Anda di halaman 1dari 6

MIND MAPP EPILEPSI

ERNA YANTI
2311149011037

Epilepsi adalah gangguan


kronik otak dengan ciri
timbulnya gejala-gejala yang
datang dalam serangan-
serangan berulang-ulang yang
disebabkan lepas muatan listrik
abnormal sel-sel saraf otak.

ETIOLOGI
1. Idiopatik : Predisposisi genetik
2. Kriptogenik : Lesi SSP : (+), Ex :
- Sindrom West
- Sindrom Lennox- Gastaut
- Epilepsi Mioklonik ggn perfusi
- Gambaran Klinik = Ensefalopati Difus serebri
3. Simtomatik : Lesi SSP, Ex:
- Trauma Kepala
- Infeksi SSP
- Kelainan Kongenital
- Lesi Desak Ruang SDKI : POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
- Gangguan Peredaran Darah Otak SLKI : POLA NAFAS
- Toksik (alkohol, obat) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3
- Metabolik x 8 jam pola nafas membaik
- Kelainan Neurodegeneratif Kriteria Hasil :
- Dispnoe menurun
- Penggunaan otot bantu nafas menurun
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Kedalaman nafas membaik
SIKI : MANAJEMEN JALAN NAFAS
Obsevasi
TERAPI - Monitor pola nafas (frekuensi, -
1. Non Farmakologi kedalaman, usaha nafas)
- Amati faktor pemicu - Monitor bunyi nafas tambahan
- Hindari faktor pemicu (jika ada) missal: stress, ( mis.gurgling, mengi, wheezing, rochi
perubahan jadwal tidur, terlambat makan dll. kering)
2. Farmakologi - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Penderita epilepsi diberikan obat anti konvulsif Terapeutik
secara rutin, biasanya pengobatan dilanjutkan - Pertahankan kepatenan jalan nafas
sampai 3 tahun, kemudian obat dikurangi secara dengan head-tilt dan chin-lift
bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 - Posisikan semi-fowler atau fowlererikan -
bulan. Pada umumnya lama pengobatan berkisar minum hangat
antara 2 - 4 tahun bebas serangan. Selama - Lakukan penghisapan lendir kurang dari
pengobatan harus di periksa gejala intoksikasi 15 detik
dan pemeriksaan laboratrium secara berkala. Edukasi
- Hindari faktor pemicu (jika ada) missal: stress, ( mis.gurgling, mengi, wheezing, rochi
perubahan jadwal tidur, terlambat makan dll. kering)
2. Farmakologi - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Penderita epilepsi diberikan obat anti konvulsif Terapeutik
secara rutin, biasanya pengobatan dilanjutkan - Pertahankan kepatenan jalan nafas
sampai 3 tahun, kemudian obat dikurangi secara dengan head-tilt dan chin-lift
bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 - Posisikan semi-fowler atau fowlererikan -
bulan. Pada umumnya lama pengobatan berkisar minum hangat
antara 2 - 4 tahun bebas serangan. Selama - Lakukan penghisapan lendir kurang dari
pengobatan harus di periksa gejala intoksikasi 15 detik
dan pemeriksaan laboratrium secara berkala. Edukasi
Menggunakan obat-obatan antiepilepsi: - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
a. Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal jika tidak ada kontaindikasi
Na+: - Ajarkan teknik batuk efektif
- Inaktivasi kanal Na: menurunkan kemampuan Kolaborasi
syaraf untuk menghantarkan muatan listrik. - Kolaborasi dalam pemberian
Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
okskarbazepin, valproat perlu
b. Obat-obat yang meningkatkan transmisi
inhibitori GABAergik:
- agonis reseptor GABA: meningkatkan transmisi
inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA.
contoh: benzodiazepin, barbiturate
- menghambat GABA transaminase: konsentrasi
GABA meningkat. contoh: Vigabatrin
- menghambat GABA transporter: memperlama
aksi GABA. contoh: Tiagabin
- meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan
cerebrospinal pasien Æ mungkin dg menstimulasi
pelepasan GABA dari non-vesikular pool. contoh:
Gabapentin

SUMBER :
*Hidayati, N. 2011. Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak Ber
20)
*Mardjono, M. 1989. Pandangan Umum Epilepsi. In S. Hadi
1-9). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegor
*Purba, dkk. (2008). Asuhan keperawatan pada klien denga
Medan: USU Press
*Epilepsy Canada. 2009. Children and Epilepsy. Toronto: Ep
*Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Kepera
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
*Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Intervensi Kepera
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
*Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawat
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Pe
PEMERIKSAAN PENUN
1. Elektroensefalografi (EEG)
– Gambaran epileptiform activity
2. Brain imaging : MRI, CTScan
3. Radiologi: Foto tengkorak untuk mengetah
tengkorak, destruksi tulang, kalsifikasi intrak
tanda peninggian TIK seperti pelebaran sutu
sebagainya
4. Laboratorium :
Darah rutin, darah tepi, kadar gula darah, ele
Cairan serebrospinal (infeksi SSP)
EPILEPSI

KOMPLIKASI
Mengakibatkan kerusakan otak akiba
hipoksia jaringan otak, dan mengakib
retardasi mental, dapat timbul akibat
yang berulang, dapat mengakibatkan
timbulnya depresi dan cemas, keterla
pertumbuhan dan perkembangan pa

FAKTOR RISIKO
1.Faktor prenatal
- Usia ibu saat hamil
- Kehamilan dengan eklamsi dan h
- Pemakaian bahan toksik (racun)
2. Faktor natal
- Bayi lahir dengan asfiksia
- BBLR
F - Premature atau postmature
- Partus lama
watan 3 - Kelahiran dengan alat (vakum, f
caesarea)
- Perdarahan intrakranial
3. Faktor postnatal
enurun - Kejang demam
urun - Trauma kepala
- Infeksi sususan saraf pusat
SDKI : GANGGUAN PERSEPSI SENSORI - Epilepsy akibat toksis
SLKI : PERSEPSI SENSORI - Gangguan metabolik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Herediter (keturunan)
persepsi sensori membaik dengan
Kriteria Hasil :
- Verbalisasi mendengarkan bisikan menurun
ochi - Verbalisasi melihat bayangan menurun
- Distorsi sensori menurun
aroma) - Perilaku hakusinasi menurun
- Respon sesuai stimulus membaik
as SIKI : MINIMALISASI RANGSANGAN
Obsevasi
rerikan - - Periksa status mental, status sensori, dan
ketidaknyamanan (mis.nyeri, kelelahan)
ng dari Terapeutik
- Batasi stimulus lingkungan (mis. Cahaya, suara,
ochi - Verbalisasi melihat bayangan menurun
- Distorsi sensori menurun
aroma) - Perilaku hakusinasi menurun
- Respon sesuai stimulus membaik
as SIKI : MINIMALISASI RANGSANGAN
Obsevasi
rerikan - - Periksa status mental, status sensori, dan
ketidaknyamanan (mis.nyeri, kelelahan)
ng dari Terapeutik
- Batasi stimulus lingkungan (mis. Cahaya, suara,
aktivitas)
hari, - Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban
sensori (mis. Bising, terlalu terang) SDKI : RESIKO CEDERA
Edukasi SLKI : KONTROL KEJANG
- Ajarkan meminimalisasi stimulus Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontr
(mis.mengatur pencahayaan ruangan, kejang menurun
itik, jika mengurangi kebisingan, membatasi kunjungan) Kriteria Hasil :
Kolaborasi - Kemampuan mengidentifikasi pemicu kejang
- Kolaborasi dalam meminimalkan prosedur/ meningkat
tindakan - Kemampuan mencegah pemicu kejang
- Kolaborasi pemberian obat yang meningkat
mempengaruhi persepsi stimulus - Mendapatkan obat yang dibutuhkan menuru
Melaporkan frekuensi kejang menurun
SIKI : Manajemen kejang
Observasi
- Monitor terjadinya kejang berulang
- Monitor karakteristik kejang (mis.aktivitas
motorik dan progresi kejang)
- Monitor status neurologis
- Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
- Baringkan pasien agar tidak terjatuh
- Berikan alas empuk dikepala, jika
memungkinkan
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
n Sosial bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus. Insan. Vol. 13 No. 1(12- - Longgarkan pakaian, terutama pada leher
- Jauhkan benda-benda berbahaya terutama
gan Umum Epilepsi. In S. Hadinoto, A. Kusumo, & Soetedjo, Epilepsi (pp. benda tajam
okteran Universitas Diponegoro. - Catat durasi kejang
keperawatan pada klien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa. - Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
dren and Epilepsy. Toronto: Epilepsy Canada - Anjurkan keluarga menghindari memasukkan
018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia .Jakarta: Dewan Pengurus apapin kedalam mulut pasien saat periode
ional Indonesia. kejang
18). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus - Anjurkan keluarga tidak menggunakan
ional Indonesia. kekerasan untuk menahan gerakkan pasien
18) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi dan Kriteria Hasil Kolaborasi
n Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. - Kolaborasi pemberian antikonvulsan, jika per
PEMERIKSAAN PENUNJANG
falografi (EEG)
pileptiform activity
ng : MRI, CTScan
oto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang
truksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal,
ian TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika dan

m:
arah tepi, kadar gula darah, elektrolit
spinal (infeksi SSP)

LIKASI
kibatkan kerusakan otak akibat
a jaringan otak, dan mengakibatkan
asi mental, dapat timbul akibat kejang
erulang, dapat mengakibatkan
nya depresi dan cemas, keterlambatan
mbuhan dan perkembangan pada anak.

TOR RISIKO
aktor prenatal
ia ibu saat hamil
hamilan dengan eklamsi dan hipertensi
makaian bahan toksik (racun)
aktor natal
yi lahir dengan asfiksia
BLR
emature atau postmature
rtus lama
lahiran dengan alat (vakum, forcep,
sarea)
rdarahan intrakranial
aktor postnatal
jang demam
auma kepala
feksi sususan saraf pusat
ilepsy akibat toksis
angguan metabolik
erediter (keturunan)
EDERA
KEJANG
n tindakan keperawatan kontrol
SDKI : RESIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK
mengidentifikasi pemicu kejang EFEKTIF
SLKI : PERFUSI SEREBRAL
mencegah pemicu kejang Setelah dilakukan tindakan keperawatan
perfusi serebral meningkat
obat yang dibutuhkan menurun Kriteria Hasil :
kuensi kejang menurun - Tingkat kesadaran meningkat
en kejang - Sakit kepala menurun
- Gelisah menurun
inya kejang berulang - Tekanan intra kranial menurun
eristik kejang (mis.aktivitas - Kesadaran membaik
gresi kejang) - Nilai rata-rata tekanan darah membaik
neurologis SIKI : MANAJEMEN KEJANG
-tanda vital

en agar tidak terjatuh


mpuk dikepala, jika

epatenan jalan nafas


kaian, terutama pada leher
-benda berbahaya terutama

jang
n, jika perlu

rga menghindari memasukkan


mulut pasien saat periode

rga tidak menggunakan


menahan gerakkan pasien

mberian antikonvulsan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai