Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Otaksangattergantung padasirkulasidarahuntukmemenuhikebutuhanoksigen

dan nutrisi agardapatberfungsidenganbaik(Tarwoto, 2013).Stroke non

hemorrhagicmerupakanpenyakit yang diakibatkan oleh

tersumbatnyaaliarandarahkeotak, sehinggasuplaidarahkeotakberkurang.

Masalahkesehatan yang timbulakibat stroke non hemorrhagicsangatbervariasi,

tergantung pada luasnyadaerahotak yang mengalamikematianjaringan dan lokasi

yang terkena(Misbach, 2011). Salah satugangguanklinis yang

seringditemukanakibat stroke adalahgangguanmenelan(Brunner and Suddarth,

2013)

Berdasarkanfenomena yang terjadi di lapangan,pasien stroke non

hemorrhagicdengangangguanmenelanseringmengalamikesulitanpemenuhannutrisi

pascaperawatanrumahsakitakibattersedakmakananatauminuman yang

diberikandalambentukcair, salah satualternatif yang

dapatdigunakanuntukmengatasigangguanmenelanyaitulatihanmenelan,

tetapilatihantersebutdapatmengakibatkanpasientersedak oleh air

liurnyasendirisaatmelakukanlatihanmenelansehinggaberesikoterjadinyaaspirasi.

Menurut(Benjamin et al., 2017)prevalensipenderita stroke di dunia

mencapai15 jutajiwatiaptahunnya. Prevalensipenyakit stroke di Indonesia

berdasarkan diagnosis dokterdiatasusia 15 tahunmenurut(Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2019)sebesar 10.9%. Sedangkan di ProvinsiJawa Timur

mencapai 1.24% dan Kota Surabaya mencapai 3.3%(RI, 2019). Menurut data
darirekammedik home care Medisku Surabayajumlahpasien stroke

dalamtigabulanterakhirsebesar ----

Pada saatserangan stroke non

hemorrhagicotakmengalamipenyumbatanalirandarahakibatbekuandarah pada

pembuluhdarahotak, sehinggamengakibatkangangguanfungsiotak dan

kerusakanpada syarafkranial. Kerusakansarafkranialterutamasarafkranial

trigeminal, fasialis, glosofaringeal, vagus, dan hipoglosus yang dialamipasien

stroke non hemorrhagicmengakibatkangangguanfungsimenelan.

Kondisitersebutdapatmenyebabkankomplikasiseperti pneumonia, aspirasi,

dehidrasi, malnutrisi, dan kematian(Muttaqin, 2011)

Merehabilitasifungsimenelanpasienstroke non

hemorrhagicsangatpenting,tidakhanyauntukmemastikankeselamatanmedis dan

aktivitasfungsionalpasien, tapiuntukmenjagakualitashidup.Salah

satuintervensiutamauntukmenanganimasalahkeperawatangangguanmenelanmenur

ut(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2018)yaitupencegahanaspirasidengantindakanterapeutikmengajarkanteknikmenela

n. Teknikmenelandapatdilakukandengancaralatihanmenelanlangsung dan

tidaklangsung(Misbach, 2011).

Shaker exercise

adalahlatihanmenelantidaklangsungsebagaibentukrehabilitasipasien stroke, yang

bertujuanuntukmemperkuatotot-otot suprahyoid di leher yang

saatmenelanmeningkatkangerakankeatas dan kedepandaritulang hyoid dan

laringsehinggaterjadipeningkatanpembukaansfingteresofagusbagianatas,yangakan
memudahkanmakananuntukmasukkesaluranpencernaanbagianbawah(Murry,

Carrau and Chan, 2020)

Hal inidiperkuatdenganpenelitian yang dilakukan(Tarihoran,

2019)tentangpengaruh shaker exercise terhadapkemampuanmenelan pada pasien

stroke dengandisfagia, didapatkanhasil p value 0,000 (α =0,05) artinya Ho ditolak

dan ada pengaruh yang signifikan shaker exercise terhadapkemampuanmenelan

pada pasien stroke dengandisfagia di RumahSakit Kota Medan.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis memandang perlu melakukan studi

kasus mengenai “Penerapan Shaker Exercise Pada Pasien Stroke Non

Hemorrhagic dengan masalah keperawatan gangguan menelan di Home Care

Medisku Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanlatarbelakang yang

telahdiuraikanmakarumusanmasalahdalampenelitianadalah“Bagaimanakah

Penerapan Shaker Exercise Pada Pasien Stroke Non Hemorrhagic Dengan

Masalah Keperawatan Gangguan Menelan Di Home Care Medisku Surabaya?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan

shaker exercise pada pasien stroke non hemorrhagic dengan masalah keperawatan

gangguan menelan di Home Care Medisku Surabaya.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisismasalahkesehatanpenderita stroke di Home Care Medisku

Surabaya.
b. Menganalisismasalahkeperawatangangguanmenelan pada pasienstroke non

hemorrhagic di Home Care Medisku Surabaya.

c. Menganalisisasuhankeperawatankepadapasienkelolaan,

denganmasalahkeperawatangangguanmenelan pada pasienstroke non

hemorrhagicdi Home Care Medisku Surabaya.

d. MenganalisispenerapanEvidenced Based in Nursing mengenaishaker exercise

pada pasien stroke non

hemoragicdenganmasalahkeperawatangangguanmenelan di home care

medisku Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil studikasusinidiharapkandapatmenjadidasar dan kelengkapan literatur

bagipengembanganpendidikankeperawatankhususnya tentang penanganan

masalah keperawatan gangguan menelan dengan melakukan shaker exercise.

2. Manfaat Praktis

Hasil studi ini dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi perawat dan

mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

stroke non hemoragicdenganmasalahkeperawatangangguanmenelan.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Konsep Dasar Stroke Non Hemorrhagic

a. Pengertian Stroke Non Hemorrhagic

Stroke non hemorrhagicadalah stroke yang di

sebabkankarenapenyumbatanpembuluhdarah di otak oleh thrombosis maupun

emboli sehinggasuplaiglukosadan oksigenkeotakberkurang dan

terjadikematianselataujaringanotak yangdisuplai(Wijaya and Putri, 2013)

Stroke non hemorrhagicberdasarkanpenyebabnyaterbagimenjadi 3

jenisyaitutrombotik yang disebabkan oleh terbentuknya thrombus. Thrombus

akanmenyebabkanpenggumpalandarahsehinggaalirandarahtidaklancaratauterhenti.

Jeniskeduaadalah stroke embolik yang sebabkan oleh tertutupnyapembuluharteri

oleh pembekuandarah.

Jenisketigaadalahhipoperfusionsistemikyaituberkurangnyaalirandarahkeseluruhba

giantubuhkarenaadanyagangguandenyutjantung(Muttaqin, 2011)

Stroke non hemorrhagicdibagimenajditigafase,

fasepertamaadalahfasehiperakutdimulaidari 3 s/d 24 jam setelahpasienterdiagnosa

stroke, fasekeduaadalahfaseakutdimulaisejak 24 s/d 72 jam

setelahpasienterdiagnosa stroke, faseketigaadalahfaserehabilitas yang

memerlukanwaktu 7 harisampai 2 minggu(Tarwoto, 2013)

b. ManifestasiKlinis Stroke Non hemorrhagic

Tanda dan gejala yang muncul pada stroke non

hemorrhagictergantungdengandaerahotak yang
terkena,jikamengenaihemisferkiripenderitaakanmengalamihemiparesekanan,

perilakulambat, gangguanlapangpandang, disfagia, afasia, gangguanemosi.

sedangkandaerahotak yang terkena pada

hemisferkananpenderitaakanmengalamihemiparesesebelahkiritubuh, dan disfagia.

Jika yang terkena pada daerahbatangotak, penderitaakanmengalamigangguan pada

nervus I, II, III, IV, VI, VII, VIII, X, XI, XII(Brunner and Suddarth, 2013)

c. Web of Caution

Trombotik Embolik Hipoperfusio

Penyumbatan Pembuluh darah otak

Stroke non hemoragic

B1:Breathing B2 : B4:Bladde B5:Bowe

Reflek batuk Penurunan Disfungsi Disfungsi


menurun suplai darah nervus IX nervus V,
dan O2 dan X VII,X,IX,XII
Produksi sekret menuju otak
Kontrol Kelemahan
meningkat
sfingter urine otot
Resiko perfusi berkurang
Penumpukan menelan
serebral tidak
secret efektif Gangguan Gangguan
eliminasi urine menelan
Sesak nafas B3 : brain

Disfungsi nervus Pemberian


Bersihan
nutrisi
jalan nafas
tidak efektif N.VII, N.IX, N.1, N.II,
N.XII N.IV, N.XII Tersedak

Kontrol otot fasial Perubahan ketajaman Resiko


dan oral lemah penglihatan, pengecap aspirasi
dan penghiduan
Kehilanganfungsitonus Nafsu
ototfasial dan oral Ketidakmampuan makan
menghidu, melihat menurun
Afasia, disfasia, mengecap
disartia, pelo Deficit
Gangguan nutisi
Gangguan presepsi sensori
komunikasi verbal
B6:Bone

Gangguan Disfungsi sistem


Hemiparesis koordinasi gerak motorik
ekstremitas

Kelemahan Tirah baring Resiko


lama gangguan
integritas kulit
Gangguan
mobilitas fisik

Deficit
perawatandiri
Sumber ((Misbach, 2011), (PPNI, 2017))

2. Konsep Dasar GangguanMenelan

a. PengertianGangguanMenelan

Gangguanmenelanadalahkesulitandalammenelancairan dan ataumakanan

yangdisebabkankarenaadanyagangguanperedarandarah di

otaksehinggamengakibatkankontrolpersarafan pada nervus trigeminal, fasialis,

glosofaringeal, vagus, dan hipoglosusmengalamigangguan(Muttaqin, 2011)

b. Fisiologi Proses Menelan

Proses menelanterdiriatas 3 (tiga) fase, yaitufase oral, fasefaringeal, dan

faseesopageal. Pada fase oral makananterletak pada permukaanlidah,

seluruhlidahbergeserkebelakang, membawamakanankeregio molar.

Lidahkemudianberotasi dan menyimpanmakanan yang sudahtergigit pada

permukaanacclusal, pada fase oral terjadi proses food prosessing,

dimanapartikelmakanandibuatlebihkecildengan proses mastikasi dan dilunakkan


oleh salivakemudiandibawamenuju faring(Pandaleke, Sengkey and Angliadi,

2014)

Pada fasefaringealmakanandidorongdari faring menujuesofagus,

faseinidipengaruhiaktivasiotot faring, lidah dan laring. Konstriktor faring

berkontraksi di sekitar bolus secarasequensialdariataskebawah yang

membuatgelombangkontraksisehinggamendorong bolus kebawah, Faring

akanmemendekuntukmengurangi volume faring,

kemudianlaringmenutupuntukmencegahaspirasi dan upper esophageal sphincter

(UES) membuka, sehingga bolus dapatmemasukironggaesofagus.

Untukmelindungijalannafas dan membuka UES,otot suprahyoid dan hypothyroid

akanberkontraksimenarikkeatasos hyoid dan laring. Faseesofagealdimulai pada

saat bolus melewatisfingteresofagusmenujukelambung. Pada pasien stroke non

hemmoragicyang seringmengalamigangguanadalah pada fasefaringeal(Pandaleke,

Sengkey and Angliadi, 2014)

c. Alat UkurFungsiMenelan

Royal Adelaide Prognostic Index For Dysphagia (RAPIDS)

adalahbentukpengkajian yang memilikistandar valid untukmenilaifungsimenelan.

Pengkajian RAPIDS menilai 14 aspekfungsimenelandenganrentangnilai 20

sampai 100. Nilai 81-90 menunjukkangangguanfungsimenelanringan, nilai71-

80menunjukkangangguanmenelansedang, nilai69-

70menunjukkangangguanfungsimenelanberat(Broadley et al., 2005)

3. Konsep Dasar Shaker Exercise

a. Pengertian Shaker Exercise


Shaker exercise adalahlatihanleher isometric dan isokinetic

berfungsiuntukmeningkatkan pembukaan uppersfingteresofagus(UES) dengancara

memperkuat otot suprahyoid dan tirohyoidsehingga menghasilkan pembukaan

UES yang lebih efisien(Murry, Carrau and Chan, 2020)

b. Manfaat Shaker Exercise

1) Memudahkanpembukaansfingteresofagus

2) Memudahkanmakananmasukkedalamesofagus

3) Mengurangiresikoaspirasi

c. Kontraindikasi shaker exercise

Latihan shaker exercise melibatkanlatihan leher isometrik dan isokinetik saat

individu berbaring dalam posisi

terlentang,sehinggalatihaninitidakcocokditerapkan pada pasienpascaoperasileher,

defisittulangbelakangleher,penderitasklerosis lateral amiotrofik dan

penurunankesadaran(Saitoh et al., 2018)

d. Prosedur Shaker Exercise

Menurut(Saitoh et al., 2018)shaker exercise dapatdilakukan 3 kali

sehariselama 6 hariberturut-turut, Adapun Langkah-langkahshaker exercise

menurut(Murry, Carrau and Chan, 2020)sebagaiberikut :

1) Berbaringtelentang

2) Angkatkepala dan lihatjari-jari kaki (pada

tahapinitidakdiperbolehkanmengangkat bahu)

3) Tahanposisiselama 60 detik

4) Turunkankepala dan istirahatselama 1 menit

5) Ulangilangkah 1 sampai 4 hingga 3 kali


6) Angkatkepalakeatas dan turunkankepaladengancepat 3 kali (hanyakepala,

janganangkat bahu)

B. Konsep Dasar AsuhanKeperawatan

1. Pengkajian

Pengkajianmerupakantahapawaldari proses keperawatan, semua data

datadikumpulkansecarasistematisgunamenentukan status kesehatankliensaatini.

pengkajianharusdilakukansecarakomprehensifterkaitdenganaspekbiologis,

psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Metodeutama yang

dapatdigunakandalampengumpulan data adalahwawancara, observasi, dan

pemeriksaanfisik.

Fokuspengkajian pada pasien stroke non hemorrhagicsebagaiberikut :

a) IdentitasKlien

Meliputinama, umurkebanyakanstroke terjadi pada usiatua 40 -70

tahun(Smeltzer and Bare, 2013)

b) Keluhanutama

Penderita stroke

faserehabilitasimemintapertolongankesehatanpascaperawatanrumahsakitsebagianb

esarmengalamigangguanmenelan, kelemahananggotageraksebelah badandan

penurunantingkatkesadaran(Smeltzer and Bare, 2013)

c) Riwayat penyakitsekarang
Serangan stroke non hemoragiksering kali

berlangsungsangatmendadakdisertaiperubahantingkatkesadaran(Smeltzer and

Bare, 2013)

d) Riwayat penyakitdahulu

Pengkajianriwayatiniperludikajiriwayathipertensi, riwayat stroke sebelumnya,

diabetes melitus,penyakitjantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral

yang lamasertapenggunaanobat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-

obatadiktif,dan kegemukan(Batticaca, 2012)

e) PemeriksaanFisik

B1 (Breathing), pada inspeksiumumnyadidapatkanklienbatuk,

peningkatanproduksi sputum, sesaknapas, penggunaanotot bantu napas, dan

peningkatanfrekuensipernapasan. Auskultasibunyi napas tambahansepertironkhi

pada kliendenganpeningkatanproduksisecret. B2 (Blood) pengkajian pada

sistemkardiovaskulardidapatkanrenjatan (syokhipovolemik) yang seringterjadi

pada klien stroke(Muttaqin, 2011)

Pengkajian pada B3 (Brain) dilakukanuntukmenilaiberbagaidefisitneurologis,

melakukanpemeriksaanfungsisarafkranial I-XII

merupakanpemeriksaanfokusdibandingkanpengkajian pada sistemlainnya. B4

(Bladder) setelah stroke klienmungkinmengalamiinkontinensia urine

sementarakarenakonfusi, ketidakmampuanmengkomunikasikankebutuhan, dan

ketidakmampuanuntukmengendalikankandungkemihkarenakerusakankontrolmoto

rik dan postural(Muttaqin, 2011)

Pada pemeriksaanB5 (Bowel)

umumnyadidapatkanadanyakeluhankesulitanmenelan, nafsumakanmenurun.
PemeriksaanfisikB6 (Bone)

umumnyadidapatkanklienkehilangankontrolvolunterterhadapgerakan motoric,

hemiplegia, selainituperludikajitanda-tandadekubitusterutama pada daerah yang

menonjolkarenaklien stroke mengalamimasalahmobilitasfisik(Muttaqin, 2011)

2. DiagnosaKeperawatan

Diagnosakeperawatanmerupakantahapkeduadari proses

keperawatansetelahdilakukanpengkajiankeperawatan. Diagnosa yang

dapatditegakkan pada penderitastrokesesuaidengan(Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2018)adalah :

a) Gangguanmenelanberhubungandengangangguansarafkranial yang

dibuktikandenganmengeluhsulitmenelan, batuksetelahmakanatauminum,

tersedak dan mengiler.

b) Bersihanjalannafastidakefektifberhubungandenganhipersekresijalan napas

yang dibuktikandengan sputum berlebih

c) Gangguankomunikasi verbal berhubungandenganpenurunansirkulasiserebral

yang dibuktikandenganafasia

d) Resikoperfusiserebraltidakefektif yang dibuktikandenganembolisme

e) Gangguanmobilitasfisikberhubungandenganpenurunankekuatanotot yang

dibuktikandengankekuatanotot dan ROM menurun

3. IntervensiKeperawatan

Perencanaantindakankeperawatanadalahsekumpulantindakan yang ditentukan

oleh perawatuntukdilaksanakangunamemecahkanmasalahkesehatan dan

masalahperawatan yang telahdiidentifikasi.

Pembuatankriteriahasilharusdidasaridenganprinsip SMART (Spesific,


Measurable, Achievable, Realistic, dan Time-oriented)(Basri, Utami and

Mulyadi, 2020).Standarluarankeperawatan(Tim Pokja SLKI DPP PPNI,

2018)merupakantolokukur yang

dipergunakansebagaipanduandalampenyusunanintervensikeperawatandalamrangk

amemberikanasuhankeperawatan yang aman, efektif dan etis. Intervensi yang

dapatdirencanakandalam proses pemberianasuhankeperawatan pada

klienmeliputitindakankeperawatan yang bersifatobservatif, terapeutik,

edukatifsertakolaboratif.

Pada kasusini,

penulismenggunakanintervensikeperawatanutamayaitupencegahanaspirasidengant

indakanterapeutikmengajarkanteknikmenelan(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2018)Teknik menelandapatdilakukandengancaralatihanmenelanlangsung dan

tidaklangsung. Penulismengajarkanteknikmenelantidaklangsungberupa shaker

exercise, prinsipkerjadilakukan dan denganfrekuensi 3 kali

seharidalamseminggudenganwaktu 10-20 menit(Murry, Carrau and Chan, 2020).

Diharapkanlatihanmenelansecaratidaklangsunginidapatmemperbaikifungsimenela

npasien stroke non hemorrhagicdengankriteriahasil yang terdapat padatautan(Tim

Pokja SLKI DPP PPNI, 2018)status menelandenganekspektasimembaik(1)

mempertahankanmakanan di mulut (2) reflekmenelan (3)

kemampuanmengosongkanmulut, (4) frekuensitersedak, (5) batuk.

4. Implementasi

Implementasikeperawatanadalahserangkaiankegiatan yang dilakukan oleh

perawatuntukmembantukliendarimasalah status kesehatan yang dihadapike status

kesehatan yang lebihbaik yang menggambarkankriteriahasil yang


diharapkan(Potter, 2010). Jadi, implementasikeperawatan yang dilakukan pada

karyailmiahakhiriniadalahmemberikanterapilatihanmenelansecaratidaklangsung

(shaker exercise) dilakukansebanyak 3x dalam6hariberturut-

turutdenganwaktukuranglebih 10-20

menitdengankriteriahasilfungsimenelanpasienlebihbaik. Penerapanshaker exercise

inimempersiapkanpasiendalamrileksdenganposisiterlentang di tempattidur.

Selanjutnyamenyiapkaninform concent, dan melakukankontrakwaktu, tempat dan

danmelakukansesuaidenganprosedur yang sudahada.

5. Evaluasi

Evaluasidilakukanberdasarkankriteria yang

telahditetapkansebelumnyadalamperencanaan,

membandingkanhasiltindakankeperawatan yang telahdilaksanakandengantujuan

yang telahditetapkansebelumnya dan menilaiefektivitas proses

keperawatanmulaidaritahappengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan(Basri,

Utami and Mulyadi, 2020).

Evaluasiunggulanuntukmasalahkeperawatangangguanmenelanadalahmembaiknya

fungsimenelanpasien, pasienmampumempertahankanmakanan di

mulut,reflekmenelanmembaik, kemampuanmengosongkanmulutmembaik,

frekuensitersedakmenurundan batukmeurun(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

Tujuantercapaijikaklienmenunjukkanperubahansesuaidengankriteria yang

telahditentukan

C. Peran Perawat

Dalammelaksanakanasuhankeperawatan,

perawatmempunyaiperansebagaipemberiperawatan, sebagaiadvokatkeluarga,
rehabilitator,pencegahanpenyakit, pendidikan, konseling, kolaborasi,

pengambilkeputusanetik dan peneliti(Kusnanto, 2004). Peran

perawatdalammengatasipasien stroke non hemorrhagic

dengangangguanmenelanyaiitusebagai rehabilitator

dengantujuanmengembalikanfungsi organ ataubagiantubuh agar sembuh dan

dapatberfungsisecara normal.
D. Evidance Based In Nursing

Lama
No Nana dan JudulPenelitia MetodePenelitia
JumlahSampel Pelaksanaa Hasil Penelitian
. Tahun n n
n
1 Yusrial Pengaruh Penelitian Teknik pengambilan sampel Intervensi Hasil penelitian menunjukkan
Tarihoran shaker exercise kuantitatif Non Probability sampling dilakukan ada perbedaan yang signifikan
(2019) terhadap dengan desain denganteknik consecutive selama 6 kemampuan menelan pada
kemampuan quasi sampling hari pasien stroke dengan disfagia
menelan pada experiment. berturut- setelah diberikan shaker
pasien stroke Rancangan Besar sampel 24 responden turut dan exercise, dengan p value 0,000
dengan penelitian yang dilakuan (α =0,05)
disfagia di digunakan pre- Kriteriainklusi : pasien tiga kali
rumah sakit test and post-test stroke fase rehabilitasiskala sehari
kota medan without control RAPIDS 81-90,
(rancangan yang kesadarankomposmentis,
melakukan TTV stabil
perlakuan pada
satu kelompok
tanpa
pembanding)

Data dianalisa
dengan uji
dependen t-test
atau paired t-test
2 Ade Sucipto, Application of True experiment Teknik pengambilan sampel Latihan Hasil uji statistik ANOVA One
Ta'adi, shakertechniqu dengan desain menggunakan Probability dilakukan Way menunjukkan p value
Sudirman e towards pre test post test sampling dengan teknik selama 7
(2019) dysphagia in control group simple random sampling, hari dan 0,000 (<0,05) yang artinya
stroke patients design Besar sampel 48 responden dilakukan terdapat pengaruh penerapan
Data dianalisa KriteriaInklusi : satu kali teknik shaker dan senam
dengan uji anova 1.Pasien stroke tanpa alat sehari menelan untuk meningkatkan
one way bantu dengan status penderita stroke menelan
2.Kesadaran baik durasi 10 dengan disfagia.
menit
3 Yusrial Pengaruh Penelitian ini Teknik pengambilan sampel Latihan Hasil penelitian didapatkan ada
Tarihoran, shaker exercise menggunakan menggunakan non dilakukan perbedaan yang signifikan
Agung dan latihan desain quasi probability sampling dengan selama 6 kemampuan menelan pada
Waluyo, Giri menelan ekperimental teknik consecutive sampling. hari pasien stroke dengan disfagia
Widagdo(201 dengan jelly dengan pre-test berturut- setelah diberikan shaker
8) terhadap and post-test Besar sampel 14 responden turut dan exercise dan latihan menelan
kemampuan without control, dilakuan dengan jelly, dengan p value
menelan Pada dimana dalam KriteriaInklusi : tiga kali 0,000 (α =0,05)
pasien stroke penelitian ini
1.Bersedia menjadi sehari
dengan hanya ada satu responden
disfagia di kelompok, tanpa 2.Pasien stroke fase
RSUD kota pembanding. rehabilitasi
bekasi 2017 3.Skala RAPIDS 81-90
Data dianalisa 4.Kesadaran komposmentis,
dengan uji kooperatif serta tanda-
dependen t-test tanda vital pasien stabil.
atau paired t-test
3 Jong-Bae Effects of Eksperimental Teknik pengambilan sampel Latihan Hasil penelitian didapatkan ada
Choia, Sun- Shaker group menggunakan Simple dilakukan perbedaan yang signifikan pada
Hwa Shimb, exercise in random sampling selama 5 kelompokintervensidenganden
Jeon-Eun stroke hari dalam gan p value 0,000 (α=0,05)
Yangc, Hyun- survivors with Besar sampel 32 responden seminggu,
Dong Kimd, dysphagia yang Latihan
Doo-Ho Leee dibagimenjadikelompokkont dilakukan
and Ji-Su Park rol dan intervensi selama 4
(2017) minggu
Krietriainklusi :
1. Pasien stroke fase
rehabilitasi
2. Tidak ada defisit kognitif
yang signifikan
3. Skor MMSE>20
4. Otot leher dalam keadaan
normal tanpa penurunan
fungsi
5. Postur leher simetris
6. Gangguan menelan
derajat sedang

Sumber : (Tarihoran, 2019),(Tarihoran, 2017),(Sucipto, Ta’adi and Sudirman, 2019),(Choi et al., 2017)
E. MetodePenelitian

Metodepenelitianmerupakancara yang akandilakukandalam proses penelitian.

Berikutiniakandijelaskantentangmetodepenelitian yang akandilaksanakanmeliputi:

pendekatanpenelitian, lokasi dan waktupenelitian, subjekpenelitian, pengumpulan

data, pengelolaan data dan etikapenelitian.

1. Pendekatan

Pada

penelitianinipenulismelakukanpendekatandenganmenggunakanrancanganstudikas

us, dimanapenulismelakukanpenelitianterhadappasien stroke non hemorrhagic

faserehabilitasidenganmasalahkeperawatangangguanmenelanuntukmengetahuikon

disipasiensetelahdilakukanintervensishaker exercise.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitianstudikasusinidilakukan di Home Care Medisku Surabaya

yang terletak di Jalan TambakWediBaru No.135 Kenjeran Surabaya

Adapun alasanpemilihanlokasiinikarenabelumpernahdilakukanpenelitian

yang samatentangpenerapanshaker exercise pada pasien stroke non

hemorrhagic denganmasalahkeperawatangangguanmenelan.

b. Waktu penelitian

Waktupenelitiandilakukantanggal---- pada

keduapasienuntukpelaksanaantiappasiendilakukanselama6hariberturut-

turut.

3. SubyekPenelitian
Pada penelitianini, subyek yang akanditelitiyaitu----pasienstroke non

hemorrhagic

faserehabilitasidenganmasalahkeperawatangangguanmenelandenganskala

RAPIDS 81-90yang menjalaniperawatan di Home Care Medisku Surabaya.

4. Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data inimetode yang digunakanadalah:

a. Wawancara (hasil anamnesis berisitentangidentitiaspasien, keluhanutama,

dll). Sumber data daripasien dan keluarga.

b. Observasi dan pemeriksaanfisik (denganpendekatanpemeriksaan B1 – B6

pada pasien), observasi data rekammedik Home Care Medisku Surabaya

c. Studidokumentasi dan angket (hasildaripemeriksaandiagnostik dan data

lain yang relevan)

5. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data inidilakukandengan:

a. Memperpanjangwaktuatautindakan

b. Sumberinformasidapatdiperolehdaritigasumber data yang

utamayaitu:pasien, keluargapasien, perawat home care yang

berkaitandenganmasalah yang akanditeliti.

6. Analisis Data

Analisis data dilakukandengancaramenemukanfakta,

kemudianmembandingkandenganteori yang ada,

selanjutnyadituangkandalamopini danpembahasan. Urutandalamanalisis data,

yaitu:

a. Pengumpulan data
Data dikumpulkandarihasilwawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil

ditulisdalambentuktranskrip.

b. Mereduksi data denganmembuatkoding dan kategori

Data hasilwawancara yang terkumpuldalambentukcatatan dan

dibentukdalamtranskrip. Data

obyektifdianalisisberdasarkanhasilpemeriksaandiagnostikdibandingkanden

gannilai normal.

c. Penyajian data

Penyajian data dilakukandengantabel, gambar,

baganmaupunteksnaratif.Kerahasiaandarikliendijamindengancaramengabu

rkanidentitaslansia.

d. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkandenganhasil-

hasilpenelitianterdahulusecarateoritisdenganperilakukesehatan, datayang

dikumpulkanterkaitdengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan,tindakan dan evaluasi.

7. EtikPenelitian

Etik yang mendasarisuatupenelitianterdiridari:

a. Informed Consent (persetujuanmenjadiklien)

Subyekharusmendapatkaninformasisecaralengkaptentangtujuanpenelitian

yang akandilaksanakan,

mempunyaihakuntukbebasberpartisipasiataumenolakmenjadiklien. Pada
informed consent juga perludicantumkanbahwa data yang

akandiperolehhanyaakandipergunakanuntukpengembanganilmu.

b. Anonimity(tanpanama)

Subyekmempunyaihakmemintabahwa data yang

diberikanharusdirahasiakanuntukituperluadanyatanpanama.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Subyek juga mempunyaihakuntukmemintabahwa data yang

diberikanharusdirahasiakanuntukituperluadanyakerahasiaan.

Anda mungkin juga menyukai