“Inventory Dependent”
Disusun oleh :
DEPARTEMEN MANAJEMEN
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Inventory
Dependent ”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ibu dosen Nadya Ade
Wiranda, pada mata kuliah Manajemen Operasi di Universitas Andalas. Selain itu,
kami sebagai penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca.
Kami sebagai penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Tertanda,
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
1. Kontrol Inventaris: MRP bertujuan untuk memesan bagian yang tepat dalam
jumlah yang tepat pada waktu yang tepat. Hal ini membantu dalam mengelola
inventaris dengan efisien, menghindari kelebihan atau kekurangan stok yang
dapat mengganggu jalannya produksi.
2. Penetapan Prioritas Operasional: Salah satu objektif MRP adalah untuk
memesan dengan tanggal jatuh tempo yang tepat dan menjaga validitas tanggal
tersebut. Dengan melakukan hal ini, perusahaan dapat menetapkan prioritas
operasional yang sesuai, memastikan bahwa pesanan dipenuhi dalam jangka
waktu yang diperlukan.
3. Kapasitas: MRP berfungsi untuk merencanakan beban kerja yang lengkap dan
akurat. Ini termasuk perencanaan untuk memastikan kapasitas produksi yang
memadai untuk mengakomodasi kebutuhan saat ini dan juga melihat ke masa
depan untuk merencanakan beban kerja yang akan datang dengan baik.
Objektif :
1. Meningkatkan Layanan Pelanggan: Dengan mengelola persediaan dengan baik,
MRP bertujuan untuk meningkatkan layanan pelanggan. Dengan memastikan
bahan selalu tersedia, perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan
dengan lebih baik.
2. Minimalkan Investasi Persediaan: MRP juga berusaha untuk meminimalkan
investasi dalam persediaan. Ini dapat dilakukan dengan memesan dan
mengelola persediaan hanya sesuai dengan kebutuhan produksi yang
sebenarnya.
3. Maksimalkan Efisiensi Produksi: Filosofi utama MRP adalah untuk
memaksimalkan efisiensi operasional produksi. Dengan memperhatikan
persediaan bahan yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan kinerja
produksi secara keseluruhan.
Filosofi:
1. Laporan Utama
Planned Orders (Pesanan Direncanakan): Rincian pesanan yang
direncanakan untuk bahan atau komponen yang diperlukan dalam jadwal
produksi.
Pemberitahuan Rilis Pesanan: Laporan yang memberitahu kapan pesanan
harus dirilis, sesuai dengan jadwal produksi.
Perubahan Tanggal Jatuh Tempo: Laporan yang mencatat setiap perubahan
tanggal jatuh tempo pesanan yang ada.
Pembatalan atau Penundaan Pesanan Terbuka: Laporan yang mencatat
pembatalan atau penundaan pesanan yang belum diproses.
3. Laporan Sekunder
Laporan Perencanaan: Menyediakan informasi rinci terkait rencana
produksi di masa depan.
Laporan Kinerja: Mencatat kinerja aktual dibandingkan dengan rencana,
membantu dalam mengevaluasi efisiensi operasional.
Laporan Pengecualian: Melaporkan situasi atau kondisi yang keluar dari
standar atau rencana, memungkinkan pengelola untuk fokus pada area yang
memerlukan perhatian khusus.
Pohon Struktur Produk untuk Produk T
MRP II
Sales and Operations Planning (S&OP) merupakan ekstensi dari MRP yang
lebih luas. S&OP memperluas cakupan MRP dengan memadukan permintaan dari
pelanggan dengan sumber daya yang ada baik di dalam perusahaan maupun dari
pemasok. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menyelaraskan permintaan
pelanggan dengan kapabilitas sumber daya yang tersedia, termasuk peralatan
produksi, tenaga kerja, dan persediaan. Dengan demikian, S&OP membantu dalam
perencanaan yang lebih komprehensif dan terintegrasi dari berbagai sumber daya
yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar.
MRP & JIT MRP adalah sistem perencanaan yang tidak melakukan
penjadwalan secara detail. MRP juga merupakan perencanaan dengan lead times
yang fixed yang mungkin bervariasi dengan ukuran batch yang dikirmkan. Fixed
lead times ini bisa menjadi batasan bagi MRP. Apa yang diperlukan adalah, suatu
cara untuk membuat MRP lebih responsive untuk memindahkan material dengan
cepat dalam batch berukuran kecil. MRP yang dikombinasikan dengan JIT dapat
melakukan itu. MRP menyediakan rencana dan gambaran akurat dari yang
dibuthkan, kemudian JIT dengan cepat dapat memindahkan material dalam batches
ukuran kecil, dan mengurangi persediaan WIP. 4 cara untuk mengintegrasikan MRP
dan JIT:
1. Finite Capacity Schedulling (FCS) MRP biasanya bekerja dengan ukuran
buckets (satuan waktu di MRP) yang tidak terbatas (infinite). MRP juga tidak
mempertimbangkan kapasitas ketika meletakkan pekerjaan. FCS menyediakan
penjadwalan terbatas (finite) yang dibutuhkan untuk perpindahan material
secara tepat, dengan kapasitas yang memungkinkan.
2. Small Bucket Approach
Langkah-langkahnya adalah:
- Mengurangi buckets MRP dari per-minggu menjadi per-hari atau per-jam
- Receipts yang sudah direncanakan digunakan untuk merangkai proses
produksi
- Persedaan dipindahkan melalui pabrik dengan basis JIT
- Produk yang sudah jadi dipindahkan ke Finished Goods inventory yang
nantinya mengurangi jumlah unit yang dibutuhkan pada perencanaan
pemesanan selanjutnya di MRP
- Menggunakan back flush untuk mengurangi persediaan yang digunakan
saat produksi. Back flush adalah sebuah sistem untuk mengurangi
persediaan dengan mengurangi apapun yang ada di BOM pada
penyeselesaian suatu unit
3. Balanced Flow Approach Digunakan untuk membantu perencanaan dan
penjadwalan yang dibutuhkan pada repetitive operations seperti pembuatan
motor Harley Davidson. Rencana MRP di eksekusi dengan tehnik JIT dengan
menjaga alur flow dari material ke area assembly agar tetap berpindah dengan
ukuran lot yang kecil.
4. Supermarket Komponen dan perangkat keras yang di kelola di suatu area biasa
disebutsupermarket, berbatasan dengan area produksi tempat dimana
komponen komponen tersebut digunakan. Contoh, motor Ducati mengambil
komponen yang dibutuhkan untuk satu mesindari supermarket, kemudian
mengantarnya pada assembly line dengan basis JIT. Lot-sizing decisions proses
atau tehnik untuk menentukan ukuran lot pada sistem MRP.
Lot sizing dalam sistem MRP merujuk pada ukuran lot atau jumlah bagian yang
dikeluarkan dalam bagian rencana penerimaan pesanan (planned order receipt) dan
bagian rilis pesanan yang direncanakan (planned order release) dalam jadwal MRP.
Ini mengacu pada keputusan mengenai berapa banyak bahan atau bagian yang harus
dipesan atau diproduksi dalam satu waktu tertentu.
Terdapat beberapa teknik lot sizing yang umum digunakan dalam MRP:
1. Lot-for-Lot (L4L): Memesan atau memproduksi jumlah yang sama dengan
permintaan aktual. Ini berarti pesanan dibuat hanya untuk memenuhi
permintaan yang ada, tanpa ada tambahan atau kelebihan.
2. Economic Order Quantity (EOQ): Metode yang menghitung jumlah optimal
untuk dipesan atau diproduksi berdasarkan keseimbangan antara biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. EOQ berusaha untuk menemukan jumlah
pesanan yang menghasilkan total biaya terendah.
3. Least Total Costs (Biaya Total Terkecil): Pendekatan ini mencoba untuk
meminimalkan biaya keseluruhan, termasuk biaya penyimpanan, biaya
pemesanan, dan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu.
4. Least Unit Cost (Biaya Unit Terkecil): Teknik ini bertujuan untuk memproduksi
atau memesan jumlah yang memiliki biaya per unit terendah. Ini membantu
dalam meminimalkan biaya produksi per unit produk.
Kesimpulan
Material Requirements Planning (MRP) telah mengalami transformasi
signifikan dalam industri manufaktur dari sekadar sistem perencanaan bahan
menjadi elemen integral dalam Enterprise Resource Planning (ERP). Awalnya
hanya mempertimbangkan kebutuhan bahan, MRP kini meluas untuk memasukkan
aspek kapasitas produksi, pengelolaan inventaris, dan integrasi yang lebih dalam
dengan rantai pasok.
Fondasi dasarnya terletak pada konsep Bill of Materials (BOM) dan struktur
produk, memungkinkan penghitungan yang tepat terkait kebutuhan material. MRP
juga menggunakan teknik lot sizing seperti Lot-for-Lot (L4L) dan Economic Order
Quantity (EOQ) untuk menentukan ukuran pesanan atau produksi yang optimal.
Dalam operasionalnya, MRP memainkan peran kunci dalam mengelola
inventaris, menentukan jadwal produksi, dan memastikan ketersediaan bahan
sesuai kebutuhan. Integrasi MRP dalam ERP memfasilitasi kerja sama
antardepartemen seperti manufaktur, pemasaran, keuangan, dan sumber daya
manusia.
Dalam praktiknya, MRP dan Just-In-Time (JIT) bekerja bersama untuk
mempercepat aliran material, mengurangi kelebihan persediaan, serta
meningkatkan responsibilitas terhadap perubahan permintaan atau kondisi pasar.
Hal ini memberikan manfaat seperti pengendalian inventaris yang lebih baik,
responsibilitas pasar yang lebih cepat, dan peningkatan efisiensi operasional secara
keseluruhan dalam sebuah organisasi manufaktur.
Daftar Referensi
Heizer, Jay, Barry Render, Chuck Munson. Sustainability and Supply Chain
Management Tenth Edition. England : Pearson Education Limited