Anda di halaman 1dari 26

TUGAS 3

“PEMBANGKITAN DAN PENGUJIAN TEGANGAN


TINGGI IMPULS ”
TEKNIK TEGANGAN TINGGI

Nama (NIM) : Firman Ilham Ramadhan Rifai (231043038)


Dwi Anggra Wijaya (231042037)

Jurusan : Teknik Elektro


Dosen Pengampu : Slamet Hani, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunianya-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pembangkitan Dan Pengujian Tegangan Tinggi Impuls”. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Teknik Tegangan Tinggi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari kekurangan


dalam penyusunan. Kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis agar makalah ini
bermanfaat untuk memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca yang membaca makalah ini nantinya.

Yogyakarta, 08 Desember 2023

Penulis
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN

TEGANGAN TINGGI IMPULSE

Kompetensi Dasar dan Indikator.


Setelah menyelesaikan
menyelesaikan bab ini mahasiswa dapat :

- Menjelaskan pengertian tegangan tinggi impuls


- Menjelaskan teknik pembangkitan tegangan tinggi impuls
- Menjelaskan teknik pengukuran tegangan tinggi impuls

5.1 Pendahuluan

Tegangan impuls diperlakukan dalam pengujian tegangan tinggi untuk


mensimulasi terpaan akibat tegangan lebih dalam dan luar serta untuk meneliti
mekanisme tembus. Umumnya tegangan impuls dibangkitkan dengan meliuahkan
muatan kapasitor tegangan tinggi (melalui sela) pada suatu rangkaian resistor dan
kapasitor, untuk itu sering digunakan rangkaian pengali tegangan. Nilai puncak
dari tegangan impuls dapat ditentukan dengan bantuan sela ukur atau dengan
rangkaian elektronik yang dikombinasikan dengan pembagi tegangan. Alat ukur
tegangan impuls yang terpenting adalah osiloskop sinar katoda yang
memungkinkan penentuan nilai-nilai sesaat melalui pembagi tegangan, kadang-
kadang digunakan pengubah analog digital untuk menggantikan osiloskop.

5.2 Parameter-parameter tegangan impuls

Dalam teknologi tegangan tinggi, suatu pulsa tegangan dengan polaritas


tunggal dikatakan sebagai impuls.

Ada 3 macam bentuk tegangan impuls yaitu :

a. Teganga
Tegangann impuls persegi
b. Teganga
Tegangann impuls bentuk baji
c. Teganga
Tegangann impuls eksponensial ganda

Seperti ditunjukkan pada gambar 5.1 di bawah ini.


Pada gelombang impuls yang berasal dari pemutusan aliran (surja

pemutusan) penentuan waktu gelombang depan (time to crest) ditentukan mulai


dari gelombang menaik sampai dengan titik puncak gelombang. Sedangkan
gelombang ekor, waktu ditentukan sampai nilai tegangan mencapai 50% dari
harga puncaknya.
puncaknya. Menurut standar IEC surja pemutusan ini besarnya :

Tcr = 250 µS + 20%, sedangkan

Tt = 2500 µS + 60%

Ketergantungan terhadap waktu maupun tempo tegangan impuls


bergantung pada cara pembangkitanny
pembangkitannya.
a. Untuk percobaan dasar maka sering
digunakan tegangan impuls persegi yang melonjak hingga nilai yang hampir
konstan, maupun tegangan impuls berbentuk baji yang dicirikan dengan suatu
kenaikan yang selinier mungkin hingga terjadi tembus dan digambarkan dengan
kecuraman S. Untuk keperluan pengujian maka tegangan impuls eksponensial
ganda telah dibakukan, tanpa isolasi yang cukup berarti maka tegangan impuls ini
cepat mencapai nilai maksimum, nilai puncak U, dan kemudian meluruh perlahan
menuju nol. Jika terjadi tembus secara sengaja ataupun tidak disengaja dalam
rangkaian tegangan tinggi selama penerapan impuls (yang menyebabkan hilang
tegangan secara mendadak), maka tegangan yang terjadi disebut tegangan impuls
yang dipotong. Pemotongan dapat terjadi pada bagian depan, pada puncak atau
pada punggung dari tegangan impuls. Dengan demikian gejala transien yang
diinduksikan merupakan penyebab dari isolasi.

5.3 Rangkaian dasar sumber tegangan tinggi impuls

Gelombang eksponensial ganda seperti terlihat pada bentuk gelombang impuls


yang dipakai pada pengujian, dapat dihasilkan di laboratorium dengan
menggunakan rangkaian seri R-L-C pada keadaan peredaman yang lebih atau
kombinasi rangkaian R-C, seperti pada gambar 5.2. Prinsip kerja rangkaian ini
adalah sebagai berikut : kapasitor C 1 diberi muatan dari sumber tegangan searah,
setelah muatannya penuh kemudian muatannya ke rangkaian sebelah kanan yang
disebut rangkaian pembentuk gelombang, yang terdiri dari elemen-elemen L-R,
R1, R2, dan C2 setelah sambunga
sambungann (percikan) pada S terjadi.

Gambar5.2. Kombinasi rangkaian keadaan pereredaman

Tegangan buang muatan ini [V0(t)] bentuknya adalah gelombang dari


rangkaian yang mengendali
mengendalikan
kan waktu waktu Tf (waktu bagian depan dari
gelombang). Tahanan R2 mengendalika
mengendalikann ekor dari gelombang C2 yaitu kapasitansi
dari semua peralatan yang disambung paralel dengan benda yang diuji, sila
kapasitansi dari benda yang diuji, pembagi tegangan, sela bola, kawat sambungan
dan lain-lain, menggunakan bentuk rangkaian R – C baik bentuk (A) atau ((B)
B) atau
rangkaian bentuk (C).

Semakin kecil nilai R1C2 maka akan semakin cepat tegangan u(t) mencapai
nilai puncak. Nilai puncak U akan selalu kurang dari nilai tegangan yang dapat
dihasilkan dengan muatan awal U0 C yang terbagi pada C + C 1 untuk nilai
efisiensi medan η berlaku persamaa
persamaann berikut :

Untuk mendapatkan U yang setinggi mungkin (untuk U0 tertentu) maka


harus dipilih C ≥ C2. peluruhan tegangan impuls dalam rangkaian a terjadi dengan
konstanta waktu C (R 1 + R2) dan dalam rangkaian b dengan konstanta waktu C R2.
energi impuls yang diubah dalam sebuah peluahan dinyatakan dengan persamaan
berikut :

Gambar 5.3. Rangkaian pengali Marx untuk 3 tingkat


Untuk memperoleh tegangan impuls dengan nilai puncak yang setinggi
mungkin, umumnya digunakan rangkaian pengali yang diusulkan oleh E. Marx
pada tahun 1923. beberapa kapasitor impuls yang identik dimuati secara paralel
dan diluahkan secara seri sehingga menghasilkan tegangan pengisian yang
berlipat sesuai dengan jumlah tingkatan. Mekanisme rangkaian hendak dijelaskan
dengan bantuan pembangkit
pembangkit impuls yang ditunjukkan dalam gambar 5.3, dengan n
= 3 tingkatan dalam hubungan b. kapasitas impuls dari tingkatan=tingkatan C
dimuati pada tegangan pemuat U0 melalui resistansi pemuat RL yang terpasang
paralel. Bila seluruh sela saklar F tembus maka kapasitor-kapasitor C akan
terhubungi seri sehingga C2 akan dimuati melalui hubungan seri dari semua
resistor redaman atau Rd, akhirnya seluruh Cs dan Cb akan meluah kembali melalui
resistor Re dan Rd.

Sebaiknya dipilih RL ≥ RE. Rangkaian n – tingkat dapat disederhanakan menjadi

rangkaian ekivalen satu tingkat jika dipenuhi hubungan-hubung


hubungan-hubungan
an berikut :
U0 = nU0’ Rd = nRd’

Cs = 1/n Cs’ Re = nRe’

5.4 Perhitungan pada rangkaian impuls satu tingkat

Untuk merancang rangkaian tegangan impuls maka perlu dipastikan hubungan


antara nilai-nilai dalam rangkaian dan bentuk tegangan yang dihasilkan.
Pembangkit impuls terutama dibuat dengan dasar rangkaian b dikarenakan faktor

penggunaan
penggunaan yang lebih tinggi. Karena itu, dalam lampiran 3 diberikan
perhitungan pada
pada rangkaian b dengan ssimbol-simbol
imbol-simbol yang tertera dalam gambar 2.
kurva tegangan impuls dapat dinyatakan dengan persamaan
persamaan berikut :

Nampak bahwa tegangan impuls merupakan selisih dari dua fungsi


eksponensial yang meluruh dengan konstanta waktu T1 dan T2. Bentuk tegangan
tinggi impuls petir sering sangat menyimpang dari yang diperhitungkan terutama
pada dahi dan puncak. Hal ini dikarenaka
dikarenakann elemen rangkaian dan ukuran ruang
dari rangkaian percobaan, yang dapat menghasilkan paling sedikit sebuah titik
belok pada dahi bahkan mengandung osilasi. Untuk menyelesaik
menyelesaikan
an masalah ini
maka suatu induktansi L dapat dipandang terhubung seri dengan R d dalam
rangkaian ekivalen dan pengaruh redaman dari resistansi ppeluahan
eluahan diabaikan (Re =
∝) Untuk menghindari osilasi pengganggu yang menyulitkan dalam menentukan
nilai U maka rangkaian diredam secara tidak periodik. Untuk ini R d tidak boleh
kurang dari :

kondisi di atas mudah dipenuhi dalam piranti untuk tegangan dan energi tinggi.

5.5 Metode-metode lain untuk membangkitka


membangkitkann tegangan impuls

Tegangan impuls segi empat yang singkat dapat dibangkitkan dengan


piranti penyimpan energi yang serupa dengan saluran transmisi. Dalam rangkaian
yang sering digunakan, kabel tegangan tinggi dimuati dengan tegangan searah U 0
melalui suatu resistansi tinggi dan diluahkan melalui selah bola pada kabel yang
dihubungkan oleh objek uji. Tempo tegangan impuls pada objek uji sebesar dua
kali waktu tempuh gelombang di dalam tabel sedangkan nilai puncak tergantung
pada impedansi
impedansi objek uji denga
dengann nilai maksimum U0.

Kadang-kadang penggali tegangan juga diwujudkan dengan piranti


penyimpanan
penyimpanan energi berbentuk saluran transmisi, instalasi disusun sedemikian
hingga lonjakan potensial akibat gelombang berjalan pada beberapa saluran
menumpuk pada objek ini. Dalam susunan dengan perangkat dua saluran paralel
diperoleh penggandaan tegangan.

Untuk membangkitkan tegangan impuls terpa hubung dengan waktu


puncak dalam rentang ms digunakan juga trafo uji yang dieksitasi dengan impuls.
Lonjakan tegangan yang mendadak dalam belitan eksitasi menimbulkan gejala
transien antara trafo dan kapasitor pada sisi tegangan tinggi. Tegangan yang
dihasilkan pada kapasitor dimanfaatkan sebagai tegangan impuls terpa hubung.
Perlu pula dicatat bahwa rangkaian induktif juga dapat digunakan untuk
membangkitkan tegangan tinggi impuls dengan periode yang singkat. Untuk itu
dilakukan arus yang besar melalui induktansi tinggi yang diserikan dengan saklar.
Objek uji dipasang paralel dengan saklar. Jika resistensi saklar meningkat tajam
dan arus dijaga konstan oleh induktansi maka pulsa tegangan akan muncul pada
terminal objek uji.

Gamabr 5.4 pembangkit tegangan impuls terpa dengan menggunakan trafo uji

5.6 Pengukuran tegangan puncak dengan sela bola

Sela bola digunakan untuk mengukur nilai puncak tegangan tinggi bolak-
balik. Penelitian pada tembus gas mengungkapkan
mengungkapkan bahwa proses tembus pada
sistem seperti itu hanya memerlukan waktu beberapa µs jika tegangan yang
diterapkan telah melampaui nilai puncak tegangan tembus Ud untuk tegangan

bolak-balik.
Kelebihan sela bola untuk mengukur nilai tegangan impuls adalah bahwa
jika hanya bertumpu pada ada tidaknya tembus maka tidak dapat dipastikan
selisih antara nilai puncak tegangan impuls yang diterapkan U terhadap U d. Hal
ini dapat ditentukan dengan impuls-impuls yang berulang.
Gambar 5.5 Fungsi distribusi dari tegangan
t egangan tembus pada sela bola untuk tegangan
impuls

Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa fungsi distribusi P(U) yang


mempunyai probabilitas tembus sekitar 50%, dapat ditentukan dengan menerpa
suatu susunan elektroda secara berulang. Nampak bahwa tegangan ketahanan U d
dan tegangan pasti tembus Ud-100, sesuai dengan probabilitas tembus 0% dan
100% hanya dapat diperkirakan dan karena itu tidak cocok sebagai karakteristik.

5.7 Rangkaian dan perilaku transien dari pembagi tegangan impuls

Selain osiloskop, jika kita hanya ingin mengukur nilai puncak U maka kita
bisa saja me
menggunakan
nggunakan suatu
suatu piranti penunjuk
penunjuk elektronik.

o Karakteristik perilaku transien

Untuk meneliti prilaku sistem pengukuran, dilakukanlah serangkaian uji


fungsi. Prilaku yang dimaksud dapat diturunkan dari pengamatan terhadap fungsi
langkah. Metode ini telah terbukti sesuai dengan penelitian baik secara teori
maupun praktek.

Sistem pengukuran secara umum dapat dipandang sebagai suatu jaringan


empat terminal. Tegangan langkah satuan dengan amplitudo U1∞ diberikan
sebagai besaran masukan :

u1(t) = U1∞ s(t)

Tegangan keluaran yang dihasilkan :


u2(t) = U2∞ w(t)

Pada gambar 6 (a) ditunjukkan jaringan kerja empat terminal yang paling
sederhana dengan respon langkah satuan. Perilaku ini disebut ”Perilaku RC”.
Sedangkan pada gambar 6 (b) ditunjukkan jaring kerja tempat terminal dengan

respon langkah satuan yang mengandung osilasi transien yang teredam. Apabila
waktu tanggap ditentukan, maka dapat diperoleh luasan-luasan dengan tanda yang
berlainan. Waktu T1 dapat dipandang sebagai ukuran dari pembentukan dahi dari
tegangan langkah, dan kuosien T/T 1 sebagai suatu ukuran redaman dari sistem
pengukuran.
pengukuran. Kurva dari respon langkah yang ditunjukkan digambarkan sebagai
perilaku RLC.

Untuk sistem pengukuran dengan rentang ukur yang lebar serta yang
teredam dengan baik, maka T1 menjadi kecil dan apabila mungkin T/T1 akan
cenderung bernilai 1.

Untuk penelitian dapat diterapkan transformasi laplace dengan


parameterparam
parameterparameter
eter yang diberikan dalam persamaa
persamaann pada tabe
tabell berikut :

o Pembagi tegangan resistif

Dalam sistem pengukuran dengan pembagi tegangan resistif, pembagi

harus dibebani dengan resistensi efektif yang sama. Gangguan terpenting dari
perilaku ideal pembagi diakibatkan oleh kapasitansi bumi dari cabang tegangan
tinggi R yang harus panjang untuk mengisolasi tegangan yang lebih. Kapasitansi
bumi ini didekati dengan
dengan kapasitansi C dalam rangkaian
rangkaian ekivalen
ekivalen pada gambar 5.6
(b) yang dihubungkan di tengah-tengah R1. Dari rangkaian didapatkan rumus :

Pembagi resistif sangat menguntungkan jika digunakan untuk tegangan


impuls yang curam dengan tempo yang tidak terlalu panjang. Pembagi untuk
tegangan impuls terpa hubung harus dibuat dengan resistansi R yang besar karena
pemanasa
pemanasann dan pembebanan dari sumber tegangan yang menghasilkan respon
transien kurang menguntungkan pada perubahan tegangan yang cepat.

Gambar 5.6 Sistem pengukuran tegangan impuls dengan pembagi resistif (a)
diagram rangkaian (b) rangkaian ekivalen dengan kapsitansi bumi

o Pembagi tegangan kapasitf

Pada sistem pengukuran dengan pembagi tegangan kapasitif, harus dijaga


agar kapasitor C2 tidak cepat meluah, hal ini menyebabkan hanya separuh
tegangan pada tap pembagi memasuki kabel, namun kemudian dua kembali pada
ujung yang terbuka, sehingga tegangan penuh akan dapat terukur.
Kapasitansi bumi dapat dari pembagi kapasitif diperhitungkan dengan
mengoreksi perbandingan pembagi, maka dalam hal ini perilaku tanggap
ditentukan oleh induktansi saluran pembagi.

Sebagai langkah awal dalam rangkaian ekivalen pada gambar 5.7 (b) telah
diandalkan induktansi L yang terhubung seri dengan C 1. sehingga menghasilkan
rumus :

Gambar 5.7 Sistem pengukuran tegangan impuls dengan pembagi


kapasitif (a) diagramrangkaian, (b) rangkaian ekivalen dengan induktansi
saluran.

Untuk pembagi kapasitif biasanya resistansi redaman tambahan


dihubungkan
dihubungkan dalam saluran penghubung pada sisi tegangan tinggi. Redaman yang
kemudian muncul dalam rangkaian akan menyebabkan respon langkah satuan
berbentuk perilaku
perilaku RCL.

Untuk perhitungan rangkaian pembagi ini dan yang serupa, maka


sebaiknya pembagi dianggap sebagai suatu jaringan kerja iteratif yang homogen
dan kemudian menyelesaikan persamaan yang diperoleh secara numerik.

5.8 Percobaan Tegangan Tinggi Impuls

Piranti-piranti tegangan tinggi harus tahan terhadap tegangan lebih luar


dan dalam yang terjadi sewaktu bekerja dalam jaringan. Untuk membuktikan
persyaratan ini maka sistem isolasi diuji dengan tegangan impuls.
Tegangann impuls dibutuhkan sebagai tegangan tinggi pengetesan untuk :
Teganga

1. Sirmulasi dari tegangan lebih luar (petir/lighting) dan tegangan lebih dalam
(switching).
2. Penelitian dasar dari mekanisme tembus.
Pembangkitan pada umumnya dengan pelepasan muatan dari kapasitor
melalui sela bola yang bertindak sebagai switching /gap dan mengalir ke
rangkaian yang terdiri dari tahanan dan kapasitor.

5.8.1 Pembangkitan Tegangan


Teganga Tinggi Impuls

Dalam gambar 5.8 diberikan karakteristik nilai-nilai sesaat dari


tegangantegangan impuls. Dalam percobaan ini terutama digunakan tegangan
impuls kilat dengan waktu dahi Ts = 1,2 µ s dan waktu parohan punggung Tr = 50
µ s bentuk ini (1,2/50) yang umum digunakan untuk pengujian dengan tegangan
impuls.

Kurva-kurva tegangan impuls petir sering mengandung isolasi frekuensi


tinggi dengan amplitudo yang tidak melebihi 0,05 U dalam daerah puncak.
Tegangan-tegangan implus pada umumnya dibankitkan menurut salah satu
rangkaian dalam gambar 5.9. sewaktu membentuk rangkaian tegangan implus
perlu diperhatikan bahwa kapasitansi objek uji terpasang pararel dengan Cb
sehingga mempengaruhi waktu dahi dan faktor penggunaan η. Hal ini telah
dipertimbangkan dalam standar dengan memberikan toleransi yang relatif besar
untuk Ts.

Dalam gambar tersebut diperlihatkan dua rangkaian dasar untuk


membangkitkan tegangan impuls yakni rangkaian (a) dan rangkaian (b). kapasitor
impuls Cs dimuati melalui suatu resistansi dengan tegangan searah Uo dan
kemudian diluahkan dengan menyalakan sela F. Tegangan impuls u(t) akan
muncul pada kapasitor beban Cb. Kedua rangkaian berbeda dalam hal penempatan
resistor peluahan Re terhadap resistor redaman Rd.
Gambar 5.8 Parameter tegangan uji impuls standar (a) tegangan impuls petir,
(b) tegangan impuls terpa hubung.

Gambar 5.9 Diagram dasar rangkaian pembangkit tegangan Implus

5.8.2 Kelambatan Waktu Tembus

Tembusan dalam gas terjadi akibat pertambahan jumlah molekul gas yang
terionisasi yang berlangsung menyerupai avalan. Pada sela waktu udara maka
proses peluahan muatan dimulai oleh pembawa muatan yang kebetulan berada
pada tempat yang tampan dalam ruang medan. Jika sewaktu tegangan telah
melampaui tegangan mula Ue, tidak terdapat suatu pembawa muatan pada tempat
yang tampan, maka permulaan peluahan akan diperlambat selama waktu yang
disebut kelambatan waktu statistik ts. Meskipun pun avalan tertentu untuk
perkembangann kanal peluahan
perkembanga peluahan disebut ke
kelambatan-waktu
lambatan-waktu pemb
pembentukan
entukan ta.
Kelambatan-waktu tembus total sejak nilai Ue terlampaui pada saat t1 hingga
permulaan hilang
hilang tegangan se
sewaktu
waktu tembus ter
terdiri
diri dua komponen ters
tersebut
ebut :
Tv = ts + ta
Hubungan di atas dilukiskan pada Gambar 5.10

Gambar 5.10 Penentuan kelambatan waktu penyala pada tembus tegangan pulsa.

5.8.3 Probabilitas Tembus

Jika tegangan uji lebih besar dari nilai Ue (Gambar5.10) selama waktu
yang lebih lama dari kelambatan-waktu tembus tv tidak konstan akibat
penyimpangan
penyimpangan statistik dalam ts dan ta, maka penerpaan sela percik secara
berulang-ulang dengan puncak tegangan impuls Û>Ue yang konstan tidak
selalu mengakibatkan tembus. Tetapi, untuk setiap nilai rata-rata tegangan
tembus Ud-50, yang menyatakan bahwa setengah dari seluruh penerpaan
mengakibatkan terjadinya tembus. Dengan demikian terdapat suatu nilai
probabilitas tembus P untuk setiap nilai Û dari tegangan impuls dengan bentuk
tertentu. Dalam gambar 5.11 ditunjukkan fungsi distribusi P (Û) untuk sela
bola. Untuk U<Ue maka (PU) bernilai nol dan segera mencapai nilai batas
terendah U yang disebut tegangan ketahanan impuls, nilai ini penting diketahui
dalam perhitungan isolasi.
Gambar 5.11 Fungsi distribusi dari tegangan tembus pada sela bola utnuk
tegangan impuls.

Nilai Ud-50 adalah nilai yang digunakan sebagai dasar dalam penerapan sela
ukur. Nilai “tegangan pasti tembus” Ud -100 menyatakan batas atas dari

simpangan yang sangat penting dalam sela-sela pengaman.


Karena fungsi distribusi memiliki asimtot maka Ud-0 dan terutama Ud-
100 tidak diukur dengan pasti; kedua nilai tersebut dapat Ud-100 ditentukan
dengan cukup teliti kalau jumlah p[ercobaan disesuaikan dengan lebar daerah
penyimpangan.
penyimpangan. Meskipun dengan sedikit hasil pengukuran
pengukuran,, probabilitas tembus
dapat secara pendekatan ditentukan dengan mengandaikan fungsi distribusi
tertentu. Jadi, dengan menggunakan distribusi Normal Gauss (nilai rata-rata Ud-
50 dan simpangan baku s) dapat digunakan pendekatan berikut yang banyak
berlaku dalam
dalam praktek

Ud-0 ≈ Ud-50 – 3 s

Ud-100 ≈ Ud-50 + 3 s

Untuk mengevaluasi serangkaian percobaan tersebut maka nilai-nilai terukur


biasanya digambarkan
di gambarkan pada
p ada kertas probabilitas. Jika kurva yang terbentuk dapat
didekati dengan suatu garis lurus, maka distribusi normal dianggap berlaku.
5.8.4 Pengaruh Konfigurasi Medan

Untuk suatu tegangan tertentu, maka kelambatan-waktu pembentukan tak


dalam medan dielektrik homogen atau yang sedikit tak homogen pada sela bola
akan bernilai hampir konstan. Pada terpaan sekitar 5% di atas Ue nilai ta berkisar
0,2 µs. karedna itu probabilitas tembus utama ditentukan oleh kisar kelambatan-
waktu statistik ts. Hal ini dapat sangat dikurangi dengan memberikan pembawa
muatan dalam daerah peluahan, misalnya dengan penyinaran UV. Pada tegangan
lebih yang rendah maka kelambatan-waktu statistik rata-rata dapat mencapai nilai
lebih dari 1 µs. nilai ta dan ts akan berkurang dengan sangat cepat terhadap
peningkatan tegangan lebih Û/Ue.

Perkembangan tembus menurut ruang waktu dalam medan elektrik tak


homogen (misalnya pada sela jarum –ppring atau perangkat teknik). Berbeda
dengan yang terjadi dalam medan homogen. Dikarenakan daerah untuk
mengawali peluahan adalah terbatas, maka probabilitas terdapatnya pembawa
muatan yang bebas pada saat t1 adalah kecil. Daerah sebaran tegangan tembus
dengan demikian akan segera meningkat untuk konfigurasi yang semakin tidak
homogen. Sebaliknya, dalam konfigurasi seperti itu dengan tegangan mula
lebih rendah dari tegangan tembus, pembawa muatan akan mudah timbul
disekitar elektroda sehingga tidak terjadi penyimpangan nilai tegangan tembus
akibat kurangnya pembawa muatan. Namun demukian, dalam medan yang
sangat tidak homogen maka pengembangan kanal percik membutuhkan waktu

yang lebih lama daripada dalam medan homogen. Di sini rapat pembawa
muatan yang tinggi harus dipindahkan dari daerah dengan intensitas medan
yang tinggi menuju daerah yang lebih lemah; nilai ta juga meningkat dan ini
akan dapat menyimpang akibat sifat statistik dari pertumbuhan kanal percik
dalam ruang. Berdasarkan alasan-alasan ini maka dapat diperlihatkan bahwa
tegangan tembus pada konfigurasi seperti ini (khusus sela-sela besar) memiliki
simpangan yang jauh besar daripada untuk sela bola.
5.8.5 Percobaan

Pada percobaan ini sering digunakan unsur-unsur rangkaian sebagai berikut :


T = Trafo uji, 220 V/100 kV, 5 KVA

GR = Penyearah selenium, tegangan balik maksimum 140 KV, arus nominal


5 mA.
F = Sela picu, sela bola dengan eletroda bantu D = 100 mm
ZG = Pembangkit picu untuk membangkitkan pulsa tegangan 5 kV

UG = Alat ukur tegangan searah (alat ukur arus kumparan putar untuk
dihubungkan
dihubungkan pada RM, 1 mA = 140 kV)

KF = Sela bola, D = 100 mm


Unsur-unsur bangunan yang digunakan mempunyai data-data :
CS = 6000 pF, CB = 1200 pF, RS = 10 MΩ.
RM = 140 MΩ, CM = 100 pF.
Untuk tegangan impuls 1,20/50 : RD = 416 Ω, RE = 9500 Ω.
Untuk tegangan impuls 1,2/5 : RD = 830 Ω, re = 485 Ω.

5.8.6 Mengkaji Pembangkit Impuls Satu Tingkat

Pembangkit impuls satu tingkat dibentuk dalam rangkaian seperti pada


gambar 5.12 Efesiensi tegangan dari instalasi ditentukan pada tegangan pemuat
searah Uo sekitar 90 kV. Nilai puncak tegangan impuls U kemudian diukur
dengan sela bola KF. Untuk keperluan ini maka diterapkan sejumlah tegangan
impuls dengan amplitudo yang konstan pada sela bola dan besar sela diubah
hingga puncak sekitar separuh impuls yang diterpakan akan menghasilkan
tembus.

Nilai puncak tegangan impuls dapat ditentukan dari panjang sela dengan
memperhitungkan nilai rapat udara. Pengukuran ini harus dilaksanakan untuk
kedua polaritas untuk impuls 1,2/50 dan dengan polaritas negatif untuk impuls
1,2/5. dengan menggunakan elemen-elemen rangkaian untuk impuls 1,2/5 maka
ditentukan juga efesiensi medan untuk rangkaian dengan bentuk tegangan
impuls 1,2/50 pada kerapatan udara relatif d = 0,97 menghasilkan data-data
sebagai berikut :

Gambar 5.12 Rangkaian percobaan dari suatu pembangkit impuls satu tingkat.
Proses Kerja diatas adalah sbb :

1. Mulai dari rangkaian tegangan tinggi AC, kapasitor Cs dimuati sampai

mencapai tegangan Vo dengan kata lain Vbc = Vo. Otomatis tegangan


pada bola 1 juga Vo.
2. Kemudian diatur ke dua jarak bola tersebut ((<Vo)
<Vo)
3. Kita atur trigger agar terjadi loncatan api pada jarum akan mengionisasi
hantaran dalam bola pertama dan bola kedua
4. Loncatan api dalam jarum dengan bola pertama akan mengionisasi
hantaran dalam bola pertama dan bola kedua.
5. Sehingga terjadi loncatan bunga api satu kali
6. Saat terjadi loncatan api dari bola 1 & 2 terjadi pengosongan kapasitor Cs

dan pengisian muatan kapasitor Cb. Dalam hal ini, kita atur tahanan Rd
sekecil mungkin agar tidak terjadi proses pengisian yang cepat. Tahanan
Rd menentukan kemiringan gelombang.
7. Pada saat loncatan bunga api padam bola 1 & 2 tidak berhubung lagi
sehingga terjadi proses pengosongan dari Cb melalui tahanan Re. Dalam
hal ini tahanan dibuat besar agar proses pengosongan berlangsung lama.
Tahanan Re menentukan gambar gelombang tegangan impuls.

Tegangan
Tegangan pemuat = 90 kV

Besar sela bola = 24,5 mm


Nilai Ud menurut tabel
tabel = 70,7 kV
Nilai Ud untuk d = 0,97 = 68,5 kV
Efesiensi = 81,5%
Efesiensi dihitung dari elemen rangkaian = 83,3%

5.8.7 Pengukuran Tegangan Tinggi Impuls Dengan Elektroda Bola

Menurut karakteristik breakdown udara ini menggunakan 2 eletroda bola yang


jaraknya dapat diatur dalam keadaan diameter D dengan jarak s yang berada
dalam ruangan dengan temperatur T dan tekanan P maka udara di sela bola
akan berakdown pada temperatur tertentu pula.

Prosedur percobaan

1. Mengukur bentuk tegangan dengan pengatur % regulator yang sebelumnya


menyesuaikan
menyesuaikan bentuk rangkaian dengan litearatur yang ada.
2. Mengatur & mengukur tegangan impuls pada percobaan beban nol.
3. Melnjutkan percobaan pada pengujian tegangan umpuls dalam kondisi
berbeban.
4. Memasukkan data ke dalam tabel yang tersedia. dalam ruangan dengan
temperatur T dan tekanan P maka udara di sela bola akan berakdown pada
temperatur tertentu pula.
Data Hasil Pengamatan

Tabel 5.1 Pengujian tanpa beban


5.8.8 Fungsi Distribusi Probabilitas Tembus
Pembangkit impuls satu tingkat dirangkai untuk membangkitkan surya petir
positif 1,2/50. pembangkit picu ZG yang dihubungkan pada sela picu F (dibentuk
sebagai suatu sela tiga elektroda) melalui kapasitor kopling CM memungkinkan
pemicuan yang tepat untuk suatu nilai teganga
tegangann pemuat. Salah satu bola
dilengkapi dengan
dengan jarum picu dan bola yang
yang melingkup
melingkupinya
inya mengawali proses
tembus sela picu.
Nilai puncak tegangan impuls dapat dihitung dengan menggunakan
tegangan pemuat Uo dan efesiensi medan yang telah ditentukan : U = η Uo Cara
ini dapat di gunakan karena kapasitansi objek uji jauh lebih kecil daripada
kapasitansi beban CB yang terpasang permanen. Objek uji yang dipilih adalah
isolator penumpu 10 kV dengan sela pengaman (besar sela bola 86 mm) yang
mewakili konfigurasi medan tak homogen dan kemudian sela bola (D = 100 mm,
sela 25 mm) dengan medan sedikit tidak homogen. Untuk mencatat fungsi
distribusi maka tegangan uji dinaikkan hingga melampaui rentang tegangan
tembus objek uji. Tegangan tersebut dinaikkan bertahap sekitar 1 kV hingga
untuk sepuluh impuls diperoleh nilai tegangan lewat denyar 0% hingga 100%.
Gambar 5.13Rangkaian untuk menyalakan suatu sela trielektroda.

Hasil-hasil pengukuran untuk kedua objek uji digambarkan pada kertas


probabilitas dan didekati dengan suatu distribusi normal. Dengan itu maka
ditentukan nilai Ud-50 dan s pada keadaan baku sehingga diperoleh nilai
pendekatann untuk Ud-0 dan Ud-100. dari percobaan ini diperoleh fungsi distribusi
pendekata
P (U) yang nampak dalam gambar 5.13. jelas teramati bahwa simpangan tegangan
tembus pada isolator dengan medan yang sangat tidak homogen adalah lebih besar
daripada untuk sela bola. Evaluasi dengan menggunakan garis lurus dalam
gambar 5.13 sebagai pendekatan distribusi normal memberikan hasil sebagai
berikut :
Gambar 5.14 Fungsi tegangan tembus pulsa yang diukur dari sela bola dan dari
suatu isolator pendukung dengan sela basis.

Contoh Soal :

1. Sebutkan jenis-jenis tegangan impuls!


Jenis-jenis tegangan impuls adalah :
a. Tegangan impuls persegi
b. Tegangan impuls berbentuk baji
c. Tegangan impuls eksponensial ganda.
2. Apa yang dimaksud dengan tegangan impuls luar? Jelaskan!
Tegangan lebih luar (swicthing impuls) atau disebut juga tegangan lebih
atmosfir adalah tegangan lebih ini disebabkan oleh adanya rekaman petir,
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai harga puncaknya sangat pendek
dalam orde 1 ms dalam hal ini pembangkitan tegangan impuls petir
mempunyai
mempunyai karaktersitik 1,2/50 ms.

3. Apa yang dimaksud dengan tegangan impuls dalam? Jelaskan!


Tegangan lebih dalam ( lightening impuls) atau disebut juga tegangan impuls
switching adalah adanya proses switching pada sistim harga puncak dalam
orde 100 ms, pembangkit tegangan impuls switching mempunyai
karaktersitik 250 / 2500 ms.

Soal-Soal :

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan parameter-parameter tegangan impuls?


2. Jelaskan penyeba
penyebabb terjadinya osilasi pada tegangan impuls!
3. Jelaskan prinsip kerja rangkaian pembangkitan tegangan impuls dengan
rangkaian kapasitif!
4. Jelaskan prinsip kerja mengukur tegangan puncak impuls dengan sela bola!
5. Jelaskan prinsip kerja rangkaian dan perilaku transien dari pembagi tegangan
impuls!

Daftar Pustaka :

1. Dieter Kind, “Pengantar


“Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi”, Penerbit ITB,
Bandung, 1993
2. Dieter Kind, Hermann Kärner, High Voltage Insulation Technology, Friedr. Vieweg
& Sons, Braunschweig/Wiesbaden, 1985
3. Naidu, M. S., Karam
Karamaju,
aju, V., High Voltage Eng
Engineering,
ineering, Second Edition, Tata
McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 1995

Anda mungkin juga menyukai