merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani penyinaran pada bagian whole abdomen.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan penyinaran mulai dari mode up nama pasien sampai pada tahap RTT
melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada pasien.

3. Penatalaksanaan Radioterapi Kanker Bagian Whole Abdomen


1) Mode up nama pasien beserta nomor rekam medisnya pada komputer
LINAC.
2) Menyiapkan alat imobilisasi pasien, biasanya pada kanker bagian whole
abdomen menggunakan base plate abdomen/loxon, bantal dan lockbar
serta masker thermoplastik.
3) Memanggil pasien dan lakukan identifikasi berupa nama, tempat tanggal
lahir, dan jumlah fraksi yang akan dilakukan.
4) Melakukan positioning pasien yaitu supine di atas couch dengan tangan di
dada.
5) Mengatur couch agar laser sesuai dengan ketinggian pada loxon yang
sudah ditentukan pada CT-Simulator.
6) Atur posisi pasien sesuai dengan tanda “+” di tubuhnya yang sudah di
gambar pada CT-Simulator.
7) Mengatur meja pemeriksaan dengan menyesuaikan vertikal, lateral dan
longitudinal pada planning fisika medis.
8) Memastikan apakah sudah sesuai atau belum, bisa dengan cara mematikan
lampu ruang LINAC dengan menekan “room” pada couch. Lalu liat
apakah titik isocenter sudah berada di area yang mau diradiasi.
9) Memasang masker thermoplastik.
108

10) Fisika medis akan memantau titik isocenter apakah sudah sesuai dengan
data yang ada di TPS.
11) Memastikan pasien nyaman dan aman. Lalu pasang selimut agar pasien
tidak kedinginan.
12) RTT meninggalkan ruang LINAC menuju ke ruang operator dengan
menutup pintu ruang LINAC.
13) Melakukan verifikasi OBI 2 lapangan yaitu AP dan lateral.
14) Kemudian melakukan BEAM sesuai dengan jumlah lapangan serta sudut
gantry yang sudah ditentukan oleh fisikawan medis.
15) Jika semua jumlah lapangan sudah bertandakan “√” maka artinya
penyinaran sudah selesai.
16) RTT memasuki ruang LINAC kembali dan menandai titik isocenter
dengan tanda “+” menggunakan spidol pada masker dan tubuh pasien
sedangkan fisika medis mencatat apakah terjadi pergeseran atau tidak pada
titik isocenter. Lalu RTT melepaskan semua alat imobilisasi yang
terpasang pada pasien dan mempersilahkan pasien pulang dengan
menginformasikan untuk datang kembali pada jadwal sinar selanjutnya.
109

SOP PENATALAKSANAAN CT-SIMULATOR


KANKER BAGIAN KEPALA MENGGUNAKAN
PESAWAT CT-BIG BORE BRILIANCE PHILIPS 64 SLICE

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan CT-Simulator kanker
bagian kepala merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani simulasi pada CT-Simulator.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan CT-Simulator mulai dari mengisi form sampai pada tahap
Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi lembar
CT Planning Instruction.

3. Penatalaksanaan CT-Simulator kanker bagian kepala


1) Mengisi form yang harus diisi oleh RTT.
2) Mempelajari status pasien untuk mengetahui daerah yang mau diradiasi.
3) Memasukkan data pasien berupa nama pasien, rekam medis, tempat
tanggal lahir,dll pada komputer CT-Simulator.
4) Menyiapkan alat dan bahan berupa step, base plate head and neck, bantal,
lockbar, masker thermoplastik, spidol dan marker serta micropore.
5) Memanggil dan mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama dan
tempat tanggal lahir pasien.
6) Meminta pasien untuk melepaskan aksesoris yang bisa menghalangi
pemeriksaan.
7) Memposisikan pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan tangan di
atas dada.
8) Menentukan titik reference dan mengedukasi pasien untuk tidak bergerak
lagi.
9) Merendam masker thermoplastik ke dalam waterbath selama 3 menit.
10) Memasangkan masker thermoplastik yang sudah direndam pada bagian
kepala pasien.
110

11) Menempelkan micropore pada 3 titik yaitu depan, kanan dan kiri sesuai
dengan pertemuan laser eksternal.
12) Lalu menandai di atas micropore dengan tanda “+” menggunakan spidol.
13) Menempelkan marker yang terbuat dari timbal di atas tanda “+”.
14) Pasien dimasukkan kedalam gantry CT Scan, dimana tanda referensi pada
masker disesuaikan dengan laser yang ada pada pesawat CT-Simulator.
15) Jika sudah sesuai, tekan 0 pada tombol yang ada pada board pesawat CT-
Simulator.
16) Lalu RTT menggeser meja kearah batas atas pemeriksaan.
17) Kemudian memasangkan selimut pada pasien dan RTT melakukan
scanning dengan menutup pintu CT-Simulator.
18) Jika scanning sudah selesai, RTT melepaskan alat imobilisasi yang
terpasang pada tubuh pasien dan pasien sudah diperbolehkan pulang.
19) Data scanning tersebut dikirim ke komputer TPS.
20) Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi
lembar CT Planning Instruction sebagai data set-up alat dan bahan yang
digunakan selama proses CT simulasi. Kemudian, lembar kartu
pelaksanaan penyinaran, CT Planning Intruction, status pasien dan data
pendukung imaging diagnostik dibawa ke ruang TPS untuk dilakukan
Planning penyinaran radiasi oleh fisikawan.medis.
111

SOP PENATALAKSANAAN CT-SIMULATOR


KANKER BAGIAN KEPALA DAN LEHER MENGGUNAKAN
PESAWAT CT-BIG BORE BRILIANCE PHILIPS 64 SLICE

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan CT-Simulator kanker
bagian kepala dan leher merupakan petunjuk tentang tata cara
penatalaksanaan pada pasien yang menjalani simulasi pada CT-Simulator.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan CT-Simulator mulai dari mengisi form sampai pada tahap
Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi lembar
CT Planning Instruction.

3. Penatalaksanaan CT-Simulator kanker bagian kepala dan leher


1) Mengisi form yang harus diisi oleh RTT.
2) Mempelajari status pasien untuk mengetahui daerah yang mau diradiasi.
3) Memasukkan data pasien berupa nama pasien, rekam medis, tempat
tanggal lahir,dll pada komputer CT-Simulator.
4) Menyiapkan alat dan bahan berupa base plate head and neck, bantal,
lockbar, masker thermoplastik, spidol dan marker serta micropore.
5) Memanggil dan mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama dan
tempat tanggal lahir pasien.
6) Meminta pasien untuk melepaskan aksesoris yang bisa menghalangi
pemeriksaan.
7) Memposisikan pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan tangan di
samping tubuh.
8) Menentukan titik reference dan mengedukasi pasien untuk tidak bergerak
lagi.
9) Merendam masker thermoplastik ke dalam waterbath selama 3 menit.
10) Memasangkan masker thermoplastik yang sudah direndam pada bagian
kepala dan leher pasien.
112

11) Menempelkan micropore pada 3 titik yaitu depan, kanan dan kiri sesuai
dengan pertemuan laser eksternal.
12) Lalu menandai di atas micropore dengan tanda “+” menggunakan spidol.
13) Menempelkan marker yang terbuat dari timbal di atas tanda “+”.
14) Pasien dimasukkan kedalam gantry CT Scan, dimana tanda referensi pada
masker disesuaikan dengan laser yang ada pada pesawat CT-Simulator.
15) Jika sudah sesuai, tekan 0 pada tombol yang ada pada board pesawat CT-
Simulator.
16) Lalu RTT menggeser meja kearah batas atas pemeriksaan.
17) Kemudian memasangkan selimut pada pasien dan RTT melakukan
scanning dengan menutup pintu CT-Simulator.
18) Jika scanning sudah selesai, RTT melepaskan alat imobilisasi yang
terpasang pada tubuh pasien dan pasien sudah diperbolehkan pulang.
19) Data scanning tersebut dikirim ke komputer TPS.
20) Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi
lembar CT Planning Instruction sebagai data set-up alat dan bahan yang
digunakan selama proses CT simulasi. Kemudian, lembar kartu
pelaksanaan penyinaran, CT Planning Intruction, status pasien dan data
pendukung imaging diagnostik dibawa ke ruang TPS untuk dilakukan
Planning penyinaran radiasi oleh fisikawan.medis.
113

SOP PENATALAKSANAAN CT-SIMULATOR


KANKER BAGIAN UPPER ABDOMEN MENGGUNAKAN
PESAWAT CT-BIG BORE BRILIANCE PHILIPS 64 SLICE

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan CT-Simulator kanker
bagian upper abdomen merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan
pada pasien yang menjalani simulasi pada CT-Simulator.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan CT-Simulator mulai dari mengisi form sampai pada tahap
Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi lembar
CT Planning Instruction.

3. Penatalaksanaan CT-Simulator kanker bagian upper abdomen


1) Mengisi form yang harus diisi oleh RTT.
2) Mempelajari status pasien untuk mengetahui daerah yang mau diradiasi.
3) Memasukkan data pasien berupa nama pasien, rekam medis, tempat
tanggal lahir,dll pada komputer CT-Simulator.
4) Menyiapkan alat dan bahan berupa breast board, bantal, lockbar, masker
thermoplastik, spidol dan marker serta micropore.
5) Memanggil dan mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama dan
tempat tanggal lahir pasien.
6) Meminta pasien untuk melepaskan aksesoris yang bisa menghalangi
pemeriksaan.
7) Memposisikan pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan tangan di
atas kepala.
8) Menentukan titik reference dan mengedukasi pasien untuk tidak bergerak
lagi.
9) Merendam masker thermoplastik ke dalam waterbath selama 5 menit.
10) Memasangkan masker thermoplastik yang sudah direndam pada bagian
upper abomen.
114

11) Menempelkan micropore pada 3 titik yaitu depan, kanan dan kiri sesuai
dengan pertemuan laser eksternal.
12) Lalu menandai di atas micropore dengan tanda “+” menggunakan spidol.
13) Menempelkan marker yang terbuat dari timbal di atas tanda “+”.
14) Pasien dimasukkan kedalam gantry CT Scan, dimana tanda referensi pada
masker disesuaikan dengan laser yang ada pada pesawat CT-Simulator.
15) Jika sudah sesuai, tekan 0 pada tombol yang ada pada board pesawat CT-
Simulator.
16) Lalu RTT menggeser meja kearah batas atas pemeriksaan.
17) Kemudian memasangkan selimut pada pasien dan RTT melakukan
scanning dengan menutup pintu CT-Simulator.
18) Jika scanning sudah selesai, RTT menggeser meja pemeriksaan sampai
tanda “+” yang ada di masker sudah superposisi dengan laser eksternal.
19) RTT melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada tubuh pasien.
20) Kemudian RTT menandai dengan tanda “+” pada tubuh pasien
menggunakan spidol mengikuti laser ekternal.
21) Data scanning tersebut dikirim ke komputer TPS.
22) Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi
lembar CT Planning Instruction sebagai data set-up alat dan bahan yang
digunakan selama proses CT simulasi. Kemudian, lembar kartu
pelaksanaan penyinaran, CT Planning Intruction, status pasien dan data
pendukung imaging diagnostik dibawa ke ruang TPS untuk dilakukan
Planning penyinaran radiasi oleh fisikawan.medis.
115

SOP PENATALAKSANAAN CT-SIMULATOR


KANKER BAGIAN WHOLE ABDOMEN MENGGUNAKAN
PESAWAT CT-BIG BORE BRILIANCE PHILIPS 64 SLICE

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan CT-Simulator kanker
bagian whole abdomen merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan
pada pasien yang menjalani simulasi pada CT-Simulator.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan CT-Simulator mulai dari mengisi form sampai pada tahap
Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi lembar
CT Planning Instruction.

3. Penatalaksanaan CT-Simulator kanker bagian whole abdomen


1) Mengisi form yang harus diisi oleh RTT.
2) Mempelajari status pasien untuk mengetahui daerah yang mau diradiasi.
3) Memasukkan data pasien berupa nama pasien, rekam medis, tempat
tanggal lahir,dll pada komputer CT-Simulator.
4) Menyiapkan alat dan bahan berupa base plate abdomen/loxon, bantal,
lockbar, masker thermoplastik, spidol dan marker serta micropore.
5) Memanggil dan mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama dan
tempat tanggal lahir pasien.
6) Meminta pasien untuk melepaskan aksesoris yang bisa menghalangi
pemeriksaan.
7) Memposisikan pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan tangan di
atas dada.
8) Menentukan titik reference dan mengedukasi pasien untuk tidak bergerak
lagi.
9) Merendam masker thermoplastik ke dalam waterbath selama 5 menit.
10) Memasangkan masker thermoplastik yang sudah direndam pada bagian
whole abomen.
116

11) Menempelkan micropore pada 3 titik yaitu depan, kanan dan kiri sesuai
dengan pertemuan laser eksternal.
12) Lalu menandai di atas micropore dengan tanda “+” menggunakan spidol.
13) Menempelkan marker yang terbuat dari timbal di atas tanda “+”.
14) Pasien dimasukkan kedalam gantry CT Scan, dimana tanda referensi pada
masker disesuaikan dengan laser yang ada pada pesawat CT-Simulator.
15) Jika sudah sesuai, tekan 0 pada tombol yang ada pada board pesawat CT-
Simulator.
16) Lalu RTT menggeser meja kearah batas atas pemeriksaan.
17) Kemudian memasangkan selimut pada pasien dan RTT melakukan
scanning dengan menutup pintu CT-Simulator.
18) Jika scanning sudah selesai, RTT menggeser meja pemeriksaan sampai
tanda “+” yang ada di masker sudah superposisi dengan laser eksternal.
19) RTT melepaskan alat imobilisasi yang terpasang pada tubuh pasien.
20) Kemudian RTT menandai dengan tanda “+” pada tubuh pasien
menggunakan spidol mengikuti laser ekternal.
21) Data scanning tersebut dikirim ke komputer TPS.
22) Radioterapis menyiapkan kartu pelaksanaan penyinaran dan mengisi
lembar CT Planning Instruction sebagai data set-up alat dan bahan yang
digunakan selama proses CT simulasi. Kemudian, lembar kartu
pelaksanaan penyinaran, CT Planning Intruction, status pasien dan data
pendukung imaging diagnostik dibawa ke ruang TPS untuk dilakukan
Planning penyinaran radiasi oleh fisikawan.medis.
117

SOP PENATALAKSANAAN BRAKHITERAPI


KANKER BAGIAN PELVIS
MENGGUNAKAN PESAWAT HDR BRAKHITERAPI IRIDIUM-192

1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur penatalaksanaan brakhiterapi kanker
bagian pelvis merupakan petunjuk tentang tata cara penatalaksanaan pada
pasien yang menjalani brakhiterapi.

2. Tujuan
Memberikan panduan kepada petugas mengenai tahapan penatalaksanaan
tindakan brakhiterapi mulai dari persiapan pasien sampai pada tahap
observasi setelah penyinaran.

3. Persiapan Pasien
a) Pengecekan darah di laboratorium.
b) Rontgen Thorax.
c) SWAB Antigen.
d) Konsultasi ke dokter spesialis jantung dan dokter anestesi
e) Puasa selama 6 jam – 8 jam sebelum dilakukan tindakan.
f) Meminum obat pencahar di pagi hari sebelum tindakan.

4. Persiapan pemeriksaan
b) Pemasangan infus oleh perawat.
c) Pemasukan anestesi oleh dokter anestesi.
d) Pemasangan kateter oleh dokter onkologi radiasi.
e) Pemasukan kontras oleh perawat.

5. Tindakan
Dilakukan pemasangan aplikator oleh dokter onkologi radiasi dengan
posisi pasien litotomi pada ruang aplikasi.
118

6. CT-Simulator
Dilakukan scanning pada pesawat CT-Simulator untuk melihat apakah
aplikator sudah tepat pada posisinya dan data pada CT-Simulator akan
ditransfer ke TPS untuk di lakukan planning.

7. TPS
Dilakukan kontur oleh dokter onkologi radiasi dan planning oleh
fisikawan medis yang dimana planning tersebut harus mendapat approve dari
dokter onkologi radiasi.

8. Penyinaran
a) Memasukkan data pasien berupa nama dan rekam medis serta fraksi yang
akan dilakukan pada komputer brakhiterapi.
b) Memasang kabel untuk penghubung dari sumber brakhiterapi ke aplikator.
c) Memasang penghangat tubuh pasien
d) Memutar “key” kearah indikator on.
e) Lalu tekan tombol “last man out” jika ingin meninggalkan ruang penyinaran
brakhiterapi.
f) Lalu melakukan BEAM dengan waktu tertentu yang sudah ditetapkan pada
monitor.
g) Jika waktu sudah menujukkan 0 artinya penyinaran sudah selesai. RTT
mengantarkan pasien ke ruang aplikasi kembali untuk melakukan pelepasan
aplikator.

9. Pelepasan aplikator
Dilakukan pelepasan aplikator oleh perawat pada ruang aplikasi.

10. Observasi
Pasien di taruh di ruang observasi selama 15 menit – 30 menit untuk
melihat reaksi dari tindakan yang sudah dilakukan. Jika tidak ada reaksi yang
begitu membahayakan maka pasien akan diantar ke ruang rawat inap oleh
perawat.
119

Lampiran 11. Kartu Dosis TLD Pekerja Radiasi


120
121

Lampiran 12. Dokumen Hasil Pengukuran Paparan Radiasi


HASIL PENGUKURAN PAPARAN RADIASI RUANG LINAC 1
122
123

HASIL PENGUKURAN PAPARAN RADIASI RUANG LINAC 2


124
125

HASIL PENGUKURAN PAPARAN RADIASI RUANG CT-SIMULATOR

HASIL PENGUKURAN PAPARAN RADIASI RUANG BRAKHITERAPI


126

HASIL PENGUKURAN PAPARAN RADIASI AREA PUBLIK


127

Lampiran 12. Dokumen Kalibrasi Pesawat LINAC


KALIBRASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC MERK VARIAN
TIPE CLINAC IX-SN4740
128
129

KALIBRASI BERKAS PHOTON PESAWAT LINAC MERK VARIAN


TIPE CLINAC IX-SN4740
130
131

KALIBRASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC MERK VARIAN


TIPE CLINAC IX-SN6198
132
133

KALIBRASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC MERK VARIAN


TIPE CLINAC IX-SN6198
134
135

Lampiran 14. Denah Lokasi Departemen Onkologi Radiasi

DENAH LOKASI DEPARTEMEN ONKOLOGI RADIASI DI RS KHUSUS


KANKER MRCCC SILOAM SEMANGGI
136

Lampiran 15. Naskah Penjelasan


NASKAH PENJELASAN
Sehubungan dengan pengumpulan data dalam penelitian “Analisis Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS
Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi”, dengan ini saya Defi Putri Yani
Mismar, P2.11.30.2.90.23 sebagai peneliti adalah Mahasiswi Program Sarjana
Terapan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kementerian
Kesehatan Jakarta II memohon kesediaan bapak/ibu/sdr untuk berpartisipasi
dalam proses penelitian ini sebagai bagian dari sampel. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan pada Departemen Onkologi Radiasi
khususnya di bidang Keselamatan dan kesehatan Kerja bagi Pasien dan Pekerja.
Data yang akan saya kumpulkan adalah sebagai berikut :

1. Data berupa hasil laporan pemantauan dosis perorangan yang diterima oleh
pekerja radiasi pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
2. Data berupa gambar/foto ruangan yang ada di Departemen Onkologi Radiasi
di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi beserta fasilitasnya.
3. Data berupa hasil kalibrasi output pesawat dan gambar/foto perlengkapan
proteksi radiasi pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi.
4. Denah Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi.
5. Hasil paparan keamanan radiasi yang ada di ruang LINAC, CT-Simulator,
Brakhiterapi dan area publik.
Data-data tersebut diperoleh dengan cara melakukan observasi tentang
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Partisipasi sebagai sample bersifat
sukarela dan apabila tidak berkenan dapat menolak atau sewaktu-waktu dapat
mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. Sebagai tanda terima kasih, sample akan
diberikan bingkisan di akhir penelitian. Manfaat yang diperoleh oleh sampel
adalah dapat dijadikan sebagai pedoman kesesuaian bagi Departemen Onkologi
Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam Semanggi dalam menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja pada ruang pemeriksaan radioterapi. Proses ini
137

aman dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada dan juga didampingi
dengan tenaga kesehatan professional dibidangnya. Resiko yang diperoleh berupa
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja tidak sesuai dengan acuan peraturan
yang sudah ditetapkan dapat di atasi dengan perbaikan sarana dan fasilitas,
penyempurnaan sistem proteksi radiasi, tindakan konseling dan tindak lanjut.
Kemudian tindakan dengan peningkatan budaya keselamatan, pemeriksaan dan
perawatan fasilitas, penerapan sistem, serta manajemen penerimaan dosis.
Penelitian ini tidak beresiko menimbulkan cidera dan apabila terjadi hal yang
tidak diinginkan akan menjadi tanggung jawab peneliti dan ditanggulangi oleh
ahli.
Data yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dihubungkan
dengan identitas sample yang bersangkutan, hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian dan tidak berdampak apapun. Memohon dengan ikhlas kesediaan
Bapak/Ibu/sdr untuk berpartisipasi dalam proses penelitian ini sebagai sampel.
Jika subjek bersedia berpartisipasi dalam proses penelitian ini menandatangani
dan mengembalikan lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP). Apabila
sampel/responden/informan memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai
penelitian ini,dapat menghubungi :
Nama : Defi Putri Yani Mismar
No. HP : 082388005632
Email : deviputriani2001@gmail.com
Atas Partisipasi dan kerjasamanya, saya mengucapkan terimakasih.
138

Lampiran 16. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)


PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : TN. R
Tempat/Tanggal Lahir :-
Alamat :-
No. HP :-

Telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang
berkaitan dengan penelitian “Analisis Penerapan Keselamatan dan kesehatan
Kerja Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker MRCCC Siloam
Semanggi” yang dilaksanakan oleh Defi Putri Yani Mismar Mahasiswi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Program Sarjana Terapan Teknologi
Radiologi Pencitraan.
Dengan ini, saya (BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA) berpartisipasi untuk
menjadi bagian dari sampel dalam penelitian ini secara sukarela serta mengisi dan
memberikan data yang diperlukan secara jujur dan benar. Dan apabila saya
inginkan, saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa paksaan dari pihak
manapun.
Demikian pernyataan ini dibuat sebenar-benarnya tanpa adanya paksaan dari
pihak manapun.
*Coret yang tidak perlu
Jakarta, 03 Maret 2023
Saksi Yang Menyatakan

( Atqiya shabrina ) ( TN. R )


Peneliti

(Defi Putri Yani Mismar)


139

Lampiran 17. Lembar Bimbingan Skripsi

LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI


Program Sarjana Terapan Prodi Teknologi Radiologi Pemcitraan
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Nama Mahasiswa : Defi Putri Yani Mismar


NPM : P21130219023
Judul Skripsi : Analisis Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja
Pada Departemen Onkologi Radiasi di RS Khusus Kanker
MRCCC Siloam Semanggi

NO HARI MATERI SARAN PARAF PARAF


. DAN YANG PEMBIMBIN PEMBIMBING PEMBIMBING
TANGGAL DIKONSULTASIKAN G MATERI TEKNIS
1. Senin, 7 Konsultasi beberapa Memilih judul
November judul (PM) K3 dengan
2022 melakukan
penelitian ke
seluruh ruang
pemeriksaan
2. Kamis, Konfirmasi Judul dan Konfirmasi
10 alasan serta tujuannya dahulu kepada
November (PM & PT) pihak RS
2022 terkait izin
mengambil
Judul di tempat
tersebut.
3. Selasa, 15 Izin pihak RS diterima Membuat BAB
November serta judul di ACC I sampai
2022 (PM) dengan BAB
III
140

4. Rabu, Revisi Proposal TTD halaman


11 Januari (PM) persetujuan
2023

5. Kamis, Revisi Proposal ACC Seminar


12 Januari (PT) proposal
2023

6. Rabu, 8 Revisi Proposal Merevisi materi


Februari (PM) tentang
2023 pemegang izin
dan Lembar
bimbingan
skripsi
7. Rabu, 28 Revisi Proposal Revisi terkait
Februari (PT) masukan yang
2023 diberikan saat
sidang seminar
proposal dan
Lembar
bimbingan
skripsi
8. Kamis, 25 Konsultasi BAB 4 dan Menambahkan
Mei 2023 BAB 5 (PM) foto
surveymeter
beserta apron
dll
9. Rabu, 31 Revisi BAB 4 dan Mencari acuan
Mei 2023 BAB 5 (PM) peraturan yang
terbaru
141

10. Jumat, 09 Revisi BAB 4 dan Dosen PT


Juni 2023 BAB 5 (PT) merevisi terkait
penambahan
tanda evakuasi.

11. Senin, 12 Revisi BAB 4 dan Dosen PM


Juni 2023 BAB 5 (PM & PT) TTD halaman
persetujuan dan
Dosen PT
merevisi terkait
penambahan
lampiran
12. Selasa, 13 Revisi BAB 4 dan ACC Sidang
Juni 2023 BAB 5 (PT) Skripsi

Pembimbing Materi, Pembimbing Teknis,

Guntur Winarno, S.Si, M.Si Samsun S.Si, M.Si, M.Kom


NIP. 197611202000031001 NIP. 196502201989031012
142

Anda mungkin juga menyukai