MANAJEMEN OPERASI
Dosen pengampu
Dr. I Wayan Sudartha W., S.E,. M.Sc
Oleh:
Kelompok M-14
1. Devita Patricia (41033402200071)
2. Intan Fatinah Lestari (41033402200078)
3. Ardian Ramdhani (41033402200079)
Kelompok M-14
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PEDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
1. Mengetahui arti Material Requirement Planning (MRP);
2. Mengetahui tujuan Material Requirement Planning (MRP);
3. Mengetahui manfaat Material Requirement Planning (MRP);
4. Mengetahui unsur-unsur Material Requirement Planning (MRP);
5. Mengetahui perbandingan Sistem Material Requirement Planning
(MRP) dan Sistem Economis Order Quantity (EOQ)
6. Mengetahui parts explosion sebagai inti Material Requirement Planning
(MRP);
7. Mengetahui elemen-elemen Material Requirement Planning (MRP);
8. Mengetahui bagaimana mengoprasikan sistem Material Requirement
Planning (MRP);
9. Mengetahui elemen keberhasilan Material Requirement Planning
(MRP);
10. Mengetahui keuntungan dan kerugian Material Requirement Planning
(MRP).
BAB II
TEORI PUSTAKA
3
4
Dalam MRP ini, dikenal 3 (tiga) unsur penting yang diuraikan oleh Orlicky
sebagai berikut:
3.1.1. Sediaan
Sediaan yang dimaksud mencakup:
1. Memesan bagian yang tepat. Jika Anda ingin membuat kecap, maka
bagian yang diperlukan adalah kacang kedele, gula merah, dan lain-lain.
Tidak mungkin untuk membuat kecap, dibutuhkan jagung, kecuali Anda
akan membuat Kegung (Kecap terbuat dari jagung) yang rasanya entah
seperti apa.
2. Memesan dalam jumlah yang tepat. Untuk membuat 1.000 lusin kecap
manis, diperlukan gula merah dengan jumlah yang tepat (tertentu). Jika
jumlah itu berlebih, atau berkurang maka kecap yang jadi akan terlalu
manis, atau hambar (tidak enak) rasanya. Jumlah kuantitas bahan baku
mempengaruhi rasa produk jadi.
3. Memesan pada waktu yang tepat. Untuk memproduksi kecap manis
1.000 lusin pada tanggal 30 Mei, maka gula merah harus sudahtersedia
pada tanggal 16 Mei, karena proses pembuatan gula merah menjadi
kecap manis adalah 14 hari. Jika gula merah tersedia setelah tanggal 16
Mei, misalnya 27 Mei, maka pesanan sebesar 1.000 lusin tidak akan
terpenuhi.
3.1.2. Prioritas
Prioritas yang dimaksud disini adalah pesanan sesuai deengan tanggal jatuh
tempo (due dates). Hal ini bermakna bahwa yang lebih dipentingkan adalah
bagaimana caranya agar pesanan terpenuhi on time. Artinya, harus diusahakan
dengan sangat tepat untuk menjaga tanggal jatuh tempo tetap abash (valid)
6
7
3.1.3. Kapasitas
Kapasitas yang dipasang adalah suatu beban penuh. Jika Anda berproduksi
dengan beban tidak penuh, katakanlah 70%, maka akan sia-sia (idle) 30% kapasitas
yang seharusnya tidak perlu terjadi. Hanya saja, beban itu harus akurat (abash) dan
tersedia suatu jangka waktu yang cukup untuk mengantisipasi beban mendatang.
Meskipun MRP lebih baru dari Economis Order Quantity (EOQ), keduanya
membicarakan inventory. Jika MRP atau perencanaan kebutuhan bahan adalah
sistem inventory management, sementara itu EOQ juga adalah sistem dalam
inventory management, maka apa sebenarnya perbedaan antara keduanya? Paling
tidak terdapat 7 (tujuh) perbedaan antara MRP dan EOQ seperti dalam Tabel berikut
ini.
Perbedaan
No Aspek
MRP EOQ
Filosofo
2 Kebutuhan Penambahan Ulang
Pemesanan
Berdasarkan jadwal Berdasarkan permintaan
3 Peramalan
induk yang lalu
Barang dalam proses dan Barang jadi dan suku
4 Tipe Sediaan
barang mentah cadang
Memenuhi kebutuhan Memenuhi kebutuhan
5 Tujuan
proses maufaktur konsumen
Konsep
6 Kendali seluruh barang ABC
Pengendalian
MRP tetap dihitung dengan satuan diskrit, sehingga 1 lusin mesti dikonversi ke
jumlah satuan menjadi 12 buah.
Dari 3 (tiga) input ini akan terbentuklah 2 (dua) output dalam MRP dan
merupakan parts explosion itu sendiri yaitu:
1. Pesanan Pembelian (Purchasing Order);
2. Pesanan Bengkel (Shop Order).
teknik, harus sama dengan BOM yang dipegang bagian manufaktur dan
harus sama dengan BOM yang dipegang bagian akuntansi biaya.
3. Catatan Sediaan (Inventory Record) adalah catatan dari akumulasi
transaksi sediaan yang terjadi di perusahaan atau pabrik. Catatan ini
mempunyai format-format tersendiri.
4. Perencanaan Kapasitas (Capacity Planning) adalah suatu cara membuat
perencanaan kapasitas. Ada 2 (dua) cara perencanaan kapasitas yaitu:
a. Rough Cut Capacity Planning, yaitu perencanaan kapasitas
pemotongan kasar yang lebih sedikit melakukan kalkulasi.
b. Shop Loading yaitu perencanaan yang lebih akurat dari pada Rough
Cut Capacity Planning.
5. Pembelian (purchasing) diperluas fungsinya tidak hanya sekadar
membeli, tapi termasuk juga membangun kepercayaan pemasok. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun kepercayaan
pemasok yaitu:
a. Menyediakan laporan pemesanan yang akan dating,
b. Mendesak pemasok untuk memasang sistem MRP juga.
Perluasan fungsi pembelian dapat juga dilakukan dengan
menghilangkan pemercepatan pesanan serta memusatkan perhatian pada
tugas-tugas pokok. Mencari pemasok yang andal. Mencari alternatif
sumber pasokan dan memelihara biaya pembelian yang rendah adalah
beberapa cara untuk memusatkan perhatian pada tugas pokok.
6. Pengendalian Pengelola Bengkel (Shop-floor Control) bertugas untuk
mengendalikan aliran bahan dengan memperhatikan lead time yang ada.
Jangan sampai terjadi penumpukan akibat tidak lancarnya aliran bahan.
sistem MRP, maka tidak perlu mengadakan stok dengan level 90%. Yang diperlukan
adalah dilakukan stok ketika bagian itu diperlukan saja, jadi tidak harus setiap
waktu.
Untuk mengurangi ketidakpastian tentang datangnya barang yang dipesan
melalui pembelian, maka digunakan waktu tunggu pengaman (Safety lead time).
Waktu tunggu pengaman ini ditentukan sesuai dengan kondisi pemasok. Jika
pemasok sering tidak menepati janji, maka safety lead time ini akan sangat
membantu. Misalnya, supplier tersebut sering terlambat dalam pengiriman barang
yang dipesan. Maka lead time yang dipakai adalah lead time yang terlama. Jika
selama ini range lead time yang terjadi pada supplier tersebut antara 2 (dua) sampai
dengan 4 (empat) minggu, maka lead time yang digunakan adalah 4 (empat)
minggu. Risiko yang terjadi adalah jika barang dikirim tepat waktu, sehingga
barang tersebut harus disimpan di gudang.
Untuk mengurangi ketidak pastian tentang stok, maka digunakan kapasitas
pengaman (Safety capacity). Kapasitas ini perlu dipertimbangkan karena safety
stock sering tidak benar. Hal yang sering terjadi adalah jumlah stok di gudang lebih
sedikit dari apa yang dilaporkan bagian gudang. Penyebab hal ini dimungkinkan
oleh tidak tersedianya manajemen pencatatan barang di gudang yang baik, atau
kurang telitinya bagian gudang menghitung barang sediaan. Perlu diketahui bahwa
Safety capacity belum dipergunakan secara luas dalam industri.
Bahaya Laten yang mungkin muncul dalam MRP ini adalah sistem informal
akan menggusur sistem formal jika penerapan MRP gagal. Seperti diketahui
bersama, terdapat beberapa kendala yang muncul ketika tahap awal penerapan MRP
ini seperti:
1. Pabrik yang mengalami peningkatan sediaan karena meningkatnya produksi
komponen yang diperlukan sebelum dibuangnya unit-unit yang tidak
diperlukan.
2. Waktu pengembangan sistem yang molor dari 1 (satu) tahun sampai dengan
4 (empat) tahun. Untuk mengantisipasi kegagalan sehingga timbul bahaya
laten, maka diperlukan keakuratan data, pendidikan pemakai dan integritas
sistem.
12
Di sisi lain, kelemahan utama penggunaan sistem MRP adalah integritas data.
Jika terdapat data yang salah pada data persediaan, bill material data juga akan
menghasilkan data yang salah. Permasalahan lainnya adalah sistem MRP
membutuhkan data yang spesifik, seperti berapa lama perusahaan menggunakan
berbagai komponen dalam memproduksi produk tertentu (asumsi semua variabel).
15
Desain sistem ini juga mengasumsikan bahwa lead time dalam proses in
manufacturing sama untuk setiap item produk yang dibuat. Proses manufaktur yang
dimiliki perusahaan mungkin berbeda di berbagai tempat. Hal ini mengakibatkan
terjadinya daftar pesanan yang berbeda karena adanya perbedaan jarak. Dengan
demikian, sistem enterprise perlu diterapkan sebelum menerapkan sistem MRP.
Sistem MRP tidak menghitung jumlah kapasitas produksi. Meskipun demikian,
dalam jumlah yang besar perlu diterapkan suatu sistem yang mengintegrasikan
aspek keuangan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah integrasi MRP yang tidak tepat.
Selain itu, pandangan bahwa MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari
sistem lain, lebih dipandang sebagai sistem yang berdiri sendiri dalam menjalankan
operasi perusahaan daripada sebagai suatu sistem yang terkait dengan sistem lain
dalam perusahaan atau suatu bagian dari keseluruhan sistem perusahaanakan dapat
menyebabkan kegagalan dalam pengaplikasian sistem MRP.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Material requirement planning (MRP) merupakan suatu sistem yang
mengatur bahan-bahan material yang dibutuhkan untuk proses produksi karena
dengan MRP perusahaan dapat mengefisiensikan gudang dan sekaligus mencegah
kemungkinan kehabisan bahan material atau suatu sistem penjadwalan kebutuhan
bahan baku berdasarkan tahap waktu untuk operasi produksi. Secara umum, sistem
MRP dimaksudkan untuk meminimalkan persediaan, mengurangi risiko karena
keterlambatan produksi atau pengiriman, membuat komitmen yang realistis, dan
meningkatkan efisiensi.
Sistem yang canggih tidak akan berhasil tanpa penguasaan yang baik. Hal ini
terutama membutuhkan komitmen manajemen tingkat atas. Sistem MRP
membutuhkan pengoperasian yang akurat dan tidak terlalu kaku dan semakin rumit
struktur produk akan membuat perhitungan MRP semakin rumit pula. Perbedaan
dalam tenggang waktu akan menambah kerumitan dalam proses MRP. Adanya
komponen yang bersifat umum akan menimbulkan kesulitan apabila komponen
umum tersebut berada pada level yang berbeda. Jika perusahaan tidak dapat
memperhitungkan dengan tepat, penerapan MRP tidak akan mendukung kemajuan
perusahaan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Budhi Cahyono. 2005. Manajemen Operasi. Semarang: Unissula Press. Hlm 39.
Rony Edward Utama, Nur Asni Gani Jaharuddin, dan Andry Priharta. 2019.
Manajemen Operasi. Tangerang Selatan: UM Jakarta Press. Hlm 185;187.
Siswoyo Haryono. 2015. Manajemen Produksi & Operasi Untuk Manajer dan
Magister. Bekasi: PT. Intermedia Personalia Utama. Hlm 227-228.
17