PROSES MANUFAKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
Jl. H.S. Ronggowaluyo Telukjambe Telp./Fax. (0267) 641177 Ext. 102 ─
Karawang 41361
2018/2019
KATA PENGANTAR
Rasa syukur senantiasa saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan karunia dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Mata
Kuliah Semester Pendek Proses Manufaktur ini dengan baik.
1. Bapak Ir. H. Wahyudin ST., MT., selaku Dosen Mata Kuliah Proses Manufaktur
2. Teman-teman Teknik Industri 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
RESUME JURNAL.............................................................................1
LAMPIRAN ........................................................................................
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/ft1/article/download
Link Jurnal /3032/825
Tahun 2014
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Metodologi
1. Perumusan Masalah.
2. Studi Literatur.
Proses produksi pencetakan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pra-
cetak, cetak, dan pasca cetak. Setiap bagian dimungkinkan dipisahkan
dalam proses yang paralel. Sistem ini akan mempertimbangkan
penjadwalan produksi dengan multi-kriteria tujuan yang akan
mempertimbangkan earliness, tardiness, efisiensi mesin, layanan
pelanggan, dan biaya pencetakan. Kapasitas dan keterbatasan seperti
jadwal turun mesin juga akan dipertimbangkan. Ketersediaan sumber
seperti karyawan dan mesin diasumsikan tidak fleksibel dan karena itu
manajemen perencanaan kapasitas tidak dimasukkan dalam sistem ini.
5. Kesimpulan
Link https://pdf2doc.com/download/h0qemv1vaa250e5h/o_1ckpnv3eik
Jurnal 33cud1n8fndtcl0f/JURNAL
Tahun 2014
1. Latar Belakang
3. Metodologi Penelitian
1. Perumusan Masalah
2. Studi Literatur
3. Studi Lapangan
4. Identifikasi Masalah
Judul
PEMBUATAN “PIPE SHELVING” SEBAGAI CONTOH
Jurnal
PRODUK AKHIR PROSES MANUFAKTUR
Link jurnal.umk.ac.id/index.php/SNA/article/view/1435/979
Jurnal
Volume -
Tahun 2017
1. Latar Belakang
Sehingga produk yang ingin dibuat memiliki nilai ekonomi jika di jual
dan dapat bermanfaat bagi kemudahan dalam kegiatan sehari hari.
Selain itu juga dapat menyalurkan kreatifitas para mahasiswa yang
mengambil praktikum proses manufaktur. Lalu terbuatlah sebuah ide
dengan membuat produk yang bernama Pipe Shelving. Produk tersebut
memiliki manfaat serupa seperti ambalan atau rak dinding, tetapi
memiliki design yang lebih bergaya industrialis.
2. Tujuan
Membuat produk yang ingin dibuat memiliki nilai ekonomi jika di jual
dan dapat bermanfaat bagi kemudahan dalam kegiatan sehari hari.
3. Metodologi Penelitian
1. Identifikasi Masalah.
2. Pengumpulan Data.
3. TWOS Matrix.
4. Pengolahan Data.
5. Analisis Metode.
a. Bill Of Matrial
5. Kesimpulan
Komentar Riviewer
Penjelasan tidak berbelit.
Metode Penelitian mudah dipahami.
Masih kurangnya analisis yang dilakukan peneliti.
Metode SOWT Matrix dapat memberikan kesimpulan yang tepat.
RESUME JURNAL 4
Link jurnal.umk.ac.id/index.php/SNA/article/view/1435/979
Jurnal
Volume Volume 3, No 1
Tahun 2013
1. Latar Belakang
2. Tujuan
Tujuan dari model ini adalah minimasi biaya produksi total yaitu biaya
manufaktur, biaya pelibatan pemasok, biaya perakitan, dan biaya
kualitas.
3. Metodologi Penelitian
1. Identifikasi Masalah.
2. Pengumpulan Data.
3. Pengolahan Data.
4. Parameter Input
5. Analisis Metode.
5. Kesimpulan
Komentar Riviewer
http://www.e-jurnal.com/2014/09/model-pemilihan-
proses-untuk.html
Link Jurnal
Tahun 2012
1. Latar Belakang
3. Metodologi
5. Kesimpulan
Komentar Riviewer
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi/article/view
Link Jurnal
/2167
Tahun 2016
1. Latar Belakang
Pada bulan Januari sampai Juli 2016, jumlah target produksi produk
flange yang ditetapkan oleh perusahaan tidak stabil. Pada bulan Januari
dan Juli target produksi terpenuhi, pada bulan Februari dan April hasil
produksi melebihi target produksi, sedangkan pada bulan Maret, Mei
dan Juni target produksi tidak terpenuhi. Ketidakstabilan tersebut dapat
disebabkan oleh mesin atau operatornya. Maka, untuk mengetahui
penyebab ketidakstabilan hasil produksi produk flange secara pasti
perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut.
2. Tujuan
3. Metodologi
1. Perumusan Masalah.
2. Tujuan masalah.
3. Pengumpulan Data.
4. Pengolahan data.
5. Analisis Hasil.
ISSN 1693-2102
5. Kesimpulan
Komentar Riviewer
https://media.neliti.com/media/publications/132868-
Link Jurnal
ID-perancangan-proses-produksi-alat-antrian.pdf
Tahun -
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Metodologi
3. Pengolahan Data.
6. Kesimpulan
Komentar Riviewer
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ind/arti
Link Jurnal
cle/view/16616
Tahun 2007
1. Latar Belakang
2. Tujuan
1. Perumusan Masalah.
2. Studi Literatur.
3. Tujuan masalah.
4. Pengumpulan Data.
5. Pengolahan data.
6. Analisis Hasil.
Komentar Riviewer
Antono Adhi
Program Studi Teknik Industri
Universitas Stikubank, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
antonoadhi@yahoo.com
Abstract
Production planning is an important activity in production proess. Production processes will
be done effectively and efficiently by a good planning, because gap of production caused by
constraint and limitation will be conducted back to the first goal of production process.
Monitoring and evaluation process are needed in this actvity. Production process in printing
industry is also need this activity.
Main activities in production panning are production scheduling and material requirement
planning (MRP) based on both production ordering or forecasting. This activities of planning is
very complex therefore the system must developed based on computer using optimum methods to
solve, namely heuristic method.
Key words: production planning, production scheduling, MRP, heuristic method
Abstrak
Perencanaan produksi adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses produksi. Dengan
perencanaan produksi yang baik, proses produksi akan dapat berjalan secara efektif dan efisien
karena penyimpangan-penyimpangan yang disebabkan oleh keterbatasan dan kendala dapat
dikembalikan ke tujuan awal proses produksi. Selain melalui perencanaan yang baik, pengamatan
dan evaluasi proses juga sangat diperlukan dalam kegiatan ini. Proses produksi dalam industri
percetakan juga memerlukan kegiatan ini.
Kegiatan utama yang perlu dilakukan dala perencanaan produksi adalah penjadwalan
produksi dan perencanaan kebutuhan material (MRP) berdasarkan permintaan produk, baik dari
pemesanan atau peramalan produksi. Kegiatan perencanaan ini sangatlah kompleks sehingga
sistem ini perlu dikembangkan dengan berbasiskan komputer dengan menggunakan metode-
metode yang optimum untuk menyelesaikannya, yaitu metode heuristik.
Kata kunci: perencanaan produksi, penjadwalan produksi, MRP, metode heuristik
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam manajemen manufaktur dan operasi modern, waktu pengiriman yang tepat
adalah faktor penting untuk kelangsungan hidup di pasar yang kompetitif [1]. Untuk
mencapai tujuan, waktu pengiriman membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan
produksi merupakan tugas yang rumit yang memerlukan kerja sama antar fungsi-fungsi
unit dalam suatu organisasi [2].
Perencanaan adalah fungsi manajerial utama untuk perusahaan, yang merupakan
arahan dan petunjuk untuk berkoordinasi dan bekerjasama operasi perusahaan secara
menyeluruh. Hanya dengan fungsi perencanaan yang kuat, operasi bisnis dan produksi
akan berjalan lancar melalui instruksi yang diberikan. Enterprise Resource Planning,
yang juga dikenal sebagai ERP, adalah sistem manajemen sumber daya yang paling
populer saat ini [3]. Ada lima tingkatan dalam manajemen perencanaan ERP, termasuk
perencanaan bisnis, penjualan dan perencanaan operasional, jadwal induk produksi,
perencanaan kebutuhan material dan perencanaan kapasitas seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.
Antono Adhi – Model Sistem Perencanaan Produksi Terintegrasi di Industri Percetakan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model sistem lantai produksi, mulai
dari penjadwalan produksi dalam Jadwal Induk Produksi sampai dengan penjadwalan
kebutuhan material. Implementasi model akan dilakukan dalam industri percetakan
khususnya buku atau pencetakan paket, tetapi tidak dalam pencetakan koran. Buku dan
paket cetak biasanya memiliki jenis order cetak tetapi pencetakan surat kabar biasanya
memiliki pencetakan konstan.
Lingkup sistem adalah perencanaan, pengendalian, dan evaluasi proses produksi.
Saat ini sistem produksi pencetakan tidak berjalan secara terpadu dan otomatis di
perusahaan yang besar sekalipun. Proses penjadwalan dilakukan secara manual dengan
mengalokasikan beberapa pekerjaan di beberapa mesin satu per satu, dan beberapa dari
mereka menggunakan aplikasi spreadsheet untuk mengelola sistem. Dengan integrasi dan
otomatisasi, sistem akan menghasilkan proses perencanaan yang efisien dan efektif.
Business Plan
Rough-cut Capacity
Demand Management
Planning
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti adalah bagaimana mengembangkan model sistem untuk
merencanakan produksi percetakan secara terintegrasi agar proses produksi dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
2
Jurnal DINAMIKA TEKNIK, Vol 8 No 1 Januari 2014, h.1 – 6
ISSN: 1412-3339
alokasi sumber daya yang terbatas untuk satu set tugas untuk mengoptimalkan satu atau
lebih tujuan [1].
Sistem manufaktur diklasifikasikan ke dalam job shop dan flow shop. Di job shop,
sekumpulan pekerjaan dijadwalkan pada sekumpulan mesin dan tidak ada pembatasan
rute yang sama pada job shop untuk dilakukan, namun di flow shop, semua pekerjaan
harus mengikuti rute yang sama. Masalah penjadwalan flow shop klasik terutama
berkaitan dengan waktu penyelesaian yang berkaitan dengan tujuan (misalnya flow time
dan makespan) dan bertujuan untuk mengurangi waktu produksi, meningkatkan
produktivitas, dan pemanfaatan fasilitas [1]. Penjadwalan akan mempertimbangkan biaya
produksi untuk mendapatkan biaya minimum di setiap sisi biaya, seperti produksi,
persediaan, pengiriman, pelayanan, dan lain-lain.
Heuristic adalah metode yang mengarahkan pemikiran sepanjang proses yang paling
mungkin untuk mengarah ke tujuan, jalan kurang menjanjikan ditinggalkan untuk
dijelajahi [5]. Heuristic adalah ilmu masalah perilaku pemecahan yang berfokus pada hal
yang masuk akal, sementara, berguna tetapi keliru, operasi mental untuk menemukan
solusi [6]. Metode heuristik mengembangkan keluaran hanya pada jumlah input yang
sangat terbatas pada solusi yang berbeda atau mereka berhenti di lokal optimum
sementara metaheuristik telah diusulkan untuk memecahkan masalah ini. Sebuah
metaheuristik adalah seperangkat konsep algoritma yang dapat digunakan untuk
menentukan metode heuristik yang berlaku untuk satu set macam masalah yang berbeda
[6]. Sebuah metaheuristik adalah kerangka algoritmik umum yang dapat diterapkan untuk
masalah optimasi yang berbeda dengan relatif sedikit modifikasi untuk membuatnya
beradaptasi dengan masalah tertentu [6].
Hybrid flow shop, juga disebut multiprosesor atau flow shop dengan mesin paralel, terdiri
dari satu set dari dua atau lebih tahap (atau pusat) pengolahan dengan setidaknya satu
tahap memiliki dua atau lebih mesin paralel. Karakteristik Hybrid flow shop ditemukan di
berbagai industri. Duplikasi jumlah mesin dalam beberapa tahap dapat menghasilkan
fleksibilitas tambahan, meningkatkan kapasitas secara keseluruhan, dan menghindari
kemacetan jika beberapa operasi yang terlalu lama [7]. Salah satu contoh dari masalah
multi-kriteria dalam penjadwalan flow shop masalah bi-kriteria yang merupakan penalti
earliness-tardiness. Dalam lingkungan JIT, meminimalkan earliness akan mengurangi
biaya persediaan dan/atau kerusakan produk dan meminimalkan tardiness akan
mengurangi biaya akhir atau kehilangan pelanggan. Dalam hal ini baik penyelesaian awal
maupun keterlambatan pekerjaan dapat merugikan produsen dan konsumen [7].
MRP adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengatur waktu dan
pemesanan permintaan produk. Permintaan untuk bahan baku dan komponen produk
akhir dihitung dengan menggunakan permintaan untuk produk akhir dan itu ditentukan
berapa banyak dan berapa jumlah pemesanan komponen dan bahan baku, dengan
mengacu pada produksi dan lead time dengan menghitung kembali dari waktu pengiriman
produk. Dengan demikian, permintaan untuk produk akhir digunakan untuk menghitung
permintaan komponen di tingkat yang lebih rendah. Proses ini dibagi dalam periode
perencanaan dan produksi, dan fungsi perakitan diatur hingga pada tingkat persediaan
yang lebih rendah bersamaan dengan memastikan pengiriman produk akhir yang tepat
waktu [8].
MRP modern memainkan peran penting dalam mengurangi persediaan dan
meningkatkan pembuatan produk industri yang kompleks. MRP memperhatikan
3
Antono Adhi – Model Sistem Perencanaan Produksi Terintegrasi di Industri Percetakan
penjadwalan produksi dan pengendalian persediaan. Ini adalah sistem kontrol bahan yang
mencoba untuk menjaga tingkat persediaan yang cukup untuk memastikan bahwa bahan
yang dibutuhkan tersedia bila diperlukan. MRP berjalan dalam situasi dengan beberapa
item dengan struktur produk (bill of material)yang kompleks.
Masukan untuk sistem MRP adalah bill of material, jadwal induk produksi yang
menunjukkan kapan dan berapa banyak dari produk akhir yang dibutuhkan, dan catatan
persediaan yang menunjukkan berapa banyak persediaan di tangan atau yang sedang
dipesan. Perencana menentukan persyaratan untuk setiap periode perencanaan, dengan
menggunakan masukan ini [8]. Output dari proses ini adalah jadwal pemesanan,
konfirmasi pesanan, perubahan, laporan pengendalian kinerja, laporan perencanaan, dan
laporan pengecualian [8].
4
Jurnal DINAMIKA TEKNIK, Vol 8 No 1 Januari 2014, h.1 – 6
ISSN: 1412-3339
Data Source
Scheduling MPS
MRP
Production
Job Due
Objectives Rescheduling
orders Date
Material Controling Report
Management Strategy
Penjadwalan manual tidak akan memberikan hasil yang optimal. Perlu penjadwalan
otomatis dengan menggunakan metode yang tepat berbasiskomputer. Metode otomatisasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode heuristik untuk optimasi. Untuk
mengatasi masalah penjadwalan, bermacam-macam metode heuristik dan meta-heuristik
cukup populer untuk mengatasinya, seperti simulated annealing, tabu search, genetic
algorithm, ant colony optimization, particle swarm optimization, atau metode lain yang
tepat dalam industri percetakan.
Untuk sistem kontrol, model menyediakan Gantt chart untuk memantau proses
produksi. Proses yang sedang atau produksi akan dilakukan oleh penjadwalan proses.
Perubahan yang mungkin dari earliness atau tardiness dalam pelaksanaan proses terkait
dengan jadwal waktu akan menyebabkan konsekuensi pada waktu dan biaya pengiriman.
Hal ini juga mempengaruhi waktu mulai dari jadwal pekerjaan berikutnya. Proses
penjadwalan ulang harus diambil untuk mengembalikan proses dalam kondisi terkendali.
Setiap perubahan dalam waktu proses produksi dan penjadwalan ulang akan disimpan
untuk proses analisis selanjutnya.
Data Perenanaan Kebutuhan Material (MRP) digunakan untuk menyiapkan bahan
yang diperlukan dalam jalur produksi. Strategi untuk mendapatkan biaya persediaan yang
optimal dapat dipertimbangkan dalam sistem ini jika perlu.
Laporan produksi berkaitan dengan perubahan jadwal memberikan dukungan data
untuk analisis. Hasil analisis akan mendukung pengambilan keputusan selanjutnya.
Beberapa data yang digunakan untuk mendukung keputusan dapat mengetahui mana
operator, mesin, pelanggan, dan kurangnya sumber daya yang telah menyebabkan
perubahan jadwal produksi. Untuk strategi ke depan, setiap perubahan yang mungkin
dapat diantisipasi untuk mengurangi biaya yang muncul.
V. SIMPULAN
Pengembangan model perencanaan produksi ini akan mengembangkan sistem
informasi berbasis komputer di industri percetakan. Kemampuan dari sistem ini adalah
kemampuan dalam penjadwalan, perencanaan material, dan sistem produksi. Sistem
5
Antono Adhi – Model Sistem Perencanaan Produksi Terintegrasi di Industri Percetakan
6
JURNAL 2
(Pendekatan Lean Manufacturing Pada Proses
Produksi Furniture Dengan Metode Cost Integrated
value Stream maping)
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Abstrak
Setiap perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun jasa akan terus meningkatkan produktivitas
perusahaannya dalam segala aspek. Dalam industri manufaktur, produktivitas suatu perusahaan dapat dilihat
dari kemampuan perusahaan dalam menjalankan proses produksi secara efektif dan efisien. Semakin efisien
sistem produksi perusahaan tersebut, maka semakin sedikit timbulnya waste dalam aktivitas produksinya. PT.
Gatra Mapan Ngijo merupakan perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk furniture. Dalam
melakukan proses produksinya terjadi ketidaksesuaian hasil output produksi dengan target produksi yang
ditentukan. Hal tersebut terjadi karena ditemukan adanya waste pada kegiatan proses produksi. Permasalahan
tersebut diselesaikan dengan pendekatan lean manufacturing untuk menciptkan continuous improvement pada
proses produksi dengan metode cost integrated value stream mapping. Analisis difokuskan pada produk Dino
Sideboard 2 D 3 yang mempunyai volume produksi tertinggi. Aspek biaya yang dihitung pada value stream
menggunakan konsep Activity Based Costing (ABC) yang menekankan pengelolaan bisnis berdasarkan
aktivitas. Waste pada current state map dianalisis dan dicari akar penyebabnya dengan menggunakan analisis
Root Cause Analysis (RCA). Waste yang diprioritaskan untuk menjadi perhatian dalam proses produksi yaitu
waste of defect, waste of waiting, dan underutilizing people. Rekomendasi perbaikan yang diberikan yaitu
pengiriman bahan baku seminggu dua kali, penerapan continous flow, dan pembuatan kartu kontrol mesin.
Hasil perubahan yang dihasilkan yaitu inventory cost berkurang Rp 33.590,00, total production lead time
berkurang 12,87 hari, total cycle time berkurang 5,14 menit, dan travel distance berkurang 22 meter. Target
biaya yang ditentukan pada total value added dan non value added cost yakni sebesar Rp 24.000,00.
Kata kunci : Waste, Lean manufacturing, Continuous improvement, Cost integrated value stream mapping,
Activity based costing, Root cause analysis
1158
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1159
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1160
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1161
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Dari gambar diagram yang menunjukkan Selanjutnya data tersebut digambarkan dalam
jumlah produksi dari setiap produk, dapat sebuah current cost integrated value stream map.
disimpulkan bahwa produk G14.0143 yaitu Dino Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa presentase
value added time hanya sebesar 2,62% dari total
waktu keseluruhan yaitu 1979,09 menit atau
32,98 jam dalam proses produksi produk Dino
Sideboard 2 D 3 DRW SN – WG di PT. Gatra
Mapan Ngijo. Karena nilai NVA yang tinggi,
maka perlu diadakan identifikasi penyebabnya
dan dilakukan upaya perbaikan agar NVA dapat
dikurangi sehingga total waktu proses produksi
produk Dino Sideboard 2 D 3 DRW SN – WG
dapat lebih cepat dan dengan meminimasi waste
yang ada.
1162
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Aktivitas non value added yang telah dijabarkan b. Rework yang terjadi pada saat proses
sebelumnya, ditelusuri lebih lanjut tentang pembentukan body (radial), pembentukan
penyebab utama terjadinya aktivitas tersebut body yang tidak sesuai dengan spesifikasi
sehingga dinilai sebagai aktivitas non value yang dibutuhkan menjadikan defect (cacat
added. produk) banyak terjadi pada proses ini.
Setelah ditelusuri, ternyata terdapat kriteria- Karena body yang dibentuk tidak sesuai
kriteria baru dimana penjabaran aktivitas non dengan spesifikasi yang dibutuhkan, maka
value added masih sekedar mendeskripsikan bentuk body menjadi defect. Hal ini terjadi
permasalahan dasar dari aktivitas operasional karena operator kurang fokus sehingga
perusahaan, dengan analisa ini dapat mengetahui mengabaikan pentingnya kualitas produk.
seberapa besar masalah tersebut mempengaruhi Para operator menjadi kurang teliti dalam
kinerja atau kegiatan operasional perusahaan. melakukan proses pembentukan body
(radial) ini.
3.6.1 Causal Factor Defect c. Rework yang juga banyak terjadi adalah saat
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai proses pengeboran dan penghalusan lapisan.
causal factor waste kritis pertama yaitu defect Hasil dari pengeboran dan penghalusan
(cacat produk). Tabel 4 yaitu tabel causes yang lapisan yang tidak sesuai akan
mendeskripsikan permasalahan yang mengakibatkan defect (cacat produk) yang
menyangkut tentang waste defect (cacat produk). terjadi. Proses pengeboran dan penghalusan
lapisan yang tidak sempurna seperti proses
Tabel 4. Causal Factor Defect yang hanya berjalan setengah dari
keseluruhan proses menjadikan hasilnya
tidak sempurna. Dalam pengamatan yang
dilakukan terjadinya proses yang hanya
berjalan setengah tersebut dikarenakan
mesin yang macet saat proses pengeboran.
Mesin yang macet tersebut membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk dilakukan
perbaikan. Hal tersebut juga menjadikan
proses pengeboran menjadi terhambat untuk
dilakukan. Dan pisau mesin yang digunakan
untuk melakukan pengahlusan lapisan
kurang tajam.
d. Pada saat pemotongan juga terjadi rework.
Pada tabel 4. diatas mengenai causal factor Pada saat proses pemotongan biasanya
defect (cacat produk) pada kegiatan produksi terdapat sisa bahan baku yang tidak sesuai
dapat dilihat bahwa sering terjadinya proses dengan ukuran potongan. Sisa bahan baku
pengerjaan ulang (rework) merupakan salah satu yang tidak sesuai tersebut dibawa ke
permasalahan utama yang dialami oleh pembuangan akhir dan sisa pemotongan
departemen produksi. Hal tersebut didapatkan yang tidak sesuai tersebut sudah tidak dapat
setelah melakukan diskusi dengan pihak dipakai kembali. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan terkait waste utama yang terjadi. bahan baku yang rusak dan kelalaian
Permasalahan tersebut sering terjadi karena operator dalam melihat spesifikasi ukurang
beberapa faktor yang menyebabkan rework yaitu: yang harus dipotong. Karena kurang
a. Kedatangan bahan baku dari supplier yang memperhatikan hal tersebut, maka banyak
rusak. Tidak dilakukannya pemeriksaan terjadi sisa produk yang menjadikan defect
secara berkala sehingga bahan baku tersebut (cacat produk).
rusak. Hal tersebut mengakibatkan bahan
baku yang rusak tadi menjadi tidak bisa 3.6.2 Causal Factor Waiting
dipotong dengan sempurna. Dan perbaikan Selanjutnya akan dijelaskan mengenai
yang dilakukan yaitu adanya pemeriksaan causal factor waste kritis kedua yaitu waiting
awal secara berkala terhadap bahan baku waste. Tabel 5yaitu tabel causes yang
yang datang. mendeskripsikan permasalahan yang
menyangkut tentang waiting waste.
1163
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 5. Causal Factor Waiting dari penentuan alternatif solusi ini digunakan
untuk menentukan solusi yang terbaik yang bisa
dijadikan rekomendasi bagi PT. Gatra Mapan
Ngijo untuk mengurangi waste yang terjadi.
Solusi perbaikan yang diindikasikan juga
mencakup mengenai bagaimana melakukan
Pada permasalahan mengenai waiting penurunan biaya-biaya yang terjadi di PT. Gatra
(waktu tunggu), penyebab yang paling dominan Mapan Ngijo untuk mengurangi waste dan
untuk waiting (waktu tunggu) adalah material meningkatkan produktifitasnya.
trouble, setting machine, dan mesin berhenti. Pada tabel 6 dibawah ini dijabarkan
a. Material trouble yang menyebabkan waktu mengenai usulan perbaikan pada kegiatan
tunggu. Karena kurangnya pengawasan produksi dari hasil analisa root cause analysis
secara baik dan berkala terhadap bahan baku yang telah dilakukan sebelumnya. Dari usulan
yang diterima, maka mengindikasikan perbaikan yang ada nantinya akan dijabarkan
terdapat banyak bahan baku yang mengenai alternatif yang dapat digunakan untuk
kualitasnya tidak memenuhi standar. kegiatan proses produksi sebagai salah satu
Banyak bahan baku yang rusak dan solusi untuk menurunkan tingkat permasalahan
selanjutnya diproses, hal tersebut akan atau waste yang terjadi.
menjadi hambatan bagi bahan baku untuk
diproses karena proses produksi akan Tabel 6. Rekomendasi Perbaikan
menjadi tidak sempurna. Sering terjadinya
selip pada bahan baku karena adanya benda
asing yang ada di bahan baku menjadikan
mesin menjadi trouble. Karena mesin
trouble itulah, menjadikan mesin harus
diperbaiki dengan waktu yang cukup lama.
Dan tentu saja hal tersebut menghambat
bahan baku untuk diproses yang menjadikan
adanya waiting (waktu tunggu).
b. Penyebab yang kedua untuk waiting time
yang banyak terjadi adalah karena setting
machine. Karena pada saat mesin dilakukan
pengaturan (setting), kondisi mesin harus
mati yang artinya tidak terjadi aktivitas
produksi yang dilakukan oleh mesin,
sehingga menyebabkan terjadinya downtime 3.8 Future State Map
mesin. Ada dua penyebab mengapa mesin 3.8.1 Continous Flow
harus melakukan setting yaitu terjadinya Berdasarkan konsep lean, diusahakan
hambatan pada proses dan perlunya aliran nilai mengalir dalam satu aliran yang
dilakukan pergantian alat-alat mesin pada continuous. Oleh karena itu dalam future state
proses produksi. map ini diusulkan setiap workstation yang ada
dijadikan dalam satu aliran. Namun yang
3.7 Analisa Temuan dan Solusi Perbaikan dijadikan satu aliran pada kegiatan produksi di
Pada analisa temuan ini akan dideskripsikan PT. Gatra Mapan Ngijo adalah ketiga line dari
hasil dari deskripsi sebelumnya pada hasil tiga workstation di awal yaitu pemotongan,
analisa root cause analysis. Dari hasil analisa pembentukan body (radial), dan edging.
tersebut, selanjutnya dilihat dari segi penyebab Penerapan continuous flow ini pada ketiga
(causes) paling kritis dari setiap permasalahan workstation ini adalah dengan menambahkan
yang dialami. Hasil analisa tersebut adalah conveyor agar material bisa berjalan.
penentuan alternatif solusi dari masing-masing Penerapan continuous flow ini dapat
masalah atau waste yang terdapat pada causal menghilangkan WIP sebanyak 570 unit,
factor table. pengurangan cycle time sebesar 207,12 detik dari
Penentuan alternatif solusi ini dilihat dari 1.074,6 detik menjadi 867,48 detik. Jarak
seberapa kritis permasalahan ini muncul. Hasil transportasi juga berkurang sebanyak 17 m serta
1164
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
terjadinya penurunan inventory cost sebanyak Rp yang digabungkkan disini adalah proses
16.890. Selain itu penerapan dari continuous flow pembersihan. Alasan digabunggkannya
ini juga dapat menghemat lead time selama 8,63 workstation ini adalah supaya proses
hari. Hal tersebut dapat dicapai jika dengan pembersihan dapat segera dilakukan setelah
penerapan continuous flow yang memerlukan vacum, jadi tidak perlu ditumpuk dan dikerjakan
line balancing dan conveyor sebagai penghubung di tempat lain. Ketika hal ini nantinya diterapkan
antar workstation. di PT. Gatra Mapan Ngijo maka hasil yang dapat
dicapai yakni operator berkurang dari 4 orang
3.8.2 Pergantian Jadwal Pengiriman Bahan menjadi 2 orang. Proses handling material dari
Baku laminasi ke pembersihan dapat dihilangkan,
Untuk dapat menerapkan konsep lean, sehingga terjadi pengurangan inventory cost
maka perlu kerjasama dengan pihak supplier sebesar Rp 4.200,00. Dan jarak transportasi
agar pengiriman bahan baku ke gudang bahan berkurang sebanyak 5m. Selain itu penerapan
baku tidak lagi dilakukan perminggu dengan lead dari continuous flow ini juga dapat menghemat
time 6 hari yang mengakibatkan terjadinya lead time selama 4,24 hari.
penumpukan bahan baku di dalam gudang bahan
baku yang merupakan pemborosan karena 3.9 Analisis Perbandingan
membutuhkan pemeliharaan dan memakan Setelah membuat current cost integrated
tempat untuk menyimpannya. Untuk itu, value stream map dan future cost integrated
pengiriman bahan baku dilakukan secara satu value stream map dapat dilihat dan dianalisis
minggu dua kali. Dengan penerapan ini maka perbedaan yang tampak dari kedua peta tersebut.
terjadi pengurangan biaya inventory sebesar Rp Perbedaan tersebut dijelaskan dalam Tabel 7.
12.500,00.
Tabel 7. Analisis Perbandingan
3.8.3 Penggabungan Kerja
Penggabungan kerja antara line
penggosokan, vacum, laminasi, dan juga
pembersihan atau cleaning. Hal ini dilakukan
untuk melakukan efisiensi terhadap jumlah
operator. Dan juga berkaitan dengan efisiensi
kerja yang dijadikan di satu tempat tidak
terpisahdengan workstation lainnya. Workstation
4. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Setelah dilakukan pengamatan pada proses
produksi di PT. Gatra Mapan Ngijo secara
keseluruhan waste yang diprioritaskan untuk
mendapat perhatian pada proses produksi
yaitu waste defect (cacat produk), waiting
(waktu tunggu), dan kreativitas karyawan
yang tidak dapat dimanfaatkan
(underutilizing people).
2. Perhitungan biaya dengan pendekatan cost
Gambar 2. Future State Map
integrated value stream mapping pada
proses produksi produk Dino Sideboard 2 D
lainnya yang berkaitan. Penggabungan kerja
3 DRW SN – WG di PT. Gatra Mapan
yang dilakukan disini berkenaan dengan adanya
Ngijo menghasilkan beberapa hasil sebagai
ketiga workstation awal yang saling terintegrasi
berikut (per unit produk):
satu sama lain. Penggabungan kerja ini
a. Production lead time berkurang dari
diharapkan mampu meminimasi biaya
31,05 hari menjadi 18,18 hari atau
transportasi dan juga biaya operator. Workstation
turun sebanyak 12,87 hari.
1165
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
b. Total cycle time berkurang dari 55,09 c. Pembuatan kartu laporan perbaikan
menit menjadi 49,95 menit atau turun dan pemeliharaan untuk setiap mesin
sebanyak 5,148 menit. di setiap workstation.
c. Total value added cost / production
cost berkurang dari Rp 186.896,78 Daftar Pustaka
menjadi Rp 162.896,78 atau turun Abuthakeer,S.S.,Mohanram, P.V. & Kumar,
sebanyak Rp 24.000,00. G.M. (2010). Activity Based Costing Value
d. Total non value added cost berkurang Stream Mapping. International Journal of Lean
dari Rp 938.103,22 menjadi Rp Thingking 1(2): 51-64
914.103,22 atau turun sebanyak Rp
24.000,00. Aisyah, Feni Siti. (2011). Penerapan Activity
e. Jarak tempuh berkurang dari 102 Based Costing (ABC System) Dalam Penentuan
meter menjadi 80 meter atau turun Harga Pokok Produksi (HPP). Studi Kasus Pada
sepanjang 22 meter. Perusahaan okok Djagung Prima Malang.
3. Faktor yang menyebabkan adanya waste Malang. Universitas Brawijaya.
yang terjadi pada proses produksi produk
Dino Sideboard 2 D 3 DRW SN – WG Akbar, Faisal. (2011). Perancangan Lean
beragam menurut jenis waste yang ada. manufacturing System dengan Pendekatan Cost
Waste defect yang banyak terjadi Integrated Value Stream Mapping Studi Kasus
disebabkan antara lain karena bahan baku Pada Industri Otomotif. Depok. Universitas
yang kurang berkualitas dan operator yang Indonesia.
kurang sadar akan pentingnya kualitas
produk. Waste waiting time juga banyak Ballard, G. and Howell, G. (1994). Implementing
terjadi antara lain karena bahan baku yang Lean Construction, Journal of Production and
tidak sesuai standar sehingga menyebabkan Inventory Management; pp. 37-48.
selip pada mesin sehingga mesin mati dan
membutuhkan waktu untuk perbaikan. Carter, William K dan Usry, Milton F. (2009).
4. Dari semua faktor yang menyebabkan waste Akuntansi Biaya. Diterjemahkan oleh Krista.
yang terjadi pada proses produksi produk Buku 1. Edisi Ketiga Belas. Jakarta. Salemba
Dino Sideboard 2 D 3 DRW SN – WG dan Empat.
juga berdasarkan hasil dari perhitungan
biaya yang ada sesuai dengan pendekatan Erlina. (2002). Fungsi dan Pengertian Akuntansi
cost integrated value stream mapping, maka Biaya. Digitized by USU Digital Library.
dapat diambil beberapa rekomendasi Diakses 25 April 2012.
perbaikan kepada PT. Gatra Mapan Ngijo.
Usulan rekomendasi perbaikan tersebut Fajar, Muhammad. (2012). Inteligent of The
antara lain yaitu: Dawn. http://leansystem.wordpress.com/tag/8-
a. Pengadaan perubahan pengiriman waste-lean-concept/.
bahan baku. Pengiriman bahan baku
dari pemasok dilakukan secara Fanani, Zaenal. (2011). Implementasi Lean
seminggu dua kali untuk Manufacturing Untuk Peningkatan Produktivitas
meminimalisir tingkat persediaan (Studi Kasus Pada PT. Ekamas Fortuna
bahan baku sehingga jumlah bahan Malang). Manajemen Industri. Magister
baku di gudang bahan baku berkurang Manajemen Teknologi. Surabaya. ITS.
dari 1000 pcs menjadi 500 pcs.
b. Continuous flow. Penerapan
continuous flow dilakukan pada Garrison, Ray H dan Norren, Eric. (2006).
ketiga line workstation awal yaitu Akuntansi Manajerial. Diterjemahkan oleh A.
pemotongan, radial, dan edging untuk Totok Budisantoso. Jakarta. Salemba Empat.
mengurangi tingkat persediaan WIP,
jarak tempuh, dan transportasi. Dan Gaspersz, Vincent. (2006). “Continous Cost
juga penggabungan kerja antara line Reduction Through Lean Sigma Approach”.
penggosokan, vacum, laminasi, dan Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
juga pembersihan atau cleaning. .
1166
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Liker, J. K. (2004). The Toyota Way. New York, Biaya. Edisi Keenam. Yogyakarta. UPP AMP
N. Y.:McGraw-Hill. YKPN.
Permatasari, Widyaningrum Indah. (2012).
Mogot, Epafras. (2013). Perancangan Lean Pendekatan Lean Thingking Dengan Metode
manufacturing Pada Kegiatan Loading di RCA Untuk Mengurangi Waste Pada
Terminal Petikemas Koja. Depok. Universitas Peningkatan Kualitas Produksi. Surabaya.
Indonesia. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Mulyadi. (2003). Activity – Based Cost System: Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Ergonomi,
Sistem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Studi Gerak, dan Waktu, Edisi Pertama, Cetakan
Ketiga. Surabaya: Guna Widya.
1167
JURNAL 3
(Pembuatan “Pipe Shelving” Sebagai Contoh
Produk Akhir Proses Manufaktur)
Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN: 978-602-1180-50-1
Abstrak
Perkembangan zaman semakin menuntut tingkat produktifitas semakin meningkat. Hal tersebut
diakibatkan dengan semakin beragamnya permintaan customer dan diimbangi oleh semakin
canggihnya teknologi, khusunya dibidang industri. Dengan adanya kepastian hal tersebut
dimasa yang akan datang Universitas Al-Azhar Indonesia terutama fakultas teknik industri
memiliki mata kuliah proses manufakur. Suatu produk dapat dibuat dengan berbagai cara, di
mana pemilihan cara pembuatannya tergantung pada jumlah produk yang dibuat akan
mempengaruhi pemilihan proses pembuatan sebelum produksi dijalankan.Hal ini berkaitan
dengan pertimbangan segi ekonomis.Praktikum proses manufakturini memiliki kendala dalam
menentukan produk apa yang ingin dibuat dengan ketersediaan peralatan yang sudah terseia
dikampus. Sehingga dibutuhkan pembuatan produk secara garis besar sehingga tidak terjadi
keterbengkalaian alat alat yang tersedia. Sehingga didapatkan berupa pembuatan produk yang
bernama pipe shelving. Pipe shelving sendiri memiliki tiga part utama yaitu flage lalu pipa
besi dan alas kayu.
Kata kunci : Aseembly Chart, Bill of Material, Opration Processing Chart, TOWS Matrix
1. PENDAHULUAN
Proses manufaktur merupakan suatu proses pembuatan benda kerja dari bahan baku sampai
barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses tambahan. Suatu produk dapat dibuat
dengan berbagai cara, di mana pemilihan cara pembuatannya tergantung pada jumlah produk yang
dibuat akan mempengaruhi pemilihan proses pembuatan sebelum produksi dijalankan. Hal ini
berkaitan dengan pertimbangan segi ekonomis. Lalu,kualitas produk yang ditentukan oleh fungsi
dari komponen tersebut. Kualitas produk yang akan dibuat harus mempertimbangkan kemampuan
dari produksi yang tersedia.
Fasilitas produksi yang dimiliki yang dapat digunakan sebagai pertimbangan segi kualitas dan
kuantitas produksi yang akan dibuat.Penyeragaman terutama pada produk yang merupakan
komponen atau elemen umum dari suatu mesin, yaitu harus mempunyai sifat mampu tukarPada
dasarnya proses manufaktur benda kerja terutama yang berasal dari bahan logam dapat
dikelompokkan menjadi, proses pengecoran, proses pembentukan, proses pemotongan, proses
penyambungan, proses perlakuan fisik, dan proses pengerjaan akhir.
Sehingga produk yang ingin dibuat memiliki nilai ekonomi jika di jual dan dapat bermanfaat bagi
kemudahan dalam kegiatan sehari hari. Selain itu juga dapat menyalurkan kreatifitas para
mahasiswa yang mengambil praktikum proses manufaktur. Lalu terbuatlah sebuah ide dengan
membuat produk yang bernama Pipe Shelving. Produk tersebut memiliki manfaat serupa seperti
ambalan atau rak dinding, tetapi memiliki design yang lebih bergaya industrialis.
2. METODOLOGI
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian mengenai produk apa yang dibuat yang berhubungan dengan modul
serta alat alat yang tersedia di lab prosman, maka dibuatlah lah metode SOWT matrix yang dapat
memberikan sebuh kesimpulan mengenai apa yang akan dibuat.Maka dibuat contoh produk pipe
shleving yang sudah mencakup seluhur alat alat yang tersedia dilab proses manufaktu. Mulai dari
penggunaan mesin drill sebagai pembuat flange, lalu gerinda yang dapat digunakan untuk
memotong besi dan penghalus,lalu mesin bubut yang digunakan untuk membuat ulir dipipa yang
disambung ke connector,lalu ada juga mesin las yang digunakan untuk menyatukan pipa ke flage,
dan mesin drill yang digunakan untuk membuat lubang pada permukaan kayu.
DAFTAR PUSTAKA
Jogiyanto, 2005, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sutalaksana, Iftikar Z. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Institut Teknologi Bandung:
Bandung
Tim Asisten Praktikum PROSMAN. Modul Praktikum Proses Manufaktur. 2017. Jakarta.
Laboratorium Teknik Industri Universitas Al Azhar Indonesia.
ABSTRACT
In Product design process, aspects related to the manufacturing process and supply chain should be considered. The
design is produced not only satisfy for consumers needs but it fulfilled the constraints related to manufacturing
and supply chain aspects. This research aims to make a model to determine the cheapest product design from both
of manufacturing process and supply chain. This research uses binary programming as an approach. The cost
aspects used in this research are component’s manufacturing cost, supplier fixed contact cost, assembly operation
cost and quality improvement cost. The result of research, a physical product design with the lowest total cost by
combining components from several designs and adding the value constraint on the quality specification.
Keywords: Process Selection, Supplier Fixed Contact Cost and Quality Improvement Cost.
ABSTRAK
Pada proses perancangan produk, aspek-aspek yang terkait dengan proses manufaktur dan rantai
pasok harus dipertimbangkan. Rancangan yang dihasilkan bukanhanya dapat memenuhi kebutuhan
konsumen namun juga memenuhi batasan-batasan yang terkait dengan aspek manufaktur dan
rantai pasok. Model pemilihan rancangan produk pada penelitian ini bertujuan untuk memilih satu
rancangan komponen pada setiap set alternatif rancangan yang dimiliki oleh tiap-tiap komponen
sehingga menghasilkan sebuah rancangan produk yang biaya manufakturnya paling murah. Metode
pemecahan masalah yang digunakan pada penelitianini adalah binary integer linear programming. Model
dapat bekerja untuk memilih komponen dengan kriteria performansi biaya manufaktur/pembelian,
biaya pelibatan pemasok/subkontraktor, biaya perakitan, dan biaya kerugian kualitas. Solusi yang
dihasilkan model berupa sebuah rancangan produk dengan kombinasi rancangan komponen dan
kombinasi pemasok/subkontraktor yang memberikan biaya total terendah.
Kata Kunci: Pemilihan Rancangan Produk, Biaya Pelibatan Pemasok, Biaya Kualitas
25
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 25-37
26
BUDI SUSANTO, MK HERLIANSYAH, ALVA EDY TONTOWI E MODEL INTEGRASI DESIGN DAN
PROSES MANUFAKTUR PADA PERAKITAN PRODUK MULTI PEMASOK
yang berisi penjelasan tingkatan sebuah Urutan proses merakit produk yang
produk dari yang paling rendah, yaitu diperoleh dari pengambaran skema produk
komponen sampai tingkat tertinggi produk dijadikan input untuk perhitungan pada
akhir. Contoh informasi komponen dan sub- model. Penentuan urutan perakitan dibuat
rakitan dari sebuah produk diperlihatkan berdasarkan hubungan keterkaitan dan
pada Gambar 1. hubungan keutamaan antar-komponen
Produk dalam produk bukan berdasarkan urutan
perakitan yang memberikan nilai biaya
termurah atau waktu terpendek. Dengan
Sub-Rakitan 1 Sub-Rakitan 2 demikian, ilustrasi struktur rancangan
produk contoh pada Gambar 2.
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8
Gambar 1. InformasiKomponendan sub-
rakitansebuahproduk
27
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 25-37
28
BUDI SUSANTO, MK HERLIANSYAH, ALVA EDY TONTOWI E MODEL INTEGRASI DESIGN DAN
PROSES MANUFAKTUR PADA PERAKITAN PRODUK MULTI PEMASOK
variabel biner yang mewakilinya. Variabel ongkos yang minimum. Kedua, Parameter
biner tersebut mewakili terpilihnya biaya yang digunakan penelitian ini adalah biaya
pelibatan pemasok/sub-kontraktor s dalam manufaktur komponen, biaya pelibatan
pengadaan komponen i seiring terpilihnya pemasok/subkontraktor, biaya operasi
pemasok/sub-kontraktor s pada pemilihan perakitan komponen, biaya kualitas. Ketiga,
rancangan komponen. Toleransi yang diperhitungkan adalah
Biaya perakitan komponen merupakan toleransi dimensi yang bersifat bilateral,
biaya langsung (direct cost) yang ditanggung yaitu besarnya toleransi pada dua sisi bernilai
perusahan untuk merakit komponen menjadi sama. Keempat, Sifat karakteristik kualitas
produk jadi. Model ini biaya perakitan adalah nominal is the best, yaitu nilai target
dinotasikan sebagai R(arju). karaktersitik kualitas yang terbaik tepat
R J U berada di tengah dan nilai sesungguhnya
R(arju)= r=1 j=0 u=0 prju arju (4) berkurang ke arah dua sisi secara kuadratik.
Fungsi pembatas yang digunakan pada
Dari Persamaan (4), diketahui bahwa model ini antara lain:
biaya perakitan produk merupakan jumlah 1. Fungsi pembatas untuk memastikan
biaya proses perakitan komponen. Variabel hanya ada satu rancangan komponen
arju merupakan variabel keputusan yang yang terpilih:
mewakili proses perakitan r rancangan ke-j J S
29
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 25-37
I J S
xijs-
R J U
arju=0, xijs={0,1}arju (12) menjalankan model matematis yang telah
i=1 j=1 s=0 r=1 j=1 u=1 dilakukan. Untuk mendapatkan hasil optimal
I J S
xijs-
R J U
arju=0, xijs={0,1}arju (13) dari model persamaan matematis berupa
i=2 j=1 s=0 r=1 j=1 u=1 persamaan algoritma diinputkan ke dalam
7. Pembatas spesifikasi kualitas suatu sistem perangkat lunak (software)
Nilai toleransi kualitas produk akhir Lindo 6.1. Parameter-parameter input yang
dari skenario rancangan proses, dengan dipergunakan pada model matematis ini
memperhatikan Cp = 1 diperoleh adalah data komponen, data alternatif
persamaan sebagai berikut: rancangan dari tiap-tiap komponen, dan data
N M
∂y
2
tij 2 alternatif pemasok termasuk unit produksi
σy 2
.x (14) sendiri, data biaya pelibatan pemasok untuk
i=2 j=1 ∂x1 πx1
3 ij
pengadaan komponen, data biaya perakitan
∂y
untuk tiap-tiap tahapan proses perakitan,
Turunan parsial ∂x1 πx1 pada Persamaan data spesifikasi toleransi setiap rancangan
(14), menunjukkan sensitivitas karakteristik proses.
kualitas produk akhir (Y) terhadap Pada penelitian ini, eksekusi model
karakteristik kualitas individu yang dilakukan dengan studi kasus terhadap
dihasilkanpadasetiap tahapan proses ke-i produk contoh berupa produk Universal Serial
(Xi). Nilai turunan parsial tersebut dapat Bus (USB) flashdisk (Rizkianda, 2009). Proses
diperoleh dengan memasukkan nilai nominal analisis dilakukan dengan mengubah-ubah
target kualitas masing tahapan proses ke-i parameter yang digunakan pada produk
(txi). Hasil turunan parsial ini akan bernilai tersebut untuk mengetahui sejauhmana
konstan pada produk yang mempunyai perubahan parameter akan mempengaruhi
rantai toleransi linier dan tidak konstan keputusan yang dihasilkan oleh model.
pada produk dengan rantai toleransi non- Produk ini memiliki 6 buah komponen dan
linier.Jika variansi y = maka toleransi ty pada tiap-tiap komponen memiliki 3 alternatif
= y.3, sehingga Persamaan (14) dapat ditulis rancangan. Tiap-tiap komponen memiliki 4
menjadi Persamaan (15) sebagai berikut: alternatif pemasok/sub-kontraktor termasuk
unit produksi sendiri. Produk USB flashdisk
2
ty 2
N M
∂y tij 2
.x (15)
i=2 j=1 ∂x1 πx1
3 ij ini memiliki 5 tahapan proses perakitan
dan karena tiap-tiap rancangan komponen
Kualitas produk akhir dapat dikatakan memiliki 3 alternatif rancangan, maka pada
memenuhi spesifikasi kualitas pesanan jika tiap-tiap tahapan proses perakitan memiliki
nilai toleransi kualitas produk akhir ty lebih 9 alternatif proses.
kecil dari nilai toleransi kualitas produk
pesanan td atau ty≤ tdatau ty2 ≤ td2. Kondisi Tabel 1 Komponen USB Flashdisk
ini menjadi fungsi pembatas dalam model Nama Nama
optimasi. Pembatas toleransi kualitas dapat i j i j
Komponen Komponen
dituliskan menjadi persamaan sebagai berikut: 1 USB Jack 1 Memory 2GB
2 1 2 dummy 4 2 Memory 4GB
∂y
2
I J S tijs 2 3 dummy 3 Memory 8GB
i=1 j=1 s=0 τ
∂x1 x1 3 .xijs<(td) (16) 1 Circuit Board 1 Casing A
2 2 dummy 5 2 Casing B
3 dummy 3 Casing C
PEMBAHASAN 1 Controller 1 Tutup A
Parameter Input 3 2 dummy 6 2 Tutup B
Parameter input yang digunakan 3 dummy 3 Tutup C
pada penelitian ini dipergunakan untuk
30
BUDI SUSANTO, MK HERLIANSYAH, ALVA EDY TONTOWI E MODEL INTEGRASI DESIGN DAN
PROSES MANUFAKTUR PADA PERAKITAN PRODUK MULTI PEMASOK
31
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 25-37
32
BUDI SUSANTO, MK HERLIANSYAH, ALVA EDY TONTOWI E MODEL INTEGRASI DESIGN DAN
PROSES MANUFAKTUR PADA PERAKITAN PRODUK MULTI PEMASOK
Parameter biaya yang lain yang manufaktur sub kontraktor s ke dalam sistem
digunakan adalah biaya pelibatan pemasok/ manufaktur. Model pada penelitian ini biaya
pabrik manufaktur sub-kontraktor untuk pelibatan pemasok/pabrik manufaktur
pengadaan komponen (Fine, at.al 2005). Biaya subkontraktor dibedakan berdasarkan
pelibatan pemasok/pabrik manufaktur sub- komponen sehingga dinotasikan sebagai
kontraktor adalah biaya yang dikeluarkan Pis. Data hipotetik mengenai biaya tersebut
untuk melibatkan pemasok/pabrik disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Biaya Pelibatan Pemasok Komponen USB (flashdisk) (Rizkianda, 2009)
Komponen Pemasok Pis (Rp) Komponen Pemasok Pis (Rp)
0 11729 0 12722
1 11143 1 14125
USB Head Memory
2 10682 2 12499
3 13167 3 12910
0 11609 0 12710
1 12491 1 12904
PCB Casing
2 13859 2 13292
3 13752 3 11868
0 14401 0 13096
1 13099 1 14301
Controller Cap
2 14649 2 11199
3 10577 3 12581
Parameter biaya lain yang digunakan lain: Pertama, Biaya perakitan komponen
dalam perhitungan adalah biaya perakitan merupakan perkalian dari biaya persatuan
komponen. Data mengenai biaya perakitan waktu yang ditanggung perusahaan untuk
untuk tiap-tiap tahapan proses perakitan merakit komponen dengan lama waktu
disajikan pada Tabel 4. Asumsi yang merakitnya. Kedua, Biaya perakitan persatuan
digunakan untuk membangkitkan data waktu yang digunakan adalah Rp 43,73/
hipotetik yang disajikan pada Tabel 4 antara detik (Rizkianda, 2009).
Tabel 4. Biaya perakitan komponen USB flashdisk (Rizkianda, 2009)
Prju Ket Biaya (Rp) Prju Ket Biaya (Rp) Prju Ket Biaya (Rp)
P111 P11-21 209.9 P231 P23-31 167.9 P421 P22-51 209.9
P112 P11-22 251.9 P232 P23-32 251.9 P422 P22-52 251.9
P113 P11-23 167.9 P233 P23-33 167.9 P423 P22-53 251.9
P121 P12-21 293.9 P311 P21-41 167.9 P431 P23-51 167.9
P122 P12-22 251.9 P312 P21-42 209.9 P432 P23-52 167.9
P123 P12-23 335.8 P313 P21-43 209.9 P433 P23-53 335.8
P131 P13-21 251.9 P321 P22-41 251.9 P511 P51-61 209.9
P132 P13-22 209.9 P322 P22-42 335.8 P512 P51-62 167.9
P133 P13-23 209.9 P323 P22-43 209.9 P513 P51-63 167.9
P211 P21-31 167.9 P331 P23-41 167.9 P521 P52-61 209.9
P212 P21-32 209.9 P332 P23-42 251.9 P522 P52-62 209.9
P213 P21-33 209.9 P333 P23-43 167.9 P523 P52-63 167.9
P221 P22-31 251.9 P411 P21-51 251.9 P531 P53-61 167.9
P222 P22-32 335.8 P412 P21-52 293.9 P532 P53-62 335.8
P223 P22-33 209.9 P413 P21-53 293.9 P533 P53-63 251.9
33
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 25-37
Tabel 4 berisi data mengenai biaya menggunakan software Lindo 6.1. Pada
tiap-tiap tahapan operasi perakitan dengan pengolahan selanjutnya, dibuat suatu skenario
masing-masing alternatifnya. Indeks r eksperimen dari parameter inputagar model
menyatakan nomor urut proses perakitan, matematis ini menghasilkan nilai optimum
indeks j menyatakan rancangan komponen dari setiap kali dijalankan dan bagaimana
pendahulu yang akan dirakit dan indeks u kecenderungan nilai hasil yang didapat sesuai
menyatakan alternatif proses perakitan yang dengan tujuan penelitian untuk meminimalkan
tersedia. Alternatif proses merupakan pilihan biaya yang terjadi, sehingga dapat lebih jelas
rancangan komponen yang akan dipasangkan- dan membantu pada proses analisa selanjutnya.
dirakit dengan komponen pendahulu dalam Proses analisis yang akan dilakukan
urutan proses r. Setelah semua komponen terhadap model bertujuan mengetahui
biaya lengkap maka tahapan berikutnya adalah dampak yang terjadi terhadap solusi yang
proses eksekusi model pemilihan rancangan dihasilkan model akibat adanya perubahan
komponen yang menghasikan kombinasi input parameter yang diberikan kedalam
dengan biaya minimum. Model matematika model. Untuk kasus USB flashdisk, proses
yang dibuat pada penelitian ini dirancang analisis dilakukan dengan mengubah-ubah
untuk menentukan sebuah rancangan produk input rencana masa produksi (planning
melalui pemilihan komponen berdasarkan horizon). Untuk kepentingan analisis, model
biaya manufaktur/pembelian, biaya pelibatan akan dieksekusi dengan menggunakan
pemasok/pabrik manufaktur sub-kontraktor, rencana masa produksi 2 tahun sampai
biaya perakitan dan biaya kualitasnya. dengan 3 tahun dengan pengaruh nilai
koefisien biaya kerugian kualitas Ap dibuat
Hasil Komputasi tetap = 50, dari perubahan input tersebut akan
Dalam pengolahan parameter input diketahui apakah solusi yang akan dihasilkan
ini,maka parameter-parameter input yang oleh model ini akan berubah atau tidak.Untuk
telahdibuat akan dimasukkan dalam masa produksi 2 tahun, hasil eksekusi model
persamaan matematis yang dijalankan komputasi disajikan pada Tabel 5.
Dengan menggunakan rencana masa dibeli dari pemasok 2. Komponen K51 (casing
produksi Tp = 2 tahun, dari Tabel 5 solusi A) dibeli dari pemasok 3 dan komponen K63
yang dihasilkan model adalah berupa (tutup C) dibeli dari pemasok 2. Kombinasi
kombinasi rancangan komponen K11-K23- komponen rancangan produk USB flashdisk
K31-K42-K51-K63. Komponen K11 (USB ini, hanya dapat diproduksi selama 1,41
jack rancangan 1) dibeli dari pemasok 2. tahun (1 tahun 4.92 bulan) karena pasokan
Komponen K23 (circuit board rancangan komponen memory 4 Gb dari pemasok 2
3) dibeli dari pemasok 1. Komponen K31 akan berhenti setelah jangka waktu tersebut.
(controller chip rancangan 1) dibeli dari Namun demikian, kombinasi ini merupakan
pemasok 3. Komponen K42 (memory chip 4 Gb) yang paling murah, menghasilkan biaya
34
BUDI SUSANTO, MK HERLIANSYAH, ALVA EDY TONTOWI E MODEL INTEGRASI DESIGN DAN
PROSES MANUFAKTUR PADA PERAKITAN PRODUK MULTI PEMASOK
Berdasarkan hasil pengujian yang 2,5 tahun. Hal ini terjadi karena bobot akibat
disajikan pada Tabel 7, diketahui bahwa solusi kontinuitas pasokan yang ditanggung pada
model mengalami perubahan ketika nilai Tp Tp = 3 tahun lebih besar. Bila menentukan
diturunkan dari 2,5 tahun menjadi 2 tahun. solusi, model ini sudah mempertimbangkan
Akan tetapi, ketika Tp dinaikan menjadi 3 aspek yang berkaitan dengan kontinuitas
tahun, solusi yang dihasilkan model tidak pasokan komponen, dan juga pengaruh
mengalami perubahan. Walaupun solusi laju inflasi terhadap perubahan harga-
model tidak berubah, biaya total pada Tp = 3 harga barang. Berdasarkan hasil uji dengan
tahun lebih besar daripada ketika model Tp = menggunakan kasus produk USB flashdisk
35
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 25-37
(Rizkianda, 2009), model ini terbukti Ketiga, Apabila nilai karakteristik kualitas
mampu bekerja dengan baik untuk produk- dari hasil setiap alternatif proses tidak
produk yang mengalami penurunan akibat sama dengan nilai target, maka perlu
perkembangan teknologi. Hal ini terlihat dari diperhitungkan untuk toleransi yang bersifat
komponen-komponen yang terdapat dalam asimetris.
produk USB flashdisk ada yang mengalami
proses penurunan nilai akibat keusangan DAFTAR PUSTAKA
teknologi dan ada yang tidak. Pada produk Boothroyd, G., Dewhust, P., Knight, W.A.,
USB flashdisk contoh komponen yang paling 1994. Product Design for Manufacturing
jelas mengalami keusangan teknologi adalah and Assembly. M. Dekker. New York.
komponen memory chip. Komponen ini Bopana, K.G., Chon-Huat, G., 1997. A
sekaligus menjadi alat ukur yang tepat untuk Hierarchical System of Performance
menentukan rencana masa produksi karena Measure for Concurrent Engineering.
umur komponen relatif pendek dibanding Concurrent Engineering: Research
dengan komponen yang lain. and Application 5(2): 137-143.
36
BUDI SUSANTO, MK HERLIANSYAH, ALVA EDY TONTOWI E MODEL INTEGRASI DESIGN DAN
PROSES MANUFAKTUR PADA PERAKITAN PRODUK MULTI PEMASOK
37
JURNAL 5
(Model Pemilihan Proses Untuk Meminimalkan
Biaya Manufaktur, Kerugian Kualitas, dan
Keterlambatan Pengiriman)
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/318821742
CITATIONS READS
0 100
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Closed-loop Supply Chain Model for a three-stage system with remanufacturing generations View project
All content following this page was uploaded by Wakhid Ahmad Jauhari on 26 August 2017.
ABSTRAK
Strategi kompetitif yang dapat diterapkan oleh perusahaan meliputi tiga aspek, yaitu kualitas, biaya, dan waktu
pengiriman. Namun, kenyataannya sulit untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya manufaktur yang
rendah serta waktu pengiriman yang tepat waktu. Oleh karena itu, perlu adanya pemilihan proses yang mengintegrasikan
ketiga aspek tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Penelitian ini membahas tentang model optimisasi
pemilihan proses untuk meminimumkan biaya manufaktur, biaya kerugian kualitas, dan biaya keterlambatan pengiriman
dengan mempertimbangkan spesifikasi komponen, waktu pengiriman, kapasitas produksi, dan pesanan konsumen.
Contoh numerik diberikan untuk menunjukkan aplikasi model menggunakan produk rakitan yang terdiri dari tiga
komponen penyusun. Terdapat tiga mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi komponen. Setiap mesin mempunyai
karakteristik yang berbeda dalam hal biaya manufaktur, toleransi, dan waktu proses. Total biaya yang dihasilkan untuk
memproduksi 100 unit produk rakitan sebesar Rp5.390.970,00.
Kata kunci: Pemilihan proses, biaya manufaktur, kerugian kualitas, delivery time.
ABSTRACT
There are three aspects of competitive strategy that can be applied by manufacturing companies: quality, cost, and
delivery time. Actually, it is hard to produce high quality poducts in low manufacturing cost and on time delivery. Hence,
a process selection is needed to integrated the three aspects above in order to meet a customer requirement. This research
develops a process selection model to minimize manufacturing cost, quality loss cost, and lateness cost considering component
spesification, delivery time, production capacity, and customer order. A numerical example is given to show the application
of the model using an assembly product that consists of three components. Three machines are used to produce all of the
components. Each machine has different characteristic in manufacturing cost, tolerances, and processing time. Total cost
that used to produce 100 unit assembly product is Rp5.390.970,00.
Key words: Process selection, manufacturing cost, quality loss, delivery time.
109
yang lebih tinggi sehingga dapat memenuhi harapan geometri, karakteristik produksi, material, biaya,
konsumen. Usaha untuk menyeimbangkan biaya dan kemudahan dalam perawatan. Mustajib (2010)
kerugian akibat variabilitas performansi komponen menjelaskan model pemilihan proses untuk banyak
atau produk yang diterima konsumen dan biaya untuk pabrik dengan fungsi tujuan meminimumkan total
mencapai performansi komponen atau produk yang biaya. Total biaya dalam penelitian tersebut terdiri
dikeluarkan oleh perusahaan dapat diukur dengan atas biaya manufaktur, biaya kerugian kualitas, dan
menggunakan fungsi kerugian kualitas Taguchi biaya operasional untuk kolaborasi banyak pabrik.
(Mustajib dan Irianto, 2010). Fungsi kerugian Penelitian ini mengembangkan model pemilihan
kualitas Taguchi mengukur kerugian kualitas yang proses yang bertujuan untuk meminimalkan biaya
diterima konsumen karena penyimpangan nilai mean manufaktur, kerugian kualitas, dan keterlambatan.
dari targetnya dan variasi produk rakitan. Pada sisi Biaya keterlambatan juga diperhitungkan karena
lain, spesifikasi toleransi antara lain berpengaruh pada kenyataannya keterlambatan pengiriman dapat
terhadap pemilihan mesin, biaya setup, dan jumlah menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian
scrap dan rework (Kumar dkk., 2009). tersebut dapat berupa denda atau menurunnya
Waktu pengiriman dapat dipengaruhi oleh upaya re-purchasing yang berakibat pada menurunnya
perusahaan untuk memenuhi kualitas komponen atau pendapatan perusahaan.
produk sehingga upaya tersebut dapat menambah
lead time yang akhirnya dapat menyebabkan METODE
keterlambatan pengiriman (Mustajib, 2010). Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi
Apabila kualitas komponen semakin bagus, maka masalah. Proses ini meliputi studi literatur,
waktu proses yang digunakan untuk memproduksi perumusan masalah kemudian menetapkan tujuan.
komponen akan semakin lama sehingga dapat Langkah berikutnya yaitu tahap pengembangan
menyebabkan keterlambatan. Perusahaan dapat model. Dalam proses ini digambarkan deskripsi
mengalami beberapa kerugian yang disebabkan oleh sistim, penentuan fungsi tujuan dan kendala. Contoh
keterlambatan pengiriman. Salah satu kerugian numerik digunakan untuk menunjukkan aplikasi
yang ditimbulkan meliputi menurunnya reputasi model yang telah dikembangkan. Proses terakhir
perusahaan di kalangan konsumen yang dapat adalah analisis terhadap model dan penarikan
menyebabkan menurunnya re-purchasing hingga kesimpulan. Alur metodologi penelitian ditunjukkan
kehilangan penjualan. Kedua hal tersebut dapat dalam Gambar 1.
menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan.
Apabila perusahaan tidak dapat mengirim komponen
Deskripsi Sistim
atau produk tepat waktu maka perusahaan akan
dikenakan biaya keterlambatan. Sebuah perusahaan perakitan memproduksi
Model optimasi dengan kriteria biaya pembelian sendiri sejumlah I komponen yang digunakan untuk
dan biaya kerugian kualitas menggunakan fungsi merakit sebuah produk untuk memenuhi pesanan
kerugian Taguchi dikembangkan oleh Feng dkk. konsumen. Setiap komponen ke-i dapat diproduksi
(2001). Irianto dkk. (2004) telah mengembangkan dengan proses manufaktur menggunakan mesin ke-j
model pemilihan proses untuk meminimumkan pada tahapan ke-k. Perusahaan menggunakan mesin
biaya manufaktur dan kerugian kualitas dengan yang identik untuk memproduksi setiap komponen
mempertimbangkan delivery time. Namun, dalam sehingga setiap mesin dapat melakukan proses
penelitian tersebut belum dipertimbangkan produksi untuk semua komponen.
kapasitas produksi mesin dan permintaan konsumen. Setiap komponen ke-i melalui satu kali tahap
Irianto dan Rahmat (2008) mengembangkan model produksi pada mesin ke-j. Setiap komponen ke-i
pemilihan proses dengan mempertimbangkan yang diproses dengan mesin ke-j pada tahapan ke-
appraisal cost. Dalam penelitian ini digunakan k mempunyai karakteristik yang berbeda dalam
batasan waktu proses namun belum dipertimbangkan hal toleransi, biaya manufaktur, dan waktu proses
adanya keterlambatan. Kumar dkk. (2009) pembuatan komponen (cijk, tijk, wijk).
mengembangkan pemilihan proses dengan alokasi Toleransi produk rakitan dari komponen ke-i
toleransi menggunakan Lagrange Multiplier untuk yang dihasilkan pada mesin ke-j tidak boleh melebihi
meminimumkan biaya manufaktur. Hambali dkk. batasan spesifikasi toleransi rakitan. Waktu proses
(2009) menyelesaikan pemilihan proses dengan untuk memproduksi semua komponen ke-i pada
metode kualitatif, Analytical Hierarchy Process mesin ke-j pada tahapan ke-k tidak boleh melebihi
(AHP) dengan menggunakan pembobotan terhadap due date yang telah ditentukan oleh konsumen, jika
faktor-faktor yang berpengaruh pada pemilihan terjadi keterlambatan maka perusahaan akan dikenai
proses. Faktor-faktor tersebut adalah rancangan penalti berupa biaya keterlambatan.
110 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2012: 109–115
TC : total biaya produksi
A : biaya kerugian kualitas
D : permintaan produk rakitan
cijk : biaya manufaktur komponen ke-i yang
diproses dengan mesin ke-j pada tahapan
ke-k
xijk : jumlah komponen ke-i yang diproduksi pada
mesin ke-j pada tahapan ke-k
tijk : toleransi komponen ke-i yang diproduksi
pada mesin ke-j pada tahapan ke-k
TR : toleransi rakitan
Gambar 1. Metodologi Penelitian s2Kijk : variansi komponen ke-i yang diproduksi
pada mesin ke-j pada tahapan ke-k
Setiap mesin ke-j tahapan ke-k mempunyai wijk : waktu proses yang diperlukan oleh mesin
kapasitas produksi tertentu, sehingga jumlah ke-j pada tahapan ke-k untuk memproses
komponen yang diproduksi pada setiap mesin tidak komponen ke-i
dapat melebihi kapasitas produksi mesin tersebut. wT : batas waktu pengiriman pesanan
Apabila waktu penyelesaian semua pesanan tidak wmax : total waktu mesin yang paling maksimum
melebihi due date yang ditentukan maka tidak wk : waktu mesin terpanjang pada setiap
menimbulkan biaya keterlambatan, sedangkan tahapan ke-k
pesanan yang dikirim setelah due date akan kjk : kapasitas mesin ke-j pada tahapan ke-k
menimbulkan biaya keterlambatan. Deskripsi sistim bijk : mesin ke-j yang terpilih yang dapat
ini ditunjukkan dalam Gambar 2. memproses komponen ke-i pada tahapan
ke-k. bijk bernilai 1 jika dipilih dan bernilai 0
Pengembangan Model jika tidak terpilih.
y : jumlah keterlambatan
Model optimasi dalam makalah ini adalah memilih
L : biaya keterlambatan
satu atau lebih mesin dari sejumlah alternatif mesin
yang akan digunakan untuk memproduksi setiap Formulasi Model
komponen serta menentukan alokasi produksi Setiap alternatif mesin ke-j tahapan ke-k yang
pada setiap mesin, sehingga dihasilkan rancangan digunakan untuk memproduksi komponen ke-i
pemilihan mesin yang optimum. Variabel keputusan menghasilkan variansi dimensi komponen sebesar
dalam model ini adalah mesin terpilih (bijk) dan s2 Kijk. Batasan spesifikasi toleransi menggunakan
alokasi komponen (xijk). Pencarian solusi optimal fungsi kerugian kualitas Taguchi, dimana total
menggunakan algoritma branch and bound. variansi proses setiap komponen ke-i yang diproduksi
dengan mesin ke-j tahapan ke-k harus lebih kecil atau
Notasi Model
sama dengan spesifikasi toleransi dimensi produk
Notasi yang digunakan dalam pemilihan ini
rakitan (s2 R). Biaya manufaktur yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
untuk memproduksi komponen ke-i pada mesin
i : indeks yang menyatakan komponen
ke-j adalah cijk. Sedangkan waktu proses untuk
j : indeks yang menyatakan mesin
memproduksi setiap komponen pada satu mesin
k : indeks yang menyatakan tahapan
adalah wijk.
112 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2012: 109–115
Tabel 2. Data Hasil Optimisasi
Kuantitas Produksi (unit)
Komponen Tahap 1 Tahap 2
1 2 3 1 2 3
k1 k2 k3 1 - 25 75 100 - -
2 13 87 - - 100 -
3 100 - - 16 - 84
y
Sumber: Feng dkk. (2001) manufaktur sebesar Rp5.145.500,00 sedangkan
Gambar 3. Produk Rakitan Beserta Komponen biaya kerugian kualitas dan keterlambatan sebesar
Penyusunnya. Rp9.470,35 dan Rp236.000,00. Dari hasil optimisasi
diketahui bahwa pada tahap pertama komponen
1 diproses pada mesin 2 dan 3 dengan jumlah
normal dengan rataan m1 = 10,000 mm, m2 = 20,000 komponen yang diproduksi masing-masing sebesar
mm dan m3 = 30,000 mm. Perusahaan mempunyai 25 dan 75 unit. Komponen 2 diproduksi di mesin
tiga proses dan dua tahapan proses yang digunakan 1 dan mesin 2 dengan alokasi jumlah komponen
untuk menghasilkan ketiga komponen tersebut. masing-masing sebesar 13 dan 87 unit. Komponen
Ketiga proses produksi diwakili oleh tiga mesin 3 diproduksi di mesin 1 dengan jumlah komponen
yaitu m1, m2, dan m3 yang dapat digunakan untuk yang diproduksi sebesar 100 unit. Sedangkan pada
memproses semua komponen. tahapan kedua komponen 1 diproduksi pada mesin
Setiap mesin mempunyai karakteristik yang 1 dengan jumlah komponen sebesar 100 unit.
berbeda dalam hal biaya manufaktur, waktu Komponen 2 diproses pada mesin 1 dan mesin 2
proses, dan toleransi yang bisa dihasilkan. Tabel 1 dengan alokasi sebesar 13 dan 87 unit. Komponen
menunjukkan data biaya manufaktur, waktu proses, 3 diproses pada mesin 1 dan mesin 3 dengan alokasi
dan toleransi yang dihasilkan untuk setiap komponen sebesar 16 dan 84 unit. Total waktu pengerjaan semua
ke-i yang diproses pada mesin ke-j. Pada contoh komponen atau produk adalah sebesar 2156 menit,
numerik ini diasumsikan semua mesin memiliki sehingga terjadi keterlambatan sebesar 236 menit
indeks kapabilitas proses sama yaitu Cp = 1,25 untuk yang mengakibatkan biaya keterlambatan sebesar
setiap komponen. Biaya keterlambatan diasumsikan Rp236.000,00. Keterlambatan terjadi karena waktu
sebesar Rp1000/menit. proses pengerjaan setiap komponen lama, sehingga
Komponen 1 dapat diproduksi di mesin m1 yang total waktu proses yang dihasilkan semakin besar.
menghasilkan toleransi 0,008 mm. Biaya manufaktur
di mesin 1 untuk komponen 1 sebesar Rp8000 dan
Analisis Sensitivitas
waktu yang digunakan untuk memproses komponen
tersebut sebesar 9 menit untuk setiap unitnya. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui
Perusahaan menerima pesanan 100 unit produk perubahan parameter model terhadap variabel
rakitan. Kapasitas mesin 1, mesin 2, dan mesin keputusan dan fungsi tujuan. Parameter yang diubah
3 masing-masing sebesar 120 unit, 180 unit, dan adalah biaya kerugian kualitas (A) dan nilai toleransi
60 unit. Biaya kerugian kualitas diasumsikan sebesar komponen. Skenario analisis sensitivitas dapat dilihat
20000, sedangkan due date ditentukan 4 hari. Hasil pada Tabel 3. Biaya kerugian kualitas yang digunakan
optimisasi aplikasi model ditunjukkan pada Tabel 2. adalah 10000, 20000, dan 40000. Pada tabel tersebut
Total biaya yang diperlukan untuk memproduksi juga dapat dilihat besaran nilai toleransi proses untuk
pesanan adalah sebesar Rp5.390.970,00. Biaya setiap komponen di setiap kasus. Sebagai contoh pada
Tabel 1. Data Biaya Manufaktur dan Waktu Proses untuk Setiap Komponen yang Diproses dengan Mesin yang
Berbeda
Biaya Biaya
Nilai A Kasus Biaya Manufaktur Proses Terpilih
Kerugian Kualitas Keterlambatan
10000 2284000 11586,12 0 111-112-221-212-232-311-332
20000 1 2284000 23172,24 0 111-112-221-212-232-311-332
40000 2284000 46344,47 0 111-112-221-212-232-311-332
10000 3264500 22800,06 0 111-112-221-222-232-311-312-322
20000 2 3264500 19887,34 0 111-112-221-222-311-312-322
40000 3248000 33431,45 0 111-122-221-232-311-312-322
10000 4002000 6852,962 2000 111-121-122-221-222-232-311-331-312
20000 3 4380500 11909,75 0 111-112-221-231-222-232-331-312-322
40000 4343500 28382,75 12000 111-112-221-222-232-321-331-312-322
10000 3415000 7945,229 0 111-112-221-212-222-331-312
20000 4 3544500 19062,08 0 131-112-221-222-232-321-331-312-322
40000 3254750 32039,82 0 121-131-112-221-212-222-232-311-332
10000 2984000 9361,13 0 111-112-122-221-212-232-311-332
20000 5 2984000 18722,26 0 111-112-122-221-212-232-311-332
40000 2984000 37444,52 0 111-112-122-221-212-232-311-332
114 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 2, Agustus 2012: 109–115
DAFTAR PUSTAKA Kumar, M. Siva, Islam, M. N., Lenin, N., Kumar, dan D.
Feng, C. X., Wang, J., dan Wang, J. S., 2000. An Optimixation V., 2009. Optimum Tolerance Synthesis for Complex
Model for Concurrent Selection of Tolerances and Assembly with Alternative Process Selection Using
Supplier. Computers and Industrial Engineering, Bottom Curve Follower Approach. International
40, 15–33. Journal of Engineering, 3, 380–402.
Hambali, A., Sapuan, S.M., Ismail, N., dan Nukman, Y., Mustajib, M. I., 2010. Model Simultan Penentuan Toleransi
2009. Composite Manufacturing Process Selection Komponen Produk Rakitan dan Pabrik dalam
Using Analytical Hierarchy Process. International Kolaborasi Manufaktur Make-to-Order. Jurnal
Journal of Mechanical and Materials Engineering, Teknik Industri, 12 (2), 109–118.
4, 49–61. Mustajib, M. I., dan Irianto, D., 2010. An Integrated Model
Irianto, D., Makmoen, M., dan Taroepratjeka, H., 2004. for Process Selection and Quality Improvement
Pengembangan Model Optimasi Biaya, Kualitas dan in Multi-tahapan Process. Journal of Advanced
Delivery untuk Sistim Produksi Berbasis MTO-ETO. Manufacturing Systems, 9 (1), 31–48.
Jurnal TMI. Sivakumar, K., Balamurugan, C., dan Ramabalan, S.,
Irianto, D., dan Rahmat, D., 2008. A Model for Optimizing 2011. Simultaneous Optimal Selection of Design
Process Selection for MTO Manufacturer with and Manufacturing Tolerances with Alternative
Appraisal Cost. Proceedings of The 9th Asia Pasific Manufacturing Process Selection. Computer-Aided
Industrial Engineering and Management System Design, 207–218.
Conference, 220–225. Teeravaraprug, J., 2008. Outsourcing and Vendor
Selection Model Based on Taguchi Loss Function.
Songklanakarin Journal of Science and Technology,
30 (4), 523–530.
ABSTRAK
PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) adalah sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang manufaktur perakitan truk dan bis, perakitan komponen dan ekspor suku
cadang. Dalam proses produksi seringkali terjadi gangguan pada mesin atau peralatan yang
digunakan, sehingga mengganggu jalannya proses produksi. Departemen machining propeller shaft
PT HMMI yang memproduksi produk flange mengharapkan agar mesin yang beroperasi dapat
menghasilkan produk sesuai dengan target produksi yang diinginkan.
Dalam penelitian ini, akan dilakukan identifikasi efektivitas mesin menggunakan metode
Overall Equipment Effectiveness (OEE). OEE adalah metode pengukuran yang digunakan untuk
menentukan performansi suatu mesin atau pelatan guna menjaga mesin atau peralatan tersebut
pada kondisi yang baik. Dengan semakin tinggi nilai overall equipment effectiveness (OEE) maka
biaya produksi akan lebih rendah namun kualitasnya tetap terjaga. Metode ini tidak
memperhitungkan biaya pengoperasian peralatan melainkan menghitung availability, performance
efficiency, dan quality rate sebagai indikatornya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada line machining propeller shaft untuk
produk flange di PT Hino Motors Manufacturing Indonesia dengan menggunakan metode Overall
Equipment Effectiveness (OEE), nilai OEE sebesar 81,1% belum memenuhi target standar JIPM
sebesar 85%. Rendahnya nilai OEE disebabkan karena downtime mesin sehingga mesin tidak
bekerja produktif, waktu terbuang dan tidak menghasilkan produk stabil.
Keywords : Propeller, OEE, availability, performance efficiency, dan quality rate
1. PENDAHULUAN
PT Hino Motors Manufacturing diproduksi di line machining propeller shaft
Indonesia (HMMI) merupakan salah satu antara lain Axle 13’, Sliding, Flange,
perusahaan yang bergerak di bidang Coupling, Center Bearing, Sliding, End
manufaktur yang merakit truk, penyedia Yoke, Nylon dan Main Assy.
suku cadang dan machining komponen Dalam proses produksi seringkali
mesin. Departemen yang memproduksi terjadi gangguan pada mesin atau peralatan
komponen mesin adalah departemen yang digunakan, sehingga dapat
Machining. Departemen machining mengganggu jalannya proses produksi.
memproduksi beberapa produk yaitu, Gangguan ini dapat mengurangi
Connecting rod Line, Camshaft Line, Crank keuntungan perusahaan serta mengurangi
Shaft, Cylinder Head, Cylinder Block, waktu aktif kerja yang dapat digunakan
Propeller Shaft dan Axle. Pada propeller untuk proses produksi. Dengan adanya
shaft, terdiri dari beberapa komponen yang kerusakan pada mesin, maka akan
membutuhkan waktu dan biaya yang cukup strategi perawatan yang tepat. Perawatan
besar untuk melakukan perbaikan peralatan adalah kegiatan untuk memelihara atau
atau mesin. menjaga fasilitas atau peralatan dan
Pada bulan Januari sampai Juli mengadakan perbaikan, penyesuaian dan
2016, jumlah target produksi produk flange penggantian yang diperlukan agar terdapat
yang ditetapkan oleh perusahaan tidak suatu kondisi sesuai dengan yang
stabil. Pada bulan Januari dan Juli target direncanakan (Assauri, 1980).
produksi terpenuhi, pada bulan Februari dan Flange adalah salah satu produk yang
April hasil produksi melebihi target diproduksi pada line machining propeller
shaft di PT HMMI. Nama asli flange
produksi, sedangkan pada bulan Maret, Mei
sebenarnya adalah universal joint namun, di
dan Juni target produksi tidak terpenuhi.
PT HMMI lebih dikenal dengan flange.
Ketidakstabilan tersebut dapat disebabkan
Flange merupakan salah satu bagian yang
oleh mesin atau operatornya. Maka, untuk terdapat pada propeller shaft. Flange ini
mengetahui penyebab ketidakstabilan hasil berfungsi untuk memungkinkan poros
produksi produk flange secara pasti perlu berputar dengan lancer walaupun terjadi
dilakukan pengamatan lebih lanjut. perubahan sudut.
Departemen machining propeller Departemen machining di PT HMMI
shaft PT HMMI yang memproduksi produk adalah departemen yang memproduksi
flange mengharapkan agar mesin yang komponen mesin yang akan digunakan pada
beroperasi dapat menghasilkan produk truk dan bus. Departemen machining
sesuai dengan target produksi yang memproduksi beberapa produk yaitu,
diinginkan. Dalam hal ini, akan dilakukan Connecting rod Line, Camshaft Line, Crank
identifikasi efektivitas mesin menggunakan Shaft, Cylinder Head, Cylinder Block,
metode Overall Equipment Effectiveness Propeller Shaft dan Axle. Propeller shaft
(OEE). sendiri adalah salah satu bagian dari sistem
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemindah tenaga yang berfungsi untuk
analisis tingkat efektivitas line machining meneruskan putaran dan daya mesin dari
propeller shaft untuk produk flange dengan transmisi ke differensial dengan variasi
metode OEE ini adalah perusahaan dapat perubahan sudut yang selalu terjadi pada
mengetahui seberapa efektif line machining poros tersebut saat memindahkan putaran dan
propeller shaft dapat beroperasi dalam daya.
Pada line machining propeller shaft
memproduksi produk flange. Dengan
mengetahui hal tersebut, perusahaan juga terdiri dari beberapa komponen yang
dapat melakukan perbaikan atau diproduksi, antara lain Axle 13’, Sliding,
pencegahan kerusakan yang mungkin akan Flange, Coupling, Center Bearing, Sliding,
terjadi agar dapat meningkatkan End Yoke, Nylon dan Main Assy. Berikut
produktivitas adalah gambar-gambar yang menunjukkan
pemasangan propeller shaft pada badan
truk/bus:
2. METODE PENELITIAN
Di era globalisasi ini, perkembangan
industri dalam bidang manufaktur di
Indonesia mengalami kemajuan yang cukup
pesat dari tahun ke tahun. Hal tersebut tentu
saja membuat persaingan perusahaan menjadi
kian ketat. Persaingan yang ketat ini
mendorong setiap perusahaan agar selalu
dapat menghasilkan produk yang berkualitas.
Untuk dapat menghasilkan produk yang
berkualitas maka kondisi peralatan atau mesin
yang digunakan harus tetap terjaga. Agar Gambar 1. Proses pemasangan propeller
kondisi mesin tetap terjaga maka dibutuhkan shaft
1. Availability Ratio
Availability Ratio merupakan rasio yang
menggambarkan pemanfaatan waktu yang
tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau
peralatan.
Faktor penting Availability adalah loading
time dan operating time. Loading time adalah
total waktu produksi dalam sehari. Dengan
Gambar 2. Propeller shaft yang sudah
demikian formula yang digunakan untuk
terpasang
menghitung availability ratio adalah:
Overall Equipment Effectiveness
(OEE) adalah besarnya efektivitas yang
dimiliki oleh perusahaan atau mesin. OEE Waktu operasi = loading time – down time
dihitung dengan memperoleh dari
availabilitas dari alat-alat perlengkapan, 2. Performance Efficiency
efisiensi kerja dari proses, dan rasio dari mutu Performance Efficiency merupakan suatu
produk. OEE menunjukkan suatu indikator ratio yang menggambarkan kemampuan dari
yang dapat memperlihatkan seberapa baik peralatan dalam menghasilkan barang atau
perusahaan menggunakan sumber daya yang produk yang dinyatakan dengan persentase.
dimilikinya (tingkat kehandalan, tingkat Adapun data-data yang digunakan dalam
produktivitas, dan lain-lain) suatu peralatan pengukuran Performance Efficiency adalah
atau mesin yang digunakan pada proses data jumlah produksi, ideal cycle time dan
produksi (Nakajima dalam Prabowo, 2015). waktu operasi. Dengan demikian formula
OEE dapat digunakan dalam yang digunakan untuk menghitung
beberapa jenis tingkatan pada sebuah Performance Efficiency adalah:
lingkaran perusahaan. Pertama OEE dapat
digunakan sebagai “benchmark” untuk
mengukur rencana perusahaan dalam
performansi. Kedua, nilai OEE perkiraan dari
satu aliran produksi, dapat digunakan untuk 3. Rate of Quality Product
membandingkan garis performansi melintang Quality ratio merupakan suatu rasio yang
dari perusahaan, maka akan terlihat aliran menggambarkan kemampuan peralatan dalam
yang tidak penting. Ketiga, jika proses menghasilkan produk yang sesuai dengan
permesinan dilakukan secara individual, OEE standar. Data yang digunakan dalam
dapat mengidentifikasi mesin mana yang pengukuran quality ratio adalah jumlah
mempunyai performansi buruk, bahkan produk yang diproduksi dan jumlah produk
mengidentifikasi fokus dari sumber daya cacat dari produk yang berhasil diproduksi.
Total Productive Maintenance (TPM). Dengan demikian formula yang digunakan
Manfaat yang dapat diperoleh dari untuk menghitung quality ratio adalah:
pengukuran OEE ini adalah perusahaan dapat
mengetahui seberapa efektif kemampuan
peralatan atau mesin yang dimilikinya, dan
apakah masih layak atau tidak untuk
digunakan dalam kegiatan produksi. Layak
atau tidaknya peralatan atau mesin tersebut
dapat dilihat dari target yang dibuat oleh
perusahaan.
Hal-hal yang diperlukan dalam
aplikasi Overall Equipment Effectiveness
Dengan cara yang sama, hasil perhitungan Dengan cara yang sama, hasil perhitungan
availability ratio pada bulan Januari-Juli 2016 rate of quality product pada bulan Januari-
seperti pada Tabel Juli 2016 seperti pada Tabel
Tabel 2. Hasil perhitungan availability ratio Tabel 4. Hasil perhitungan rate of quality
Dalam bentuk grafik, pencapaian nilai OEE Rendahnya tingkat performansi ini
yang telah dihitung dapat dilihat pada dapat disebabkan karena tingginya
Gambar permintaan konsumen dan tingginya waktu
yang tidak menghasilkan produk. Oleh
karena itu, perlu dilakukannya peningkatan
kapasitas dan melakukan pengecekkan pada
line machining propeller shaft agar dapat
memenuhi permintaan konsumen dan
mengetahui apa yang menyebabkan
tingginya waktu yang tidak menghasilkan
produk.
Pada hasil perhitungan rate of
quality product yang dapat dilihat pada tabel
4, diketahui bahwa nilai quality ratio
tersebut sudah memenuhi standar JIPM dan
Gambar 3. Grafik OEE line machining perusahaan yaitu 99%. Walaupun pada
propeller shaft periode bulan Januari menghasilkan quality
ratio 98,8%, Februari dan April 98,7%, dan
Dari Gambar 3 dapat diketahui Mei sebesar 98,1%, namun hasil tersebut
bahwa OEE pada line machining propeller sudah mendekati standar yang ditetapkan
shaft untuk produk flange periode Januari- dan dianggap tidak bermasalah oleh
Juli 2016 belum memenuhi standar. perusahaan. Kemudian untuk hasil
Diperlukan tindakan perbaikan agar mesin perhitungan Overall Equipment
dapat mencapai nilai standar OEE dan dapat Effectiveness (OEE) pada tabel 5 dapat
beroperasi dengan baik sehingga dilihat bahwa nilai OEE pada line
menghasilkan produk secara stabil sesuai machining propeller shaft untuk produk
dengan target produksi yang telah flange belum memenuhi standar JIPM dan
ditetapkan. juga standar yang telah ditetapkan oleh
Berdasarkan hasil perhitungan nilai perusahaan yaitu sebesar 85%. Dari tabel
availability yang dapat dilihat pada tabel 2, tersebut, diketahui bahwa periode bulan Juli
diketahui bahwa nilai yang diperoleh pada adalah periode yang menghasilkan nilai
setiap periode sudah memenuhi standar OEE tertinggi yaitu 84,7% dan periode
yang dikeluarkan oleh JIPM dan perusahaan bulan Juni adalah periode yang
yaitu 90%. Hasil tersebut adalah hasil yang menghasilkan nilai OEE terendah yaitu
sudah cukup memuaskan, karena akan 77,1%.
sangat sedikit kemungkinan perusahaan Rata-rata yang didapat dari
mengalami kerugian karena tingkat perhitungan ini adalah sebesar 81,1%. Hal
availability yang rendah. ini membuktikan bahwa nilai OEE pada
Perhitungan nilai performance periode Januari-Juli 2016 belum memenuhi
efficiency yang diperoleh, dapat diketahui standar. Penyebab rendahnya nilai OEE
bahwa hasil tersebut belum memenuhi disebabkan karena tingginya downtime pada
standar yang dikeluarkan oleh JIPM dan mesin yang terjadi setiap bulannya,
perusahaan yaitu sebesar 95%. Hal ini sehingga menyebabkan waktu terbuang dan
terbukti dari nilai performansi yang line machining propeller shaft yang
ditunjukkan pada tabel 3 Dari tabel tersebut menghasilkan produk flange tidak dapat
terlihat bahwa nilai performansi pada line bekerja secara produktif.
machining propeller shaft untuk produk
flange yang paling tinggi ada pada periode
bulan Juli yaitu sebesar 89,8%. Sedangkan
untuk performansi paling rendah ada pada
periode bulan Maret yaitu sebesar 81,1%.
Nesti Anisa Lindawati1), Ishardita Pambudi Tama2), Ceria Farela Mada Tantrika3)
Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya
JalanMT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail: nestigakanisa@gmail.com1), kangdith@ub.ac.id2), ceria_fmt@ub.ac.id3)
Abstrak
PT. Cendana Teknika Utama yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi
dan teknologi informasi. Produk utamanya adalah Alat Antrian C2000. Alat Antrian C2000 adalah
serangkaian hardware dan software yang saling terintegrasi untuk penyelanggaraan distribusi informasi
sistem antrian. Dalam proses produksinya, terdapat komponen dengan kualitas yang kurang baik, misalnya :
solder yang tidak sempurna, komponen rusak, PCB yang retak, jalur PCB yang belum tersambung. Dari
pemetaan proses produksi Alat Antrian C2000 dengan IDEFØ pada level 1 dihasilkan tiga proses. Pada
proses ini terdapat dua input, tiga control, empat mechanism dan dua output. Selanjutnya hasil identifikasi
proses kritis terdapat pada proses identifikasi komponen dengan nilai RPN terbesar yaitu 300. Pada
identifikasi penyebab proses kritis, faktor yang paling berpengaruh menyebabkan kegagalan adalah faktor
sumber daya manusia atau karyawan. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk perbaikan proses produksi
adalah perlunya SOP, mengadakan pelatihan karyawan, perlunya reward and punishment, mengadakan
inspeksi peralatan, perbaikan sistem penyimpanan di gudang, peninjauan kembali anggaran biaya
kebutuhan.
Kata kunci: alat antrian, pemetaan proses, proses kritis, IDEFØ, FMEA, RCA
409
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Oleh penyebab dari permasalahan tertentu dengan
karena itu diperlukan metode untuk tujuan membangun dan mengimplementasikan
memperbaiki sistem proses produksi. solusi yang akan mencegah terjadinya
Dalam penelitian ini, metode yang pengulangan masalah (Doggett, 2005).
digunakan dalam membantu merancang Dengan demikian didapatkan
perbaikan sistem adalah IDEFØ, Failure Mode rekomendasi untuk memperbaiki proses
and Effect Analysis (FMEA) dan Root Cause produksi Alat Antrian C2000 di PT. Cendana
Analysis (RCA). Metode IDEFØ merupakan Teknika Utama, sehingga dapat meningkatkan
metode awal untuk perbaikan sistem dengan kepuasan pelanggan dan menciptakan produk
cara memetakan aktifitas pada tiap prosesnya. yang lebih berkualitas.
Menurut National Institute of Standards
and Technology, Intregation Definition 2. Metode Penelitian
Language 0 (IDEFØ) merupakan dasar dari Penelitian ini dibagi menjadi 5 tahap, yaitu
Structured Analysis and Design Technique identifikasi awal, pengumpulan data,
(SADT) yang dibangun oleh Douglas T. Ross pengolahan data, analisis dan pembahasan serta
dan SoftTech, Inc. Model ini dibangun untuk kesimpulan dan saran.
memahami, menganalisis, memperbaiki atau
mengganti sistem. Metode Integrated 2.1 Tahap Identifikasi Awal
Definition Language 0 (IDEFØ) sebagai Tahap identifikasi awal dibagi menjadi
pemodelan fungsi dan pemetaan proses untuk beberapa langkah berikut.
analisis dan komunikasi semua fungsi dalam 1. Identifikasi masalah
sistem dengan grafis yang terstruktur 2. Studi pustaka
merupakan cara yang ampuh dalam analisis dan 3. Perumusan masalah
pengembangan sistem dalam perusahaan 4. Penentuan tujuan penelitian
manufaktur (Kim, 2000). Di dalam
pengerjaannya harus lebih teliti dan sangat 2.2 Tahap Pengumpulan Data
detail, karena semua aktivitas yang diwakili Data utama yang diperlukan adalah
oleh input, control, output, mechanism (ICOM) identifikasi proses produksi alat antrian C2000
digambarkan dan didekomposisikan dengan di PT Cendana Teknika Utama yang akan
tepat untuk memperjelas sistem yang diolah pada pemetaan proses menggunakan
dibutuhkan. Kelebihan model ini adalah IDEFØ. Data yang dikumpulkan selanjutnya
kelengkapan informasi yang diberikan untuk adalah data kegagalan yang pernah terjadi
masing-masing proses, mudah untuk dipahami sebelumnya pada saat proses produksi Alat
dan mampu menjabarkan sebuah proses untuk Antrian C2000.
memastikan perincian, hasil yang jelas dan
akurat. 2.3 Tahap Pengolahan Data
Selanjutnya metode FMEA membantu Data yang diperoleh kemudian diolah
perusahaan untuk mendapatkan proses kritis sesuai dengan tahapan pengolahan data sebagai
dari nilai risk priority number yang paling berikut:
tinggi. FMEA adalah suatu alat yang secara 1. Pemetaan dan identifikasi proses
sistematis mengidentifikasi akibat atau digambarkan dengan metode IDEFØ
konsukensi dari kegagalan sistem atau proses, 2. Melakukan identifikasi kemungkinan dan
serta mengurangi atau mengeliminasi peluang dampak yang ditimbulkan dari kegagalan
terjadinya kegagalan. Suatu mode kegagalan dengan menggunakan metode FMEA
adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan (Failure Mode and Effect Analysis).
atau kegagalan dalam desain, kondisi di luar 3. Melakukan identifikasi akar permasalahan
batas spesifikasi yang telah ditetapkan atau penyebab proses kritis untuk menyusun
perubahan pada produk yang menyebabkan rekomedasi perbaikan dengan metode 5
terganggunya fungsi dari produk tersebut Why.
(Gazperz, 2002). 4. Setelah diperoleh faktor yang telah
Ketika proses kritis telah diketahui, pada menyebabkan kegagalan, langkah
tahap selanjutnya mengidentifikasi akar selanjutnya adalah dilakukannya
permasalahan menggunakan RCA. Root Cause rekomendasi perbaikan yang menyebabkan
Analysis (RCA) adalah suatu proses kegagalan.
mengidentifikasi dan menentukan akar
410
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2.4 Tahap Analisis Dan Pembahasan output, dua (2) control , dan dua (2) mechanism.
Tahap analisis dan pembahasan merupakan 1. Input : Material (I1)
analisis hasil yang diperoleh yang nantinya 2. Output : Alat Antrian (O1)
akan dijadikan sebagai salah satu bahan 3. Control : Desain Komponen (C1) dan
pertimbangan PT. Cendana Teknika Utama Permintaan kosumen (C2)
dalam hal proses produksi Alat Antrian C2000. 4. Mechanism : Karyawan bagian produksi
(M1) dan Mesin dan Toolkit (M2)
2.5 Tahap Kesimpulan Dan Saran
Tahap kesimpulan dan saran merupakan 3.1.2 Pemetaan Proses Produksi Alat Antrian
tahap terakhir dari penelitian ini yang berisi C2000 Level 1
kesimpulan yang diperoleh dari hasil Proses produksi Alat Antrian C2000 level
pengumpulan, pengolahan dan analisa yang 1 merupakan dekomposisi atau anak diagram
menjawab tujuan penelitian yang ditetapkan. dari diagram konteks (Level 0). Proses produksi
Selain itu juga diberikan saran perbaikan untuk level 1 memiliki 3 proses utama, yaitu proses
penelitian selanjutnya. produksi komponen, proses quality control, dan
proses finishing. Lampiran 1 merupakan
3. Hasil dan Pembahasan gambar diagram proses produksi alat antrian
3.1 Pemetaan Proses Produksi C2000 yang memiliki dua (2) input, tiga (3)
menggunakan IDEFØ control, empat (4) mechanism, dan dua (2)
Pada tahap ini proses produksi akan output, serta tiga (3) proses yang dibutuhkan
dijelaskan melalui pemetaan dengan dalam proses produksi alat antrian.
menggunakan IDEFØ. Pada proses yang
dipetakan dengan menggunakan IDEFØ, akan 3.1.3 Pemetaan Proses Produksi Alat Antrian
terlihat input, output, control, dan mechanism C2000 Level 2
yang menjalankan suatu proses. Pemetaan Proses produksi alat antrian C2000 level
proses yang telah dibuat dalam bentuk IDEFØ 2 merupakan dekomposisi atau anak diagram
memiliki total 5 diagram, dengan masing- dari level 1. Pada level 2 terdapat tiga proses
masing 1 diagram untuk Level 0, 1 diagram utama yang didekomposisi menjadi beberapa
untuk Level 1, dan 4 diagram untuk Level 2. sub proses yaitu proses produksi komponen,
quality control dan finishing.
3.1.1 Pemetaan Proses Produksi Alat Antrian 1. Proses Produksi Komponen
C2000 Level 0 a. Proses Produksi Hardware
Pada konteks diagram, kotak Proses produksi hardware merupakan
mempresentasikan seluruh subjek yang ada di dekomposisi atau anak diagram yang
dalam proses, tanda panah yang ditampilkan pertama dari proses produksi komponen
adalah yang merepresentasikan input, kontrol, (A1). Proses dari diagram ini dilakukan
output, dan mekanisme (ICOM) yang paling secara terpisah dengan proses produksi
umum. Diagram konteks dari proses produksi komponen software sehingga proses
alat antrian C2000 level 0 menggunakan keduanya tidak saling menunggu, karena
IDEFØ terdapat pada Gambar 1 itu diagram proses produksi software
ditandai dengan node A1a. Pada diagram
Desain Permintaan ini menghasilkan lima sub-proses.
Komponen Konsumen (C2)
(C1) Lampiran 2 merupakan dekomposisi dari
proses A1 yang memiliki satu (1) input,
tiga (3) control, lima (5) mechanism, dan
satu (1) output, serta enam (6) subproses
Proses Produksi
Material (I1) Alat Antrian Alat Antrian (O1) yang dibutuhkan dalam proses produksi
C2000
A0
alat hardware. Lampiran 3 merupakan
Karyawan
diagram A1a yaitu proses produksi
Bagian Mesin dan
Toolkit (M2)
hardware.
Produksi
(M1) b. Proses Produksi Software
NODE:
A0 TITLE: Proses Produksi Alat Antrian C2000 NO.: 1
Gambar 1 Diagram IDEFØ Level 0
Proses produksi software merupakan
dekomposisi atau anak diagram yang
Proses produksi Alat Antrian C2000 pada kedua dari proses produksi komponen
level 0 IDEFØ memiliki satu (1) input, satu (1) (A1). Proses produksi software ditandai
411
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
dengan node A1b. Pada diagram ini kepala divisi bagian produksi di PT Cendana
menghasilkan empat sub-proses. Teknika Utama.
Lampiran 3 merupakan anak diagram 2. Occurance
dari proses A1 yang terdapat dua input, Occurance (O) merupakan tingkat
satu control, dua mechanism dan satu probabilitas frekuensi terjadinya kegagalan
output. pada proses produksi dengan kriteria penilaian
2. Quality Control berdasarkan brainstorming dengan kepala divisi
Dekomposisi atau anak diagram pada bagian produksi di PT Cendana Teknika Utama.
instalasi uji coba (quality control)(node A2) 3. Detection
menghasilkan enam sub-proses. Lampiran 4 Detection (D) merupakan tingkat
merupakan child diagram dari proses A2 yang kemampuan sistem dalam mendeteksi adanys
terdapat dua input, tiga control, dua mechanism kegagalan pada masing-masing proses di
dan dua output. dalamnya dengan kriteria penilaian berdasarkan
3. Finishing brainstorming dengan kepala divisi bagian
Dekomposisi atau anak diagram finishing produksi di PT Cendana Teknika Utama.
(node A3) menghasilkan dua sub-proses.
Gambar 2 merupakan child diagram dari proses 3.2.2 Identifikasi Proses Kritis Node A1a
A3 yang terdapat satu input, dua control, satu Proses produksi komponen hardware
mechanism dan satu output. (A1a) memiliki dekomposisi proses yang terdiri
dari lima sub-proses di level 2. Data
Data Komponen Sarana Penunjang
(C1) (C2) perhitungan FMEA pada proses node A1a
menunjukkan bahwa RPN paling tinggi terdapat
pada node A1a4, yaitu pada proses penyolderan
Komponen
Lulus QC (I1) Pengemasan
Kemasan
material ke PCB tiap komponen dengan nilai
komponen
A31
komponen RPN 144.
412
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Setelah didapatkan nilai RPN untuk tiap mini PC (A1b4) dan yang terakhir uji coba
proses, maka langkah selanjutnya adalah pengawasan sistem kerja produk (A23).
dengan melakukan rangking untuk mengetahui
proses yang memiliki potensial risiko paling 3.3 Identifikasi Penyebab Proses Kritis
besar diantara proses lainnya. Dari Tabel 2 Tahap selanjutnya adalah
dapat ditunjukkan bahwa proses dengan nilai mengidentifikasi penyebab tingginya potensial
RPN tertinggi adalah node A24, yaitu proses risiko yang ada di dalam proses kritis. Metode
identifikasi komponen dengan nilai RPN 300. yang digunakan adalah 5 Whys Method.
Dengan demikian proses kritis terdapat pada Identifikasi penyebab proses kritis dilakukan
proses identifikasi komponen dalam node A2. dari RPN yang memiliki nilai diatas rata-rata.
Urutan selanjutnya adalah pengemasan Dalam pemilihannya, terdapat lima nilai RPN
komponen (A31), pemberian label komponen yang nilainya diatas rata-rata yaitu pada node
(A32), penyolderan material ke PCB tiap A24, A31, A32, A1a4, A1b4 dan A23.
komponen (A1a4), menyimpan software ke
Penggunaan
Pengemas- Produk
Produk Pengemasan bubble dan
A31 an terjatuh/ 7 5 5 175
rusak kurang rapat kertas sebagai
komponen tergoncang
pengaman
Terdapat
Label tidak Terdapat
Pemberian kerancuan
sesuai Komponen checklist
A32 label 8 antara nama, 4 5 160
dengan tertukar kardus
komponen label dan tipe
komponen komponen
komponen
Penyolder-
Hasil solder Komponen Karyawan
an material Terdapat target
kurang tidak dapat kurang teliti
A1a4 ke PCB 88 6 waktu dalam 3 144
menyatu berfungsi dalam proses
tiap pengerjaan
dengan PCB dengan baik penyolderan
komponen
Dilakukan
Menyim - running
Program file Penyimpanan
pan software
A1b4 File corrupt tidak 9 tidak 5 3 135
software setelah
berfungsi sempurna
ke mini PC penyimpanan
selesai
Sistem
Uji coba Piranti listrik
antrian tidak
dan Data tidak yang kurang Pengawasan
berfungsi
pengawas- dapat sempurna dilakukan
A23 dengan baik 9 5 3 135
an sistem ditransmisi - selama 2x24
kerja Terjadi kan Adanya jam
produk hubungan komponen
arus pendek yang rusak
413
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Dari pengumpulan data yang dilakukan, prosedur pengadaan, keuangan dan permintaan
diketahui terdapat lima faktor utama penyebab konsumen.
terjadinya potensi kegagalan untuk masing-
masing node yang dituliskan di Tabel 3. 3.3.4 Root Cause Analysis Node A1a4
Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi
Tabel 3 Faktor Penyebab Proses Kritis pada node A1a proses produksi hardware
Faktor Nama Faktor adalah penyolderan material ke PCB tiap
komponen dengan node A1a4. Akibat yang
A Sumber Daya Manusia
ditimbulkan dari kegagalan proses pada node
B Prosedur Pengadaan A1a4 merupakan awal proses identifikasi
C Raw Material penyebab terjadinya kegagalan. Berdasarkan
hasil identifikasi RCA pada tabel 7, diketahui
D Keuangan bahwa terdapat empat faktor yang
E Permintaan Konsumen mempengaruhi proses kegagalan di node A1a4.
Faktor tersebut adalah sumber daya manusia,
prosedur pengadaan , raw material dan
3.3.1 Root Cause Analysis Node A24 permintaan konsumen.
Proses yang memiliki nilai RPN paling
tinggi adalah identifikasi komponen dengan
3.3.5 Root Cause Analysis Node A1b4
node A24 yang terdapat pada proses quality Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi
control pada node A2. Akibat yang ditimbulkan pada node A1b proses produksi software adalah
dari kegagalan proses pada node A24 menyimpan software ke mini PC dengan node
merupakan awal proses identifikasi penyebab A1b4. Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan
terjadinya kegagalan. Berdasarkan hasil proses pada node A1b4 merupakan awal proses
identifikasi RCA pada tabel 4, diketahui bahwa identifikasi penyebab terjadinya kegagalan.
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi proses Berdasarkan hasil identifikasi RCA pada tabel
kegagalan di node A24. Faktor tersebut adalah 8, diketahui bahwa terdapat satu faktor yang
sumber daya manusia, prosedur pengadaan dan mempengaruhi proses kegagalan di node A1b4.
permintaan konsumen. Faktor tersebut adalah prosedur pengadaan.
3.3.2 Root Cause Analysis Node A31 3.3.6 Root Cause Analysis Node A23
Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi
pada node A3 proses finishing adalah pada node A2 proses quality control adalah uji
pengemasan komponen dengan node A31. coba dan pengawasan sistem kerja produk
Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan proses dengan node A23. Akibat yang ditimbulkan dari
pada node A31 merupakan awal proses kegagalan proses pada node A23 merupakan
identifikasi penyebab terjadinya kegagalan. awal proses identifikasi penyebab terjadinya
Berdasarkan hasil identifikasi RCA pada tabel kegagalan. Berdasarkan hasil identifikasi RCA
5, diketahui bahwa terdapat lima faktor yang pada tabel 9, diketahui bahwa terdapat empat
mempengaruhi proses kegagalan di node A31. faktor yang mempengaruhi proses kegagalan di
Faktor tersebut adalah sumber daya manusia, node A23. Faktor tersebut adalah sumber daya
prosedur pengadaan , raw material, keuangan manusia, prosedur pengadaan , raw material
dan permintaan konsumen. dan permintaan konsumen.
3.3.3 Root Cause Analysis Node A32 3.4 Penyusunan Rekomendasi Perbaikan
Proses yang memiliki nilai RPN tertinggi Rekomendasi perbaikan disusun
kedua pada node A3 proses finishing adalah berdasarkan faktor faktor penyebab terjadinya
pemberian label komponen dengan node A32. kegagalan yang ada pada proses. Pada tabel 10
Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan proses merupakan rangking banyaknya faktor yang
pada node A32 merupakan awal proses mempengaruhi. Berikut urutan faktor yang
identifikasi penyebab terjadinya kegagalan. perlu rekomendasi perbaikan terlebih dahulu:
Berdasarkan hasil identifikasi RCA pada tabel faktor sumber daya manusia (A), faktor
6, diketahui bahwa terdapat empat faktor yang prosesdur pengadaan (B), faktor permintaan
mempengaruhi proses kegagalan di node A32. konsumen (E), faktor raw material (C) dan
Faktor tersebut adalah sumber daya manusia, faktor keuangan (D).
414
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 4 Root Cause Analysis Node A24
Failure Effect Why I Why II Why III Why IV Why V Faktor
Banyak
Menyesuaika
Kerusakan material
n dengan
fisik tidak kompo-nen E, A
Karyawan Sulitnya permintaan
terlihat yang saling
melakukan mencari konsumen
Perusahaan berdekatan
kesalahan komponen
mengganti Harus
dalam yang rusak,
kerugian Tidak teliti menunggu
mengidentifi ketika dalam Lama-nya
konsumen dalam tools yang
kasi kondisi proses
komponen. dirangkai menguji masih A, B
quality
kualitas dipakai di
control
komponen proses yang
lain.
Failure
Why I Why II Why III Why IV Why V Faktor
Effect
Meningkatkan
Terdapat Mengikuti
tingkat
banyak order dari E
kepuasan
variasi produk konsumen
pelanggan
Terdapat
Pemberia Bagian
kerancuan Keterbatasan
n nama pengadaan B, D
Kompone antara biaya produksi
dan label Keterbatasan terfokus
n tertukar nama, label,
kurang peralatan pada bahan
dan tipe Mengutamakan
jelas penunjang baku
komponen bahan baku B
produksi
produksi
alat antrian
Ketidaktelitia
A
n karyawan
415
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 7 Root Cause Analysis Node A14a
Failure
Why I Why II Why III Why IV Why V Faktor
Effect
Karyawa Kurangnya
n kurang pengetahuan
Belum ada SOP
teliti karyawan dalam A, B
proses produksi
dalam proses
Kesalaha penyolderan
Komponen proses
n teknik
tidak penyolde Keterbatasan Ada kontrak dengan
dalam A, E
berfungsi ran waktu produksi konsumen
melakuka
dengan Pemberian
n proses Terlalu
baik Kesalaha Karyawan keterangan material
produksi banyak
n memilih bahan kurang jelas variasi A, C
komposis baku yang tidak
Terdapat kemiripan materia
i material sesuai
bentuk material l
416
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 10 Ranking Faktor Penyebab Proses Kritis merencanakan kebutuhan yang sesuai antara
Faktor permintaan konsumen dan perlengkapan proses
Node
A B C D E produksi yang meliputi bahan baku, mesin,
A24 2 1 - - 1
A31 2 3 2 1 -
peralatan, dan sarana penunjang yang
A32 1 2 - 1 1 dibutuhkan untuk proses produksi.
A1a4 3 1 1 - 1
A1b4 - 2 - - - 3.4.3 Rekomendasi Perbaikan Faktor
A23 6 4 1 - 2 Permintaan Konsumen
Total 14 13 4 2 5 Dalam hal ini rekomendasi yang dapat
Ranking I II IV V III
diberikan ialah menyiapkan strategi khusus
sesuai kebutuhan konsumen. Ketika terdapat
3.4.1 Rekomendasi Perbaikan Faktor
konsumen yang masih merancang produk yang
Sumber Daya Manusia
diinginkan, pihak perusahaan menganalisis
Rekomendasi perbaikan yang dapat
terlebih dahulu data yang ada dari konsumen
diberikan untuk permasalahan ini adalah
sehingga pihak perusahaan dapat memberikan
dengan cara :
usulan dan rekomendasi yang terbaik untuk
1. Memerlukan SOP (Standart Operating
memilih produk yang dibutuhkan, dan tentu
Procedure)
saja tidak lepas dari biaya yang dimiliki oleh
SOP (Standart Operating Procedure)
konsumen. Rekomendasi yang kedua adalah
merupakan prosedur yang terstruktur dalam
pemberian batas waktu permintaan konsumen
melakukan operasional. Dengan adanya SOP,
agar meminimalkan perubahan spesifikasi
dapat membantu karyawan dalam produksi,
mendadak maupun ketidakpastian permintaan
karena didalamnya terdapat alur yang teratur
dari konsumen.
untuk beroperasi dalam bekerja.
2. Mengadakan pelatihan untuk karyawan
3.4.4 Rekomendasi Perbaikan Faktor Raw
Pelatihan dilakukan dengan cara
material
pelatihan secara reguler minimal setahun sekali
Rekomendasi yang disarankan untuk
dengan materi metode proses produksi terbaru
faktor raw material adalah perbaikan sistem
(perangkat atau teknik terbaru). Implementasi
penyimpanan sistem di gudang, dengan cara
pelatihan dilakukan kepada karyawan lama dan
memantau minimal sebulan sekali untuk
karyawan baru.
memastikan nama tempat material sesuai
3. Reward and punishment
dengan materialnya , menata kembali tempat
Reward diberikan ke karyawan jika hasil
penyimpanan material dan sarana penunjang di
yang dicapai sangat memuaskan dan
dalam gudang penyimpanan material serta
menguntungkan bagi perusahaan. Punishment
bagian gudang menyiapkan satu paket bahan
diberikan kepada karyawan yang memberikan
baku sesuai dengan komponen yang diproduksi,
dampak yang buruk bagi perusahaan.
agar dalam pengambilannya dapat
memudahkan karyawan. Selain itu, bagian
3.4.2 Rekomendasi Perbaikan Faktor
gudang juga mengalokasikan wadah untuk
Prosedur Pengadaan
setiap bahan baku.
Rekomendasi perbaikan yang harus
dilakukan antara lain adalah:
1. Melakukan inspeksi peralatan dan sarana 3.4.5 Rekomendasi Perbaikan Faktor
penunjang Keuangan
Bidang pengadaan bertugas untuk Rekomendasi yang diberikan terhadap
memeriksa dan membagi peralatan dan sarana permasalahan ini ialah meninjau kembali
penunjang yang dibutuhkan karyawan saat anggaran biaya kebutuhan dan sarana
bekerja denga rata. Dalam proses produksi penunjang yang perlu dipenuhi agar proses
software, bidang pengadaan mengupayakan produksi alat antrian berjalan dengan lancar.
IDE (Integrated Development Environment)
masih compatible dan up to date. 3.5 Pengaruh Rekomendasi Perbaikan
2. Meningkatkan kerja sama antar divisi dan Secara garis besar rekomendasi
bidang perbaikan yang diberikan dapat
Dalam kerjasama yang dijalin antar divisi mengoptimalkan kinerja proses produksi dan
dan bidang, dapat mengetahui dan menghasilkan produk yang lebih berkualitas.
417
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Dengan demikian level kepuasan pelanggan e. Perbaikan sistem penyimpanan di gudang
dapat ditingkatkan dan perusahaan dapat f. Peninjauan kembali anggaran biaya
mencapai keuntungan dengan diminimalkannya kebutuhan dan sarana penunjang.
produk rusak dan adanya peningkatan. Selain Proses produksi dapat dioptimalkan dan
itu citra perusahaan di mata masyarakat dapat dihasilkan produk yang lebih berkualitas,
dijaga. sehingga level kepuasan konsumen dapat
ditingkatkan.
4. Kesimpulan
Hasil yang dapat diambil dari Daftar Pustaka
penelitian ini adalah kesimpulan mengenai
pengolahan data yang dilakukan pada bab Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan
sebelumnya adalah sebagai berikut : Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia,
1. Dari pemetaan proses produksi Alat Bogor. http://library.um.ac.id/free-
Antrian C2000 dengan IDEFØ pada level contents/index.php/buku/detail/perencanaan-
1 dapat dihasilkan tiga (3) proses yaitu dan-pengendalian-produksi-teguh-baroto-
Proses Produksi Komponen (A1), editor-akhria-n-dan-lolita-krisnawati-
Quality Control (A2), dan Finishing 34575.html (diakses tanggal 20 September
(A3). Pada proses ini dapat dilihat bahwa 2013)
terdapat dua (2) input, tiga (3) control,
empat (4) mechanism, dan dua (2) output. Doggett, M. A. 2005. Root Cause Analysis : A
2. Proses kritis yang mempengaruhi Framework For Tool Selection. Quality
kegagalan pada proses produksi Alat Manajemen Jurnal.
Antrian C2000 didapatkan dari nilai RPN http://people.wku.edu/mark.doggett/qmjv12i4d
terbesar. Nilai RPN terbesar adalah node oggett.pdf (diakses tanggal 10 Agustus 2013)
A24, yaitu proses identifikasi komponen
dengan nilai RPN 300. Gazperz, Vincent. 2002. Pedoman
3. Faktor penyebab proses kritis yang Implementasi Program Six Sigma Terintregasi
mempengaruhi kegagalan pada produksi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP.
Alat Antrian C2000 adalah sumber daya Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
manusia, prosedur pengadaan, raw
material, keuangan dan permintaan Gitosudarmo, Indriyo. 2000. Sistem
konsumen. Faktor terbesar penyebab Perencanaandan Pengendalian Produksi.
kegagalan yang dilakukan terdapat pada Yogyakarta :Penerbit BPFE
faktor SDM.
4. Dari identifikasi perbaikan proses Kim.Soung-Hie. 2002. Designing Performance
produksi alat antrian C2000 didapatkan Analysis and IDEF0 for Enterprise Modelling
rekomendasi sebagai berikut : in BPR.
a. Diperlukan adanya Standart Operating https://www.deepdyve.com/lp/elsevier/designin
Procedure (SOP), pelatihan, penilaian g-performance-analysis-and-idef0-for-
kinerja dan pemberian reward and enterprise-modelling-in-Ky2mcEH60e (diakses
punishment untuk karyawan. tanggal 24 Juli 2013)
b. Dilakukan inspeksi peralatan dan sarana
penunjang National Institute of Standart and Technology.
c. Meningkatkan kerja sama antar divisi dan (1993). Intregated Definition for Function
bidang Modelling (IDEFØ). Draft Federal Information
d. Dibangun strategi khusus untuk Processing Standards Publication 183.
memenuhi kebutuhan konsumen dan www.idef.com/IDEF0.htm (diakses tanggal 19
menentukan batas waktu kepastian Juli 2013).
permintaan konsumen
418
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lampiran 1 Level 1 IDE0
Desain Permintaan Sarana
Komponen Konsumen (C2) Penunjang
(C1)
(C3)
Proses Produksi
Material (I1) Komponen Komponen tidak
A1 Lulus QC
yang masih
bisa diperbaiki (I2)
Komponen siap
Quality Control Komponen tidak
Lulus QC
Quality Control (dibuang) (O2)
A2
Komponen
Lulus QC
Material
Material (I1) Memilah material di Tersedia
gudang
A1a1
Komposisi
material
per
Pemindahan material dari
komponen
gudang ke ruang produksi
A1a2
IC Software
Pemasangan Pembantu
Menyiapkan
Software software pembantu
ke IC tiap komponen PCB yang
Pembantu
A1a3 Terpasang
Material
Lain
Penyolderan material ke
PCB tiap komponen
Material
Lain yang A1a4
Dipersipkan
Komponen
Merakit PCB ke tiap box
komponen
A1a5
Pemindahan
Karyawan IC komponen untuk QC
Komponen
bag. Produksi Microcontroller Solder dan A1a6 Siap
Software (M3) (M4) Attractor (M5) Quality
Control (O1)
Karyawan
bag. Produksi
Hardware (M1)
Hand truck
(M2)
NODE: A1a TITLE: PROSES PRODUKSI HARDWARE NO.: 1
419
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lampiran 3 Proses Produksi Software
Permintaan Konsumen (C1)
Error
Compiling
A1b3
Komponen
Pembantu (I2) Menyiapkan Komponen
komponen siap
dipasang
Komponen Siap A21
Quality Control (I1)
Rangkaian
Komponen komponen
dirangkai
Alat antrian tidak
A22
Berfungsi
dengan baik
Uji coba &
pengawasan sistem
kerja produk
A23
Komponen cacat
Identifikasi (Tidak lulus QC) (O1)
Alat antrian
komponen
Berfungsi
Hand Truck (M2)
dengan baik A24 Komponen tidak cacat
(lulus QC) (O2)
Karyawan bagian
Quality Control (M1)
NODE: A2 TITLE: QUALITY CONTROL NO.: 1
420
JURNAL 8
(Aplikasi Six Sigma Pada Produk Clear File di
Perusahaan Stationary)
APLIKASI SIX SIGMA PADA PRODUK CLEAR FILE DI PERUSAHAAN STATIONARY (Iwan Vanany, et al.)
Iwan Vanany
Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
dan PhD Student in School of Management, Universiti Sains Malaysia (USM)
Email: vanany_its@yahoo.com atau vanany@ie.its.ac.id
Desy Emilasari
Alumni Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
ABSTRAK
Paper ini menggambarkan bagaimana aplikasi metode Six Sigma digunakan untuk melakukan
perbaikan kualitas pada perusahaan manufaktur yang memproduksi produk stationary. Pendekatan DMAIC
dipakai untuk menganalisa dan melakukan perbaikan produk ’Pocket Clear File’ karena tingginya
variabilitas dan cacat dibanding produk lain. Perbaikan kualitas juga memperhatikan proses yang
mempengaruhi terjadinya cacat pocket pada section Bag Making, Kami-ire, Karidome, dan Pocket after
Karidome Inspection. Penentuan proyek Six Sigma didasarkan atas proses dan jenis cacat pada setiap section.
Pendekatan FMEA mampu memberi rekomendasi perbaikan kualitas. Evaluasi dari hasil perbaikan penting
untuk dilakukan karena beberapa implementasi perbaikan kualitas tidak berjalan sesuai dengan rencana.
kata kunci: six sigma, DMAIC, perusahaan stationary.
ABSTRACT
This paper describes the application of the Six Sigma methods is used in order to improve quality in
manufacturing company that produce stationary product. DMAIC approach is utilized to analyze and
improve ‘Pocket Clear File’ product since this product has more variability and defects. Quality
improvement also monitor the process that influenced pocket defect in Bag Making, Kami-ire, Karidome,
and Pocket after Karidome Inspections section. Determining of Six Sigma project is based in process and
defect type in each section. FMEA also gave the recommendation for quality improvement we need to
evaluate the final result of the improvement since some of them were not working properly.
1. PENDAHULUAN
Awal tahun 1980-an, metode Six Sigma mulai diperkenalkan aplikasinya pada perusahaan
manufaktur oleh Motorola dan secara bertahap diaplikasikan juga pada sektor bisnis lain seperti
perbankan, hotel, rumah sakit, migas, dan sektor lainnya (Mayor, 2003). Tidak hanya Motorola,
tetapi masih banyak perusahaan besar seperti General Electric, Texas Instruments, Allied Signal,
Eastman Kodak, Borg-Warner Automotive, GenCorp, Navistar International and Siebe plc juga
menerapkan Six Sigma (Murphy, 1998).
Pendekatan Six Sigma didasarkan atas teori kualitas Jepang seperti: Total Quality
Management (TQM), Kaizen, dan Quality Control Cycle (QCC) yang sering diaplikasikan pada
proses manufaktur. Motorola mulai menerapkan Six Sigma pada tahun 1982 ketika program
peningkatan kualitas mulai diimplementasikan secara terfokus pada proses manufaktur dengan
target mereduksi biaya kualitas sebesar setengahnya. Usaha mereduksi biaya merupakan titik awal
untuk melakukan perbaikan dan desain produk secara kontinu dengan memfokuskan pada desain
kualitas dan sejumlah tools kualitas yang baru bagi karyawan. Pengembangan tools baru dan
membuat kualifikasi Six Sigma yang praktis merupakan usaha awal bagi Motorolla untuk
memenangkan Malcolm Baldrige Award pada tahun 1988 (Hendricks and Kelbaugh, 1998).
Dalam konteks Indonesia, aplikasi Six Sigma relatif baru. Banyak perusahaan di Indonesia
mengaplikasikan Six Sigma karena perusahaan induk-nya di Amerika dan Eropa telah
mengaplikasikannya seperti General Electric Indonesia, Caltex, dan perusahaan lainnya. Tidak
hanya perusahaan barat yang mencoba menggunakan Six Sigma, tetapi juga perusahaan Jepang
menggunakannya tanpa meninggalkan aplikasi peningkatan kualitas dasarnya, tidak terkecuali
perusahaan PT X yang memproduksi product stationary seperti Art Color Pipe File, Clear File, G
Box, Drawing File, Stamp maker, dan lainnya. Langkah kerja DMAIC (Define, Measure, Action,
Improve, dan Control) merupakan langkah kerja yang penting yang perlu dilakukan secara
sistematis guna mencapai hasil peningkatan kualitas.
Paper ini menggambarkan bagaimana upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
produk stationary PT X dengan menggunakan langkah kerja DMAIC pada Six Sigma. Dalam
penelitian ini, tidak dilakukan identifikasi keseluruhan semua produk, akan tetapi dipilih satu
produk yang memiliki cacat yang tinggi dibanding produk-produk lain karena keterbatasan
sumber daya yang dimiliki dan waktu yang tersedia. Pendekatan yang dilakukan adalah
melakukan pengamatan awal dan wawancara untuk menentukan proyek yang akan dilakukan
perbaikan. Hasilnya menunjukkan bahwa, produk Clear File merupakan produk yang tertinggi
yang memiliki cacat diantara produk-produk yang lain. Proyek perbaikan Clear File inilah yang
akan dipaparkan sebagai proyek yang menggambarkan bagaimana aplikasi langkah kerja DMAIC
pada Six Sigma bisa melakukan pencapaian tingkat kualitas yang lebih baik.
team harus mengidentifikasi proses internal kunci yang mempengaruhi CTQ dan perlu mengukur
cacat yang relevan dengan CTQ dan proses internal kunci-nya. Fase Analyze (A), dilakukan
analisa yang mendalam mengenai penyebab utama dari cacat yang terjadi. Team Six Sigma perlu
menemukan mengapa cacat terjadi dari hasil identifikasi variable kunci yang menjadi penyebab
timbulnya variasi pada proses. Fase Improve (I) akan melakukan upaya perbaikan agar penyebab
dari cacat tidak terjadi atau semakin tereduksi. Team Six Sigma perlu mengkonfirmasi variabel
kunci, mengkuantifikasi efek dari CTQ ini, dan menjalankan proyek perbaikan. Fase Control (C),
dilakukan agar team Six Sigma dan operator dapat memelihara peningkatan kualitas menuju
kualitas level 6 (six).
Tabel 1. Defect cost pada produk clear file (data PT. X, 200X)
No. Part October-0X November-0X December-0X January-0X
1 Pocket 26,90% 29,47% 20,79% 13,12%
2 Cover 4,25% 3,98% 3,13% 4,38%
3 Insert paper 3,22% 2,97% 4,27% 0,95%
4 Spine cover 0,82% 0,92% 1,07% 1,29%
5 Cover pocket 0,10% 0,11% 0,03% 0,42%
6 Spine paper 0,05% 0,04% 0,10% 0,23%
7 Index paper 0,02% 0,02% 0,03% 0,09%
Jenis cacat pada produk pocket dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: cacat mayor dan cacat
minor. Cacat mayor adalah cacat fatal dan bisa menimbulkan kerusakan sedangkan cacat minor
hanya menyebabkan cacat pada produk. Konsekuensi cacat mayor lebih besar dibanding cacat
minor sehingga ketika menentukan cacat mana yang akan dipilih akan dilakukan perbandingan
bahwa cacat mayor lebih berdampak tiga kali dibanding cacat minor. Standar yang digunakan
dalam melakukan inspeksi adalah ISO 2859:1999 dengan menggunakan tabel sample size code
letters dan single sampling plans for normal inspection. Hasil perhitungan dampak cacat dan hasil
diskusi dengan pihak Quality Assurance menunjukkan bahwa cacat minor terlipat memiliki cacat
proses yang terbesar. Alasan kedua adalah penurunan cacat minor pocket melibatkan paling
banyak man-power dalam pengerjaannya (lihat Tabel 2).
Tabel sample size code letters digunakan untuk menentukan kode level inspeksi dari lot size
yang diperiksa. Inspeksi cacat mayor dan minor produk pocket ini, PT. X menggunakan general
inspection levels II. Langkah berikutnya setelah mengetahui general inspection levels-nya adalah
menentukan AQL (Acceptance Quality Limit) dengan menggunakan tabel single sampling plans
for normal inspection. AQL yang digunakan oleh PT. X adalah 0.65% untuk cacat mayor dan
2.50% untuk cacat minor. AQL ini digunakan untuk menentukan batas toleransi jumlah cacat
pocket dari sample size yang diperiksa.
Proces mapping merupakan salah satu alat Six Sigma yang paling esensial dalam
mendokumentasikan proses. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa proses produksi Clear File
dimulai dari tahap supplier. Supplier di sini bertindak sebagai penyuplai dari PP, PE, paper, resin,
PP roll, paper 70 gr, stamping foil, spine paper, index paper, inner/outer box, D –ring, spine
cover, ring/ injection part, leaflet, spine sticker, dan barcode. Material dan komponen yang ada
diinspeksi di bagian Quality Inspection. Bila material dinyatakan sesuai dengan kualitas, maka
material tersebut dikirim ke bagian warehouse. Dari warehouse, material–material tersebut
diproses ke berbagai bagian proses produksi yang dibagi berdasarkan jenis hasil produksinya
yaitu: pocket, cover, assembling, finishing, memasang stiker dan barcode, dan finishing. Setelah
semua produk selesai tahap finishing, maka produk clear file dikirim ke warehouse dan dilakukan
inspeksi di bagian Quality Inspection. Bila produk jadi tersebut dinyatakan bagus, maka produk
siap untuk dikirim oleh bagian shipment.
Berdasarkan identifikasi pemilihan produk yang diperbaiki, lokasi yang diteliti adalah proses
produksi pocket pada section Bag Making, Kami-ire, Karidome, dan Pocket After Karidome
Inspection. Untuk section inflation tidak diteliti karena pada section ini cacat yang sering timbul
bukan merupakan cacat pocket, melainkan cacat dari material itu sendiri. Data utama diambil di
section Bag Making, Kami-ire, dan Pocket after Karidome Inspection. Di section Karidome tidak
terjadi pengambilan data karena pocket yang selesai di proses Karidome langsung diinspeksi di
section Pocket after Karidome Inspection. Pada section Karidome hanya diteliti sumber – sumber
dan akar penyebab dari timbulnya cacat pocket.
Tabel 3. Cacat bag making, kami-ire, dan pocket after karidome inspection (Olahan software
Minitab)
Bag Making Kami-ire After Karidome Inspection
No. Jenis cacat
DPMO Sigma DPMO Sigma DPMO Sigma
1 Bergelombang 4413 * 4,1* 120 5,2 139 5,1
2 Seal tidak rata / jelek 2823* 4,3* 197 5 228 5
3 Berserabut 1814* 4,4* 62 5,3 114 5,2
4 Kotor 1608* 4,4* 394 4,9 899 4,6
5 Mata ikan 991 4,6 197 5 456 4,8
6 Terlipat 767 4,7 2071* 4,4* 5821* 4*
7 Tergores 580 4,7 1533* 4,5* 2468* 4,3*
8 Kusut 280 4,9 1889* 4,4* 3518* 4,2*
9 Kizu 187 5,1 240 5 494 4,8
10 Sobek 19 5,6 10 5,8 13 5,7
11 Tidak rata - - 178 5,1 1734 4,4
12 Bergaris - - 96 5,2 329 4,9
* Cacat yang dipilih untuk diperbaiki
Tampak dari Gambar 1(a), 1(b), dan 1(c) menunjukkan bahwa proyek yang akan dipilih
berdasarkan konsep pareto. Untuk proyek X diambil 4 sub proyek (X1, X2, X3, dan X4), proyek Y
diambil 3 sub proyek (Y1, Y2, dan Y3), dan proyek Z diambil 3 sub proyek (Z1, Z2, dan Z3). Setelah
proyek ditetapkan selanjutnya Dilakukan penentuan kinerja baseline tiap proyek dengan
mengukur nilai DPMO dan nilai kapabilitas sigma tiap – tiap sub proses (Tabel 3). Sebagaimana
layaknya sebuah proyek, maka proyek Six Sigma ini memiliki batas waktu pencapaian tujuan
selama 3 bulan. Dilakukan pula pembentukan team improvement dengan struktur champions,
master black belt, black belt, green belt, dan team members
Pengukuran kinerja baseline merupakan sasaran kunci dalam siklus DMAIC. Alat yang
digunakan adalah checksheet yang diisi oleh pihak Quality Control. Pengumpulan data dilakukan
selama 4 bulan dengan kapasitas produksi 2,2 juta lembar pocket per bulan. Data cacat minor pada
pocket clear file berjenis atribut. Data atribut tersebut diwakili oleh jenis cacat pocket yang
mungkin muncul, yaitu: terbalik, tergores, kizu, kotor, seal tidak rata/jelek, bergelombang,
bergaris, terlipat, berserabut, mata ikan, sobek, lengket, berminyak dan kusut.
Pengumpulan data cacat pocket dilaksanakan oleh pihak Quality Control dengan melakukan
inspeksi sebanyak 3 (tiga) kali per hari dengan selang waktu berbeda. Untuk mengetahui jenis
cacat minor pocket dilakukan pengamatan visual pada pocket. Bila terjadi cacat, maka akan
dibandingkan dengan limit sample yang telah ditentukan. Uji distribusi binomial dilakukan karena
data yang akan diukur dalam penelitian adalah data atribut. Pada penelitian ini tidak dilakukan
pengujian gauge R & R lagi karena hasil pengolahan data sebelumnya menunjukkan nilai tesnya
cukup baik yaitu dibawah 10%. Pengukuran kapabilitas proses seperti penentuan indeks Cpm dan
Cpk tidak dapat diterapkan terhadap data atribut. Pengukuran baseline kinerja menggunakan
satuan pengukuran DPMO (Defect Per Million Opportunities), dan tingkat kapabilitas sigma
(sigma level).
Berdasarkan hasil identifikasi cacat minor pocket di section Bag Making, jenis cacat minor
yang hendak diukur berjumlah 10 jenis. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa cacat terbesar
adalah cacat bergelombang dengan nilai sigma 4.1 dan DPMO sebesar 4.413. Sebagai baseline
kinerja di Bag Making menggunakan nilai DPMO 1.348 dan kapabilitas sigma 4.5 untuk
menetapkan proyek X dalam menekan jumlah cacat minor pocket.Hasil pengukuran cacat minor
pocket pada section Kami-ire, jenis cacat minor yang hendak diukur berjumlah 12 jenis. Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa cacat terbesar adalah cacat pocket terlipat mempunyai nilai
sigma 4.4 dengan DPMO sebesar 2.071. Sebagai baseline kinerja di Kami-ire menggunakan nilai
DPMO 582 dan kapabilitas sigma 4.7 untuk menetapkan proyek Y dalam menekan jumlah cacat
minor pocket. Hasil pengukuran pada cacat minor pocket di section Pocket After Karidome
Inspection memperlihatkan bahwa cacat terbesar adalah cacat pocket terlipat dengan nilai sigma 4
dengan DPMO sebesar 5821. Sebagai baseline kinerja di Pocket After Karidome Inspection
menggunakan nilai DPMO 1351 dan kapabilitas sigma 4.5 untuk menetapkan proyek Z dalam
menekan jumlah cacat minor pocket.
daya serta prioritas alternatif yang dilakukan dalam melakukan implementasi dari rencana
tindakan tersebut.
Rencana perbaikan tersebut didapatkan dengan cara mengkombinasikan hasil brainstorming
pihak Quality Assurance dengan kondisi lokasi proyek – proyek. Alat bantu yang digunakan
dalam menentukan prioritas rencana perbaikan adalah FMEA ( Failure Mode And Effect
Analysis).
Setiap jenis kegagalan mempunyai 1 (satu) nilai RPN (Risk Priority Number). Angka RPN
merupakan hasil perkalian antara ranking severity, detection, dan occurrence. Kemudian RPN
tersebut disusun dari yang terbesar sampai yang terkecil, sehingga dapat diketahui jenis kegagalan
mana yang paling kritis untuk segera dilakukan tindakan korektif. Pada Tabel 6 diperlihatkan
contoh FMEA untuk proyek Y1.
Hasil analisa FMEA untuk proyek Y1 menunjukkan bahwa program perbaikan yang harus
dilakukan tim sigma untuk mereduksi cacat bergelombang diperlukan tindakan penambahan
jumlah inspector. Pada paper ini tidak diperlihatkan analisa hasil dari FMEA untuk proyek
lainnya, tetapi contoh di atas dianggap sudah cukup memperlihatkan cara memilih rencana
perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Link Jurnal 1
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/ft1/article/download/3032/825
Link Jurnal 2
https://pdf2doc.com/download/h0qemv1vaa250e5h/o_1ckpnv3eik33cud1n8fndtcl0f/JUR
NAL
Link Jurnal 3
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/SNA/article/view/1435/979
Link Jurnal 4
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/SNA/article/view/1435/979
Link Jurnal 5
http://www.e-jurnal.com/2014/09/model-pemilihan-proses-untuk.html
Link Jurnal 6
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi/article/view/2167
Link Jurnal 7
https://media.neliti.com/media/publications/132868-ID-perancangan-
proses-produksi-alat-antrian.pdf
Link Jurnal 8
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ind/article/view/16616