Anda di halaman 1dari 23

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BUDIDAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB V. PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN

No. Dokumen :SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN

Dilarang menggandakan atau memperbanyak dokumen ini dalam bentuk


apapun tanpa ijin tertulis dari PT. DINAMIKA PRIMA ARTHA

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Persiapan lahan harus mengikuti master plan yang telah disetujui oleh COO. Dalam rangka
persiapan lahan harus menggunakan prinsip tanpa bakar (zero burning).

5.1. PENYUSUNAN TATA RUANG

Tata ruang disusun berdasarkan hasil survey kesesuaian lahan yang mencakup rencana :
a. Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk lokasi.
b. Batas kebun dan batas kerja kontraktor.
c. Lokasi bibitan.
d. Outlet drain berdasarkan kondisi lahan (darat, rawa, bukit dan sungai).
e. Pembagian blok berdasarkan kondisi lahan. Luas setiap blok 30 ha untuk inti dan 30 ha
untuk Plasma, perubahan atas luasan blok Plasma harus mendapat ijin dari COO.
f. Lokasi pemukiman karyawan, kantor, pabrik dan bangunan lainnya.

5.2. RINTIS - BLOCKING

Pedoman dalam pembuatan blok dan jalan di areal datar :


a. Berdasarkan peta rencana blok, dilakukan kegiatan rintis PR arah Timur – Barat dan CR
arah Utara – Selatan dengan menggunakan theodolite oleh Team Survey.
b. Jarak titik pancang antar PR adalah 1.012,25 m dan antar as CR adalah 308,2 m
• Lebar blok 301,2 m dan panjang 1.003,25 m.
• Lebar PR 9 m dan CR 7 m.

Khusus untuk areal berbukit dilakukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum pembuatan
jalan dan blocking. Blocking ditentukan berdasarkan batas jalan dan luasnya tidak harus 30
ha.

5.3. PEMBUATAN JALAN

Penjelasan mengenai pembuatan jalan lihat butir 4.3.

5.4. PERSIAPAN LAHAN EKS HUTAN SEKUNDER MINERAL


5.4.1. Imas
Mengimas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman merambat lainnya
yang berdiameter di bawah 10 cm dengan menggunakan parang dan kampak.
Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah mungkin atau dekat dengan
tanah.
Tujuan mengimas untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan perun
mekanis. Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun mekanis.
Vegetasi areal sepanjang aliran sungai harus dipertahankan dengan jarak 50 m dari bibir
sungai kecil (lebar: <30 m) dan 100 m dari sungai besar (lebar: >30 m).

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Berdasarkan hasil identifikasi HCV, dilakukan pemasangan patok batas dan amaran berisi
informasi dan kriteria HCV di areal HCV dan selanjutnya EM memberitahukan kepada
pihak kontraktor secara tertulis dan ada berita acara untuk tidak melakukan kegiatan di
areal tersebut. Pengawasan pelaksanaannya dilakukan oleh pihak kebun.

5.4.2. Tumbang

Penumbangan pohon dengan chainsaw dapat dilakukan setelah diimas.

Tabel 12. Ketinggian tunggul maksimum berdasarkan diameter batang.

Diameter batang Ditebang dari permukaan tanah maksimum


>10 – 15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)

16 – 30 cm 25 cm

31 – 75 cm 50 cm

76 – 150 cm 100 cm

> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :


a. Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan.
b. Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang
maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar.
c. Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada waktu
dilakukan perumpukan (perun mekanis).

5.4.3. Perun Mekanis

Perun mekanis dengan menggunakan bulldozer dan excavator merupakan kegiatan


merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman
dengan arah Timur – Barat.

Tabel 13. Jenis alat untuk perun mekanis

Posisi Kerapatan
Jenis alat Vegetasi Topografi
Rumpukan Vegetasi
Hutan sekunder,
Bulldozer Gelombang, Sedang -
semak 4:1
darat, datar rendah
belukar
Bulldozer Hutan sekunder,
Bukit, Sedang -
dan semak Antar teras
gelombang rendah
Excavator belukar

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Hutan sekunder,
Sedang -
Excavator semak Rendahan 2:1
rendah
belukar

5.4.3.1. Pancang jalur rumpukan


Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di
gawangan mati, selain pancang perun agar dibuat pancang tanam kepala untuk membantu
supaya rumpukan perun tidak memotong jalur tanam.
Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator
excavator/bulldozer. Setiap jarak + 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 –
8 pancang pembantu dalam jaluran.
Pada jarak 150 meter dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai
jalan kontrol dengan lebar + 4 meter, demikian juga dari pinggir jalan tidak ada rumpukan
dengan lebar + 4 meter.

5.4.3.2. Pelaksanaan perun mekanis


Posisi bulldozer atau excavator berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau
perumpukan kayu-kayu / belukar diatur dalam gawangan mati sejauh +2,5 m dari radius
pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah.
Top Soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau bulldozer, posisi pisau diatur +10
cm di atas permukaan tanah dan pisau dipasang gigi.

Gambar 18. Layout perun mekanis dan pancang titik tanam.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


5.4.4. Cincang Jalur
5.4.4.1. Kegiatan yang dilakukan pada areal datar
a. Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu / belukar yang masih melintang
pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan.
b. Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah Utara Selatan harus
bebas dari kayu / belukar .
c. Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan sebagai berikut:
• Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1 : 2.
• Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1 : 4.
• Lebar rumpukan +/- 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m.

5.4.4.2. Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit


Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti arah kontur dan kayu-kayu yang melintang
pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur rumpukan.
Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijaksanaan VP
Agronomi II dan GM. Perhatian utama, titik tanam harus bebas dari kayu / belukar.

5.5. LALANG
5.5.1. Sistem Kimiawi

Pembasmian lalang dapat dilakukan secara kimia yaitu menggunakan glifosat/sulfosat


dengan dosis anjuran antara 6 – 10 liter per hektar blanket tergantung kondisi lalang dan
kualitas air.

Tabel 14. Kegiatan pembasmian lalang

Kegiatan Dosis/Ha Waktu

Semprot total 6 l/ha blanket awal pembukaan areal.

Spot spraying 1 6 l/ha & vol % 3 minggu setelah semprot total.

Spot spraying 2 6 l/ha & vol % 4 minggu setelah spot spraying 1.

Initial wiping 0,05 l/ha/rotasi 4 minggu setelah spot spraying 2 .

FolIow-up wiping 0,05 l/ha/rotasi dilanjutkan 2 rotasi lagi dengan jarak 4 minggu
per rotasi.

Routine wiping 0,05 l/ha/rotasi dilakukan setelah follow up wiping rotasi ke 2


dengan rotasi 3 bulan sekali.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Pembasmian lalang secara kimia juga dapat dilakukan secara mekanis menggunakan Boom
Sprayer. Penggunaan alat ini dapat dilakukan untuk areal yang datar dan telah dibersihkan
dari batang-batang kayu / belukar sewaktu perun mekanis. Dengan alat ini dapat dikurangi
kebutuhan tenaga kerja dibandingkan apabila areal lalang tersebut disemprot dengan hand
sprayer.
Boom Sprayer ini terdiri atas tangki yang dipasang di belakang traktor menggunakan 3-point
linkage, pompa yang digerakkan oleh PTO pada kecepatan 540 rpm dan boom yang
dipasangi nozzle.
Untuk semprot lalang blanket, digunakan Boom Sprayer kapasitas tangki 600 liter, panjang
boom 6 m dengan extension 1 m kiri dan 1 m kanan. Setiap 2 m terdapat 4 nozzle sehingga
jarak antar nozzle 50 cm.
Untuk tipe Boom Sprayer 600 l, pemilihan traktor 4 WD yang minimal 50 HP.
Diperlukan kalibrasi flow rate dan menentukan kecepatan traktor yang sesuai untuk
mendapatkan application rate – liter per hektar dengan dosis bahan kimia yang sesuai.
Prestasi penyemprotan lalang tergantung pada kecepatan pergerakan traktor dan panjang
boom yang digunakan. Direkomendasikan kecepatan traktor 6 km/jam dengan tekanan 3
bar dan kebutuhan air 160 l/ha. Prestasi biasa dapat dicapai sekitar 1,5 ha/BU, dan apabila
kondisi kondusif dan operator sudah trampil bisa sampai 2 ha/BU.

Gambar 19. Contoh Boom Sprayer

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


5.5.2. Sistem Mekanis
Tidak dilakukan pada musim hujan atau kemarau panjang.
Pelaksanaan dilakukan dengan dua kali bajak dan dua kali garu yang ditarik oleh traktor
atau bulldozer masing-masing dengan arah bersilangan. Jangka waktu antara pembajakan
pertama dan kedua sekitar 3 minggu. Jangka waktu antara pembajakan kedua dan garu
pertama sekitar 2 – 3 minggu dan dapat langsung diikuti dengan garu kedua.

5.6. REPLANTING

Harus dilakukan sensus pohon yang masih hidup, pohon tumbang dan titik kosong dengan
menggunakan stiple card, sebagai dasar penentuan harga kontrak.

5.6.1. Areal Non Ganoderma


5.6.1.1. Sistem chipping

Sistem ini menggunakan excavator yang dilengkapi dengan chipping bucket untuk
mencacah batang menjadi bagian kecil sehingga cepat kering dan lapuk.

Pelaksanaan sistem ini dilakukan dengan cara :


a. Membuat pancang untuk menentukan jalur rumpukan dengan ratio 2 : 1. Pancang di
dalam jalur dipasang setiap 50 m.
b. Membongkar pohon yang masih tegak sampai ke akar-akarnya dan selanjutnya lubang
bonggol ditutup kembali dengan tanah baru.
c. Mencacah (chipping) dimulai dari mahkota daun, batang dan bonggol dengan tebal
maximum 12 cm dan panjang 60 cm. Hasil chipping disebar merata di gawangan mati
minimum 1 meter dari jalur tanam dan dipastikan daun berada dibawah.
d. Mencacah (chipping) tetap dilakukan apabila terdapat pohon yang mati dan dibuat
lubang seperti di b dan c di atas.

5.6.2. Areal Ganoderma

5.6.2.1. Kegiatan sebelum replanting


Areal yang terkontaminasi Ganoderma yang akan direplanting pada 3 tahun kedepan, perlu
perlakuan sebagai berikut :
a. Hanya pokok yang terinfeksi dan tanaman sudah tidak produktif saja yang dibuat
perlakuan (tumbang, gali, bajak/plough dan expose).
b. Perlakuan bajak 2 kali, apabila ada  10 titik tanam yang mengelompok (termasuk
bonggol yang lama), jika < 10 titik tanam maka cukup digali saja.
c. Untuk pohon yang terinfeksi tetap harus digali dan dibajak juga walaupun areal tersebut
masih belum akan direplanting.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


d. Ukuran lubang 1 x 1x 1 meter.
e. Dibuat berita acara bahwa areal yang ada serangan ganoderma sudah ada perlakuan
sesuai ketentuan.

5.6.2.2. Sistem chipping

Penjelasan lihat Bab 5.6.1.1. Chipping pokok terserang Ganoderma berat dilakukan setiap
tahun selama 3 (tiga) tahun sebelum replanting.

5.6.3. Areal HCV


Replanting di areal HCV harus mendapat persetujuan khusus dari Management dan
mengikuti SOP yang berlaku.

5.7. PANCANG DAN KERAPATAN TANAM


Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat layout PR dan CR, agar arah barisan
tanaman dapat dibuat rapi.
Pembuatan pancang tanam diawali dengan pemasangan pancang kepala.

5.7.1. Pancang Tanam Areal Datar Sampai Berombak


Pada areal datar sampai berombak, pancang kepala dipasang dengan jarak antar pancang
500 m memanjang blok dan setiap 100 m searah lebar blok.
Diantara pancang kepala dipasang anak pancang. Jarak antar anak pancang di areal datar
sampai berombak ditentukan berdasarkan kerapatan tanamnya (lihat tabel 1.)
Pola tanam segitiga sama sisi. Kerapatan tanaman per hektar didasarkan pada kondisi
lahan dan pola pengelolaan. (lihat tabel 2)

5.7.2. Pancang Tanam Areal Berbukit

Sebelum kegiatan pancang tanam dilakukan, terlebih dahulu diawali pembuatan teras
kontur. Dalam pembuatan teras kontur, jarak horizontal antara teras kontur akan bervariasi
tergantung dengan perbedaan lereng. Idealnya, jarak horizontal antara teras kontur rata-rata
9 m. Untuk memudahkan operator bulldozer, warna pancang dari setiap teras harus berbeda
supaya tidak terjadi berpotongan pembuatan teras dari level satu ke lainnya.
Apabila jarak antara pancang teras kurang dari 7 m , maka pemancangan untuk pembuatan
teras harus dihentikan dan diberi rambu silang. Sebaliknya jika jarak antara pancang teras
lebih dari 12 m, maka harus dibuat anak teras dengan cara menambah jalur pancang anak
teras dengan warna pancang yang berbeda. Untuk mendapatkan kerapatan tanaman yang
merata dan standar, perlu dilakukan penyesuaian jarak tanam sepanjang teras kontur.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


5.7.2.1. Penentuan Base Line

Base line adalah pancang kepala yang merupakan pedoman awal dalam melakukan
leveling teras. Pembuatan base line adalah sebagai berikut:
a. Base line dikerjakan bukit per bukit.
b. Cari kemiringan rata-rata dimana tidak terlalu datar dan tidak terlalu terjal.
c. Pemancangan dimulai dari lokasi/bukit tertinggi sampai ke kaki bukit dengan jarak antar
pancang 9 m horizontal dengan bantuan alat Theodolite.
d. Pancang base line diberi warna merah, putih dan biru berulang-ulang dari pancang awal
sampai pancang terakhir di kaki bukit.

Gambar 20. Base Line

5.7.2.2. Penentuan pancang teras (leveling)


a. Pancang teras pertama dimulai dari pancang base line pada kemiringan 90 (derajat).
b. Pembuatan pancang teras menggunakan teodolite oleh Team Survey, dimana tiap  9
m diberi pancang.
c. Warna pancang teras sesuai dengan warna pancang base line, misalnya pada base line
berwarna merah, maka untuk teras tersebut adalah pancangnya berwarna merah, dan
seterusnya.
d. Warna pancang teras dibedakan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
perpotongan antar teras oleh alat berat pada saat bekerja.
e. Bila jarak antar teras < 7m, maka pemancangan dihentikan dan diberi tanda ”Cross”( X).
f. Sebaliknya jika jarak pancang antar teras > 12m, maka dibuat pancang anak teras
(teras sisip) dengan warna pancang yang berbeda.
g. Pancang akan menjadi “batas atas / posisi backdrop” teras pada saat bulldozer bekerja.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


5.7.2.1.1. Pemacangan violle system model ”L”

Bahan
a. Tali sling panjang 22 m.
b. Cat (8 warna).
c. Kawat, paku.
d. Batang kayu.
e. Pipa dan Elbow Paralon 1/2”.

5.7.2.1.2. Cara Pembuatan ’L’ Paralon :


a. Potong Paralon panjang 20 cm.
b. Buat lobang pada salah satu ujung paralon.
c. Masukan (lem) paralon ke dalam Elbow model ’L’.
d. Sling dicat warna.
e. Paku pada ujung batang kayu setiap 20 cm sebanyak 5 titik.

Gambar 21. Foto ’L’ Paralon (ukuran ½”)

Gambar 22. Sketsa alat

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


SKETSA TALI SELING WARNA
(Panjang tali 21 m)

5.7.2.2. Cara kerja violle system model ”L”


a. Satu team terdiri dari 3 orang. Orang ke-1 di teras atas (tebing teras atas), orang ke-2
dan ke-3 di teras bawah (orang ke-2 pegang ”L”, orang ke-3 memancang).
b. Jarak tanam pada teras pertama/paling atas dilakukan secara manual dengan
menggunakan alat ukur meteran hingga selesai disepanjang teras. Jarak tanam pada
teras ini tergantung dari populasi per hektar yang dikehendaki.
c. Orang ke-1 bertugas memastikan posisi ujung sling pada tebing teras atas.
d. Orang ke-2 bertugas :
a. Memastikan posisi sling tegak lurus.
b. Posisi elbow pada titik tanam teras bawahnya.
c. Menginformasikan warna sling yang terlihat di elbow kepada orang ke-3.
e. Orang ke-3 bertugas memancang pada titik – warna yang disebutkan orang ke-2.
f. Posisi sling senantiasa horizontal.
g. Pada teras tinggi dibantu batang kayu penyangga.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Catatan : khusus untuk populasi 144 pkk/ha
Gambar 23. Sketsa pemancangan

Gambar 24. Sketsa tiang penyangga tali (jika diperlukan pada areal curam)

5.7.2.3. Perhitungan jarak tanam

Untuk mendapatkan kerapatan tanaman per hektar sesuai standar, maka perlu ditentukan
jarak tanam di dalam teras. Contoh cara menghitung jarak tanam, jika jarak base line antar
teras = 9 m dan kerapatan pohon yang diinginkan = 136 per ha sbb. :

10.000 m2
1 ha = = 73,52 m2
136 pohon

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


73,52 m2
Maka jarak tanam dalam teras = = 8,2 m
9m

Tabel 15. Jarak teras, jarak tanam dalam teras dan populasi pokok

5.7.3. Penanaman pada Teras dan Tapak Kuda

Titik tanam sekitar 1,0 – 1,2 m dari tebing teras. Penanaman pada tapak kuda, titik tanam
harus berada 0,5 m dari tebing.

5.7.4. Kerapatan Tanam di Areal Lembah

Sawit yang ditanam pada lembah yang curam seringkali mengalami etiolasi. Untuk itu titik
tanam awal berjarak horizontal 9 m dari pohon terakhir yang ditanam di tebing dan jarak
selanjutnya mengikuti ketentuan standar (lihat butir 1.3.2.).

5.7.5. Pohon Sawit yang Terletak di Pinggir Jalan/Pinggir Parit

Apabila titik tanam bertepatan pada jalan atau parit, maka harus dipindahkan minimal 2 m
dari pinggir jalan atau parit, dengan mempertimbangkan jarak pohon sawit yang berdekatan
minimal 6 meter.

5.8. SENSUS SAWIT

Perhitungan pohon sawit secara fisik dilakukan setelah penanaman.

5.9. KONSERVASI LAHAN

Berfungsi untuk :
a. Membantu pertumbuhan, pemeliharaan dan panen yang efektif.
b. Meminimalkan erosi dan aliran permukaan.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


c. Meningkatkan infiltrasi air.
d. Menjaga atau mempertahankan kelembaban tanah.
e. Mengupayakan agar tanaman memperoleh cahaya yang cukup.

5.9.1. Teras Konservasi


o
Pada daerah dengan kemiringan 5 - 8 o, teras konservasi dengan lebar 2 m dibuat secara
mekanis dengan jarak antar teras 35 - 50 m. Tapak kuda dengan rorak dapat dibuat secara
selektif jika diperlukan.

5.9.2. Teras Kontur

Pada daerah berbukit dengan kemiringan 9o – 22o dibuat teras kontur dengan lebar 4,5 m
s/d 5,5 m secara mekanis (lihat tabel 3.1.1.). Stop bund harus dibuat setiap jarak 30 m
dengan lebar dan tinggi 60 – 70 cm dengan panjang  2 m dari tebing.

Back slope/tebing
teras
Lebar teras 4,5 s/d
5,5 m

Back drop 15o

Gambar 25. Teras Kontur

5.9.3. Tapak Kuda dengan Rorak

Pada bagian areal tertentu yang dapat ditanami tetapi tidak memungkinkan dibuat teras
kontur, maka harus dibuat tapak kuda dengan lebar 2,5 m mengikuti kontur yang harus
dikombinasikan dengan rorak.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Back drop 15o

Gambar 26. Tapak kuda dengan rorak

5.9.4. Tanaman Konservasi


Tanaman Vettiver grass atau Guatemala sangat bermanfaat untuk mencegah erosi karena
perakaran yang dalam mencapai 3 m dan struktur perakarannya sangat baik.
Pengembangan tanaman ini dilakukan dengan membagi rumpun menjadi bagian kecil dan
ditanam berjarak 50 cm. Agar perkembangan lebih cepat dilakukan pemangkasan daun
setinggi 25 cm setiap 3 bulan.

5.10. KACANGAN

5.10.1. Persiapan Lahan untuk Tanam Kacangan

Jalur tanam kacangan harus bebas gulma. Penyemprotan herbisida untuk areal lalang
dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval 3 minggu, sedangkan areal non lalang cukup 2
kali dengan interval 4 minggu. Masalah gulma harus sudah diselesaikan sebelum biji
kacangan mulai ditanam.

Penanaman kacangan dapat dilakukan 2 minggu setelah penyemprotan terakhir.

5.10.2. Tanaman Kacangan Muccuna bracteata


5.10.2.1. Perbanyakan dengan biji (generatif)
a. Sebelum dilakukan penanaman biji harus disortir dipisahkan antara biji yang bulat dan
yang gepeng/keriput.
b. Pengecekan biji dapat dilakukan dengan memotong ujung biji dengan alat pemotong
kuku. Klasifikasi biji setelah dilakukan perlukan dibedakan sbb.:
c. Benih bagus : cotyledon berwarna putih.
d. Benih sedang : cotyledon berwarna coklat.
e. Benih rusak : cotyledon berwarna hitam, rusak, berlubang

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


f. Benih yang telah dilukai tidak boleh disimpan harus ditanam pada hari yang sama.
g. 1 kg Mb mengandung  6000 benih. Kebutuhan benih = 0,14 kg/ha.
h. Benih yang baik harus memiliki persentase daya tumbuh kecambah 50%

5.10.2.2. Perbanyakan dengan bibit (vegetatif)


a. Sistem stek
• Sulur yang dipilih harus sulur yang dewasa dan berwarna hijau, diambil 4 ruas dari
pucuk. Tiap stek minimum terdiri dari 2 (dua) ruas, satu ruas ditanam dalam tanah.
• Sebelum ditanam di polybag, stek terlebih dahulu direndam dalam hormon
pertumbuhan akar (Rootone F).
b. Sistem runduk
• Perbanyakan stek bisa langsung dilakukan di lapangan, caranya membuat lingkaran
dengan menyatukan dua ruas yang ditanam dalam kantong plastik. Harus ada dua
ruas yang diatas polybag yang diharapkan akan tumbuh tunas baru. Ujung sulur
pucuk minimal 4 ruas.
• Kantong plastik digunakan harus transparan untuk mengetahui pertumbuhan dan
jumlah akar.

Gambar 27. Perbanyakan kacangan Mb dengan sistem vegetatif

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


5.10.2.3. Pembibitan kacangan Mb
a. Isi baby polybag dengan media tanam 2 bagian tanah (dari areal yang tidak terinfeksi
ganoderma) dan 1 bagian pasir, agar media tidak jenuh air yang menyebabkan bibit
mati.
b. Tanam 1 benih per polybag dengan hilum pada bagian bawah dengan kedalaman  0,5
cm.
c. Lakukan penyiraman 2 (dua) kali sehari.
d. Bedengan bibitan diberi alas plastik supaya akar tidak tembus ke dalam tanah diluar
polybag.
e. Lakukan penyemprotan apabila ada serangan hama dan penyakit.
f. Bibitan tidak perlu diberi naungan.

5.10.2.4. Penanaman dan perawatan kacangan Mb


a. Penaman di lapangan dilakukan 6 s/d 8 minggu setelah perkecambahan.
b. Kebutuhan bibit = 3 bibit per pokok sawit.
c. Perawatan umur 1 - 3 bulan dilakukan perawatan manual dengan membersihkan gulma
disekitar tanaman Mb, dilakukan rotasi setiap dua minggu, sekaligus
menarik/mengumpulkan sulur ke arah induk (seperti menyanggul).
d. Perawatan umur > 3 bulan dilakukan semprot di kanan kiri jalur Mb setiap bulan dan
setiap 2 minggu dilakukan penarikan sulur yang menjalar agar tidak kena semprot.
Pekerjaan tarik sulur sebelum semprot dilaksanakan 2 -3 hari sebelum semprot.
e. Bila Mb sudah menutup, maka untuk perawatan piringan dan pasar pikul meng-gunakan
fluroksipir 0,25 l/ha (blanket), 4 (empat) minggu sekali sampai akhir tahun.
f. Perawatan piringan dan pasar pikul tahun ke-2 menggunakan fluroksipir 0,25 l/ha
blanket dengan rotasi 5 minggu sekali atau 10 rotasi/tahun. Harap diingat bahwa R&D
PT. DINAMIKA PRIMA ARTHA tidak merekomendasikan glifosat pada piringan di TBM
kurang dari 25 bulan. Bila diperlukan dan dengan persetujuan minimal level Direktur,
maka dapat ditambah dengan paraquat diklorida pada 3 rotasi yaitu rotasi ke 3, 6, dan 9
atau sesuai kondisi lapangan. Untuk DAK dan wiping disesuaikan dengan kondisi.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Gambar 28. Penanaman Mb pada rumpukan 1 : 2

Gambar 29. Penanaman Mb pada rumpukan 1 : 4.

Gambar 30. Penanaman Mb di areal teras

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


5.10.3. Tanaman Kacangan Calopogonium mucunoides dan Pueraria javanica
Campuran kacangan sebagai berikut :
Calopogonium mucunoides 6 kg/ha
Pueraria javanica 3 kg/ha
Kacangan Cm dan Pj sebelum ditanam dicampur dengan Rock Phosphate perbandingan
1 :1. Daya tumbuh kacangan yang digunakan minimum harus 70%.

5.10.3.1. Di areal datar


Penanaman kacangan di areal datar dilakukan dengan compressed band (lihat gambar
5.10.3.1). Campuran kacangan Pj dan Cm ditanam sebanyak 3 jalur dengan jarak antar
jalur 30 cm dilakukan di tengah gawangan yang tidak ada rumpukan. Campuran kacangan
Pj dan Cm ditanam di kanan dan kiri jalur rumpukan dengan jarak 50 cm dari rumpukan.

Gambar 31. Penanaman kacangan pada areal datar

5.10.3.2. Di areal teras kontur


Penanaman di areal berteras (lihat gambar 5.10.3.2) dilakukan dengan cara :
a. Campuran kacangan Pj dan Cm ditanam dengan sistem 2 larikan yaitu larikan pertama
ditanam di pinggir bagian dalam teras, larikan ke kedua ditanam 50 cm dari pinggir teras
b. Benih kacangan Pj dan Cm ditanam dengan kedalaman 2 cm di bawah permukaan
tanah. Setelah benih ditabur, ditimbun kembali. Penanaman kacangan sebaiknya di
saat tanah lembab.

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Gambar 32. Penanaman kacangan pada areal teras kontur

5.10.3.3. Perawatan kacangan Pj dan Cm

Perawatan dimulai setelah kacangan berumur 1 bulan.


a. Kegiatan dangir secar manual dalam jalur compressed band selebar 1,2 m selama tiga
bulan dengan rotasi satu kali sebulan agar kacangan dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.
b. Mulai bulan kedua dilakukan pengendalian gulma dengan khemis pada kanan dan kiri
baris kacangan selebar 120 cm secara bertahap setiap bulannya sampai bebas gulma
dan kacangan menutup areal secara merata.

5.10.4. Ketentuan Lain dalam Penanaman Kacangan


a. Kacangan tidak boleh ditanam di daerah yang selalu mengalami banjir.
b. Kacangan harus ditanam secepat mungkin setelah persiapan lahan.
c. Benih kacangan harus ditanam pada lahan dengan kondisi bebas gulma.

5.10.5. Pemupukan Kacangan Penutup Tanah

Penjelasan lihat butir 7.2.5.

5.11. PENANAMAN KELAPA SAWIT


5.11.1. Lubang Tanam
5.11.1.1. Lubang tanam di tanah mineral
Lubang tanam ukuran 60 cm x 60 cm x 40 cm harus disiapkan sebelum penanaman
dilakukan. Pada areal rendahan yang terpencar pada musim hujan tergenang air walaupun

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


sudah ada parit drainase maka pungguhan dengan ukuran 3 m x 60 - 80 cm harus dibuat
sebelum penanaman dilakukan. Pembuatan lubang tanam secara mekanis untuk areal yang
datar dan jalur titik tanam relatif bersih atau telah dibersihkan dari batang-batang kayu
sewaktu perun mekanis, bisa dilakukan dengan penggunaan Post Hole Digger (PHD). Alat
PHD dipasang di belakang traktor pada 3-point linkage dan digerakan oleh PTO traktor.
Untuk penggunaan di perkebunan BPN, post hole digger yang sesuai digunakan adalah tipe
PHD 45 dengan Auger ukuran 24”. HP (horse power) traktor 4 WD direkomendasikan yang
80-85 HP. Kedalaman lubang maksimum 90 cm dengan diameter lubang maksimum 24”.
Prestasi pembuatan lubang tergantung pada kecepatan pergerakan traktor pada kondisi
lahan di jalur titik tanam dan keahlian operator traktor. Prestasi biasa sekitar 65 lubang
tanam per 1 HM traktor, malah apabila kondisinya kondusif 70-75 lubang per HM dapat
dicapai.

Gambar 33. Post hole digger

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


5.11.2. Langsir Bibit

Bibit diturunkan di CR / jalan kontur dan selanjutnya diecer ke dalam blok dan segera
ditanam.

5.11.3. Penanaman Kelapa Sawit

Dilakukan dengan tahapan :


a. Pembuatan lubang tanam.
Pada tanah mineral, tanah top soil dipisahkan ke kiri dan sub soil ke kanan.
Lubang tanam dapat digeser minimal 1,5 m dalam barisan tanaman arah Timur atau
Barat jika pada titik tanam terdapat tunggul kayu/ parit/jalan.
b. Pada areal rendahan, jika pada lubang tanam masih terdapat genangan air maka harus
dikuras sebelum bibit ditanam.
c. Pemberian pupuk dilubang tanam sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.
d. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi tegak dan terlebih dahulu
polybag disobek.
e. Penimbunan lubang tanaman dengan top soil, setelah setengah bagian lubang terisi
tanah, lalu dipadatkan pada bagian pinggir polybag. Kemudian lubang diisi penuh
dengan tanah dan dipadatkan kembali sampai tinggi tanah timbunan 5 cm di atas
permukaan tanah di polybag. Pada saat pemadatan tanah, hindari terpijaknya tanah di
polybag dan pastikan leher tanaman rata dengan permukaan tanah.
f. Konsolidasi harus dilakukan untuk menegakkan tanaman yang miring dan menyisip titik
tanam yang kosong.
g. Polybag bekas tidak ditinggalkan di lapangan tetapi harus dikumpulkan di tempat yang
telah ditentukan untuk dijual ke supplier setelah mendapat persetujuan VP Agronomi I.

5.12. PENOMORAN BLOK


Pada TBM nomor blok dibuat dengan mempergunakan kayu balok yang berukuran 30 x 30
cm dengan ketinggian 1 meter.
Pada TM nomor blok dibuat pada batang pohon sawit yang pelepahnya sudah dipotong
dengan bentuk segi empat 30 cm x 30 cm dengan ketinggian 1 m dari tanah.
Penomoran blok ditulis warna putih dengan latar belakang merah, yang menunjukkan
komplek, nomor blok, tahun tanam, hektar, bahan tanaman dan klas tanah sebagai berikut :

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


D02
A01/95 30 ha
M S2

M - Bahan Tanaman berasal dari Marihat


LS - Bahan Tanaman berasal dari Lonsum
SC - Bahan Tanaman berasal dari Socfindo
D - Bahan Tanaman berasal dari Dami
DM - Bahan Tanaman berasal dari Dami Mas
ASD - Bahan Tanaman berasal dari Costa Rica
TC - Bahan Tanaman berasal dari Kultur Jaringan
SJ - Bahan tanaman berasal dari Selapan Jaya
SML - Bahan tanaman berasal dari Simalungun
L - Bahan tanaman berasal dari Langkat

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 02 Januari 2021

Arief Prasetiyono
Chief Operational Officer

SOP/DPA/EST/V-PERSIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021

Anda mungkin juga menyukai