Anda di halaman 1dari 6

KEBIJAKAN DEVIDEN

EAT untuk pemegang saham dalam bentuk dividen, dan untuk perusahaan berupa laba ditahan.
Persentase dividen yang dibagi dari EAT
disebut “ Dividend Payout Ratio “ ( DPR )
Dividen yang dibagi
DPR = ------------------------------
EAT > Prosentasi laba ditahan dari EAT adalah : 1 – DPR
Contoh soal
Pada tahun 2015 PT Sentosa mempunyai struktur modal sendiri sbb :
Saham biasa ( Rp 1.000 x 400.000 lbr )Rp 400.000.000
Tambahan modal Rp 80.000.000
Laba di tahan Rp 260.000.000
Total modal sendiri Rp 740.000.000
PT sentosa membayar dividen saham sebesar 5% dari saham beredar yaitu berjumlah 5% x
400.000 lembar = 20.000 lembar saham tambahan. Nilai pasar yang dianggap wajar dari saham
tersebut adalah Rp 2.500 setiap lembarnya. Untuk setiap 20 lembar saham yang dimiliki,
pemegang saham menerima satu lembar saham tambahan. Bagaimanakah struktur modal
perusahaan setelah distribusi dividen saham
Jawab:
Struktur Modal Sendiri
Saham Biasa
(Nominal Rp 1.000 x 420.000 lbr ) Rp 420.000.000
Tambahan Modal
( Rp 80 juta + 30 jt ) Rp 110.000.000
Laba di tahan Rp 210.000.000
Total modal sendiri Rp 740.000.000
Contoh soal
Seandainya setiap lembar saham PT Sentosa dengan nilai nominal Rp 1.000 per lebar dipecah
menjadi 2 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp 500 per lembar, hitunglah
perhitungan pemcahan sahamnya
Pemecahan saham, 1 lembar saham menjadi 2 lembar saham

Contoh soal
PT. Beta Tbk memiliki EAT 2 milyar, Saham 10 juta lembar, Harga saham Rp. 3.200 / lembar,
Perusahaan akan repurchase stock 20%, Pembelian diharapkan tidak mempengaruhi price
earning ratio. Bagaimana pengaruh stock repurchase terhadap harga saham PT. Beta Tbk?
EPS saat ini : (Earning Per Share ) sebelum EPS setelah repurchase : 20% = 2.000.000
repurchase stock : lembar.
Total Laba (EAT) 2 Milyar EAT 2 Milyar
--------------------- = -------------- = 200 / saham -------------- = --------------- = 250 / saham
Jumlah saham 10 juta Saham 8 juta
3200 Harga pasar yang diharapkan setelah repurchase :
Ratio PE = ---------------- = 16 kali. Ratio PE x EPS = 16 x 250 = 4000/
200 saham
PE = per earning Pengaruh repurchase stock terhadap harga saham
perusahaan ini adalah : meningkatkan harga
saham perlembarnya sebesar rp. 800,- karena EPS
nya naik menjadi 250 / saham

FINANCIAL DISTRESS & ANALISIS KEBANGKRUTAN


Pemecahan secara informal
Dilakukan apabila masalah belum begitu parah, dan Masalah perusahaan hanya bersifat
sementara, prospek masa depan masih bagus.
Cara:
a. Perpanjangan (extension): dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo utang-utang.
b. Komposisi (Composition): dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan, misal klaim
utang diturunkan menjadi 60%. Kalau utang awal besarnya Rp1 juta, maka utang yang baru
menjadi Rp600.000 (60%  Rp1 juta)
Likuidasi: jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai going concern, perusahaan bisa
dilikuidias secara informal.
Pemecahan secara formal
Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok dana lainnya ingin mempunyai
jaminan keamanan dan keadilan. Pemecahan secara formal melibatkan pihak ketiga yaitu
pengadilan.
Cara:
a. Apabila nilai perusahaan > Nilai perusahaan dilikuidasi, dilakukan Reorganisasi, dengan
merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak. Perubahan bisa dilakukan
melalui perpanjangan, perubahan komposisi, atau keduanya.
b. Apabila nilai perusahaan < Nilai perusahaan dilikuidasi, likuidasi lebih baik dilakukan.
Likuidasi dengan menjual aset-aset perusahaan, kemudian didistribusikan ke pemasok
modal di bawah pengawasan pihak ketiga.
Prediksi kebangkrutan model altman
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5
X1 = (Aset lancar – utang Lancar) / Total Aset
X2 = Laba yang ditahan / Total Aset
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset
X4 = Nilai buku saham biasa dan saham preferen / Nilai buku total utang
X5 = Penjualan / Total Aset
→ Model ini bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur
yang tidak go public (privat manufacturer companies)
➢ Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang akan bangkrut (financial distress).
➢ Jika nilai 1,23 < Z < 2,9 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). Pada kondisi ini, perusahaan
mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan
penanganan manajemen yang tepat. Kalau terlambat dan tidak tepat penanganannya,
perusahaan dapat mengalami kebangkrutan.
➢ Jika nilai Z > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut atau dalam keadaan sehat
(safe).
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
X1 = (Aset lancar – utang Lancar) / Total Aset
X2 = Laba yang ditahan / Total Aset
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total aset
X4 = Nilai buku saham biasa dan saham preferen / Nilai buku total utang
Terlihat bahwa X5 tidak digunakan karena pada perusahaan non manufaktur, umumnya
menawarkan jasa dan bukan menjual barang.
→ Model ini bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan non
manufaktur yang tidak go public (privat non manufacturing companies)
➢ Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk perusahaan yang akan bangkrut (financial distress).
➢ Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
➢ Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut atau dalam keadaan
sehat (safe).
Contoh perhitungan
➢ PT ASTRA OTOPARTS
2016 2017

2018

*kondisi keuangan sehat


➢ PT PRIMA ALLOY
2016 2017
2018

*terancam mengalami kebangkrutan yang serius


AKUISISI & MERGER
Contoh soal penilaian merger

Contoh soal perlakuan akuntansi

Contoh soal pendekatan nilai pasar saham

Contoh soal pendekatan pendekatan ekonomis dan biaya


Contoh soal estimasi biaya merger

Contoh soal merger dibelanjai dengan saham

LEASING
Soal leasing
PT XYZ sedang mempertimbangkan untuk membeli atau menyewa sebuah mesin, suatu
peralatan yang penting dalam proses produksi. Peralatan tersebut berharga Rp 72 juta.
Depresiasi dengan metode MACRS (Modified Accelerated Cost Recovery System) dengan
masa manfaat 5 tahun. Cost of debt perusahaan sebesar 9%. Ketentuan dari menyewa dan
membeli sebagai berikut :
Menyewa : pembayaran sewa setiap akhir tahun sebesar Rp 18 juta/ tahun selama 5 tahun dan
pembayaran tambahan Rp 12 juta pada akhir periode penyewaan untuk kepemilikan peralatan
tersebut.
Membeli : Melalui pinjaman berbunga 9% per tahun selama 5 tahun. Angsuran setiap akhir
tahun. Biaya pemeliharaan, asuransi dan lain-lain sebesar Rp 4,5 juta/ tahun setiap akhir tahun.
Tarif pajak 40% dan perusahaan merencanakan menggunakan mesin selama masa manfaat 5
tahun.
a. Hitung cash outflows setelah pajak dari setiap alternatif!
b. Hitung present value dari cash outflows, menggunakan cost of debt sesudah pajak!
c. Alternatif mana yang dipilih? Mengapa?
Jawab:
a.
Arus kas keluar setelah pajak utk sewa guna (dlm Rp 000)
= Rp 18.000 (1-40%) = 10.800
Arus kas keluar sewaguna setelah pajak tahun terakhir (tahun ke 5)
= Rp 10.800 + Rp 12.000 = 22.800 PVIFA
1 0,917431193
2 0,841679993
Arus kas keluar setelah pajak utk pembelian (dlm Rp 000) 3 0,77218348
Angsuran per tahun = Rp 72.000/ PVIFA 9%,5thn = Rp 72.000/ 3,8897 4 0,708425211
= 18.510,42 5 0,649931386
3,889651263
b.
Menentukan Komponen Bunga dan Pokok
Payments End of year
Loan Beginning of Interest Principal principal
End of payments year principal 0,09 x (2) (1) - (3) (2) - (4)
year (1) (2) (3) (4) (5)
1 18.510,42 72.000,00 6.480,00 12.030,42 59.969,58
2 18.510,42 59.969,58 5.397,26 13.113,16 46.856,41
3 18.510,42 46.856,41 4.217,08 14.293,35 32.563,06
4 18.510,42 32.563,06 2.930,68 15.579,75 16.983,31
5 18.510,42 16.983,31 1.528,50 16.981,93 ≈ 0
Arus Kas Setelah Pajak Terkait dengan Pembelian
Loan Maintenance deductions Tax shields cash outflows
End of payments costs Depreciation Interest (2) + (3) + (4) 0,4 x (5) (1) + (2) - (6)
year (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 18.510,42 4.500 14.400 6.480,00 25.380,00 10.152,00 12.858,42
2 18.510,42 4.500 23.040 5.397,26 32.937,26 13.174,90 9.835,52
3 18.510,42 4.500 13.680 4.217,08 22.397,08 8.958,83 14.051,59
4 18.510,42 4.500 8.640 2.930,68 16.070,68 6.428,27 16.582,15
5 18.510,42 4.500 7.920 1.528,50 13.948,50 5.579,40 17.431,03
Perbandingan antara arus kas keluar yang terkait dengan Leasing versus Pembelian
Leasing Purchasing
Present value Present value
After-tax Present value of outflows After-tax Present value of outflows
End of cash outflows factors (1) x (2) cash outflows factors (4) x (5)
Year (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 10.800,00 0,9174 9.908,26 12.858,42 0,9174 11.796,72
2 10.800,00 0,8417 9.090,14 9.835,52 0,8417 8.278,36
3 10.800,00 0,7722 8.339,58 14.051,59 0,7722 10.850,41
4 10.800,00 0,7084 7.650,99 16.582,15 0,7084 11.747,22
5 22.800,00 0,6499 14.818,44 17.431,03 0,6499 11.328,97
PV of cash outflows 49.807,41 PV of cash outflows 54.001,68

c. pilih leasing karena pv of cash outflows lebih kecil.


IRR Leasing
Tahun
0 1 2 3 4 5
1 Menghindari harga beli 72.000
2 Lease payment (sesdh pajak) (10.800) (10.800) (10.800) (10.800) (22.800)
3 Kehilangan tax saving dari depresiasi (5.760) (9.216) (5.472) (3.456) (3.168)
4 Menghindari biaya perawatan (sesdh pajak) 2.700 2.700 2.700 2.700 2.700
5 Kehilangan nilai sisa (sesdh pajak) -2592
Arus kas bersih 72.000 (13.860) (17.316) (13.572) (11.556) (25.860)

IRR 4,25% Bunga Efektif pa

Anda mungkin juga menyukai