Anda di halaman 1dari 44

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus flavus PADA

MEDIA Potato Dextrose Agar (PDA) dan MEDIA ALTERNATIF


DARI DAGING BUAH KELAPA (Cocos

nucifera) Proposal Karya Tulis Ilmiah

Disusun untuk memenuhi ketentuan melakukan


kegiatan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan oleh :
SAFRINA ROSANA SARI
NIM : 91B21016

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIS POLITEKNIK MEDICA FARMA HUSADA MATARAM
MATARAM
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus flavus PADA


MEDIA Potato Dextrose Agar (PDA) dan MEDIA ALTERNATIF DARI
DAGING BUAH KELAPA (Cocos nucifera)

Diajukan Oleh :

Safrina Rosana
Sari NIM :
91B21016

Komisi Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing 1 Baiq Isti Hijriani, S.Si., M.Si November 2023


NIK : 36.085.2021.080 ………….

Pembimbing 2 Bustanul Atfal, S.Si November 2023


NIK : 36.085.2016.053 ………….

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal


………………. 2023

Ketua Program Studi D-III Teknologi Laboratorium Medis


Politeknik Medica Farma Husada Mataram

Baiq Isti Hijriani, S.Si., M.Si.


NIK : 36.085.2021.080
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya kepada Allah SWT yang telah memberi banyak nikmat,
petunjuk dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “PERBANDINGAN PERTUMBUHAN JAMUR
Aspergillus flavus PADA MEDIA PDA (POTATO DEXTROSE AGAR) dan
MEDIA ALTERNATIF DARI DAGING BUAH KELAPA (Cocos
nucifera)”.
Saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Syamsuriansyah, M.M., M.Kes selaku Direktur Politeknik Medica
Farma Husada Mataram.
2. Ibu Baiq Isti Hijriani, S.Si., M.Si selaku Ketua Program Studi D-III
Teknologi Laboratorium Medis yang telah memeberikan ilmunya kepada
saya dan sekaligus sebagai dosen pembimbing 1 dalam menyusun Proposal
Karya TulisIlmiah.
3. Bapak Bustanul Atfal, S.Si. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan arahan & saran dalam penyusunan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Kedua Orang Tua saya, Bapak Budi Santoso dan Ibu Farida Aryani, yang
takpernah lelah memberikan do’a dan dukungannya untuk anaknya, dan
selalu memberikan suport agar selalu semangat untuk menyelesaikan
kuliahnya.
5. Bapak dan Ibu dosen yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam mendidik
saya, ilmu yang diberikan berkah, bermanfaat dan menjadi amal jariyah ibu
dan bapak kedepannya Aamiin.
Mataram, 2023

Safrina Rosana Sari


DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Bealakang.............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................................................4
D. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................................................4
E. Manfaat Penelitian.........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
A. Tinjauan Teori...............................................................................................................................6
1. Jamur.............................................................................................................................................6
2. Aspergilus flavus...........................................................................................................................9
3. Media...........................................................................................................................................14
4. Tumbuhan Kelapa (Cocos nucifera)...........................................................................................17
B. Kerangka Konsep........................................................................................................................21
C. Hipotesis......................................................................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................................23
A. Desain Penelitian.........................................................................................................................23
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................................................23
C. Variabel dan Definisi Operasional..............................................................................................23
D. Populasi dan Sampel...................................................................................................................24
E. Instrumen Penelitian....................................................................................................................26
F. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................................................31
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data................................................................................31
H. Alur Penelitian.............................................................................................................................33
I. Penyajian Data.............................................................................................................................35
J. Jadwal Penelitian.........................................................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bealakang

Menurut (Sukarminah, 2008), jamur merupakan mahluk hidup


berbentuk sel atau benang bercabang mempunyai dinding dan kitin atau
keduanya mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti.
Tidak memiliki klorofil dan berkembang biak secara seksual, aseksual atau
keduanya. Jamur berperan banyak dalam kehidupan, baik jamur yang
bersifat menguntungkan (saprofit) dan bersifat merugikan (pathogen)
(Syarief, 2003). Salah satu jenis jamur yang memiliki sifat merugikan dan
menghasilkan alfatoksin yaitu jamur dengan spesies Aspergillus flavus.
Aspergillus flavus merupakan jamur saprofit di tanah yang umumnya
memainkan peran penting mendaur ulang nutrisi yang terdapat dalam sisa-
sisa tumbuhan maupun binatang. Aspergillus flavus ditemukan pada biji-
bijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis, selain menyerang segala
jenis substrat organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk
pertumbuhannya terpenuhi. Hasil dari toksik jamur Aspergillus yaitu
berupa mikotoksin yang merupakan senyawa dari hasil sekunder
metabolisme jamur (Suryadi dkk, 2005).
Perkembangbiakan jamur berawal dari spora mikroskopis yang
terbawa angin. Jamur akan tumbuh dan berkembang subur saat spora
hinggap di area dengan suhu atau kelembapan yang sesuai. Selanjutnya
sel- sel yang serupa dengan benang (hifa) akan terbentuk dan bergerombol
hingga tampak gumpalan kusut seperti kapas (miselium).
Sumber nutrisi pada media kelapa berasal dari air rebusan daging
buah kelapa. Diketahui bahwa daging buah kelapa memiliki kandungan
karbohidrat sebanyak 15 gram dimana merupakan salah satu nutrisi yang
paling dibutuhkan pada pertumbuhan jamur.
Mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroorganisme seperti
jamur, penelitian dapat dilakukan dengan pembiakan melalui media
pertumbuhan. Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran
zat makanan (nutrient) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh mikroba.
Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik harus
memenuhi persyaratan antara lain: media harus mempunyai pH yang
sesuai, media tidak mengandung zat-zat penghambat, media harus steril,
dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan
mikroorganisme (Jutono, 1980).
Media PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum
untuk pertumbuhan jamur di laboratorium karena memiliki pH yang
rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0
dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25℃-30℃ (Cappucino,
2014). Media PDA biasanya berbentuk instan dibuat oleh pabrik atau
perusahan tertentu yang berupa sediaan siap pakai sehingga lebih
praktis. Namun, medium ini harganya mahal, higroskopis, dan hanya
diperoleh pada tempat-tempat tertentu saja. Dilihat dari hal-hal tersebut
serta banyaknya bahan-bahan alam yang ada sehingga dapat menjadikan
media pengganti untuk pertumbuhan mikroorganisme terutama jamur
untuk menjadikan dorongan bagi para peneliti untuk melakukan penelitian
media pengganti pengganti PDA yang berasal dari bahan alam yang
mudah didapatkan sekaligus terjangkau. Bahan alternatif yang
digunakan sebagai penganti media PDA harus mengandung dan
memenuhi nutrisi yang dibutuhkan sebagai pertumbuhan seperti dari
bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein (Octavia, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada penelitian
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara ukuran diameter koloni jamur Aspergillus flavus dan
berdasarkan dari perhitungan secara statistik menunjukan tidak ada
perbedaan antara media PDA dan media singkong. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa sebenarnya media singkong merupakan media
alternatif
yang cukup optimal sebagai pengganti media PDA instan (Octavia, 2017).
Media alternatif lainnya sebagai pengganti PDA adalah daging
buah kelapa. Kelapa adalah suatu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan
atau Arecaceace. Tumbuhan ini memiliki manfaat yang banyak, hampir
semua bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia sehingga dianggap
sebagai tumbuhan serba guna. Kelapa secara alami tumbuh di daerah
pantai sampai pegunungan mencapai ketinggian 30 meter (Palungkun,
1992). Kelapa
merupakan salah satu sumber karbohidrat dan sumber energi kalori yang
cukup tinggi. Kandungan pada PDA (Potato Dextrose Agar) dan daging
buah kelapa memiliki beberapa kandungan yang sama seperti protein,
lemak, vitamin B, dan fosfor. Komposisi PDA salah satunya merupakan
ekstrak kentang sebagai sumber karbohidrat, sehingga dapat dilakukan
media anternatif lainnya yang komposisinya hampir sama dengan kentang,
dengan menggunakan daging buah kelapa (Cocos nucifera) (Aini &
Rahayu, 2015).
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dikarenakan
mahalnya harga media PDA instan serta melimpahnya sumber daya alam
yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme
mendorong peneliti untuk menemukan media alternatif dari bahan-bahan
yang mudah didapat serta murah dengan begitu dapat mengurangi
keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan dalam penelitian. Berdasarkan
uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut mengenai “Perbandingan PertumbuhanJamur Aspergillus flavus
Pada Media PDA (Potato Dextrose Agar) dan Media Alternatif dari daging
buah kelapa (Cocos nucifera)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Perbandingan
Pertumbuhan Jamur Aspergillus flavus Pada Media PDA (Potato Dextrose
Agar) dan Media Alternatif dari Daging Buah Kelapa (Cocos nucifera)?
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus pada media media PDA (Potato Dextrose Agar) dan
mediaalternatif daging kelapa.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pertumbuhan jamur Aspergillus flavus pada
media PDA (Potato Dextrose Agar).
b. Mengidentifikasi pertumbuhan jamur Aspergillus flavus pada
media alternatif dari daging buah kelapa (Cocos nutifera).
c. Menganalisa perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus flavus
pada media PDA dan daging buah kelapa (Cocos nucifera).

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada bidang ilmu
Teknologi Laboratorium Medis mencakup sub bidang Mikologi
tentang pertumbuhan jamur Aspergillus Flavus pada media alternatif
dari daging buah kelapa sebagai pengganti media PDA (Potato
Dextrose Agar).

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Memberikan wawasan untuk bidang kesehatan terutama ilmu
mikologi bahwa daging buah kelapa dapat menjadi media alternatif
pertumbuhan jamur Aspergillus flavus sebagai pengganti media PDA
dengan harga lebih murah.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menambah informasi dan gambaran tentang pertumbuhan
jamur Aspergillus flavus pada media alternatif daging buah kelapa
sebagai penggati media PDA.
b. Bagi tenaga kesehatan
Dapat memberikan masukan dan informasi dalam memilih media
pengganti lain untuk pertumbuhan jamur Aspergillus flavus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Jamur
a) Pengertian Jamur
Mikologi (mykes dan logos) : ilmu yang mempelajari tentang
jamur. Jamur merupakan organisme protista eukariotik,
khemoheterotrof, reproduksi secara seksual dan atau aseksual, struktur
vegetatif berupa sel tunggal atau berfilamen. Mikologi yaitu mengenai
protista eukariotik nonfotosintetik yang disebut fungi. Fungi atau
jamur (cendawa) adalah organisme heterotrofik mereka memerlukan
senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda
organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,
menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang
kemudian di kembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya
meningkatkan kesuburannya jadi sangat menguntungkan bagi
manusia,sebaliknya juga dapat merugikan kita bilamana mereka
membusukkan kayu, tekstil, makanan, dan bahan-bahan lain, pada
manusia dan hewan sebagai “primary pathogen” maupun
“opportunistic pathogen”, juga dapat menyebabkan alergi dan
keracunan.
Menurut (Sukarminah, 2008), jamur merupakan mahluk hidup
berbentuk sel atau benang bercabang mempunyai dinding dan kitin
atau keduanya mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau
lebih inti. Tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak secara
seksual, aseksual atau keduanya.
b) Sifat Umum Jamur (Harti, 2014)
 Termasuk Protista eukariotik
 Khemoheterotrof dan khemoorganotrof
 Saprofit atau parasite
 Struktur vegetatif berupa uniseluler multiseluler/berfilamen (mold-
kapang,cendawa)
 Reproduksi seksual dan aseksual

c) Karateristik Jamur (Harti, 2014)


(a) Yeast (khamir) :
 Uniselular
 Non filamentous, membentuk pseudohifa
 Bentuk oval/spheris
 Umumnya non motil
 Reproduksi aseksual: pembelahan (fission) dan seksual
 Facultative anaerob
(b) Kapang (molds) :
1) Multiseluler
2) Reproduksi seksual dan aseksual
3) Berfilamen / benang disebut hifa, kumpulan hifa disebut
miselium
Macam / tipe hifa :
 Hifa non septa ( ceonocytic ) : hifa tidak bersepta
 Hifa bersepta (acoenocytic) uninucleate ( 1 inti ) atau
multinucleate (banyak inti)
 Hifa vegetatif : hifa yang berfungsi untuk nutrisi
 Hifa reproduksi atau aerial hifa : hifa yang berfungsi untuk
reproduksi / pembentuk spora
 Pseudohifa : kuncup membentuk sel rantai pendek
(c) Dimorfik :
 Mempunyai 2 bentuk pada pertumbuhannya, yaitu pada bentuk
kapang dari hifa vegetatif dan aerial hifa sedangkan bentuk
khamir dari budding
 Banyak terdapat pada jamur pathogen
 Dipengaruhi oleh suhu 37°C sebagai bentuk khamir dan pada
suhu 25°C sebagai bentuk kapang
(d) Cendawan :
 Merupakan jamur tingkat tinggi tersusun sebagai talus
 Umumnya makroskopik
 Menghasilkan mikotoksin

d) Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur


(a) Substrat
Nutrisi utama pada fungi yaitu substrat. Ketika fungi
mengekresi enzim ekstraseluler yang dapat mengurai senyawa
kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa yang lebih
sederhana nutrisi tersebut baru dapat dimanfaatkan oleh fungi.
(b) Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi.
Rhizopus atau Muos adalah fungsi tingkat rendah umumnya
memerluhkan kelembabpan nisbi 90% sedangkan pada kapang
Aspergillus, Penicillium, jamur lainnya dapat bertahan pada
kelembapan nisbi rendah 80%.
(c) Suhu
Suhu pertumbuhan untuk fungi kisaran r 25-30 °C. Fungi
dengan jenis psikrotrofik bisa tumbuh di suhu lemari es sedangkan
ada fungi yang masih dapat tumbuh dengan secara lamban pada
suhu pembekuan seperti 5 °C sampai -10 °C.
(d) Derajat keasaman (pH)
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi, substrat
akan diuraikan oleh enzim-enzim tertentu sesuai dengan
aktivitasnya dengan pH tertentu. Jamur tumbuh optimum pada pH
(derajat keasaman) media 6 sampai 7.
(e) Senyawa kimia
Hasil dari senyawa-senyawa pertumbuhan fungi yang sudah
tidak digunakan lagi akan dikeluarkan pada lingkungannya,
senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai pelindung dirinya
ketika terjadi serangan oleh organisme lain termasuk pada
organisme biji jamur itu sendiri (Ganjar, 2006).

2. Aspergilus flavus
a. Pengertian jamur Aspergillus flavus
Aspergillus flavus merupakan saprofit dan parasit. Aspergillus
flavus mempunyai konedium dibagian ujungnya dan mempunyai hifa
bersekat serta bersepta. Aspergillus flavus memerlukan temperatur
yang lebih tinggi, tetapi mampu beradaptasi pada aw (water activity)
yang lebih rendah dan mampu berkembang lebih cepat bila
dibandingkan dengan Penicillium. Aspergillus flavus merupakan jamur
saprofit di tanah yang umumnya memainkan peran penting mendaur
ulang nutrisi yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun
binatang. Aspergillus flavus ditemukan pada biji-bijian yang
mengalami deteriorasi mikrobiologis selain menyerang segala jenis
substrat organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk
pertumbuhannya terpenuhi. Kondisi ideal tersebut mencakup
kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang tinggi (Miskiyah, 2003).
b. Klasifikasi Apergillus flavus
 Kingdom : Fungi
 Phylum : Ascomycota
 Class : Eurotiomycetes
 Family : Trichocomaceae
 Genus : Aspergillus
 Species : Aspergillus flavus (Miskiyah, 2003)
c. Sifat dan Morfologi Aspergillus flavus
Aspergillus flavus bersifat aerobik dan ditemukan di hampir semua
lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka umumnya tumbuh
sebagai jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari ketegangan
oksigen tinggi, habitatnya adalah di daerah yang lembab dan dapat
hidup pada buku, kayu dan pakaian, dapat hidup di daerah tropis dan
substropis tergantung pada kondisi lingkungan. Jamur ini tumbuh
sebagai mikroba pada berbagai macam bahan organik, sepert roti,
olahan daging, butiran padi, kacang-kacangan, makanan dari beras dan
kayu (Miskiyah, 2003).

Gambar 2.1 Aspergillus flavus (Miskiyah, 2003)


Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta, miselia
bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki sel,
sterigmata sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna,
konidia berbentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam. Tampilan
mikroskopis Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang
(400- 800 μm) dan relatif kasar, bentuk kepala konidial bervariasi dari
bentuk kolom, radial, dan bentuk bola, hifa berseptum, dan koloni
kompak. Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh dengan
cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari. Aspergillus
flavus memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi
kuning kehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan
atau tidak berwarna, sedangkan koloni yang sudah tua memiliki warna
hijau tua dengan Rh (relative humidity) minimum untuk pembentukan
aflatoksin sebesar 83% (aw minimum pembentukan aflatoksin = 0,83).
Rh (relative humidity) minimum untuk pertumbuhan dan germinasi
spora adalah 80% dan Rh (relative humidity) mininum untuk sporulasi
adalah 85%. Kenaikan suhu, pH, dan persyaratan lingkungan lainnya
akan menyebabkan aw (water activity) minimum bertambah tinggi.
Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan Aspergillus flavus
berkisar pada 30°C dengan Rh ≥ 95%. Secara umum Aspergillu flavus
adalah organisme aerobik sehingga gas O 2 dan N2 akan menurunkan
kemampuannya untuk membentuk aflatoksin. Efek penghambatan oleh
CO2 dipertinggi dengan menaikkan suhu atau menurunkan Rh (relative
humidity) dengan kadar O2 minimum 1% untuk pertumbuhan.
Perlakuan dan analisis yang tepat sangat dibutuhkan untuk mencegah
penurunan produksi aflatoksin dalam lingkungan laboratorium.
Ciri makroskopis jamur Aspergillus flavus dikenal sebagai cetakan
beludru, warna koloni kuning sampai hijau atau coklat dengan
kekuningan hingga coklat merah.

Gambar 2.2 Makroskopis Aspergillus Flavus (Refai, El-yazid dan


Hassan, 2014)
Ciri mikroskopik menunjukan bahwa koloni Aspergillus flavus
memiliki kepala konidia bulat yang merekah menjadi beberapa kolom,
konidiofor berwarna hialin dan kasar, vesikula berbentuk bulat, konidia
berbentuk bulat dan berduri (Gandjar dkk, 2006).
Gambar 2.3 Mikroskopis Aspergillus flavus (Mikrologi & Icme,
2018)
Jamur Aspergillus flavus menghasilkan koloni yang berwarna
kuning hijau atau kuning abu-abu hingga kehitaman. Konidiofornya
tidak berwarna, kasar, bagian atas agak bulat serta konidia kasar
dengan bermacam-macam warna. Makanan yang kita makan mudah
sekali dihinggapi Aspergillus flavus (Nurul, 2010).

d. Toksin yang dihasilkan


Aspergillus flavus dikenal sebagai jamur penghasil aflatoksin yang
merupakan mikotoksin paling berbahaya. Bahkan nama aflatoksin
diambilkan dari huruf a yang berasal dari kata aspergillus dan fla dari
kata flavus. Aflatoksin merupakan metabolisme sekunder dari kapang
Aspergillus flavus yang bersifat sangat toksik. Aspergillus flavus
sebagai penghasil utama aflatoksin umumnya hanya memproduksi
aflatoksin B1 dan B2. Aflatoksin memiliki tingkat potensi bahaya yang
tinggi dibandingkan dengan mikotoksin lain (Listya Purnamasari,
2016).
Aflatoksin B1 merupakan salah satu senyawa yang dapat menjadi
penyebab terjadinya kanker pada manusia. Aflatoksin B1 berpotensi
karsinogenik, mutagenik, teratogenik, dan bersifat imunosupresif.
Metabolisme aflatoksin B1 dapat menghasilkan aflatoksin M1,
sebagaimana terdeteksi pada susu sapi yang pakannya mengandung
aflatoksin B1 (Lanyasunya dkk, 2005). Aflatoksin B1 bersifat paling
toksik (Wrather dan Sweet, 2006).
e. Gambaran Klinis
Aspergillus flavus menyebabkan penyakit dengan spektrum luas
pada manusia, mulai dari reaksi hipersensitif hingga infeksi invasif
yang diasosiasikan dengan angioinvasion. Sindrom klinis yang
diasosiasikan dengan kapang tersebut meliputi granulomatous sinusitis
kronis, keratitis, cutaneous aspergillosis, infeksi luka, dan
osteomyelitis yang mengikuti trauma dan inokulasi. Sementara itu,
Aspergillus flavus cenderung lebih mematikan dan tahan terhadap anti
fungi dibandingkan hampir semua spesies Aspergillus yang lainya.
Penderita dengan penyakit paru kronis (terutama asthma, juga
penyakitgangguan paru kronis atau “cystic fibrosis”) dan penderita
yang alergi terhadap jamur ini dapat menyebabkan kerusakan bronchus
dan penyumbatan bronchus intermiten. Keadaan ini disebut sebagai
allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) (Amalia, 2012).
Berbagai bentuk perubahan klinis dan patologis mikotoksikosi
ditandai dengan gejala muntah, sakit perut, paru-paru bengkak, kejang,
koma, dan pada kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan
kematian. Aflatoksin yang berbahaya ini dapat mempengaruhi
mekanisme kerja hati manusia, mamalia, maupun unggas sehingga
menjadi faktor penyebab kanker hati (Edyansyah, 2013).

f. Patogenesis
Infeksi jamur Aspergillus flavus pada manusia yaitu dari spora
jamur yang berdiameter berukuran 25 µm terhirup melalui sistem
pernafasan manusia dan akan dan akan mengendap di
saluranpernafasan bagian atas (Puradinata, 2009). Ekologi dan
distribusi geografis seperti spesies Aspergillus lainnya seperti
Aspergillus flavus sudah menyebar keseluruh dunia. Distribusi ini
mungkin hasil dariproduksi udara banyak konidia, yang mudah
menyebar lewat udara yang gerakannya kemungkinan disebabkan oleh
serangga
3. Media
a. Pengertian media
Media adalah suatu substrat makanan yang dibutukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Untuk menumbuhkan kultur
dalam suatu media, diperlukan kriteria-kriteria persyaratan dimana
semua unsur hara yang dibutuhkan mikroorganisme harus terpenuhi
pada media agar mikroorganisme yang tumbuh dan perkembang
dengan optimal pada media. Media juga harus memiliki tekanan
osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan
mikroba, zat-zat penghambat pertumbuhan mikroorganisme harus
dihilangkan pada media dan media harus steril atau tidak
terkontaminasi dari bahan lainnya agar kulur mikroba yang tumbuh
tidak terkontaminasi (Suriawiria, 2005).
Media biasanya digunakan untuk pertumbuhan jamur (fungi).
Media dapat mempengaruhi morfologi dan warna dari koloni,
terbentuknya struktur tertentu, dan dapat tumbuh atau tidaknya jamur.
Semua jamur memerlukan elemen yang spesifik untuk melangsungkan
pertumbuhan dan reproduksinya. Media umumnya mengandung
sumber nitrogen (N), karbon (C), dan vitamin. Dekstrosa/glukosa
merupakan sumber karbon yang paling banyak digunakan dalam media
pertumbuhan mikroorganisme. Fruktosa dan manosa adalah jenis gula
lain yang sering digunakan dan ditemukan di media dari sumber-
sumber di alam. Sukrosa juga dapat digunakan pada beberapa media.
Sumber nitrogen meliputi pepton, ekstrak yeast, ekstrak malt, asam
amino dan senyawa amonium nitrat (Hadioetomo, 1993).
Nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme atau jamur untuk
pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur
dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe,
vitamin, air dan energi (Cappucino, 2014).
b. Media Berdasarkan Penyusunnya
Media biasanya tersusun atas kandungan air, kandungan nitrogen
(baik berasal dari protein, asam amino, maupun senyawa lain yang
mengandung nitrogen), kandungan sumber energi/karbon (baik berasal
dari karbohidrat, lemak, protein, ataupun senyawa-senyawa lain), ion-
ion makro maupun mikro, serta vitamin dan asam amino.
Berdasarkan penyusunnya, media dibedakan menjadi 3 yaitu :
2. Media alami
Merupakan medium yang komposisi dan takarannya tidak
diketahui secara pasti. Bahan makanan merupakan medium
alami karena mikroba dapat tumbuh pada bahan makanan dan
tidak diketahui seberapa kadar C, H, O, N, dan lain-lain.
Tersusun atas bahan-bahan alami seperti kentang, tepung,
daging, telur, ikan, umbi (paling banyak dipergunakan, yaitu
dalam bentuk kultur jaringan tanaman ataupun hewan).
Contohnya adalah telur untuk pertumbuhan virus.
3. Media sintetik
Seluruh komposisi penyusunnya telah diketahui dengan pasti
karena dibuat oleh manusia dan tersusun oleh senyawa kimia.
Contohnya adalah media untuk pertumbuhan Clostridium,
Saboroud Agar dan Czapeksdox Agar (Schlegel & Schmidt,
1994).
4. Media semi sintetik
Merupakan medium yang sebagian komposisi dan takarannya
diketahui secara pasti Tersusun oleh campuran bahan-bahan
alami dan bahan-bahan sintetis. Contohnya adalah NA
(Nutrient Agar) yang kandungan utamanya adalah ekstrak
daging sapi, dan PDA (Potato Dextrose Agar) yang kandungan
aslinya adalah ekstrak kentang (Suriawiria, 2005).
c. Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Potato Dextrose Agar (PDA) adalah suatu medium yang kaya akan
nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan berbagai jamur.
Kebanyakan jamur berkembang pada Potato Dextrose Agar (PDA),
tetapi terkadang jamur yang tumbuh pada PDA menghasilkan miselia
berlebih dengan mengorbankan sporulasi karena kandungan nutrisi
pada PDA yang terlalu “kaya” untuk beberapa jamur. PDA dapat
digunakan oleh Ascomycota sebagai media pertumbuhan. Media PDA
mengandung 4,0 g/l potato dextrose agar, 20,0 g/l glukosa, 15,09 g/l
agar dan aquades 1L (Stamets, 2007).
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah
(pH 4,5 sampai 5,6) sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan p ,0 dan suhu
optimum untuk pertumbuhan antara 25-30℃ (Cappucino, 2014)
Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media semi
sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sistesis
(dextrose dan agar). Kentang merupkan sumber karbon (karbohidrat),
vitamin dan energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi, selain itu
komponen agar berfungsi untuk memadatkan medium PDA. Masing-
masing dari ketiga komponen tersebut sangat diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme terutama jamur
(Octavia, 2017).

Gambar 2.4 Media Potato Dextrose Agar


d. Kelebihan dan kekurangan media PDA (Potato Dextrose Agar)
Media PDA memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari
media PDA yaitu media ini berbentuk instan karena media ini dibuat
oleh pabrik-pabrik atau perusahaan tertentu sudah dalam bentuk
sediaan siap pakai. Dari kelebihan tersebut media PDA ini juga
memiliki kelemahan diantaranya harganya mahal, higroskopis dan
hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu. Mahalnya harga media
instan yang mencapai Rp500.000,- hingga Rp1.500.000,- setiap 500 g
(Oktavia, 2017)

4. Tumbuhan Kelapa (Cocos nucifera)

a. Pengertian Kelapa (Cocos nucifera)


Kelapa (Cocos nucifera) termasuk jenis tanaman palma yang
mempunyai buah berukuran cukup besar. Batang pohon kelapa
umumnya berdiri tegak dan tidak bercabang, dan dapat mencapai 10-
14 meter lebih. Daunnya berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3-4
meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian.
Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok yang cukup kuat
sehingga untuk memperoleh buah kelapa harus dikuliti terlebih dahulu.
Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2-10 buah
kelapa setiap tangkainya (Anonimous, 2007).

b. Klasifikasi Kelapa
• Kingdom : Plantae
• Divisi : Magnoliophyta
• Klas : Liliopsida
• Order : Arecales
• Famili : Arecaceae
• Genus : Cocos
• Spesies : Cocos nucifera (Wahyu Baskoro, 2018)
Pohon kelapa sering disebut pohon kehidupan karena sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia di seluruh dunia dan hampir
semua bagian tanaman kelapa dapat memberikan manfaat bagi
manusia (Rindengan dan Novarianto, 2005).

Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang


lebih sebesar kepala manusia. Buah terdiri dari sabut, tempurung,
daging buah, dan air buah. Tebal sabut kelapa kurang lebih 5 cm dan
tebal daging buah 1 cm atau lebih. Gambar penampang buah kelapa
dilihat pada gambar 2.4 dan komposisi buah dapat dilihat pada tabel 1
(Wahyu Baskoro, 2018)

Gambar 2.5 Buah kelapa


Bunga betina tanaman kelapa akan dibuahi 18-25 hari setelah
bunga berkembang dan buah akan menjadi masak (ripe) setelah 12
bulan. Masa panen berlangsung sepanjang tahun, setiap pohon dapat
dipanen satu bulan sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali. Jangka
waktu panen tergantung dari periode penyiangan dan perbaikan tanah
yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pemanenan (pada
umumnya periode pemanenan dilakukan dua bulan sekali) (Wahyu
Baskoro, 2018).
Tabel 2.1 Komposisi buah kelapa
Daging buah Jumlah berat (%)
Sabut 35
Tempurung 12
Daging buah 28
Air buah 25
c. Kandungan gizi buah kelapa
Kelapa merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan gizi
lengkap. Kandungan gizi pada buah kelapa dapat dilihat pada tabel
berikut (Wahyu Baskoro, 2018) :
Tabel 2.2 Kandungan gizi buah kelapa
Buah Buah setengah
Kandungan Buah tua
Muda tua
Kalori
68,0 kal 180,0 kal 359 kal
Protein 1,0 g 4,0 g 3,4g
Lemak 0,9 g 13,0 g 34,7 g
Karbohidrat 14,0 g 10,0 g 14, 0 g
Kalsium 17,0 mg 8,0 mg 21,0 mg
Fosfor 30,0 mg 35,0 mg 21,0 mg
Besi 1,0 mg 1,3 mg 2,0 mg
Vitamin A 0,0 Iu 10,0 Iu 0,0 Iu
Thiamin 0,0 mg 0,5 mg 0,1 mg
Asam askorbat 4,0 mg 4,0 mg 2,0 mg
Bagian yang dapat
53,0 g 53,0 g 53,0 g
dimakan

d. Manfaat buah kelapa

Buah kelapa merupakan salah satu buah yang memiliki


manfaat sangat beragam diantaranya sebagai berikut (Wahyu Baskoro,
2018) :

a) Memenuhi asupan cairan tubuh


Air kelapa bisa dijadikan sebagai minuman isotonik alami
yang dapat membantu hidrasi tubuh manusia. Di dalamnya, ada
kandungan elektrolit yang mampu menggantikan hilangnya cairan
tubuh ketika berolahraga dan diare.
b) Mencegah pembentukan batu ginjal

Biasanya pembentukan batu ginjal berawal dari kurangnya


asupan cairan yang disebabkan rendahnya kadar sitrat dalam urin.
Air kelapa mampu mengurangi jumlah kristal yang terbentuk
dalam urin. Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal BioMed
Research International yang menemukan bahwa air kelapa bisa
menyumbangkan sitrat untuk ginjal karena mengandung lebih
banyak mineral kalium dan klorida. Kedua zat ini dapat
menghasilkan pH basa yang mencegah proses pembentukan batu
ginjal.
c) Menurunkan tekanan darah
Kandungan air kelapa terdapat kalium yang bisa
menurunkan dan mengontrol tekanan darah. Konsumsi air kelapa
untuk menurunkan tekanan darah sebaiknya dilakukan dengan
seimbang dan tidak berlebihan
d) Obat kumur alami
Tidak hanya airnya saja, tetapi minyak dari buah kelapa
juga dapat dijadikan sebagai obat kumur alami. Minyak kelapa
mengandung lauric acid yang tinggi. Kandungan ini yang
bermanfaat bagi gigi dan mulut karena bisa menghilangkan bakteri
akibat bau mulut dan gigi berlubang serta mengatasi peradangan
pada gusi.
e) Mengurangi berat badan
Kandungan minyak kelapa terdapat lemak jenuh yang
sehat, yaitu asam laurat dan sejumlah asam lemak rantai sedang
yang relatif besar. Minyak kelapa diekstraksi langsung dari buah
kelapa segar sehingga membantu mengurangi nafsu makan dan
menurunkan berat badan dengan cara meningkatkan pembakaran
lemak.
B. Kerangka Konsep
Media

Media alami Media sintetik Media semi sintetik

Kelapa(Cocos nucifera) Potato Dextrose Agar (PDA) Tersusun atas


Tersusun atas
bahan alami bahan alami
(kentang) dan (kentang) dan
sintesis (dextrose sintesis (dextrose

Mediapertumbuhan
jamur

Media pertumbuhan
Aspergillus flavus
Keterangan :
Diteliti :
Tidakditeliti :

Gambar 2.6 Kerangka Konsep


C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian. Hipotesis biasanya dirumuskan dalam bentuk hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang
berfungsi untuk menentukan pembuktian (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dijabarkan, maka
hipotesis penelitian yang dirumuskan :
HO : Tidak ada pertumbuhan jamur Aspergillus flavus pada media
Alternatif pada daging buah kelapa.
H1 : Ada pertumbuhan jamur Aspergillus flavus pada media Alternatif
pada daging buah kelapa.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada peneltian ini adalah


eksperimen murni. Penulis menggunakan desain penelitian eksperimental
karena peneliti ingin mengetahui media daging buah kelapa dapat menjadi
pengganti media untuk pertumbuhan jamur Aspergillus flavus sebagai
penganti media PDA (Potato Dextrose Agar).
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Program Studi D-III
Teknologi Laboratorium Medis Medica Farma Husada Mataram.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2023.
C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Dependent
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel independen (Hidayat, 2012).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan jamur
Aspergilus flavus.

b. Variabel Independent
Variabel independen adalah suatu variabel yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Hidayat,
2012). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media alternatif
daging buah kelapa untuk menumbuhkan jamur Aspergillus flavus.
2. Definisi Operasional
a. Media PDA (Potato Dextrose Agar) : Media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memilki pH yang
rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0
dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30° C. Satuan
ukur sama dengan 15 gram dan menggunakan skala data rasio.

b. Media alternatif Buah kelapa (Cocos nucifera) : Media yang


digunakan untuk menumbuhkan jamur yang berasal dari daging
buah kelapa. Satuan ukur menggunakan 300 gram daging buah
kelapa dengan skala data rasio. Dilakukan sebanyak 4 kali
perlakuan sehingga didapat konsentrasi daging buah kelapa yang
digunakan sebesar 25%, 50%, 75%, dan 100%

c. Pertumbuhan jamur Aspergillus flavus : Mengamati pertumbuhan


dan perkembangan jamur Aspergillus flavus pada media
pertumbuhan.
D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan
dalam waktu penelitian (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini
adalah pohon kelapa di daerah Seruni Jalan Gili Air Blok A2.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Saryono, 2012). Sampel dalam penelitian ini daging
buah kelapa. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Adapun rumus replikasi dari penelitian ini yaitu menggunakan
rumus Federer :

Keterangan :
(t-1) (r-1) ≥ 15
t : Jumlah perlakuan (sampel media buah kelapa)
r : Jumlah replikasi
(t-1) (r-1) ≥ 15

(6-1) (r-1) ≥ 15

5 (r-1) ≥ 15

5r – 5 ≥ 15

5r ≥ 15 + 5

r≥4
Jadi tiap kelompok perlakuan dalam penelitian ini akan direplikasi
atau pengulangan sebanyak 6 kali.

Menurut unit percobaan :

N =t×r Keterangan :
3. Besaran= sampel
4×6
N : Jumlah unit percobaan
= 24
Penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan, yaitu :
t : Perlakuan
r : Replikasi
a) Kelompok 1 : daging buah kelapa konsentrasi 100%

b) Kelompok 2 : daging buah kelapa konsentrasi 75%

c) Kelompok 3 : daging buah kelapa konsentrasi 50%

d) Kelompok 4 : daging buah kelapa konsentrasi 25%


e) Kelompok 5 : kontrol positif menggunakan media PDA

f) Kelompok 6 : kontrol negatif menggunakan aquades

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang diukur untuk


mengumpulkan data dan mengukur fenomena yang diamati (Sugyono,
2013).

Instrumen pengamatan data pada penelitian ini adalah :

1. Alat & Bahan


a) Alat
(1) Kompor
(2) Panci
(3) Pisau
(4) Tabung reaksi
(5) Hot plate
(6) Batang pengaduk
(7) Erlenmeyer
(8) Timbangan digital
(9) Gelas ukur
(10) Pipet tetes
(11) Bunsen dan korek api
(12) Autoklaf
(13) Jarum ose
(14) Mikroskop
(15) Desikator
(16) Objek dan cover glass
b) Bahan
(1) Daging buah kelapa
(2) Gula
(3) Agar
(4) Media PDA
(5) Kultur Aspergillus flavus
(6) Alkohol
(7) Kapas
(8) pH meter
(9) Alumunium foil
(10) Aquades
(11) LPCB 10%

2. Prosedur penelitian

a. Persiapan alat & bahan


Menyiapkan buah kelapa muda yang dibutuhkan, dengan
usia panen 3-4 bulan. Buah kelapa muda harus dalam keadaan
yang baik dan tidak mengalami kerusakan fisik, sehingga
menunjang tahapan penelitian. Semua alat yang akan digunakan
pada penelitian ini dipersiapkan dan dipastikan dalam keadaan
bersih dan kering.

b. Persiapan sampel

Sampel buah kelapa dibersihkan dari kulitnya dan


kemudian dipotong dadu dengan menggunakan pisau, selanjutnya
daging buah kelapa yang sudah dibersihkan dan dipotong dadu
dipindahkan ke dalam wadah yang telah disediakan (Nurlia, 2016).

c. Sterilisasi alat dan bahan


Alat-alat dicuci sampai bersih dan dibiarkan kering,
kemudian dibungkus dan dimasukkan ke dalam autoklaf.
Sterilisasi alat pada suhu 121℃ selama 1 jam. Setelah cukup
waktu, masukkan ke dalam oven untuk sterilisasi kering.
d. Pembuatan media alternatif daging buah kelapa
(1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
(2) Sebelum memulai pembuatan media, terlebih dahulu
menyeterilkan alat-alat yang akan digunakan seperti
Erlenmeyer, beakerglass, pipit ukur, batang pengaduk, cawan
petri, dan sendok dengan menggunakan autoklaf pada suhu
120℃ selama 15 menit.
(3) Menimbang sampel daging buah kelapa sebanyak 300 gram dan
15 gram dengan menggunakan timbangan digital dan
dimasukan ke dalam gelas beaker.
(4) Ke dalam gelas beaker tadi daging buah kelapa ditambahkan
1000ml aquades steril dan kemudian direbus menggunakan hot
plate sampai daging buah kelapa lunak. Setelah lunak, daging
buah kelapa diperas dan diambil sari patinya.
(5) Menambahkan agar 15 gram dan gula 10 gram pada sari pati
dari daging buah kelapa sambal diaduk atau digoyangkan
sampai larut dengan sempurna.
(6) Larutan media tersebut disterilkan dengan menggunakan
autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121℃
(7) Setelah proses sterilisasi selesai, media dikeluarkan dari
autoklaf dan terlebih dahulu menyiapkan cawan petri di atas
meja datar, bersih, dan kering lalu media dalam Erlenmeyer
tadi dituangkan kira-kira 15ml – 20ml untuk tiap-tiap cawan
petri.
(8) Mendiamkan media tersebut hingga mengeras (Nurlia, 2016).

e. Pembuatan media PDA

(1) Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.

(2) Sebelum memulai pembuatan media, terlebih dahulu


mensterilkan alat-alat yang akan digunakan seperti cawan
petri, Erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, batang pengeduk
dan sendok dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121℃
selama 15 menit.

(3) Menimbang media PDA sebanyak 3,9 gram.

(4) Memindahkan serbuk PDA ke dalam gelas beaker, lalu


menambahkan aquadest steril sebanyak 100 ml, den
memindahkannya kedalam Erlenmeyer.

(5) Menghomogenkan larutan dengan cara dipanaskan diatas hot


plate dan diaduk menggunakan pengaduk steril.
(6) Memeriksa pH dengan menggunakan pH meter.

(7) Pelarutan tidak sampai mendidih (pelarutan harus sempurna


sehingga tidak ada Kristal yang tersisa), dan mulut
Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil.

(8) Mensterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit, pada suhu


121℃, dengan tekanan 1-2 atm.

(9) Setelah poses sterilisasi selesai, media dikeluarkan dari


autoklaf den terlebih dahulu menyiapkan cawan petri di atas
meja yang datar, bersih dan kering.

(10) Menyiapkan larutkan hingga mencapai suhu 50℃ lalu media


dalam Erlenmeyer tadi dituangkan kira-kira 10-20ml ke
dalam cawan Erlenmeyer (Nurlia, 2016).

f. Inokulasi jamur Aspergillus flavus

Metode penanaman jamur pada media yang digunakan


adalah isolasi tuang, pemurnian dan pengamatan secara
mikroskopis dengan menggunakan LPCB 10%, cara ini dasarnya
ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada
temperature 45-50°C dengan suspensi bahan yang mengandung
biakan dan menuangkannya kedalam cawan petri steril (Juntono
dkk, 1980).

Cara kerja :

(1) Mendinginkan media daging buah kelapa dan PDA dalam


Erlenmeyer sampai suhu ± 45- 50°C (cirinya terasa hangat di
kulit).

(2) Membuka tutup tabung yang mengandung kultur muni jamur,


dan membakar leher botol.

(3) Memindahkan 1 ml biakan murni jamur ke dalam cawan petri


steril.
(4) Membakar leher erlenmeyer di atas Bunsen, dan menuangkan
media daging buah kelapa dan PDA pada cawan petri yang
telah berisi biakan murni jamur.

(5) Menggoyangkan cawan petri perlahan-lahan untuk mencampur


biakan jamur dengan media tersebut sampai homogen.
Menggoyangkan petri jangan terlalu kuat. Pada saat
menuangkan media, cawan petri bias diletakkan dalam radius
maksimal 20 cm dari sumber api (zona steril).

(6) Setelah media padat diinkubasi pada desikator.

(7) Pengamatan pertumbuhan jamur dilakukan dengan mengamati


media pada 24x1jam/1hari, 24x2jam/2hari, dan24x3jam/3hari.

(8) Perlakuan terhadap media daging buah kelapa dilakukan


dengan tiga kali ulangan dengan media PDA sebagai kontrol
(Mikrologi & Icme, 2018).

g. Pengamatan makroskopis jamur Aspergillus flavus

Pengamatan secara makroskopis morfologi jamur Aspergillus


flavus memiliki ciri-ciri seperti cetakan beludru, warna koloni
kuning sampai hijau atau coklat dengan kekuningan hingga coklat
merah.

h. Pengamatan mikroskopis jamur Aspergillus flavus

(1) Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan seperti


sampel (kultur jamur), mikroskop, objek glass, cover glass,
ose Bunsen dan korek api, larutan LPCB 10%.

(2) Laruran LPCB 10% diteteskan 1-2 tetes pada objek glass.

(3) Ujung ose dibasahi dengan larutan LPCB 10% kemudian


ditempelkan pada kultur jamur hingga menempel pada ose.

(4) Jamur pada ose ditempelkan pada tetesan larutan LPCB 10%
kemudian ditutup dengan cover glass.
(5) Dilewatkan beberapa kali di atas api spiritus dan didiamkan
selama 10 menit.

(6) Diperiksa dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x dan


40x untuk melihat adanya hifa maupun spora dari jamur
Aspergillus flavus (Mikrologi & Icme, 2018).

Proses sterilisasi alat membutuhkan waktu satu hari,


kemudian dilanjutkan pembuatan media buah kelapa dan media
PDA dan proses penaman isolate jamur dibutuhkan waktu satu
hari. Dilanjutkan dengan proses inkubasi media pada desikator dan
pengamatan jamur selama satu hari. Dengan demikian proses
prosedur penelitian sampai pengamatan dibutuhkan waktu tiga hari.

Hasil pemeriksaan dinyatakan berhasil jika ditemukan koloni


jamur Aspergillus flavus pada media buah kelapa dilihat dari hasil
makroskopis dan mikroskopis dengan media PDA sebagai kontrol
(Mikrologi & Icme, 2018).

F. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara
pembuatan media buah kelapa untuk menjadi pengganti media PDA
sebagai media pertumbuhan jamur. Kemudian dilakukan inokulasi jamur
Aspergillus flavus dan diinkubasi sampai jamur tumbuh atau kurang lebih
dua hari setelah dilakukan pembiakan pada desikator, dan mengamati
pertumbuhan jamur Aspergillus flavus pada media buah kelapa dengan
media PDA sebagai kontrol.
Pengamatan dilakukan dengan melihat koloni jamur Aspergillus
flavus pada koloni konter dan menghitung jumlah koloninya pada media
buah kelapa dan dilanjutkan dengan pengamatan koloni dibawah
mikroskop perbesaran lensa objektif 10x dan 40x.

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan maka data


diolah tahap Tabulating. Tabulating merupakan pembuatan tabel-tabel data
yang sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti
(Notoatmodjo, 2010). Penyajian data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan tabel yang menunjukkan jumlah koloni jamur Aspergillus
flavus pada setiap media buah kelapa dan media PDA sebagai kontrol pada
waktu jamur mengalami pertumbuhan.

Analisa data dilakukan dengan mengolah data yang terkumpul


dengan menggunakan progam statistik dengan melakukan uji Normalitas
dan uji Homogenitas. Bila uji Normalitas dan uji Homogenitas memenuhi
syarat maka dilanjutkan dengan melakukan uji ANOVA. uji Anova atau
analysis of variance adalah tergolong analisis komparatif lebih dari dua
variabel atau lebih dari dua rata-rata. Tujuannya adalah untuk
membandingkan lebih dari dua rata-rata. Gunanya untuk menguji
kemampuan generalisasi artinya data sampel dianggap dapat mewakili
populasi (Riduan, 2010).

Pada penelitian ini digunakan perhitungan menggunakan aplikasi


SPSS. Varians data dapat diuji dengan menggunakan Leven test. Bila sig <
0,05 maka data diasumsikan memliki variasi yang sama. Bila data sig >
0,05 data diasumsikan memiliki variasi yang tidak sama.
H. Alur Penelitian

Persiapan alat & bahan


Sterilisasi alat & bahan
Pembuatan media

Daging buah kelapa PDA

Ditimbang 3,9 gr dan


Dipotong dan
dilarutkan pada 100ml
ditimbang 300gr dan
aquadest di atas hot
direbus dengan
plate

Setelah lunak daging buah kelapa diperas dan diambil Dilihat


sarinyapHnya ± 5.9 dan diaduk hingga larut

Dipindah pada erlenmeyerdan ditutup dengan kapas dan alumuni


Ditambahkan 15 gr agar dan 10 gr gula pada dari pati ubi pada hot plate dan diaduk

Media pada erlenmeyer disterilkan dengan autklaf pada suhu 121°C sel
Setelah larut daging buah kelapa dipindah pada erlenmeyer dan ditutup dengan kapas dan alumunium

Inokulasi jamur dengan cara pour plate/ metode tuang

am capet steril biakan jamur dan ditambahkan


Dituang±kedalam
9ml media
capet
daging
sterilkelapa,
biakan capet
jamurdigoyang
dan ditambahkan
sampai biakan
± 9ml tercampur
media PDA,rata
capet digoyang s
Setiap media diinkubasi
pada desikator selama 2
hari/sampai jamur tumbuh

Diamati secara makros


dihitung kolonijamur
pada koloni konter dan
Anali dilihat
secara mikros
pada mikroskop
sa
perbesaran10x
data dan 40x
I. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk


tabel, tabel tersebut menunjukkan pertumbuhan jumlah koloni jamur
Aspegillus flavus pada media daging buah kelapa serta pada media PDA
sebagai kontrol.

Berikut merupakan grafik tabel dalam penyajian data penelitian :

Tabel 3.1 Hasil jumlah koloni jamur Aspergillus flavus pada media
daging buah kelapa dan media PDA

Jumlah koloni
Rata-rata
No Sampel Pengulangan Inkubasi 24 Inkubasi 48 (Koloni)
jam jam

K1

K2
Media daging buah
1.
kelapa K3

K4

P1

P2
2. Media PDA
P3

P4

Keterangan :
K : Media daging buah kelapa
P : Media PDA
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopis

No Ciri-ciri koloni yang diamati Keterangan

Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis

No Ciri-ciri koloni yang diamati Keterangan

5
J. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Tahun 2023
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penyusunan proposal

2. Seminar proposal

3. Revisi proposal

4. Penelitian

5. Penyusunan KTI

6. Seminar KTI

7. Revisi KTI
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. and Rahayu, T. (2015) ‘Media Alternatif untuk Pertumbuhan Jamur


Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda’, pp. 861–866.
Amalia, N. 2013. Identifikasi Jamur Aspergillus flavus pada Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) yang Dijual di Pasar Kodim. Jurnal Analis
Kesehatan Klinikal Sains Volume 1 Nomor 1. Pekanbaru: Akademi Analis
Kesehatan Fajar Pekanbaru.
Cappuccino, J G, Sherman, N 2014. Manual Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta:
EGC.
Gandjar, I. (2006). Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta, Indonesia: Yayasan
Obor Indonesia
Hadioetomo, R.S. (1993). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia. Jakarta.

Handayani, Sri, Riyadi, Sujono. (2011). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Bidang Kesehatan.SIP. Yogyakarta.
Harti, G.S.,2014. Mikrobiologi Kesehatan. Penerbit Andi offset. Yogyakarta

Jutono, J. Soedarsono, S. Hartadi, S. Kabirun S., Suhadi D., 1980, Pedoman


Praktikum Mikrobiologi Umum, Departemen Mikrobiologi, Fakultas
Pertanian UGM, Yogyakarta
Lanyasunya, T.P., L.W. Wamae, H.H. Musa, O. Olowofeso, and I.K. Lokwaleput.
2005. The risk of mycotoxins contamination of dairy feed and milk on
smallholder dairy farms in Kenya. Pakistan Journal ofNutrition 4.
Miskiyah. 2003. Status Kontaminasi Aflatoksin pada Kacang Tanah dan
ProdukProduk Olahannya. https://repository.ipb.ac.id. Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2018.
Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Octavia, A. 2017. Perbandingan Pertumbuhan Jamur Aspegillus flavus PadaMedia
PDA (Potato Dextrose Agar) dan Media Alternatif dari Singkong
(Manihot esculenta Crantz). Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang. Volume : 6, No. 2 September 2017.
Refai, M., El-yazid, H. A. and Hassan, A. 2014. Monograph on Aspergillus and
Aspergillosis in man, animals and birds. Department of Microbiology,
Faculty of Veterinary Medicine, Cairo University. Department of
Mycology and Mycotoxins, Animal Health Research Institute, Dokki
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rindengan B., A. Lay, H. Novarianto, H. Kembuan, dan Z. Mahmud. 2005.
Karakterisasi Daging Buah Kelapa Hibrida untuk Bahan Baku Industi
Makanan. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan
Kelembagaan Penelitian Pertanian Nasional, Badan Litbang, 49 Hal.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Stamets, Paul. (2007). Culture Media For Fungi.
http://www.shroomery.org/9468/Culture-Media-for-Fungi Diakses pada
tanggal 03 April 2018
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2013.

Sukarminah, Een. 2008. Mikrobilogi Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan


Unpad.Bandung.
Suriawira, Unus. (2005). Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.
Syarief, R., Ega, L, Nurwitri, CC 2003. Mikotoksin Bahan Pangan. Bogor: IPB
Press.
Wahyu Baskoro. (2018). BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. 1–64. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.

Anda mungkin juga menyukai