Anda di halaman 1dari 3

Workaholic: Ketika Pekerjaan Menjadi Kebiasaan Bukan Kewajiban

Oleh: Adara Wiritanaya

Sumber: https://google.com via https://google.com

Apa itu Workaholic?

Workaholic adalah istilah untuk menggambarkan kebiasaan seseorang yang


terlalu kecanduan kerja. Seseorang yang mengalami workaholic cenderung sulit
mengendalikan keinginannya untuk bekerja tiada henti. Workaholic berbeda dengan
pekerja keras. Pekerja keras biasanya bekerja dengan senang hati dan menikmati
hasilnya, sedangkan workaholic bekerja karena dorongan dari dalam diri yang
seakan memaksa mereka untuk terus bekerja. Salah satu faktor yang memicu
seseorang menjadi Workaholic adalah fenomena Hustle Culture. Hustle Culture
adalah gaya hidup bagi beberapa pekerja yang menerapkan bekerja secara
maksimal melebihi batas waktu dari yang telah ditentukan tanpa istirahat untuk
mencapai kesuksesan. Hustle Culture diperkenalkan oleh para tokoh dunia, seperti
Elon Musk, Jeff Bezos, dan Jack MA yang memuliakan perilaku bekerja melebihi
batas waktu yang seharusnya.

Workaholic Pada Pekerja di Indonesia

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), mayoritas penduduk Indonesia


bekerja lebih dari 35 jam per minggu pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pekerja di Indonesia termasuk dalam kategori pekerja penuh waktu
(full time worker). Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang jam kerja
penduduk Indonesia berdasarkan data dari BPS:

- Rata-rata jam kerja penduduk Indonesia pada tahun 2016 adalah 42,5 jam per
minggu, sedikit turun dari tahun 2015 yang mencapai 42,8 jam per minggu.
- Proporsi pekerja yang bekerja lebih dari 35 jam per minggu pada tahun 2016
adalah 72,4 persen, sedikit naik dari tahun 2015 yang sebesar 71,9 persen.
- Proporsi pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu pada tahun 2016
adalah 27,6 persen, sedikit turun dari tahun 2015 yang sebesar 28,1 persen.
- Provinsi dengan rata-rata jam kerja tertinggi pada tahun 2016 adalah Papua
Barat dengan 47,1 jam per minggu, diikuti oleh Papua dengan 46,9 jam per
minggu dan Maluku Utara dengan 46,8 jam per minggu.
- Provinsi dengan rata-rata jam kerja terendah pada tahun 2016 adalah DI
Yogyakarta dengan 38,4 jam per minggu, diikuti oleh Bali dengan 39,2 jam per
minggu dan Jawa Tengah dengan 39,8 jam per minggu.
- Sektor pertanian memiliki rata-rata jam kerja tertinggi pada tahun 2016 dengan
44,2 jam per minggu, diikuti oleh sektor konstruksi dengan 43,7 jam per minggu
dan sektor industri pengolahan dengan 43,1 jam per minggu.
- Sektor jasa memiliki rata-rata jam kerja terendah pada tahun 2016 dengan 40,7
jam per minggu, diikuti oleh sektor perdagangan dengan 41,2 jam per minggu
dan sektor transportasi dan pergudangan dengan 41,4 jam per minggu.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa penduduk Indonesia masih memiliki
beban kerja yang cukup tinggi. Jam kerja yang terlalu panjang dapat berdampak
negatif terhadap kesehatan, keseimbangan hidup-kerja, produktivitas, dan kreativitas
diri sendiri. Padahal sangat perlu diperhatikan bahwa bekerja adalah kewajiban yang
harus dilaksanakan, tetapi jangan sampai mengganggu kesehatan.

Workaholic Pada Pelajar

Workaholic pada pelajar dapat terindikasi melalui perilaku berlebihan dan


obsesi yang tidak wajar dalam hal pencapaian bidang akademik. Workaholic pada
pelajar sulit diukur secara kuantitatif seperti pada pekerja, tetapi ada beberapa
tanda-tanda yang dapat mencermikan kebiasaan workaholic pada pelajar,
diantaranya:

1. Waktu belajar yang terlalu panjang dan tidak wajar bagi pelajar pada umumnya,
2. Waktu rekreasi dan aktivitas sosialnya yang tidak berkaitan dengan pendidikan
bisa dibilang sangat terbatas,
3. Waktu istirahat yang sangat cepat sehingga menyebabkan kurang tidur,
kelelahan, dan masalah kesehatan lainnya.

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap pelajar, tetapi jika berlebihan dapat
berdampak negatif bagi kehidupan. Perlu diingat bahwa manajemen waktu yang
baik bagi pelajar sangat dibutuhkan. Ada saatnya kita harus tetap fokus pada hal
yang menjadi cita-cita, tetapi ada saatnya juga kita harus memperhatikan kondisi
kesehatan mental kita. Skill yang dibutuhkan pelajar bukan hanya dari bidang
akademik, tetapi juga harus mempunyai skill sosial yang baik. Skill tersebut tidak
bisa didapatkan secara pelajaran saja, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga bisa menjadi kebiasaan yang baik bagi diri kita.

Penangganan Jika Terjadi Kebiasaan Workaholic

Mengatasi kebiasaan workaholic pada diri sendiri memerlukan kesadaran dan


perubahan perilaku. Kebiasaan tersebut memang tidak dirasakan langsung
dampaknya terhadap kesehatan, namun semakin lama akan berpengaruh buruk
pada individu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebiasaan
workaholic adalah dengan memprioritaskan 4 hal dalam diri, yaitu:

1. Prioritaskan batasan waktu,


2. Prioritaskan keseimbangan hidup,
3. Prioritaskan istirahat yang cukup,
4. Prioritaskan Kesehatan mental dengan berkonsultasi pada ahlinya.

Jika beberapa hal tersebut sudah menjadi prioritas dalam diri kita sendiri,
maka kebiasaan workaholic yang sudah ada pada diri kita dapat teratasi dengan
baik secara perlahan. Kesehatan mental kita adalah hal yang harus diperhatikan
secara baik. Pada akhirnya kita harus bisa merngerjakan pekerjaan sewajarnya, dan
jangan lupa bahagia.

Anda mungkin juga menyukai