Disusun oleh:
Kelompok 5
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang materi pembelajaran Material
Requirements Planning (MRP).
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman
dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Denpasar,
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................18
3.2 Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.6 Apa saja kesulitan dalam MRP?
1.3 Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai
berikut :
4
baik mengenai tanggal pemesanan, maka pemesanan dan penjadwalan
komponen-komponen untuk merakit produk, merupakan masalah
kapan dibutuhkan.
5
dipengaruhi oleh kebutuhan komponen pada tingkat di atasnya dari struktur
produk. Oleh karena itu MRP memiliki prinsip sebagai berikut:
1. Time Phasing
2. Status Persediaan
X=A+B–C
6
2.4 Arus Informasi dalam MRP
A. Input MRP, Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu sebagai
berikut :
1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule - MPS),
merupakan ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode
mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau
peramalan permintaan. MPS berisi perencanaan secara mendetail
mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir
beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan
memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP mengasumsikan
bahwa pesanan yang dicatat dalam MPS adalah pasti, kendatipun
hanya merupakan peramalan.
Contoh Master Production Schedule – MPS
7
c. Lead time dari setiap bahan.
Keterangan :
End
0 Item
A – Item B – Item
1 (2) (4)
C – Item C – Item
2 (3) (5)
D – Item D – Item
3 (2) (2)
8
BOM di atas memiliki 4 level yaitu 0, 1, 2, dan 3 serta memiliki 1
induk yaitu End-Item. Dari BOM, kita dapat menentukan berapa jumlah
unit tiap-tiap barang yang diperlukan dalam menyusun suatu produk.
Misalkan kita akan membuat Meja sebanyak 50 unit. Berapa unit A –
Item, B – Item, C – Item, dan D – Item agar dapat menyusun 50 unit Meja?
Berdasarkan BOM di atas, kita dapat menentukan jumlah unit masing-
masing barang dengan rincian sebagai berikut :
A : 2 x jumlah End-Item = (2)(50) = 100 unit
B : 4 x jumlah End-Item = (4)(50) = 200 unit
C : 3 x jumlah A + 5 x jumlah B = (3)(100)+(5)(200) = 1.300 unit
D : 2 x jumlah C = (2)(1.300) = 2.600 unit
Jadi untuk menyusun 50 unit Meja maka diperlukan 100 unit A, 200
unit B, 1.300 unit C, dan 2.600 unit D.
B. Proses MRP
Langkah–langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
1. Netting yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap
periode selama horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih
antara kebutuhan kotor dengan jadwal penerimaan persediaan dan
persediaan awal yang tersedia.
2. Lotting yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size)
yang optimal untuk sebuah item berdasarkan kebutuhan bersih yang
dihasilkan.
3. Offsetting yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang
tepat melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan
bersih. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara
mengurangkan kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu
ancang-ancang (lead time).
4. Exploding merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah
sebelumnya yaitu netting, lotting dan offsetting yang dilakukan untuk
9
komponen atau item yang berada pada level dibawahnya berdasarkan
atas rencana pemesanan
C. Output MRP
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP,
yaitu :
1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) penentuan
jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk masa
yang akan datang.
2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi
pembeli yang akan digunakan untuk bernegoisasi dengan pemasok
dan berguna juga bagi manajer manufaktur yang akan digunakan
untuk mengontrol proses produksi
3. Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah
direncanakan) yang merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan
pesanan dan pengubahan jumlah pesanan.
4. Performance Report (Laporan Penampilan), suatu tampilan yang
menunjukkan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan
kekosongan stok dan ukuran yang lain.
Setelah mengetahui arus informasi dalam MRP dan bagian input telah
tersedia, maka yang harus dilakukan adalah membangun sebuah rencana
kebutuhan kotor bahan material. Rencana kebutuhan kotor bahan material
(Gross material requirements plan) adalah sebuah jadwal yang
menggabungkan jadwal produksi induk dan lead time masing-masing unit
barang.
Berikut adalah perhitungan MRP dari End – Item Meja dengan informasi
input sesuai dengan yang ada pada tabel Inventory Record File
10
Setelah menentukan kebutuhan kotor, kemudian kita menentukan Rencana
kebutuhan bersih (Net Requirements Plan) yang menyesuaikan dengan
persediaan yang dimiliki.
Berdasarkan MRP End – Item di atas, dapat kita simpulkan bahwa output
dari MRP tersebut adalah Jadwal pesanan terencana pada tanggal 5 Desember
sebanyak 24 unit dan 6 Desember sebanyak 12 unit.
Sistem MRP merupakan suatu cara yang sangat sesuai untuk menentukan
jadwal produksi dan kebutuhan bersih. Tetapi kebutuhan bersih memerlukan
keputusan mengenai berapa banyak yang harus dipesan. Keputusan ini disebut
keputusan berukuran lot (lot-sizing decision). Selain itu, dengan
11
menggunakan teknik pengukuran lot pada MRP, kita dapat menghitung biaya
pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding cost).
1. LFL (lot-for-lot)
Dengan menggunakan teknik lot-for-lot, kita dapat
menghasilkan secara tepat berapa yang diperlukan. Keputusan ini
konsisten dengan tujuan dari sistem MRP, untuk menentukan
memenuhi kebutuhan permintaan yang bergantung pada faktor
lainnya. Selain itu, sistem MRP dapat menghasilkan unit hanya
sesuai dengan kebutuhan, tidak ada penyimpanan keamanan dan
tidak mengantisipasi adanya pesanan lebih lanjut.
Ketika ukuran Lot MRP komponen B menggunakan teknik lot-
for-lot, maka output dari MRP tersebut akan menjadi seperti
berikut:
12
Jadi output MRP tersebut adalah order pada minggu:
13
S = biaya pemasangan (setup cost) = $100
H = biaya pemesanan , dalam basis per tahun per unit = $52
2 DS 2 x 1.404 x $ 100
Sehingga: Q' =
√ H
=
√ $ 52
=73,48 ≈73
14
adalah 73 unit. Dari hasil perhitungan tersebut kita harus
menentukan interval dari POQ.
EOQ 73
Interval POQ= = =2,7 ≈ 3
Average Gross Requirement per week 27
15
yang digunakan untuk barang yang rusak, kendala proses. Namun peringatan
harus diberitahukan sebelum dilakukan modifikasi ukuran lot karena
modifikasi dapat menyebabkan penyimpangan yang besar atas kebutuhan
actual pada level terendah dalam hierarki MRP.
Ketika biaya penyimpanan menjadi signifikan dan permintaan cukup
lancar, maka POQ atau bahkan EOQ akan memberikan hasil yang
memuaskan. Terlalu banyak memusatkan perhatian pada ukuran lot akan
menghasilkan keakuratan yang salah karena MRP dinamis. Ukuran lot yang
tepat dapat ditentukan hanya setelah dilakukan, berdasarkan pada apa yang
sebenarnya terjadi dalam hal kebutuhan.
2.6 Tenggang Waktu Pengamanan (Lead Time)
1. Struktur Produk
Semakin rumit struktur produk, akan membuat perhitungan
MRP semakin rumit pula. Struktur produk yang komleks terutama
kearah vertical, akan membuat proses penentuan kebutuhan bersih,
penentuan jumlah pesanan optimal, penentuan saat yang tepat
melakukan pasanan, dan penentuan kebutuhan kotor menjadi
berulang-ulang.
2. Ukuran Lot
Jika dilihat dari cara pendekatan masalah, terdapat dua
aliran dalam penentuan ukuran lot yaitu, pendekatan period dan
Level by level.
16
3. Tenggang Waktu
Perbedaan dalam tenggang waktu akan menambah
kerumitan dalam proses MRP. Oleh karena itu kita dihadapkan
pada masalah penentuan saat paling awal dan saat paling lambat
suatu komponen harus selesai atau disebut dengan lintasan kritis.
4. Perubahan Kebutuhan
MRP dirancang untuk menjadi suatu sistem yang peka
terhadap perubahan baik perubahan dari luar (permintaan) maupun
perubahan dari dalam (kapasitas). Kepekaan ini bukanlah tidak
menimbulkan masalah, perubahan kebutuhan produk akhir tidak
hanya mempengaruhi rencana pemesanan, tetapi juga
mempengaruhi jumlah kebutuhan yang diinginkan.
5. Komponen Yang Bersifat Umum (Communality)
Adanya komponen yang bersifat umum (dibutuhkan lebih
dari satu induk item) akan menimbulkan kesulitan apabila
komponen umum tersebut berada pada level yang berbeda.
Sehingga diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi, baik dalam
jumlah maupun waktu pelaksanaan pemesanan.
MRP tidak melakukan penjadwalan secara terperinci. MRP merupakan
perangkat yang sempurna bagi perusahaan yang menitik-beratkan pada produk
dan berulang-ulang, tetapi dia memiliki keterbatasan dalam situasi proses
(menghasilkan sesuai dengan pesanan). MRP juga merupakan suatu teknik
perencanaan dengan waktu tunggu yang pasti yang mana ukuran beban kerja
tidak ditentukan sebelumnya yaitu berukuran “bucket”. Bucket adalah unit
waktu, biasanya satu minggu. MRP akan menempatkan pekerjaan-pekerjaan
ke dalam bucket ini tanpa memperhatikan kapasitas. Konsekuensinya, MRP
dipertimbangkan sebagai teknik penjadwalan yang tidak ditentukan
sebelumnya. Sebagai alternatif teknik lainnya, adalah penjadwalan yang telah
ditentukana sebelumnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan terkait pembelajaran tentang MRP adalah
perlu adanya latihan-latihan terkait perhitungan MRP dan penggunaan teknik-
teknik pengukuran lot agar hasil perhitungan yang dilakukan lebih akurat.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2008100433TIBab2/page
25.html
http://satriadi04.blogspot.com/2008/06/faktor-faktor-kesulitan-dalam-mrp.html?
m=1
19