J DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN RISIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK EFEKTIF
DI IGD RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Stase Gawat Darurat
Disusun Oleh :
1. Aenalia Ikrima Fatikhah (A11701512)
2. Aji Utomo (A11701514)
3. Anggita Yuli Wijiastuti (A11701519)
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) risiko perfusi serebral
tidak efektif merupakan kondisi berisiko mengalami penurunan sirkulasi
darah ke otak. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah rentan
mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu
kesehatan (NANDA, 2017).
B. Etiologi
Menurut SDKI : Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi II, 2018) faktor
penyebab dari risiko perfusi serebral tidak efektif yaitu:
1. Arterosklerosis aorta adalah penyempitan atau pengerasan pembuluh
darah. Arterosklerosis aorta yang terjadi di pembuluh darah jantung
disebut sebagai penyakit jantung coroner. Penyumbatan pembuuh
darah dapat berakibat fatal, darah yang menggumpal bercampur
dengan lemak yang menempel di pembuluh darah.
2. Tumor otak adalah neoplasma atau proses desak ruang yang timbul di
dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial
maupun intratetorial mencakup tumor-tumor primer pada kortek,
meningen, vaskule, kelenjar hipofise, saraf otak, jaringan penyangga
serta bagian tubuh lainnya (Syamsuddin, 2017).
3. Embolisme (Emboli Serebral) terjadi ketika gumpalan darah atau
debris lainnya menyebar dari otak dan tersapu melalui aliran darah.
Jenis gumpalan darah ini disebut embolus, emboli berkembang setelah
oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar otak (Rudi Haryono
& Maria Putri Sari Utami, 2019).
4. Cedera kepala adalah kerusakan otak akibat pendarahan atau
pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan
peningkatan tekanan intracranial. Peningkatan tekanan intracranial
akan menimbulkan distrosi dan bergesernya otak yang akan
mengganggu perfusi serebral.
5. Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang dapat mengakibatkan
pecahnya maupun penyempitan pembuluh darah ke otak. Pecahnya
pembuluh darah otak akan menimbulkan perdarahan, akan sangat fatal
bila terjadi interupsi aliran darah ke bagian distal, disamping itu darah
ekstravasi akan tertimbun sehingga akan menimbulkan tekanan
intracranial yang meningkat, sedangkan penyempitan pembuluh darah
otak akan menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak dan sel-sel
otak akan mengalami kematian (Hasan, 2018).
C. Batasan Karakteristik
Menurut SDKI : Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi I, 2017) batasan
karakteristik dari risiko perfusi serebral tidak efektif diantaranya yaitu:
1. Keabnormalan masa protrombin dan atau masa tromboplastin parsial
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri
3. Aterosklerosis aorta
4. Diseksi arteri
5. Fibrilasi atrium
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis
8. Miksoma atrium
9. Aneurisma serebri
10. Koagulapati (mis. Anemia sel sabit)
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskuler diseminata
13. Embolisme
14. Cedera kepala
15. Hipertensi
Trauma Kepala
vv
Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial
- Perubahan
Gangguan suplai Nyeri Akut autoregulasi
darah - Oedema
serebral
Iskemia
Kejang
Hipoksia
- Bersihan jalan
nafas
- Obstruksi jalan
Ketidakefektifan
Risiko
nafas
Bersihan Jalan
Ketidakefektifan
- Dispnea
Nafas
Perfusi Serebral
- Henti nafas
- Perubahan pola
nafas
F. Intervensi Keperawatan
No Dx Intervensi
1 Risiko perfusi serebral tidak Pemantauan Neurologis (I.06197)
efektif b.d penurunan a. Observasi
ruangan untuk perfusi - Monitor ukuran, bentuk,
serebral (D.0017) kesimetrisan, dan reaktifitas
pupil
- Monitor tingkat kesaadaran
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor status pernapasan
- Monitor keluhan sakit kepala
- Monitor respon terhadap
pengobatan
b. Terapeutik
- Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis, jika
perlu
- Hindari aktivitas yang dapat
meningkatkan tekanan
intrakranial
- Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
2 Nyeri akut b.d agen cidera Manajemen Nyeri (I.08238)
biologis (D.0077)
a. Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
b. Terapeutik
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
- Berikan teknik non farmakologi
- Fasilitasi istirahat tidur
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
3 Ketidakefektifan bersihan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
jalan nafas b.d obstruksi a. Observasi
jalan napas (D.0001) - Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum
b. Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-
lift
- Posisikan semi fowler atau
fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
4 Resiko perdarahan b.d Pencegahan Perdarahan (I.02067)
trauma (D.0012)
a. observasi
- Monitor tanda dan gejala
perdarahan
- Monitor nilai
hematokrit/hemoglobin sebelum
dan setelah kehilangan darah
- Monitor tanda-tanda vital
ortostatik
- Monitor koagulasi
b. Terapeutik
- Pertahankan bed rest selama
perdarahan
- Batasi tindakan invasif
c. Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
BAB II
TINJAUAN KASUS
Keadaan Pre Hospital : AVPU : …………………………… TD : ………./……….. mmHg Nadi : …………. x/menit
(…………………………….)
FORM PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (Resume)
Emergency Nursing Department | STIKes Muhammadiyah Gombong
Airways
Paten Tidak Paten ( Snoring Gargling Stridor Benda Asing ) Lain-
lain .............................
Breathing
Irama Nafas Teratur Tidak Teratur
Suara Nafas Vesikuler Bronchovesikuler Wheezing Ronchi
Pola Nafas Apneu Dyspnea Bradipnea Tachipnea
Orthopnea
Penggunaan Otot Bantu Nafas Retraksi Dada Cuping hidung
Jenis Nafas Pernafasan Dada Pernafasan Perut
Frekuensi Nafas ...........26.... x/menit
PP RR II M
Circulation
Akral : Hangat Dingin Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak CRT : <2 detik >2
detik
192
Tekanan Darah : .. /.110 mmHg Nadi : Teraba ...88..... x/m Tidak Teraba
Perdarahan : Ya .................. cc Lokasi Perdarahan : .......................Tidak
Adanya riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besar : - Diare Muntah Luka
Bakar Perdarahan
Kelembaban Kulit : Lembab Kering
Turgor : Baik Kurang
Luas Luka Bakar : .......tidak ada. ...... % Grade : ............... Produksi Urine : .................. cc
Resiko Dekubitus : Tidak Ya, lakukan pengkajian dekubitus lebih lanjut
Disability
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor
Coma
Nilai GCS : E .....2........ V ......3.......... M ........3........... Total : ……
8……… CM
Pupil : Isokhor Miosis Midriasis Diameter 1mm 2mm 3mm
4mm
Respon Cahaya : + -
Penilaian Ekstremitas : Sensorik Ya Tidak kekuatan 5 1
Motorik Ya Tidak otot 5 1
Exposure
Pengkajian Nyeri
Onset : Nyeri kepala setelah tertabrak motor
Provokatif/Paliatif : nyeri jika bergerak
Qualitas : nyeri seperti ditusuk-tusuk
Regio/Radiation : nyeri pada bagian kepala
Scale/Severity :8
Time : nyeri terus menerus
Apakah ada nyeri : Ya, skor nyeri VRS : nyeri berat terkontrol Tidak
VAS : Worst pa.n poss.le
VRS :
VAS :
Luka : Ya, Lokasi kaki kiri, tangan kiri dan kepala bagan belakang Tidak
Resiko Dekubitus : Ya Tidak
Fahrenheit
Suhu Axila : ....36.5.. oC Suhu Rectal : .........oC
Berat Badan : ..64... kg
Pemeriksaan Penunjang
EKG : Sinus Rhytem
GDA : 120
Radiologi : CT-scan
Laboratorium (tanggal 17 Mei 2021)
Item Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hemoglobin 13.5 gr/dL 13.2 – 17.3 gr/dL Normal
Leukosit 7.21 juta/L 3.8 – 10.6 juta/L Normal
Eritrosit 4.9 juta/L 4.4 – 5.9 juta/L Normal
Hematokrit 42% 40-52% Normal
Trombosit 179 rb/uL 150 - 440 rb/uL Normal
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Mesochepal, terdapat jejas di kepala bagian
belakang
SECONDARY SURVEY
PROGRAM TERAPI
Tanggal/Jam : 17 Mei 2021 / 10.50
NO NAMA OBAT DOSIS INDIKASI
1 NACL 20 tpm Mengganti cairan dalam tubuh
2 Citicolin 500 mg Mempercepat pemulihan akibat stroke
3 Santagesik 1 gr Meredakan nyeri
4 Penitoin 1000 gram Pencegah kejang atau aritmia jantung
5 Ranitidine 50 mg Mengurangi produksi asam lambung
6 Manitol 250 cc Sebagai diuretik
7 Ondansentron 4 ml Anti mual dan muntah
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : - Resiko perfusi Cidera kepala
DO : serebral tidak efektif
- Pasien mengalami
penurunan kesadaran
- KU lemah
- GCS : 8 (somnolen)
- TD :192/110 mmHg
- N : 88 x/menit
- RR : 22 x/menit
- S : 36,5°C
- Spo2: 96%
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d cidera kepala
2. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Neurologis (l.06197)
keperawatan selama 1x6 jam
a. Observasi
diharapkan masalah keperawatan
- Monitor tingkat kesadaran
risiko perfusi jaringan cerebral
- Monitor tanda-tanda vital
tidak efektif dapat teratasi dengan
- Monitor status pernafasan
kriteria hasil :
b. Terapeutik
Perfusi Serebral (L.02014)
- Hindari aktivitas yang dapat
Indikator Awal Tujuan meningkatkan tekanan
Tingkat 2 4 intrakranial
kesadara - Atur interval waktu pemantauan
n sesuai dengan kondisi pasien
Tekanan 2 4 - Dokumentasikan hasil
intrakrani pemantauan
al - Posisikan kepala klien elevasi
Tekanan 2 4 30°
darah c. Edukasi
sistolik - Jelaskan tujuan , prosedur dan
Tekanan 2 4 informasikan hasil pemantauan
darah d. Kolaborasi
diastolik - Kolaborasi dalam pemberian
saraf
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (l.08238)
keperawatan selama 1x6 jam
Observasi
diharapkan masalah keperawatan
1. Monitor lokasi, karakteristik,
nyeri akut dapat teratasi dengan
durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil :
intensitas, dan skala nyeri
Tingkat nyeri (L.08066)
2. Monitor efek samping penggunaan
Indikator Awal Tujuan analgesic
Keluhan 2 4 Terapeutik
nyeri 1. Berikan teknik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM TINDAKAN RESPON TTD
17-5-2021. Menentukan triase S:-
Jam 10.50 O : Triase merah
10.52 Memposisikan kepala pasien S:-
elevasi 30° O : Pasien dalam posisi
semi fowler
10.54 Mengecek TTV S:-
O : GCS E: 2 V: 3 M:3
TD :192/110 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
10.56 Memberikan oksigen dengan S : 36,5°C
nasal kanul Spo2: 96%
S:-
11.00 Memasang IVFD Ns 20 tpm O : Pasien terpasang nasal
kanul 4 L/M
S:-
O : Pasien terpasang IVFD
11.15 Memberikan terapi obat NS 20 tpm di tangan
kanan
S:-
O : Inj. Ondansentron 4
ml, Citicoline 500 mg,
Santagesik 1 gr,
Penitoin 1000 gr,
11.30 Melakukan pemasangan DC manitol 250 cc,
Ranitidine 50 mg
S:
12.00 Memonitor tingkat kesadaran O : Terpasang DC no 16
dan status pernafasan
S:-
O : - GCS E: 2 V: 3 M: 3
- KU lemah
Tindakan Observasi
TD Nadi RR Suhu SpO2
Jam
(mmHg) (kali/menit) (kali/menit) (oC) (%)
11.30 198/102 88 26 36,3 94%
12.00 168/108 93 26 36.4 93%
12.30 159/91 93 24 36,5 95%
13.00 159/90 99 20 36,6 94%
13.30 150/90 88 23 36,5 94%
14.00 150/80 88 22 36,6 96%
EVALUASI KEPERAWATAN
TGL/JAM NO. EVALUASI TTD
DX
17-5-2021 1 S:-
15.00 O : - GCS E: 2 V:3 M: 3
- TD : 150/80
- Nadi : 88x/menit
- RR : 22x/menit
- Suhu : 36,6°C
- SpO2 : 96%
A : Masalah risiko perfusi cerebral tidak efektif
belum teratasi
Herdman, T.H. (2017). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi, Edisi 10.
Jakarta: EGC
PPNI. (2018). Stadar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI