Anda di halaman 1dari 46

CASE REPORT

Disusun oleh :
Carina Fransita Tauk
1361050124

Pembimbing :
dr. Catharina Dian , Sp.A
Laporan Kasus
 No. Rekam Medis : 08.77.75
 Nama : An. KA
 Jenis Kelamin : PEREMPUAN
 Usia : 14 tahun
 Tanggal Lahir : 26 oktober 2004
 Agama : ISLAM
 Alamat : Jl. S.KAMPOR 11
SEMPER BARAT 14/01
Anamnesis
 Keluhan Utama : Sesak
 Keluhan Tambahan : batuk, nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak dirasakan sejak 4 jam
SMRS (21 SEPTEMBER 2018, 18.00 WIB) , orangtua pasien mengaku
sudah memberikan nebulizer (Ventolin + Pulmicort) namun gejala
tidak membaik. Orang tua pasien mengaku sebelumnya pasien batuk-
batuk 2 hari SMRS (18 SEPTEMBER 2018) , dan pada saat 4 hari
SMRS (16 SEPTEMBER 2018) kakek pasien menghadiahkan selimut
bulu yang langsung digunakan oleh pasien. Pasien menggunakan
selimut selama 2 hari kemudian pasien batuk-batuk kering tanpa
dahak. Menurut pengakuan orangtua, selimut tidak digunakan lagi tapi
masih ada di kamar pasien. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala,
Pasien diberikan obat Paracetamol syrup dan demam yang dialami
pasien sempat turun. Pasien tidak mengalami mual atau muntah, dan
buang air besar atau buang air kecil tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat asma dan
alergi terhadap debu, dan serangan terakhir
adalah sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien juga
sempat dirawat karena mengalami
Bronkopneumonia 2 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien, ibu dan kakak
pasien memliki riwayat alergi terhadap
makanan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan saat Pasien datang 21 SEPTEMBER 2018 ,00.00

 Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang


 Kesadaran : Kompos Mentis
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Denyut Nadi : 92 x/menit (reguler,
kuat angkat, isi cukup)
 Frekwensi Pernafasan : 48 x/menit
(reguler)
 Suhu tubuh : 36.5 oC (aksila)
Kesan : Gizi Normal
Status Gizi
Pemeriksaan Fisik
 Kepala
 Kepala : Normocephali
 Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
 Mata : Konjungtiva tidak pucat, kelopak mata
cekung -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya
+/+, Allergic shiner +/+
 Telinga : Normotia, liang telinga lapang +/+,
serumen -/-, sekret -/-
 Hidung : Cavum nasi lapang, sekret -/-, deviasi
septum -, pernafasan cuping hidung -
 Bibir : Mukosa bibir kering +, sianosis -
 Gigi geligi : Tidak ada kelainan
 Lidah : Geographic tongue - , dalam batas
normal.
 Tonsil : T2 – T2, hiperemis -/-
 Faring : Hiperemis –
Pemeriksaan Fisik
 Dada
Paru
 Inspeksi : Retraksi suprasternal (+), retraksi supraclavicular (+) , retraksi sela iga (+) , retraksi
epigastrium (+)
 Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
 Perkusi : sonor/sonor
 Auskultasi : Bunyi napas dasar vesikule Rhonki +/+, Wheezing +/+
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di IC V lateral midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur -, gallop –

 Abdomen
 Inspeksi : Perut tampak datar
 Auskultasi : Bising usus (+) 6x/menit
 Palpasi : supel, nyeri tekan - , hepar dan limpa tidak teraba membersar
 Perkusi : Nyeri ketuk –

 Kulit : Warna sawo matang, sianosis -


 Ekstremitas : Bentuk biasa, deformitas + di ekstremitas bahwah, akral hangat, sianosis – .
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Jenis pemeriksaan
LED 4 mm/jam
Hemoglobin 12 g/dL
Eritrosit 4.620.000/uL
Leukosit 12.800/uL 24 Mei 2017
Trombosit 270.000/uL
Hematokrit 35%
Basofil 0
Eosinofil 5
Neutrofil Batang 0
Neutrofil Segmen 62
Limfosit 24
Monosit 9

SpO2 91%
Diagnosa Kerja
Asma Intermitten Serangan Ringan Sedang
Tidak Terkendali

Diagnosa Banding
Bronkopneumonia
Penatalaksanaan
 Rawat inap
 Diet : Lunak
 O2 2 lpm nasal canul
 IVFD : Ringer Laktat 12 tpm makro
Dextrose 5% + Aminophyline 240 mg 20
tpm mikro
 MM :
◦ Aminophyline 1 x 96 mg
◦ Metilprednisolon 3 x 25 mg
◦ Paracetamol Syrup 4 x 7,5 cc k/p
◦ Inhalasi 3 kali Sehari (Ventolin 1 neb + Pulmicort 0,25 mg)
 Periksa Foto Thorax
FOLLOW UP
Kamis, 25 Mei 2017
Hasil Foto Thoraks

Interpretasi Foto Thoraks : Trakea di tengah, ada infiltrat menyebar di kedua lobus paru. Sela iga
tidak melebar. Sudut costofrenicus tajam. Kesan Bronkopneumonia.
Jumat, 26 Mei 2017
Sabtu, 27 Mei 2017
Minggu , 28 Mei 2017
Senin, 29 Mei 2017
Tinjauan Pustaka
Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik
saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik
menyebabkan peningkatan hiperesponsif
jalan napas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk
terutama malam dan atau dini hari.

PDPI ( Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ). Asma dan Pedoman Pentalaksanaan di


Indonesia. Balai penerbit FKUI. Jakarta. 2004
Patofisiologi

INFLAMASI AKUT INFLAMASI KRONIS

Reaksi Tipe Cepat

Reaksi Tipe Lambat


Inflamasi dan remodeling pada asma

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Buku Ajar Respirologi anak, edisi pertama. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008.
Airway Remodeling
• Hipertrofi dan hiperplasia
otot polos jalan napas
• Hipertrofi dan hiperplasia
kelenjar mukus
• Penebalan membran
reticular basal
• Pembuluh darah meningkat
• Matriks ekstraselular
fungsinya meningkat
• Perubahan struktur
parenkim
• Peningkatan fibrogenic
growth factor menjadikan
fibrosis

Rahadjoe N, Kartasasmita CB, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2.
Balai Penerbit : IDAI. 2016
Diagnosis dan Klasifikasi
Anamnesis
 Gejala timbul episodic atau berulang
 Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari
waktu ke waktu bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala
lebih berat pada malam hari (nocturnal)
 Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara
spontan atau dengan pemberian obat pereda asma
 Timbul bila ada faktor pencetus.
◦ Iritan
◦ Alergen
◦ Infeksi respiratori karena virus
◦ Aktivitas fisis
 Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya
Diagnosis dan Klasifikasi
Pemeriksaan
Fisik

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Buku Ajar Respirologi anak, edisi pertama. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008.
Diagnosis dan Klasifikasi
Pemeriksaan
Fisik

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Buku Ajar Respirologi anak, edisi pertama. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008.
Pemeriksaan Penunjang
 Spirometri
 Skin prick test
 Eosinofil darah
 Pemeriksaan IgE spesifik
 FeNO (fractional exhaled nitric oxide)
 Uji provokasi bronkus
 Foto Rontgen Thoraks
Foto
Thoraks
Asma
Klasifikasi Diagnosis
Kekerapan Keadaan Saat Ini Derajat Kendali

• Intermitten • Tanpa gejala • Tidak terkendali


• Persisten Ringan • Serangan ringan-sedang • Terkendali sebagian
• Persisten Sedang • Serangan berat • Terkendali penuh
• Persisten Berat • Ancaman gagal napas dengan obat
pengendali
• Terkendali penuh tanpa
obat pengendali

Rahadjoe N, Kartasasmita CB, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2.
Balai Penerbit : IDAI. 2016
Tatalaksana di Ruang Rawat Inap
• Aminofilin diberikan secara
 Pemberian oksigen intravena dengan dosis :
diteruskan • Bila pasien belum
 Jika ada dehidrasi dan mendapatkan aminofilin
asidosis maka berikan sebelumnya, dosis awal 6-
cairan intravena dan 8mg/kgBB , yang
koreksi asidosis dilarutkan dalam
 Steroid intravena diberikan desktrosa atau garam
secara bolus setiap 6-8 jam fisiologis sebanyak 20 ml
dan diberikan selama 30
 Nebulisasi agonis agonis β2
menit, dengan infusion
kerja pendek kombinasi pump
dengan ipratropium
• Bila respon belum optimal
bromide dan oksigen
dilanjutkan dengan
dilanjutkan setiap 1-2 jam.
pemberian aminofilin
dosis rumatan sebanyak
0,5-1 mg/kgBB setiap jam.
Tatalaksana di Ruang Rawat Inap
• Bila terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6 jam hingga
mencapai 24 jam, steroid sistemik harus diganti dengan pemberian
peroral, serta bila diperlukan aminofilin diganti dengan pemberian
teofilin peroral.
• Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien daapat diipulangkan dengan
dibekali obat agonis β2 (hirupan atau oral) yang diberikan setiap 4 – 6
jam selama 3-5 hari dipakai seperlunya hingga tidak ada gejala. Steroid
oral dilanjutkan hingga pasien control ke klinik rawat jalan dalam 3-5
hari untuk evaluasi tatalaksana.
Obat yang tidak dianjurkan untuk
asma
 Mukolitik
 Antibiotik
 Obat sedasi
 Antihistamin
Analisa Kasus
Analisa Kasus
Kasus Teori
 Serangan muncul  Serangan asma
dua hari setelah terjadi jika untuk
terpapar allergen reaksi cepat
berlangsung segera
setelah terpapar
allergen dan reaksi
lambat 6-9 jam
setelah terpapar
allergen
Analisa Kasus
Kasus Teori
 Hasil foto thoraks  Hasil foto thoraks
menunjukkan pada pasien asma
adanya infiltrat yang tidak
pada kedua lobus mengalami
paru serangan
 Foto diambil menunjukkan
setelah serangan kesan normal
diatasi
Analisa Kasus
Kasus Teori
Tatalaksana Tatalaksana
 Pasien datang  Pasien datang
dengan asma dengan asma ringan
serangan ringan-
sedang penanganan sedang penangan
pertama diberikan pertama diberikan
O2 2 lpm. O2 1-2 lpm
 Dilanjutkan  Dilanjutkan dengan
nebulisasi dengan nebulisasi agonis β2
(Ventolin 1 neb + kerja pendek
Pulmicort 0,25 mg)
Analisis Kasus
Kasus Teori
Tatalaksana Tatalaksana
 Pemberian steroid
 Pemberian
sistemik
Metilprednisolon 3 Metilprednisolon injeksi
x 25 mg selama 4 1-2 mg/kgBB tiap 12 jam
hari  Pemberian steroid
 Pasien mengalami sistemik dihentikan
perbaikan klinis setelah pasien
mengalami perbaikan
pada perawatan klinis dan diganti
hari ke 2 pemberian steroid oral
Analisa Kasus
Kasus Teori
Tatalaksana
Tatalaksana  Dosis pertama Aminofilin
 Dosis pertama adalah 6-8 mg/kgBB
Aminofilin yang  Pemberian dosis
diberikan 1 x 96 mg maintenance 0,5-1
mg/kgBB/jam
 Pemberian dosis  Setelah pasien mengalami
maintenance perbaikan klinis pemberian
10mg/jam Aminofilin dihentikan dan
dilanjutkan dengan Teofilin
 Stop pada hari oral
rawat ke-3
Analisis Kasus
Kasus Teori
Tatalaksana Tatalaksana
 Pasien diberikan  Obat mukolitik
Ambroxol 3 x 2,5 tidak dianjurkan
cc pada perawatan untuk serangan asma
hari kedua
Analisis Kasus
Kasus Teori
 Pasien  Setelah diobservasi
dipulangkan 1 x 24 jam dan
setelah 2 x 24 jam pasien memiliki
kondisi stabil kondisi stabil maka
setelah dilepas pasien boleh
oksigen nasal canul dipulangkan dengan
obat agonis β2
Daftar Pustaka
1. PDPI ( Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ). Asma
dan Pedoman Pentalaksanaan di Indonesia. Balai
penerbit FKUI. Jakarta. 2004. h. 3-11
2. Papadopoulos NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic
A, Gern J, Lemanske R, dkk. International Consensus
on (ICON) Pediatric Asthma. Allergy. 2012;67:967-97.
3. Rahadjoe N, Kartasasmita CB, Supriyatno B, Setyanto
DB. Patogenesis dan Patofisiologi, Tatalaksana Serangan
Asma. Dalam: Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2.
Balai Penerbit : IDAI. 2016. h.14-9,42-59.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Buku Ajar
Respirologi anak, edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008.

Anda mungkin juga menyukai