Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL MRP DAN


ERP

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Manajemen Operasional
Dosen pengampu: Mega Barokatul Fajri, S.E., MBA
Disusun oleh:

Chandra Aditya Mughni (2101010156)


Nanda Devi Aprilia (2101010144)
Riza Nur Fitriani (2101010149)
Muhammad Afif Syarifuddin (2101010182)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Rasa puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat-
Nya kepada kami sehingga sampai hari ini kami bisa menyusun makalah ini dengan baik tanpa ada
halangan apapun.
Dan tak lupa sholawat beriring salam kami lantunkan kepada sosok uswatun khasanah,
Rasulullah Muhammad SAW, sosok revolusioner contoh yang baik untuk ummat. Semoga kita
semua mendapatkan syafaat-nya di akhirat kelak.
Tak lupa pula kami sangat berterima kasih kepada Ibu Mega Barokatul Fajri selaku dosen
mata kuliah Manajemen Operasional kami di Universitas Muhammadiyah Lamongan, yang telah
memberikan banyak sekali ilmu pengetahuan baru bagi kami khususnya di dalam ilmu ekonomi.
Tentunnya penyusunan makalah ini sesuatu yang menjadi pelajaran dan ilmu baru bagi kami di
dalam ilmu literasi maupun dalam materi Manajemen Operasional.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar kedepannya
bisa menulis makalah ini dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... I

DAFTAR ISI................................................................................................................................... II

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II............................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3

2.1 Permintaan Dependen ...................................................................................................... 3

2.2 Persyaratan Model Persediaan Dependen ........................................................................ 3

2.3 Manajemen MRP.............................................................................................................. 5

2.3.1 Konsep MRP ............................................................................................................. 5

2.3.2 Kemampuan Material Requirement Planning (MRP) .............................................. 6

2.3.3 Tujuan dan Manfaat Material Requirements Planning (MRP) ................................ 7

2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Material Requirement Planning (MRP) ........................ 8

2.3.5 Proses Material Requirements Planning (MRP) ...................................................... 9

2.4 Struktur MRP ................................................................................................................... 9

2.5 Teknik Pegukuran LOT .................................................................................................. 12

2.6 MRP Dalam Industri Jasa ............................................................................................... 13

2.7 Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (ERP)............................................................... 14

2.7.1 Definisi Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (ERP) ......................................... 14

II
2.7.2 Tahapan Evolusi dan Modul ERP ........................................................................... 15

2.7.3 Manfaat Sistem ERP ............................................................................................... 16

2.7.4 Fase – Fase Implementasi Sistem ERP ................................................................... 17

2.7.5 Karakteristik Sistem MRP ...................................................................................... 18

2.7.6 Implementasi Sistem MRP ..................................................................................... 19

2.7.7 Keberhasilan dan Kegagalan Penerapan Sistem ERP ............................................. 20

BAB III ......................................................................................................................................... 23

PENUTUP..................................................................................................................................... 23

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 23

3.2 Saran ............................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 24

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring perkembangan dunia industri yang semakin ketat menyebabkan terjadinya
persaingan antar perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, khususnya yang
memproduksi produk sejenis. Setiap perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi baru atau
upaya-upaya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan mampu menghadapi persaingan
pasar global. Sehingga perusahaan harus dapat mempertahankan dan meningkatkan jalannya
proses produksi agar pada saat proses produksi berlangsung tidak mengalami hambatan atau
masalah.
Persediaan bahan baku dalam suatu perusahaan merupakan faktor utama yang
memungkinkan terlaksananya proses produksi dengan lancar, baik dalam perusahaan industri
besar maupun kecil. Dalam merencanakan kebutuhan bahan baku setiap perusahaan
memerlukan kemampuan manajemen operasi dan sistem yang tepat untuk mengatur persediaan
bahan baku agar sesuai dengan kuantitas dan waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Persediaan bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan harus dikontrol dengan baik, karena
dapat mempengaruhi jalannya proses produksi dan biaya- biaya seperti biaya produksi dan
biaya penyimpanan. Apabila perusahaan mengalami kekurangan persediaan bahan baku maka,
proses produksi akan kelambatan. Sebaliknya apabila perusahaan mengalami kelebihan
pasokan bahan baku maka akan menyebabkan meningkatnya biaya pengeluaran perusahaan.
(Haizer, Jay dan Barry Render: 2001).
Menurut Schroeder (1995:4) persediaan merupakan stok bahan yang digunakan untuk
memudahkan proses produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan. Persediaan dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: persediaan bahan baku, persediaan bahan dalam
proses dan persediaan bahan jadi. Masalah persediaan bahan baku ini merupakan masalah yang
sering dihadapi oleh perusahaan industri, sehingga perlu dikembangkan teknik pengendalian
persediaan bahan baku yang baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan permintaan dependen?
2. Bagaimana konsep MRP dalam Perusahaan?
3. Bagaimana struktur MRP dalam perusahaan?
4. Bagaimana teknik pengukuran LOT dalam MRP?
5. Bagaimana konsep dari perencanaan sumber daya perusahaan (ERP)?

1.3 Tujuan
1. Memahami konsep permintaan dependen yang berhubungan dengan MRP.
2. Memahami bagaimana konsep MRP yang digunakan dalam perusahaan untuk perencanaan
bahan baku.
3. Mengerti dan memahami struktur MRP yang digunakan dalam perusahaan.
4. Mampu memahami cara kerja teknik pengukuran LOT dalam MRP.
5. Dapat menjelaskan konsep dari perencaan sumber daya perusahaan (ERP) yang sering
digunakan dalam perusahaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permintaan Dependen


Permintaan dependen adalah permintaan untuk sebuah jenis barang yang berkaitan
dengan permintaan jenis barang yang lain. Permintaan untuk jenis barang dikatakan dependen
ketika hubungan antarbarangnya dapat ditentukan. Oleh karena itu, ketika manajemen
menerima sebuah pesanan atau membuat perkiraan permintaan untuk produk akhir, jumlah
yang diperlukan untuk semua komponen dapat dihitung karena semua komponen merupakan
jenis barang dependen. Teknik dependen yang digunakan dalam sebuah lingkungan produksi
disebut perencanaan kebutuhan bahan (material requirement planning - MRP).
MRP telah berkembang menjadi dasar bagi Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
(Enterprise Resource Planning - ERP) karena menyediakan struktur yang bersih untuk
permintaan dependen. ERP adalah sebuah sistem informasi untuk mengidentifikasikan dan
merencanakan sumber daya pada skala perusahaan yang diperlukan untuk mengambil,
membuat, mengirim, dan menghitung pesanan pelanggan.

2.2 Persyaratan Model Persediaan Dependen


Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam persediaan model dependen,
diantaranya:

1. Jadwal produksi induk (apa yang akan dibuat dan kapan)


Sebuah jadwal produksi induk (master production schedule-MPS) memerinci apa
yang akan diproduksi dan kapan. Jadwal ini harus sesuai dengan produksi. Rencana
produksi menetapkan keseluruhan tingkat keluaran dalam terminology yang luas. Salah
satu keungulan utama MRP adalah kemampuannya menentukan dengan tepat kelayakan
sebuah jadwal didalam keterbatasan kapasitasnya. Proses perencanaan ini dapat
mememberikan hasil yang sempurna. Jadwal produksi induk menunjukan apa yang
diperlukan untuk memenuhi permintaan dan sesuai dengan rencana produksi Jadwal
produksi induk adalah sebuah pernyataan tentang apa yang akan diproduksi, dan bukan

3
perkiraan permintaan. Jadwal produksi induk dapat dinyatakan dalam salah satu istilah
berikut:
1. Pesanan pelanggan pasa sebuah perusahaan dengan bengkel kerja (membuat
berdasarkan pesanan make to order).
2. Modul pada sebuah perusahaan berulang (merakit berdasarkan pesanan atau perkiraan
assemble cgorder tau forecast).
3. Sebuah barang jadi disebuah perusahaan kontinu (membuat simpanan berdasarkan
perkiraan stock to forecast).
2. Spesifikasi atau daftar kebutuhan bahan (bahan dan komponen yang diperlukan untuk
membuat produk)
Daftar kebutuhan bahan (bill of material - BOM) adalah daftar jumlah komponen,
komposisi dan bahan yang diperlukan untuk membuat sebuah produk Gambar individu
tidak hanya menguraikan dimensi fisis, tetapi juga pengolahan khusus serta bahan baku
asal dari setiap bagian. Walaupun demikian, karena sering terburu-buru menghadirkan
sebuah produk baru, gambar dan daftar kebutuhan bahan dapat diatur menurut modul
produk. Modul bukanlah produk akhir yang dijual, tetapi merupakan komponen yang dapat
diproduksi dan dirakir menjadi unit.
Modul-modul ini sering menjadi komponen utama dari produk akhir atau pilihan
produk. Daftar kebutuhan bahan untuk modul disebut daftar moduler (moduler bill). Daftar
perencanaan adalah pengelompokan bahan yang dibagi untuk menugaskan induk tiruan
kepada daftar bahan disebut juga daftar "palsu". Daftar bahan sementara adalah daftar
bahan untuk komponen, biasanya bahan yang dirakit, yang hanya ada sesaat, tidak pernah
dipersediakan. Pengodean tingkat rendah adalah angka yang mengindentifikasikan barang
pada tingkat terendah yang ada.
3. Ketersediaan persediaan (apa yang ada dipersediaan)
Informasi mengenai apa yang ada dalam persediaan adalah hasil dari manajemen
persediaa yang baik. Manajemen persediaan yang baik adalah kebutuhan mutlak bagi
sebuah sistem MRP untuk dapat berkerja.
4. Pesanan pembeliaan yang belum dipenuhi (apa yang berada dalam pemesanan juga disebut
tagihan yang diperkirakan)

4
Informasi pesanan yang belum dipenuhi perlu diketauhi sebagai hasil sampingan
dari departemen pembelian dan pengendalian persediaan yang dikelola dengan baik. Ketika
pesanan pembelian dipenuhi, catatan pesanan tersebut dan tanggal pengiriman yang sudah
dijadwalkan harus tersediah bagi karyawan bagian produksi. Hanya dengan data pembelian
yang baik, para manajer dapat menyiapkan rencana produksi yang baik dan melaksanakan
sistem MRP secara efektif.
5. Waktu tunggu (beberapa waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan berbagai komponen)
Ketika para manajer menentukan kapan produk dibutuhkan, mereka menentukan
kapan memperoleh produk tersebut. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan yaitu
membeli, memproduksi, atau merakit. Jenis barang dikenal sebagai waktu yunggu (lead
time). Keputusan terstruktur (structured decisions) sebaliknya, sifatnya berulang dan rutin,
dan melibatkan prosedur yang jelas dalam menanganinya, sehingga tidak perlu
diperlakukan seakan-akan masih baru. Banyak keputusan memiliki elemen-elemen dari
kedua jenis keputusan ini.

2.3 Manajemen MRP


2.3.1 Konsep MRP
Material Requirements Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik
atau set prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses
perencanaan dan pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen
permintaan yang saling bergantungan (Dependent demand items). MRP adalah cara
untuk menentukan jumlah parts, komponen, dan material yang dibutuhkan untuk
memproduksi suatu produk. MRP menyediakan informasi jadwal waktu guna mengatur
kapan & berapa banyak tiap material, parts, dan komponen dipesan atau diproduksi.

Daftar kebutuhan bahan dan rencana kebutuhan bahan berubah dengan terjadinya
perubahan desain, jadwal dan proses produksi. Apalagi perubahan terjadi pada kebutuhan
bahan ketika jadwal produksi induk dimodifikasi. Terlepas dari penyebab perubahannya,
model MRP dapat disesuaikan untuk mencerminkan perubahan ini. Karena perubahan
yang terjadi dalam data MRP proses menghitung ulang kebutuhan MRP sekitar seminggu

5
sekali merupakan hal biasa. Untungnya kekuatan utama MRP adalah kemampuan
perencanaan ulang yang tepat waktu dan akurat.

Perubahan yang sering ini menghasilkan kegelisahan sistem (system


nervousness). Sebagai konsekuensi, personel MO mengurangi kegelisahan seperti ini
dengan mengevaluasi kebutuhan dan dampak perubahan sebelum mengajukan
permintaan ke departemen lain. Terdapat dua alat hantu yang sangat menolong ketika
berusaha mengurangi kegelisahan sistem MRP.

Alat bantu yang pertama yaitu pagar waktu, pagar waktu memungkinkan sebuah
segmen jadwal induk dirancang sebagai "tidak untuk dijadwalkan ulang". Segmen jadwal
induk ini tidak akan diubah selama terjadi regeneraal jadwal secara berkala. Alat yang
kedua yaitu pengelompokan. Pengelompokan berarti menelusuri BOM ke atas, mulai
dari komponen hingga ke barang induk. Dengan melakukan pengelompokan ke atas,
perencanaan produksi dapat menentukan penyebab munculnya kebutuhan dan membuat
keputusan mengenai keharusan pengubahan jadwal.

Dengan MRP, manajer operasi dapat berinteraksi terhadap dinamika dunia nyata.
Seberapa sering manajer mengharapkan perubahan pada perusahaan itu, keputusan
professional diperlukan. Lebih dari itu, jika kegelisahan disebabkan oleh perubahan yang
sah, maka respon yang sesuai mungkin dengan menyelidiki lingkungan produksi-bukan
dengan melakukan penyesuaian melalui MRP.

2.3.2 Kemampuan Material Requirement Planning (MRP)


Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama dari Material Requirement
Planning (MRP), yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
Maksudnya adalah menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus
diselesaikan atau kapan material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas
produk akhir yang sudah direncanakan pada jadwal induk produksi.
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.
Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk jadi, MRP dapat menentukan
secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua
kebutuhan minimal setiap item komponen.

6
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan
terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar atau
dibuat sendiri.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah
direncanakan.
Apabila kapasitas tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada
waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan
rencana penjadwalan ulang dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis.
2.3.3 Tujuan dan Manfaat Material Requirements Planning (MRP)
MRP juga memiliki tujuan dan manfaat yang digunakan demi meningkatkan
perkembangan dalam produksi dalam perusahaan.

1. Tujuan Material Requirements Planning (MRP)


1. Meminimalkan persediaan
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan
disesuaikan dengan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan
komponen ini, pengadaan (pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk
suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga
dapat meminimalkan biaya persediaan.
2. Mengurangi risiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman
MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang
diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu
perkiraan produksi maupun pengadaan atau pembelian komponen, sehingga
memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang
mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis
Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai rencana,
sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dapat dilakukan secara lebih
realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4. Meningkatkan efisiensi

7
MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan
waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik
sesuai dengan jadwal induk produksi (JIP).
2. Manfaat Material Requirements Planning (MRP)
1) Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen;
2) Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja;
3) Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik;
4) Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar;
5) Tingkat persediaan yang optimal.
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)
1. Kelebihan Material Requirement Planning (MRP)
1) Kemampuan memberi harga lebih kompetitif;
2) Mengurangi harga penjualan;
3) Mengurangi Inventori;
4) Pelayanan pelanggan yang lebih baik;
5) Respon terhadap permintaan pasar lebih baik;
6) Kemampuan mengubah jadwal induk;
7) Menunda atau membatalkan pesanan;
8) Mengubah kuantitas pesanan;
9) Memajukan atau menunda batas waktu pesanan.
2. Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)
1) Penggunaan sistem MRP adalah integritas data. Jika terdapat data salah pada data
persediaan, bill material data/master schedule kemudian juga akan menghasilkan
data salah;
2) MRP sistem membutuhkan data spesifik berapa lama perusahaan menggunakan
berbagai komponen dalam memproduksi produk tertentu (asumsi semua
variable);
3) Sistem ini juga mengasumsikan bahwa "lead time" dalam proses in
manufacturing sama untuk setiap item produk yang dibuat.

8
2.3.5 Proses Material Requirements Planning (MRP)
Langkah-langkah dasar dalam penyusunan Material Requirements Planning
yaitu:
1. Netting (kebutuhan bersih)
Menentukan kebutuhan bersih adalah selisih antara kebutuhan kotor (gross
requirement) dengan persediaan yang ada ditangan (on hand).
2. Lotting (kuantitas pesanan)
Menentukan jumlah pesanan tiap komponen yang didasarkan kebutuhan
bersih (net requirement) yang dihasilkan dari proses netting.
3. Offsetting (rencana pemesanan)
Menentukan waktu pemesanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan tenggang waktu (Lead Time) proses atau pemesanan pada
supplier.
4. Exploding
Menentukan jumlah tiap komponen untuk membuat sejumlah barang jadi
yang diperlukan dengan menentukan Bill of Material (BOM) dan kebutuhan kotor
tiap komponen.

2.4 Struktur MRP


Material requirements planning (MRP) adalah program yang berdasar kepada program
dasar perencanaan produksi dan sistem control logistic yang digunakan untuk mengatur proses
manufaktur. Sistem MRP terdiri dari 3 objek serentak yaitu sebagai berikut:
1. Menjamin material dan produks ketersedia untuk diantar sampai ke komsumen.
2. Memelihara kemungkinan jumlah stok terendah.
3. Merencanakan aktifitas manufaktur, jadwal aktifitas pembelian.
Cara kerja sistem MRP adalah sebagai berikut: pesanan produk dijadikan dasar untuk
membuat skedul produksi master atau master production schedule (MPS) yang memberikan
gambaran tentang jumlah item yang diproduksi selama priode waktu tertentu. MPS dibuat
berdasarkan pada peramalan kebutuhan akan peralatan yang diperlukan, merupakan proses
lokasi untuk mengandakan sejumlah peralatan yang diinginkan dengan memeperlihatkan
kapasitas yang dipunyai (pekerja, mesin, dan bahan).

9
Bill of material 1 mengidentifikasi material tertentu yang digunakan untuk membuat
setiap ini dan jumlah yang perlakukan yang dapat disusun dalam bentuk pohon produk (produk
struktur pohon). Tegihan dari bahan ini merupakan sebuah daftar jumlah komponen, campuran
bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat sebuha produk. Tagihan II dari material
tidak menspesifikasikan produksi, tetapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat
dipaliasi sebagai daftar bahan yang merugikan dikeluarkan untigiriskar produksi atau perak.
Tagihan dari bahan digunakan dengan cara ini biasanya bernama daftar pilih.
Pohon struktur produk adalah salah satu sistem informasi yang ada bill of material 1.
Pohon struktur produk didenfisikasikan sebagai bagan informasi tentang hubungan antara
produk akhir dengan komponen – komponen penyusun produk akhir. Struktur produk
merupakan suatu informasi sepuluh tanghubungan sementara komponen dalam suatu
perakitan, kendia memberikan dalam formasi tentang semua itu mereka seperti tidak

10
morkompdiendan jumlah dibutuhkan pada setiap pembelian. Struktur produk dibagi lagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Struktur produk tingkat yang mengambarkan hubungan sementara produk akhir
komponen-komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut langsung
membentuk produk akhir atau berada satu level di bawah produk akhir.

2. Struktur produk multi level yang mengambarkan hubungan antara produk akhir dengan
komponen penyusun yang redupana komponen – komponen tersebut memerlukan
komponen – komponen lain untuk membuatnya dan begitu seterusnya. Bila dimisalkan
untuk membuat 1 satuan produk akhir X diperlukan 2 unit komponen A dan 1 unit
komponen B, sementara untuk membuat lunit komponen diperlukan 3 unit komponen c
dan 1 unit komponen d. Dari informasi tersebut dapat dibuat produk structure tree
sebagaiamana tersaji pada gamabar di bawah ini :

11
2.5 Teknik Pegukuran LOT
Menurut Heizer dan Render 2014, sebuah sistem MRP adalah cara yang sangat baik
untuk menentukan jadwal produksi dan kebutuhan bersih sebuah proses produksi.
Bagaimanapun, ketika terdapat kebutuhan bersih, maka keputusan berapa banyak yang perlu
dipesan harus dibuat. Keputusan ini disebut keputusan penentuan ukuran lot sizing decision.
Ada beberapa jalan untuk menentukan ukuran lot dalam sebuah sistem MRP, yaitu:
1. Lot for Lot
Metode lot for lot (LFL), atau juga dikenal sabagai metode persediaan minimal.
Teknik penentuan ukuran lot yang menghasilkan secara tepat apa yang diperlukan untuk
memenuhi rencana. Keputusan ini konsisten dengan sasaran sistem MRP, yaitu memenuhi
kebutuhan permintaan yang dependen. Perusahaan dapat menghasilkan unit hanya dengan
kebutuhan, tidak ada penyimpangan keamanan dan tidak mengantipasi adanya pesanan
lebih lanjut. Ketika pesanan berkala bersifat ekonomis dan teknik produksi yang tepat pada
waktunya just in time diterapkan, maka 23 teknik lot for lot akan menjadi sangat efisien.
Namun, bila biaya pemasangan menjadi signifikan, maka lot for lot akan menjadi mahal.
Metode ini mengandung risiko, yaitu jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang.
Jika persediaan itu berupa bahan baku, mengakibatkan terhentinya produksi. Jika
persediaan itu berupa barang jadi, menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan konsumen.
2. Economic Order Quantity (EOQ)
Model EOQ adalah salah satu teknik yang paling sering digunakan sebagai teknik
penentuan ukuran lot. EOQ lebih mudah dipakai dengan asumsi jumlah permintaan
diketahui, cukup konstan, dan independen. Memiliki waktu tunggu yang konstan dan
diketahui. Tidak tersedia diskon kuantitas, biaya variabel hanya biaya memasang atau
memesan dan biaya penyimpanan persediaan. Persediaan akan diterima secara keseluruhan
dalam suatu waktu. Dan kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari. EOQ
menggunakan teknik statistik rata – rata. Dalam metode ini menciptakan adanya persediaan
digudang, sehingga menimbulkan biaya simpan bagi perusahaan, tetapi dengan
menggunakan metode EOQ perusahaan dapat meminimalkan biaya kirim yang
dikeluarkan, karena jumlah pesanan menggunakan rata – rata.
3. Kuantitas Pesanan secara Berkala (Periodic Order Quantity)

12
Menurut Periodic Order Quantity (POQ) merupakan teknik ukuran lot yang
melakukan pesanan atau kuantitas yang dibutuhkan selama periode yang telah ditetapkan
sebelumnya, misalnya selama 3 minggu. 24 POQ merupakan kuantitas pesanan yang
mencangkup permintaan tertentu untuk interval tertentu. Kuantitas setiap pesanan adalah
menghitung kembali waktu terjadinya pesanan dan tidak pernah menyisakan persediaan
lebih.

2.6 MRP Dalam Industri Jasa


Permintaan untuk banyak jasa atau barang-barang jasa dikelompokkan sebagai
permintaan dependen ketika permintaan tersebut dihubungkan atau diturunkan secara langsung
dari permintaan untuk jasa lain. Industri jaa yang seperti itu biasanya membutuhkan pohon
struktur produk, daftar bahan dan tenaga kerja, serta penjadwalan. MRP dapat sangat
membantu kinerja operasional dalam industri jasa semacam itu. Berikut contoh berupa restoran
rumah sakit dan hotel.

1. Restoran

Dalam sebuah restoran, bahan-bahan dan lauk (roti, sayuran dan bumbu) merupakan
komponen makanan. Komponen-komponen ini bergantung pada permintaan makanan.
Makanan adalah barang akhir pada jadwal induk.

13
Pada gambar menunjukkan (a) pohon struktur produk dan (b) daftar bahan untuk veal
picante hidangan utama yang paling laris di sebuah restoran di New Orleans. Ingat bahwa
berbagai komponen veal picante (yaitu daging anak sapi, kuah, dan linguini) disiapkan oleh
karyawan dapur yang berbeda (lihat bagian [a] dari figure gambar). Persiapan ini juga
membutuhkan waktu yang berbeda. Pada gambar (c) memperlihatkan sebuah daftar tenaga
kerja untuk hidangan daging anak sapi. Daftar tersebut mencantumkan operasi yang perlu
dilakukan pesanan operasi dan kebutuhan tenaga kerja untuk setiap operasi (jenis tenaga kerja
dan jam kerja).

2. Rumah Sakit

MRP juga ditetapkan pada rumah skait.terutama ketika berurusan dengan operasi yang
memerlukan peralatan, bahan dan pasokan. Houston's Park Plazza Hospital dan banyak
pemasok rumah sakit lainnya. Sebagai contoh, menggunakan teknik ini untuk meningkatkan
penjadwalan dan manajemen persediaan pembedahan yang mahal.

3. Hotel

Marriot mengembangkan sebuah daftar bahan (BOM) dan daftar tenaga kerja ketika
merenovasi setiap kamar hotelnya. Manajer Marriot memeprbanyak BOM untuk menghitung
kebutuhan bahan, furniture dan dekorasi. Kemudian, MRP menyediakan kebutuhan netonya
dan sebuah jadwal untuk digunakan dengan pembelian dan kontraktor.

2.7 Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (ERP)


2.7.1 Definisi Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (ERP)
ERP singkatan dari 3 elemen kata yaitu, Enterprise (perusahaan/organisasi),
Resource (sumber daya), Planning (perencanaan), 3 kata ini mencerminkan sebuah
konsep yang berujung kepada kata kerja, yaitu "planning" yang berarti bahwa ERP
menekankan kepada aspek perecanaan, ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan
software yang mengintegrasikan semua departemen dan fungsi suatu perusahaan, baik
departemen penjualan, HRD, produksi, atau keuangan. Konsep ERP dapat dijalankan
dengan baik jika didukung aplikasi dan infrastruktur komputer baik hardware/software.

Syarat terpenting dari sistem ERP adalah integrasi yang maksudnya yaitu
menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical database.

14
Database yang ada dapat mengijinkan setiap departemen dalam perusahaan untuk
menyimpan dan mengambil informasi yang dapat diakses dan mudah disebarluaskan.

Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang diberikan kepada sistem informasi
yang mendukung transaksi atau operasi sehari-hari dalam pengelolaan sumber daya
perusahaan. Tujuan sistem ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi
secara keseluruhan.

Sistem ERP merupakan seperangkat infrastruktur dan software yang tidak dapat
dilepaskan dari aspek 'best practices' yang artinya merupakan pencerminan cara terbaik
dalam mengelola bisnis berdasarkan pengalaman para pelaku bisnis. Tujuan utama
adalah untuk meningkatkan kerjasama dan interaksi antar semua departemen/ fungsi
dalam perusahaan.

Tujuan System ERP adalah untuk mengkoordinasikan bisnis organisasi secara


keseluruhan. ERP merupakan software yang ada dalam organisasi/perusahaan untuk:

1. Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis.


2. Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise.
3. Menghasilkan informasi yang real-time.
4. Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan.

2.7.2 Tahapan Evolusi dan Modul ERP


1. Tahapan
Beberapa tahapan ERP yang perlu diperhatikan:
1. Tahap I: Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)
Merupakan cikal bakal dari ERP, dengan konsep perencanaan kebutuhan
material
2. Tahap II: MRP Close-Lope
Merupakan sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada MRP, terdiri atas
alat bantu penyelesaian masalah prioritas dan adanya rencana yang dapat diubah
atau diganti jika diperlukan.
3. Tahap III: Manufakturing Resource Planning (MRP II)

15
Merupakan pengembangan dari close-loop MRP yang ditambahkan 3
elemen yaitu: perencanaan penjualan dan operasi, antarmuka keuangan dan
simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan.
4. Tahap IV: Perencanaan Sumber Daya Perusahaan
Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan pada beberapa proses
bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai pasok dan meliputi lintas batas
fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah.
5. Tahap V: Extended ERP (ERP II)
Merupakan perkembangan dari ERP yang diluncurkan tahun 2000, serta
lebih konflek dari ERP sebelumnya.
2. Modul ERP
1) Manufaktur
2) Manajemen Rantai Pasokan
3) Keuangan
4) Proyek
5) Sumber daya manusia
6) Pengelolaan hubungan pelanggan
7) Gudang data
8) Kontrol akses
9) Kustomisasi

2.7.3 Manfaat Sistem ERP


1. Menawarkan sistem terintegrasi di dalam perusahaan, sehingga proses dan
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien dan
memungkinkan melakukan integrasi secara global.
2. Menghilangkan kebutuhan pemutakhiran dan koreksi data seperti yang terjadi pada
sistem yang terpisah.
3. Memungkinkan manajemen mengelola operasi dan tidak memonitor saja dan lebih
mampu menjawab semua pertanyaan yang ada dan membantu melancarkan
pelaksanaan manajemen rantai pasok serta memadukannya.
4. Memfasilitasi hubungan komunikasi secara internal dan eksternal dalam dan luar
organisasi.

16
5. Dapat menurunkan kesenjangan antara pemrograman dengan cara perawatan sistem
yang sah dan Dapat menurunkan kompleksitas aplikasi dan teknologi.

Manfaat Cara Mendapatkannya


Akses informasi yang handal DBMS yang fleksibel, data yang konsisten
dan akurat sistem pelaporan yang lebih baik
Menghindari duplikau data dan operasi Modul-modul yang mengakses daya dari satu
database terpusat sehingga menghindari
duplikasi
Mempercepat waktu pemrosesan data Menimalisasi waktu pengambilan data dan
pembuatan laporan
Mengurangi biaya Menghemat waktu dalam pengambilan
keputusan organisasi karena analisis yang
dilakukan di dalamnya
Kemudahan adaptasi Perubahan pada proses bisnis dapat diadaptasi
dengan mudah
Meningkatkan skalabilitas Struktur sistem yang bersifat modular dan
mudah dikostumisasi
Kemudahan pemeliharaan Dukungan purnajual sistem berjangka
panjang
Pengembangan global Ekstensi modu hingga meliputi SCM dan
CRM
Perdagangan elektronik Bisnis internet dan kultur kolaborasi

2.7.4 Fase – Fase Implementasi Sistem ERP


Adapun fase – fase sistem ERP adalah sebagai berikut:

1. Fase inisisasi
Fase inisiasi yaitu berupa rencana strategis atau juga dari beberapa kejadian
yang muncul di perusahaan misalnya ada tawaran dari vendor, pergerakan industri,
peningkatan kualitas proyek, perubahan pada peraturan dan hukum atau pernafaatan
anggaran teknologi informasi yang lebih baik.

17
2. Fase evaluasi
Pada fase ini meliputi evaluasi proses bisnis, analisa kebutuhan, evaluasi
berbagai alternatif, pencarian vendor yang potensial dan evaluasi berbagai produk
yang berbeda.
3. Pemilihan fase
Pada fase ini dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Karena
dihabiskan untuk menyeleksi berbagai potensi alternatif termasuk peluang
mengakhiri proyek atau memutuskan proyek jika lingkungannya ternyata tidak siap
menerima proyek tersebut.
4. Fase modifikasi
Fase modifikasi dapat dijalankan dengan dua cara, cara pertama yaitu
memodifikasi apa saja yang terjadi dalam rangkaian proses analisa- konfigurasi dan
pengujian sampai mendapatkan hasil yang diinginkan atau sampai batasan waktu
tertentu. Cara kedua yaitu dengan melakukan pemilihan status target tertentu
kemudian menerapkan pengukuran atas pencapaian target tertentu. Dalam fase
modifikasi perlu dilakukan tahapan pelatihan bagi para pengguna.
5. Fase penyelesaian
Apabila semua berjalan dengan lancar, maka konsumen akan melunasi
pembayaran yang tergantung pada kontrak. Pada tahapan ini perusahaan akan
mendapatkan pelajaran serta pengalaman atas semua kejadian selama proyek
implementasi berlangsung, termasuk evaluasi keberhasilan dan kegagalan serta
peluang implementasi selanjutnya.

2.7.5 Karakteristik Sistem MRP


Menurut Daniel F. O'Leary sistem ERP memiliki karakteristik sebagai berikut
(WHI-2006):

1. Sistem ERP adalah suatu paket perangkat lunak yang didesain untuk lingkungan
pelanggan pengguna server apakah itu secara tradisional atau berbasis jaringan.
2. Sistem ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis.
3. Sistem ERP memproses sebagian besar dari transaksi perusahaan.

18
4. Sistem ERP menggunakan database perusahaan yang secara tipikal menyimpan
setiap data sekali saja.
5. Sistem ERP memungkinkan mengakses data secara waktu nyata real time).
6. Dalam beberapa hal sistem ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi dan
kegiatan perencanaan.
7. Sistem ERP menunjang sistem multi mata uang dan bahasa, yang sangat diperlukan
oleh perusahaan multinasional.
8. Sistem ERP memungkinkan penyesuaian untuk kebutuhan khusus perusahaan tanpa
melakukan pemrograman kembali.

2.7.6 Implementasi Sistem MRP


Implementasi sistem ERP tergantung pada ukuran bisnis, ruang lingkup dari
perubahan dan peran serta pelanggan. Penerapan ERP banyak ditemukan pada industri
manufaktur. Penerapan ERP tersebut menggunakan berbagai aplikasi atau software ERP.
Software ERP yang banyak beredar di pasaran yaitu SAP. JDE, Baan, Protean, Compiere,
Magic, dll. Ada beberapa alternatif cara dalam menerapkan sistem ERP, diantaranya
adalah:

1. Melakukan instalasi aplikasi ERP secara langsung dan menyeluruh


Perusahaan mengganti sitem lama dengan sitem ERP. Cara ini juga
mengandung resiko, seperti kesiapan perusahaan dengan adanya pergantian sistem
yang baru.
2. Melakukan strategi franchise
Cara ini dilakukan dengan mengimplementasikan beberapa sistem ERP yang
berbeda pada setiap unit perusahaan. Implementasi biasanya fokus pada satu unit
terlebih dahulu Cara Ini mengurangi resiko kegagalan sambil menguji sistem ERP
pada umit itu apakah bisa berjalan dengan baik atau tidak. Apabila hasilnya
memuaskan, maka sistem ERP dapat diimplementasikan ke unit yang lain secara
bertahap berdasarkan referensi percobaan sebelumnya.

Berikut contoh studi kasus implementasi sistem ERP:

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Merupakan produsen jenis makanan dan
minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Didirikan tahun 1990 oleh sudono salim

19
dengan nama. Panganjaya Intikusuma. Perusahaan ini telah bertransformasi menjadi
sebuah perusahaan total solusi pangan.

1. Permasalahan yang dihadapi :


‑ Indofood Tbk adalah perusahaan dengan cakupan bisnis yang sangat luas
‑ Perusahaan ini memproduksi berbagai jenis olahan pangan
‑ Aktivitas bisnis dilakukan dalam skala besar
2. Penerapan ERP di Indofood Tbk. :
‑ SAP R/3 sebagai solusi ERP
‑ SAP Advance Planner and Optimizer (SAP APO) sebagai solusi supply
‑ Manajemen Rantai (SCM)
3. Manfaat implementasi ERP di PT Indofood Tbk.
‑ Menyesuaikan minat konsumen
‑ Distribusi informasi
‑ Pengarsipan dokumen
4. Tantangan yang dihadapi:
‑ Investasi ERP sangat mahal dan pilihan ERP yang salah bisa menjadi mimpi
buruk.
‑ ERP yang berhasil digunakan oleh sebuah perusahaan tidak menjadi jaminan
berhasil diperusahaan yang lain.
‑ Perencanaan harus dilakukan untuk menyeleksi ERP yang tepat.
‑ Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang
baru.

2.7.7 Keberhasilan dan Kegagalan Penerapan Sistem ERP


1. Keberhasilan
Ada beberapa hal yang sangat menentukan keberhasilan implementas ERP,
yaitu:
1. Proses bisnis yang matang. Hal ini merupakan suatu syarat mutlak bagi sebuah
perusahaan yang akan melakukan implementasi ERP. ERP tidak dapat
diimplementasikan pada perusahaan yang tidak memiliki proses bisnis yang jelas.

20
2. Change management yang baik Implementasi sebuah sistem akan selalu diikuti
dengan perubahan kebiasaan pada perusahaan tersebut. Change management
sangat diperlukan untuk memberikan pelatihan kepada pengguna, operator atau
pihak yang akan berinteraksi langsung dengan sistem yang baru.
3. Komitmen. Implementasi ERP dalam perusahaan, pasti akan menyita banyak
waktu dan tenaga. Komitmen dari pimpinan perusahaan hingga pengguna yang
akan bersentuhan langsung dengan sistem sangat diperlukan.
4. Kerjasama. Kerjasama harus dilakukan dengan baik anatara internal perusahaan
maupun antara perusahaan dengan konsultan yang melakukan implementasi.
Konsultan dan pengguna sudah menyatukan visi untuk keberhasilan
implementasi.
5. Good Consultant. Pengalaman konsultan yang melakukan implementasi juga
sangat berpengaruh dalam implementasi.
2. Kegagalan Penerapan Sistem ERP
Dari berbagai implementasi di perusahaan dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi penyebab utama kegagalan implementasi dan instalasi ini adalah beberapa
faktor yaitu:
1. Ketika tidak ada atau kurangnya dukungan dari pimpinan Instalasi dan
implementasi ERP adalah suatu keputusan yang harus diambil oleh pimpinan.
Orang-orang harus mempunyai komitmen yang tegas untuk melakukan
perubahan di bagian masing-masing. Orang- orang yang dimasukkan dalam
proyek akanmeluangkan waktunya sebagian besar untuk proyek ini yang pada
awalnya kelihatan seperti hal yang tidak berguna. Disinilah dibutuhkan dukungan
dari pimpinan.
2. Ketika proyek dianggap sebagai proyek dari satu departemen saja Proyek tidak
akan berjalan sebagaimana mestinya jika ada asumsi bahwa proyek ini hanya
milik satu bagian/departemen saja. Padahal dengan ERP ini nantinya akan terjadi
keterkaitan antara departemen yang satu dengan departemen yang lain.
3. Ketika tidak ada yang diserahi tugas untuk menjadi person in charge (PIC).
Untuk satu proyek seperti ini sangat dibutuhkan seseorang yang ditugaskan untuk
menjadi PIC atau project manager. Hal ini untuk meningkatkan komitmen agar

21
terpenuhi semua pekerjaan sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan.
Implementasi dan instalasi ini membutuhkan biaya, waktu dan sumber daya yang
tidak sedikit sehingga dibutuhkan seseorang yang bertanggung jawab.
4. Ketika untuk segala proses dan prosedur implementasi diserahkan kepada tim IT
saja. Hal ini umum terjadi, dimana anggota tim yang terlibat proyek implementasi
hanya menyerahkan pengambilan keputusan atau perubahan prosedur kepada
pihak IT saja dengan alasan mereka orang yang secara teknik menguasai bidang
tersebut. Padahal yang mengetahui prosedur yang benar di bagian masing-masing
adalah pihak yang terlibat utama di dalamnya.
5. Vendor yang melakukan implementasi kurang atau tidak memiliki kemampuan
dan kompetensi yang baik dalam melakukan implementasi dan instalasi Disini
dibutuhkan vendor yang akan melakukan implementasi dan instalasi yang sudah
mengetahui kira-kira masalah yang akan muncul dan memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah sesuai dengan pengalaman yang dimiliki.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Permintaan dependen adalah permintaan untuk sebuah jenis barang yang berkaitan
dengan permintaan jenis barang yang lain. Permintaan untuk jenis barang dikatakan dependen
ketika hubungan antarbarangnya dapat ditentukan. Oleh karena itu, ketika manajemen
menerima sebuah pesanan atau membuat perkiraan permintaan untuk produk akhir, jumlah
yang diperlukan untuk semua komponen dapat dihitung karena semua komponen merupakan
jenis barang dependen. Teknik dependen yang digunakan dalam sebuah lingkungan produksi
disebut perencanaan kebutuhan bahan (material requirement planning - MRP).
Material Requirements Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau
set prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses perencanaan
dan pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling
bergantungan (Dependent demand items).
Sistem ERP merupakan seperangkat infrastruktur dan software yang tidak dapat
dilepaskan dari aspek 'best practices' yang artinya merupakan pencerminan cara terbaik dalam
mengelola bisnis berdasarkan pengalaman para pelaku bisnis. Tujuan utama adalah untuk
meningkatkan kerjasama dan interaksi antar semua departemen/ fungsi dalam perusahaan.

3.2 Saran
Saran kami kedepannya untuk mahasiswa khususnya, bahwa pembelajaran menulis
makalah seperti ini adalah ilmu yang tidak bisa berhenti sampai dibangku kelas saja.
Pengalaman baru yang kita dapatkan adalah bentuk pembelajaran yang sangat berharga. Tak
lupa juga pesan untuk para mahasiswa juga agar bisa menambah literatur bacaan tentang tata
cara berkomunikasi dalam organisasi agar dapat menyusun makalah seperti ini dengan lebih
baik lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Pamungkas Bayu. “Model Persediaan Dependen”,


https://www.scribd.com/document/460998308/model-persediaan-dependen, diunggah
oleh laman web scribd.com pada 2023.
Indria Jalu P. 2020. “Struktur MRP”, https://www.scribd.com/document/521787960/Struktur-
MRP, diunggah oleh laman web scribd.com pada tahun 2020.
Heizer Jay, Render Berry. 2014. “Manajemen MRP”,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-jenderal-soedirman/manajemen-
operasional/3-manajemen-mrp/46450689, diunggah oleh laman web studocu.com pada
tahun 2019.
Mulya Salsabella R. “Teknik Pengukuran LOT”,
https://id.scribd.com/document/410010279/Teknik-Pengukuran-Lot, diakses pada web
scribd.com tahun 2019.
Anonim. 2017. “Teknik Pengukuran LOT Pengendalian Persediaan”, https://text-
id.123dok.com/document/4yrk4dxpz-teknik-pengukuran-lot-pengendalian-
persediaan-1-pengertian-pengendalian-persediaan.html, diakses pada web
cuanindi.com tahun 2017.
Nauli Putri E, Mei Triswan Zebua, dkk. 2016. “Makalah ERP Perencanaan Sumber Daya
Perusahaan”, diterbitkan pada jurnal tahun 2016.
Anonim. 2016. “Material Reuirements Planning (MRP)”, http://jilbabiru.blogspot.com/2016/01/v-
behaviorurldefaultvmlo.html?m=1, diterbitkan oleh laman web
jilbabbiru.blogspot.com pada 02 Januari 2016.

24

Anda mungkin juga menyukai