Anda di halaman 1dari 19

SETENGAH PUTARAN DAN RUAS GARIS BERARAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geometri Transformasi

Dosen Pengampu:
Rohmad Wahid Rhomdani. S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

Aisyah Maylani Ariyatma U.P 1810251013


Fenny Rofiatul Khofifah 1810251015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat-Nya Allah SWT yang


senantiasa memberikan kekuatan dan kesehatan kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah Geometri Transformasi mengenai Setengah
Putaran dan Ruas Garis Berarah dengan baik dan lancar. Terimakasih
kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu,
pada kesempatan kali ini kami mengharapkan sumbang saran ataupun
kritikan demi membangun dari perbaikan untuk masa yang akan datang.

Jember, 09 Oktober 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ....................................................................................i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

A. Setengah Putaran ............................................................................ 2


B. Ruas Garis Berarah ......................................................................... 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15

A. Kesimpulan .................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada pertemuan sebelumnya telah dipelajari materi tentang
Pencerminan. Sedangkan untuk pertemuan kali ini materi yang akan
dibahas adalah mengenai Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah.
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah merupakan bagian
dari Geometri Transformasi dan merupakan salah satu bekal dalam
mengajar matematika di SMP dan SMA/SMK. Dalam mempelajari
setengah putaran, kita harus mengetahui defenisi, rumus sifat-sifat dan
hasil kali setengah putaran. Untuk ruas garis berarah kita juga harus
mengatahui definisi, sifat-sifat dan juga kelipatan ruas garis berarah.
Oleh karena itu, kami dari kelompok 3 akan memaparkan materi
tentang setengah putaran dan ruas garis berarah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah defenisi setengah putaran dan ruas garis berarah?
2. Apa saja sifat-sifat setengah putaran dan ruas garis berarah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi setengah putaran dan ruas garis berarah
2. Untuk mengetahui sifat-sifat setengah putaran dan ruas garis
berarah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Setengah Putaran
Setengah putaran mengelilingi sebuah titik adalah suatu involusi. Suatu
setengah putaran mencerminkan setiap titik bidang pada sebuah titik tertentu
sehingga disebut pencerminan pada suatu titik.

SA(E)
F

SA(F)

Definisi 3.1
Sebuah setengah putaran pada suatu titik A adalah suatu padanan
(pasangan) SA yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang sebagai berikut:
1. Apabila P ≠ A maka SA(P) = P' sehingga A titik tengah ruas garis PP'
2. SA(P) = A

Contoh Soal:
1. Diberikan A, B dan C adalah titik-titik pada bidang ecluid V dan A adalah
titik tengah, lukislah:
a) Titik D sehingga D = SA(B)
b) Titik C sehingga C = SA(E)

Penyelesaian:

A
180

Menurut definisi B  A, maka SA (B) = D, dimana D diperoleh


perpanjangan BA sepanjang AB sehingga A titik tengah BD .

2
Teorema 7.1
Andaikan A sebuah titik dan g dan h dua garis yang tegak lurus yang
berpotongan di A, maka SA = Mg . Mh.
Bukti :
Karena g ⊥ h, maka kita dapat membuat sebuah sistem sumbu
ortogonal
dengan g, sehingga sumbu x dan h snebagai sumbu T dan A sebagai
titik asal.
y
P(x, y)

P"(-x, -y)

Sedangkan SA(A) = A, jadi juga Mg Mh (A) = SA(A) maka untuk


setiap P pada bidang berlaku Mg Mh (A) = SA(P), Ini berarti: Mg Mh = SA

3
Teorema 7.2
Jika g dan h garis yang tegak lurus maka Mg Mh = Mh . Mg

Bukti :
Kalau P = A maka MgMh (A) = Mg(A) = A juga MhMg (A) = Mh(A) = A, sehingga
MgMh (A) = MhMg (A) untuk P  A, maka MgMh = SA selanjutnya MhMg (P) =
Mh (x, -y) = (-x, -y) = SA(P). Jadi MhMg = SA sehingga diperoleh MgMh = MhMg.

Catatan : Bahwa komposisi pencerminan terhadap dua garis yang tegak lurus
adalah komutatif.

Teorema 7.3
Jika SA setengahn putaran, maka SA-1 = S A

Bukti :
Andaikan g dan h dua garis yang tegak lurus maka MgMh = SA dengan A titik
potong antara g dan h. Jadi (MgMh)-1 = Mh-1 . Mg-1 = SA-1.
Dimana misalkan
(MgMh)-1 = Mh-1 . Mg-1 = SA-1
Mg = Mg
Teorema 6.3
Mh-1 = Mh
SA-1 = (Mg . Mh)-1

= Mh-1 . Mg-1 → teorema 6.4 [(T o S)-1 = S-1 o T-1]


= Mh . Mg → teorema 6.3 {Mg-1 = Mg, Mh-1 = Mh}
= Mg . Mg → teorema 7.2 {MhMg = MgMh}
Jadi, SA-1 = Mg . Mh = SA

4
Teorema 7.4
Jika A = (a, b) dan P (x, y) maka SA (P) = (2a – x, 2b – y)

P(x, y)

g
A(a, b)

P'(x0, y0)

Misalkan P' (x0, y0) adalah SA(P) maka A pertengahan / titik tengah PP'
maka :

x + x0 y + y0
A (a, b)  a = b =
2 2

Teorema 7.5
Andaikan SA suatu setengah putaran dan g sebuah garis. Apabila A  g,
maka SA(g) // g'.

Q P
g

g' = SA(g)
SA(P) = P' S(Q) = Q'

Andaikan P  g' maka A titik tengah ruas PP' dengan P' = SA (P)

Andaikan Q  g' maka A titik tengah ruas garis QQ' , dengan Q' = SA (Q), maka 

APQ   AP'Q'. Sehingga PQP'Q' sebuah jajaran genjang, ini berarti bahwa PQ //

P'Q' , jadi g // SA (g).

5
Teorema 7.6
Hasil kali dua setengah putaran dengan pusat-pusat yang berbeda, tidak
memiliki titik tetap.

Bukti : Andaikan A dan B pusat-pusat setengah putaran tersebut.

Andaikan g = AB dan andaikan h dan k garis-garis tegak lurus AB di A dan di B,


maka berturut-turut kita peroleh :
SA SB = (Mh Mg) (Mg Mk)
= [(Mh Mg) Mg] Mk
= [Mh (Mg Mg)] Mk  Teorema 6.3 = Mg . Mg = I
= Mh I Mk
Ini berarti tidak memiliki titik invarian
Jika g dan h dua garis yang tegak lurus maka Mg Mh = Mh . Mg
Lihat gambar di atas.

Bukti :
Kalau P = A maka MgMh (A) = Mg(A) = A juga MhMg (A) = Mh(A) = A, sehingga
Mg Mh (A) = MhMg (A) untuk P  A, maka MgMh = SA = (Mh I Mk) = Mh Mk.

g
A B

h k

Teorema 7.7
Jika A  B adalah dua titik maka hanya ada satu setengah putaran yang
memetakan A ke B.

Bukti :
Andaikan ada dua setengah putaran SD dan SE sehingga SD (A) = B dan SE (A) =
B. Jadi SD (A) = SE (A) maka S -1 [S
D D (A)] = S
-1
[SED(A)], maka S -1 = SD.D
Sehingga A = SD [SE (A)].

-1800
A 1800 D B

6
Teorema 7.8
Suatu setengah putaran adalah suatu dilatasi yang bersifat involutorik

Bukti :
Andaikan P pusat setengah putaran SP. Harus dibuktikan dua hal :
1. Kalau g sebuah garis maka SP (g) // g
2. SP . SP = I dengan I transformasi identitas

A
A P

B
SP (g) = g'

1. Jelaskan bahwa SP (g) = g' suatu garis, andaikan A  g', B  g maka A'  g', B'
 g' dan PA = PA' : PB = PB' sedangkan n ( APB) = n ( A'PB') sehingga 
PAB   PA'B. Jadi n (B'A'P), ini berarti g // SP (g). Jadi SP disebut dilatasi.
2. Oleh karena SP . SP (A) = SP (A') = A untuk setiap titik A  g maka SP . SP = I.
Ini berarti SP bersifat innvolutorik.

Teorema 7.9
Apabila T suatu transformasi H himpunan titik-titik dan A sebuah titik
maka A  T(H) jika dan hanya jika T-1(A)  H.
Bukti :
1. Andaikan A  T(H), jadi ada x  H sehingga A = T(x). Maka T-1(A)  T-1
[T(x)] = (T-1 . T) (x) = I (x) = x. Jadi T-1(A)  H.
2. Andaikan T-1(A)  H, ini berarti bahwa T[T-1(A)]  T(H) atau A  T(H).

7
Soal :
1. Apabila A = (2, 3), tentukanlah :
a) SA(C) apabila C = (2, 3)
b) SA(D) apabila D = (-2, 7)
c) SA-1(E) apabila E = (4, 1)
d) SA(P) apabila P = (x, y)

Penyelesaian :
a) Diket : A = (2, 3)
C = (2, 3)
Ditanya : SA(C)........?
Jawab :
SA(C) = (2a – x, 2b – y)
A = (2, 3) = (a, b)
C = (2, 3) = (x, y)
SA(C) = (2(2) – 2, 2(3) – 3)
= (4 - , 6 – 3)
= (2, 3)
Jadi, SA(C) = (2, 3)

b) Diket : A = (2, 3) = (a, b)


D = (-2, 7) = (x, y)
Ditanya : SA(D) ....... ?
Jawab :
SA(D) = (2a – x, 2b – y)
= (2(2) – (-2), 2(3) – 7)
= (4 + 2, 6 – 7)
= (6, -1)
Jadi, SA(D) = (6, -1)

8
B. Ruas Garis Berarah
Definisi Ruas Garis Berarah
Definisi 1
Suatu ruas atau garis berarah adalah sebuah ruas garis yang salah satu ujungnya
dinamakan titik pangkal dan ujung yang lain dinamakan titik akhir.
Contoh:

Apabila A dan B dua titik, lambang AB kita gunaka sebagai ruas garis berarah
dengan pangkal Adan titik akhir B.

A B
Definisi 2

AB  CD (dibaca ruas garis AB ekuivalen dengan ruas garis CD), apabila

SP (A) = D dengan P titik tengah AB .


B
D
P
A C
Contoh:
Diberikan titik A, B, C dan F pada bidang ekuilidis seperti berikut ini, lukislah:

a. D sehingga AB  CD

b. E sehingga AB  EF D
Jawab:
B P
C

A
Q

1
9
a. AB  CD apabila S (A) = D dengan P titik tengah BC . Akibatnya titik D
P

diperoleh dengan cara mencari titik tengah BC , namakan ini titik P kemudian
mencari D sehingga SP (A) = D

b. AB  EF apabila SQ (B) = E, dengan Q titik tengah AF . Karena

SQ (A) = F, maka Q merupakan titik tengah AF , karena Q titik tengah BE

maka SQ (B) = E

Sifat – sifat Ruas Garis Berarah


Teorema 1

Apabila AB dan CD dua ruas garis berarah yang tidak segaris. Maka segi empat

ABDC sebuah jajaran genjang jika dan jika AB  CD


Bukti:

A
B
P
C D

Untuk membuktikan teorema ini kita harus membuktikan dua hal yaitu:

1. AB  CD maka ABDC sebuah jajaran genjang

Misal P adalah titik tengah BC maka SP(A) = D sebab AB  CD , karena

AD dan BC diagonal-diagonal segi empat ABDC dan AP = PD dan BP = PC,


maka segi empat ABDC adalah sebuah jajaran genjang.

2. ABDC jajaran genjang maka AB  CD

Karena segi empat ABDC jajaran genjang, maka diagonal

AD dan BC berpotongan saling membagi sama panjang artinya apabila titik

10
Akibatnya P titik tengah BC dan SP(A) = D. Jadi
AB  CD
Teorema 2

Diketahui ruas-ruas garis berarah AB, CD dan EF maka:

1. AB  AB (sifat refleksif)
Bukti:

Namakan titik tengah AB dengan P, maka Sp(A) = B. jadi AB  AB

A P B = Sp(A)

2. jika AB  CD maka CD  AB (simetrik)

Bukti:

Karena AB  CD maka segi empat ABDC jajaran genjang. Karena segi

empat CDBA = segi empat ABDC maka segi empat CDBA jajaran genjang.

Akibatnya CD  AB .

A B C D

P P
C D A B

3. jika AB  CD , CD  EF maka AB  EF

Bukti:

• Karena AB  CD maka segi empat ABDC jajaran genjang. Kerena

diagonal-diagonal AD dan BC sama panjang sehingga AP = PD dan BP =

PC maka dapat disimpulkan bahwa AB = DC sehingga AB // CD …….(1)

• Karena CD  EF maka esegi empat CDFE jajaran genjang. Sama halnya

11
Teorema 3

Diketahui sebuah titik P dan suatu ruas garis berarah AB maka ada titik tunggal Q

sehingga PQ  AB
Bukti:
B

Q
A R

Syarat PQ  AB adalah PQ = AB . Untuk membuktikan bahwa PQ = AB maka

BR = RP dan AR = RQ, dengan R adalah titik potong antara BP dan AQ .

Kelipatan Ruas Garis Berarah


Definisi:

Andaikan diberikan AB dan k suatu bilangan real. Apabila k  0 , maka k AB

adalah AP sehingga P  AB dan AP = k (AB). Apabila k  0 , maka k AB

adalah AP dengan P adalah anggota sinar yang berlawanan dengan AB

sedangkan AP = k AB . Selanjunya AP disebut kelipatan dari AB .

Contoh:

Apabila diberikan titik-titik A dan B seperti dibawah ini.


1
a) AB
2
3
b) − AB
4
Jawab:
1 1
a) Karena k =  0 , maka AB adalah AP sehingga P  AB dengan
2 2

12
a) Karena k = − 3  0 , − 3
4 4 AB adalah AQ sehingga Q anggota sinar yang

3 3
berlawanan dengan AB , dengan AQ = − AB = AB
4 4

B P
A

Contoh-contoh
1. Apabila soalnya:
A(1,3), B(2,7) dan C(-1,4) titik sudut jajaran genjang ABCD.
1. Diketahhui
Tentukan titik-titik
koordinat titik DA,?B, C, dan D tiap tiga titik tak ada yang segaris,
lukislah:
Penyelesaian:
a. Titik
Diketahui D sehingga
untuk CE sebuah
membentuk AB jajaran genjang maka AB  CD maka:

b. Titik F sehingga DF  BA 

Misalkan titik D(x,y) sehingga AB  CD adalah:


(2 c.− 1, 7S A−(3AB
) =)(x + 1, y − 4)
(1,4 ) = (x + 1, y − 4)
Penyelasaian:

x=0 D y=8 C
D(x, y ) = (0,8)
P
B y
A B’

(0,8) 8
Q
7 (2,7)
E F
(-1,4) 4
a. Titik D sehingga CE  AB
3 (1,3)
S P (D) = A maka S Q (A) = E
-1 1 2 x
b. Titik F sehingga DF  BA

SP (C ) = B maka SQ (B) = F

13
2. Diketahui A(0,0), B(5,3) dan C(-2,4) tentukan :

a. Titik R sehingga AR  BC

Penyelasaian:

a. Titik R sehingga AR  BC

Misalkan R(x,y) maka AR  BC adalah

(x − 0, y − 0) = (− 2 − 5, 4 − 3)
x = − 7 dan y = 1
maka R(x, y) = (− 7, 1)

b. Titik S sehingga CS  AB

Misalkan S(x,y) maka CS  AB adalah


(x + 2, y − 4) = (5 − 0, 3 − 0)
(x + 2, y − 4) = (5, 3)
x+2=5 y−4=3
x=5−2 y=3+4
x=3 y=7
maka S (x, y) = (3, 7)

c. Titik T sehingga TB  AC

Misalkan T(x,y) maka TB  AC adalah


(5 − x, 3 − y) = (5 − 0, 3 − 0)
(5 − x, 3 − y) = (5, 3)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Setengah putaran mengelilingi sebuah titik
adalah suatu involusi. Suatu setengah putaran mencerminkan setiap titik bidang
pada sebuah titik tertentu sehingga disebut pencerminan pada suatu titik.

Definisi 3.1
Sebuah setengah putaran pada suatu titik A adalah suatu padanan
(pasangan) SA yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang sebagai berikut:
1. Apabila P ≠ A maka SA(P) = P' sehingga A titik tengah ruas garis PP'
2. SA(P) = A
Sifat-sifat setengah putaran berdasarkan teorema-teorema yaitu 7.1-7.9
mengenai setengah putaran.
Suatu ruas atau garis berarah adalah sebuah ruas garis yang salah satu
ujungnya dinamakan titik pangkal dan ujung yang lain dinamakan titik akhir.
Sifat-sifat ruas garis berarah berdasarkan teorema-teorema yang sudah ada yaitu
teorema 1, 2, dan 3 mengenai ruas garis berarah.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
kami mengharapkan sumbang saran atau kritikan demi membangun dari
perbaikan dimasa yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai