Anda di halaman 1dari 50

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS NYERI

PUNGGUNG BAWAH
DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN
WILLIAM FLEXION EXERCISE
KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
YOHANA MARGOLANG
NIM : 2011401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI HAJAR
MEDAN
2023
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS NYERI
PUNGGUNG BAWAH
DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN
WILLIAM FLEXION EXERCISE
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Ahli Madya Kesehatan ( A.Md.Kes)
Pada
Program Studi Diploma lll Fisioterapi STIKes Siti Hajar Medan

OLEH:
YOHANA MARGOLANG
NIM 2011401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI HAJAR
MEDAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS NYERI
PUNGGUNG BAWAH
DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN
WILLIAM FLEXION EXERCISE
KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
YOHANA MARGOLANG
NIM 2011401046
LEMBAR PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS NYERI
PUNGGUNG BAWAH
DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN
WILLIAM FLEXION EXERCISE
KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:
YOHANA MARGOLANG
NIM. 2011401046
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama. : Yohana Margolang
NIM. : 2011401046
Asal. : STIKes Siti Hajar Medan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang


berjudul
“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS NYERI
PUNGGUNG BAWAH DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN
WILLIAM FLEXION EXERCISE “ adalah betul-betul karya saya sendiri.
Apabila dalam kenyataan terbukti KTI hasil duplikasi maka KTI saya
bersedia untuk dibatalkan dan mengajukan KTI yang baru.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
dalam keadaan sadar serta tidak ada dari pihak manapun.

Kisaran Mei 2023

Yohana Margolang

1
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS NYERI
PUNGGUNG BAWAH
DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN
WILLIAM FLEXION EXERCISE

ABSTRAK
Yohana Margolang., Mustafa Alharis
Latar belakang : nyeri punggung bawah merupakan suatu gangguan pada otot di
area punggung bawah yang disebabkan karena seseorang melakukan aktivitas
yang berlebihan, misalnya seperti berdiri dan duduk dalam kondisi yang terlalu
lama, mengangkat beban yang terlalu berat serta berada dalam kondisi duduk yang
terlalu lama. Problematika yang ada pada kasus nyeri punggung bawah
mengurangi nyeri, mengurangi spasme pada otot-otot erector spine,
meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi serta aktivitas
fungsional.
Tujuan : untuk mengetahui proses Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus nyeri
punggung bawah dengan modalitas Infra Red dan William Flexion Exercise .Hasil
: Fisioterapi pada kasus low back pain sudah dilakukan sebanyak 6 kali dengan
diperoleh hasil sebagai berikut : dari hasil Evaluasi nyeri dengan menggunakan
VAS untuk nyeri diam 2, nyeri tekan 2 dan nyeri gerak 5. Pada T4 mulai terdapat
penurunan nyeri dan pada T6 untuk nyerinya sudah mulai berkurang dengan hasil
VAS untuk nyeri diam 1 nyeri tekan 1 dan nyeri gerak 4. Evaluasi kekuatan otot
dengan MMT didapatkan hasil dari T1 sampai T6 terdapat peningkatan kekuatan
otot dari pertemuan T1 untuk gerakan ekstensi sebesar 4 Kemudian pada
pertemuan T4 sampai T6 kekuatan otot dari gerakan ekstensi mengalami
peningkatan menjadi 4 +.Kesimpulan : Infra Red dan William Flexion membantu
mengurangi nyeri dan spasmi otot-otot erector spine membantu meningkatkan
lingkup gerak sendi dan meningkatkan aktivitas fungsional.

Kata kunci : Nyeri punggung bawah, Infra Red, William Flexion Exercise.

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala yang
memberikan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini untuk melengkapi tugas akhir pada
program pendidikan diploma lll Fisioterapi di Sekolah Tinggi Kesehatan Siti Hajar
Medan.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Penatalaksanaan Fisioterapi Pada


Kasus nyeri punggung bawah dengan modalitas Infra Red dan William Flexion Exercise
“ selama dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dr dr.Hj.Amira Permatasari Tarigan, M.ked,Sp.P, selaku pembina STIKes Siti


Hajar Medan.
2. Ketua STIkes Siti Hajar Medan Ibu Maryaningsih SST,S.Pd,Ft,M.K.M
3. Ketua program Bapak Ftr Wahyu Wijanarko SST, Ft,M.K.M
4. Bapak Mustafa Alharis, Ftr,M.Or.
5. Dosen staf pegawai di Akademik Fisioterapi Siti Hajar Medan.
6. Teristimewa sekali kepada suami saya Yuhendra Pane bunda Halimah dan Ibunda
Juriah Siagian, kakak saya Titin Yenni S. Kep, kakak saya Tetty Yanna
A.md.Farm,adik saya RamaYani A.md.Kom,adik saya Mohammad Adha
S.P,adik ipar saya Yessi Dony ST ,Rudi Sisanto SE, adik saya Anggi
Maysarah,Lala Annisa serta anak anak saya tercinta Fadiyah Shahada Pane,
Syakirah Pane dan Shezan syahna Pane, serta seluruh keluarga tercinta yang telah
banyak memberi dukungan dan dorongan secara moral dan material kepada
penulis selama masa pendidikan hingga selesainya karya tulis ilmiah ini. Semoga
Allah subhanahu wa ta'ala kesehatan dan keberkahan Amin ya robbal alamin.
7. Terima kasih juga untuk semua rekan-rekan seperjuangan angkatan 20 Diploma
lll Fisioterapi STIKes Siti Hajar Medan terutama yang mengikuti program jalur
khusus.

3
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan tidak seperti apa yang pembaca harapkan, maka penulis
mengharapkan kritikan dan saran atau masukan yang sifatnya membangun demi
kelengkapan dari isi karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih semoga bermanfaat bagi kita semua, Aamiin ya Robbal ‘alamin .

Kisaran

Penulis

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk mencapai kualitas kehidupan rakyat yang optimal, salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan adalah bidang kesehatan, mengingat kesehatan merupakan
cermin dari kualitas hidup bangsa. Pembangunan kesehatan pada dasarnya bertujuan
untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan
kesehatan tersebut menyangkut semua aspek kehidupan, baik fisik, mental, maupun
sosial ekonomi. Hal ini diwujudkan dengan peningkatan kualitas kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh serta melibatkan masyarakat, sesuai dengan
susunan rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan menuju Indonesia
sehat tahun 2020 ( Depkes RI, 2015).
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat World Health Organization (2015) .
Menurut UU Kes Tahun 2009 , kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan (
jasmani ) ,jiwa ( rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. ( Afandi & Rahman 2021)
Fisioterapi adalah bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak ,peralatan ( fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi
dan komunikasi (PERMENKES RI No, 65,2015).
Dalam situasi yang serba kompetitif manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hal ini menyebabkan seseorang mempunyai siklus kerja yang statis,
bekerja dalam waktu yang lama, duduk depan komputer berjam-jam, semua hal
tersebut menyebabkan kinerja dari otot semakin keras sehingga menyebabkan sebuah
penyakit terjadinya nyeri punggung bawah.
Nyeri punggung bawah merupakan suatu keadaan di mana terdapat suatu
gangguan otot di area punggung bawah yang disebabkan karena seseorang melakukan
aktivitas yang berlebihan sehari-hari, misalnya seperti berdiri dalam kondisi yang

5
terlalu lama, mengangkat beban yang terlalu berat serta berada dalam kondisi duduk
yang terlalu lama ( Mage, 2013).
Kasus nyeri punggung bawah merupakan sebuah penyakit yang sering terjadi,
misalnya di negara Amerika Serikat 85% dari jumlah populasi penduduk yang ada di
Amerika Serikat mengeluhkan nyeri punggung bawah kurang lebih selama kurun
waktu 2 minggu, sehingga penyakit nyeri punggung bawah ini dapat mengganggu
aktivitas mereka 25% para pekerja paling banyak mengklaim asuransi dengan kasus
nyeri punggung bawah selama kurun waktu 6 minggu dengan keluhan adanya nyeri
pada area punggung bawah ( Raj, 2011) .
Prevalensi kasus nyeri punggung bawah yang terdapat di negara Indonesia sebesar
18%, dan diprediksi akan terus bertambah karena seiring bertambahnya usia dari
seseorang. Penyakit nyeri punggung bawah pada umumnya sering terjadi pada usia
dekade 2 sampai usia awal dekade 4, misalnya kasus nyeri punggung bawah yang
terdapat di provinsi Nusa tenggara Timur berdasarkan data yang diperoleh dari
keadaan morbiditas pasien rawat jalan RSUD prof.Dr.Wz Johannes pada periode
Januari sampai Desember tahun 2018 melaporkan bahwa terdapat kasus nyeri
punggung bawah sebanyak 1371 kasus. Penyebab dari kasus nyeri pada punggung
bawah sebagian besar sejumlah 85% yang diantaranya adalah berupa non spesifik, hal
ini bisa terjadi karena terdapat kelainan pada jaringan lunak yang berupa cedera,
spasme pada otot dan keletihan pada otot ( Pandjukang dkk, 2018).
Problematika fisioterapi yang ada pada kasus nyeri punggung bawah yaitu berupa
adanya nyeri dan spasme pada otot-otot yang ada di area punggung bawah,
keterbatasan dalam lingkup gerak sendi serta penurunan dalam aktivitas fungsional,
dari hal tersebut tentu saja sangat mengganggu dan dapat menghambat aktivitas dari
seseorang, Sehingga tidak dapat beraktivitas secara maksimal. Berdasarkan
problematika yang terdapat di atas maka peran fisioterapi dalam mengatasi atau
menurunkan problematika yang ada di area punggung bawah yaitu dengan cara
memberikan modalitas yang berupa Infra Red dan terapi latihan William Flexion
Exercise untuk mengurangi nyeri, meningkatkan relaksasi pada otot-otot di area
punggung bawah sehingga dapat mengurangi spasme pada otot-otot yang ada di

6
punggung bawah serta meningkatkan kekuatan otot, lingkup gerak sendi dan aktivitas
fungsional pada penderita nyeri punggung bawah.
Kasus nyeri punggung bawah membutuhkan penanganan penatalaksanaan
fisioterapi yang sesuai dengan standar operasional oleh karena itu penulis tertarik
untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “ Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Kasus nyeri punggung bawah dengan modalitas Infra Red dan William Flexion
Exercise
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini
adalah :
2.1 Apakah pemberian Infra Red dapat mengurangi nyeri pada penderita low back
pain ?
2.2 Apakah pemberian William Flexion Exercise dapat meningkatkan kekuatan otot.
1.3 Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus nyeri
punggung bawah dengan modalitas Infra Red dan William Flexion Exercise .
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan sebagai berikut
1. Bagi institut kesehatan
Karya tulis ini diharapkan mampu mendorong lahirnya pengetahuan
pengetahuan baru yang menunjang lembaga atau institusi terkait mampu
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga didapatkan ilmu
pengetahuan yang berkembang di lingkungan masyarakat yang tepat guna.
Sehingga dapat memahami serta melaksanakan proses fisioterapi dengan
modalitas fisioterapi dan terapi latihan dengan baik.
2. Bagi penulis
1) Menambah wawasan fisioterapi sehingga dapat diimplementasikan
pada pelayanan fisioterapi.
2) Menambah pengetahuan penulis tentang penatalaksanaan fisioterapi
pada kasus nyeri punggung bawah.

7
3) Menambah pengetahuan tentang kegunaan modalitas Infra Red dan
terapi latihan William Flexion Exercise.
3. Bagi masyarakat
Memberikan dan menyebarluaskan informasi tentang peranan fisioterapi
pada kondisi nyeri punggung bawah khususnya kepada pembaca dan masyarakat
sehingga dapat dilakukan pencegahan dan peningkatan kesadaran untuk menjaga
dan meningkatkan kesehatan.

8
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fungsional


a. Tulang

Gambar 2.1 Vertebra lumbal


( Sumber : Paulsen dan Waschke, 2019)
Keterangan gambar:
1. Cervical ( c1 – c 7 )
2. Thoracal ( T 1- T 12)
3. Lumbalis (L1 – L 5 )
4. Sacrum ( S2-S5
Columna vertebralis merupakan sebuah susunan tulang belakang yang
berjumlah 33 ruas yang disatukan oleh ligamen dan otot dengan discus
invertebralis dalam bentuk tulang rawan. 33 tulang vertebra dibagi menjadi 5
bagian yang berbeda yang diantaranya adalah vertebra cervicalis berjumlah 7
buah ( C1- C7 ) cara penulisan tersebut merupakan penulisan berdasarkan ruas
tulang cervical yang berada pada posisi paling superior ke bagian paling
bawah interior vertebra thoracalis berjumlah 12 buah ( TH – TH 12). Vertebra
ini mempunyai susunan tulang yang hampir sama atau mirip dengan tulang
lainnya. Vertebra lumbalis berjumlah 5 vertebra ( L1-L5) . Tertabrak ini

9
merupakan vertebra terbesar dari vertebra yang lainnya. Vertebra lumbalis
tidak mempunyai foramen pada prosesus transverse , selain itu juga tidak
mempunyai permukaan sendi pada bagian Corpus. Vertebra sacralis yang
berjumlah 5 vertebrata ( S1 – S5) tertabrak kelima vertebra sakral bergabung
untuk membentuk tulang yang besar berbentuk segitiga yang dikenal sebagai
sacrum. Tulang vertebra yang terakhir yang terletak di bagian paling bawah
atau paling distal adalah cocygys, tulang ini membentuk empat struktur yang
dikenal sebagai tulang ekor. Tulang cocygys berfungsi sebagai sumber
perlekatan untuk ligamen dan otot ( Edi, 2019).
Regio lumbal terletak pada bagian bawah yang terdiri dari 5 vertebra body
atau yang mobile, 4 discus invertebralis dengan satu discus yang terletak pada
thoracolumbar . Regio ini berbentuk lordosis , hal ini disebabkan karena
posisi yang paling besar menahan beban mekanik dari tubuh, regio lumbal ini
merupakan regu yang paling mudah mengalami degenerasi ( Suyasa, 2018).

b. Sendi

Gambar 2.2 Zygophysial joint


( Sumber: Dutton 2016)

Vertebra mempunyai persendian yang disebut zygophysial joint sendi ini


merupakan sendi yang letaknya terdapat pada sinovial yang berada di postero
lateral canalis invertebralis ( foramina ). Sendi facet atau zygophysial joint
berjumlah satu pasang. Sendi ini memiliki artikulasi posterolateral setiap
antar level pada sebuah vertebrata. Sendi Pacet facet lumbal mengandung

10
tulang rawan hyaline, membran sinovial, kapsul vibrosa, serta ruang sendi
dengan kapasitas 1 sampai 2 ml ( Suyasa 2018).
Fungsi utama dari sendi zygophysial joint adalah untuk melindungi suatu
segmen gerak dari gaya geser anterior rotasi yang berlebih serta gerakan fleksi
( Dutton, 2016).

c. Otot
Otot Punggung Bawah

Gambar 2.3 Otot punggung


(Sumber : Dutton, 2016)
Regio lumbal mempunyai otot-otot erector spine. Otot ini terbagi menjadi
tiga yang diantaranya adalah : otot yang berada di posisi paling lateral adalah
otot iliocostalis, otot yang terletak di area tengah adalah otot longisimus dan
otot yang terdapat di sisi paling dari erector spine adalah otot spinalis.

11
d. Ligamen pada vertebra

Gambar 2.4 Ligamen vertebra


( Sumber: Dutton, 2016)
Keterangan gambar :

1. Ligamen posterior longitudinal


2. Processus transverse
3. Ligamen supraspinous
4. Ligamen intraspinous
5. Ligamen inter transverse
6. Ligamen flavum
7. Ligamen interior longitudinal

2.2 Defenisi nyeri punggung bawah


Nyeri punggung bawah merupakan suatu keadaan di mana terdapat suatu
gangguan otot di area punggung bawah yang disebabkan karena seseorang melakukan
aktivitas yang berlebihan sehari-hari, misalnya seperti berdiri dalam kondisi yang
terlalu lama, mengangkat beban yang terlalu berat serta berada dalam kondisi duduk
yang terlalu lama ( Mage, 2015).
Nyeri punggung bawah adalah suatu perasaan nyeri yang berhubungan dengan
stress atau strain pada otot-otot punggung, tendon dan ligamen yang biasanya

12
dirasakan setelah melakukan aktivitas berlebihan, misalnya seperti mengangkat beban
yang terlalu berat dengan posisi yang salah, terlalu lama dalam posisi membungkuk,
terlalu lama dalam posisi berdiri ataupun duduk dengan posisi yang salah (
Ismaningsih dkk, 2019).

2.3 Patologi
Beberapa penyebab nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh suatu cedera
atau trauma, selain hal tersebut juga bisa terjadi karena terlalu sering menggunakan
otot. Sehingga menyebabkan ketegangan pada otot yang sifatnya kronis ( Amin dkk,
2018).

2.4 Etiologi
Berikut adalah beberapa penyebab dari nyeri punggung bawah ( Andini, 2015).
1. Usia
Seiring berjalannya waktu usia dari seseorang semakin bertambah
dan hal tersebut memicu terjadinya penurunan atau degenerasi pada
tulang. Kondisi tersebut mulai terjadi ketika manusia mulai berusia 30
tahun. Seseorang mulai mengalami degenerasi yang ditandai dengan
adanya kerusakan pada jaringan serta stabilitas dari tulang dan otot
menjadi berkurang, oleh sebab itu semua hal tersebut memicu terjadinya
nyeri punggung bawah. Keluhan nyeri punggung bawah sendiri mulai
dirasakan ketika seseorang mulai berusia 35 tahun dan akan terus
meningkat ketika seseorang mulai berusia lanjut.

2. Jenis kelamin
Nyeri punggung bawah sering dikeluhkan oleh wanita hal ini
terjadi karena kemampuan fisiologis dari otot wanita lebih rendah
dibandingkan pria.

3. Aktivitas Fisik

13
Seseorang mempunyai aktivitas yang berlebih dapat memicu
terjadinya penyakit nyeri punggung bawah karena aktivitas yang berlebih
bisa menyebabkan ketegangan atau spasme pada otot-otot yang terdapat
di area punggung bawah. Seseorang yang mempunyai aktivitas yang
cukup dan teratur maka dapat membantu mengurangi resiko terjadinya
penyakit nyeri punggung bawah.

4. Indeks massa tubuh


Indeks massa tubuh merupakan salah satu kalkulasi antara tinggi
badan dengan berat badan. Ketika berat badan bertambah tulang belakang
akan tertekan sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan
bahaya pada struktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang
belakang yang paling beresiko akibat efek dari obesitas adalah vertebrae
lumbal.

2.5 Patofisiologi
Nyeri punggung bawah adalah merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai
dengan adanya gejala utama berupa rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak nyaman
di area tulang punggung bagian bawah. Low back pain dapat mengakibatkan spasme
pada otot-otot yang menimbulkan nyeri. Spasmi pada otot yang berkepanjangan dapat
menimbulkan vasokonstriksi pada pembuluh darah yang berakibat pada terjadinya
ischemia. Sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pada kekuatan otot yang
berdampak pada penurunan stabilitas dan aktivitas fungsional, pada kasus nyeri
punggung bawah ketika seseorang berada dalam posisi statis atau dalam posisi tetap
dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan penurunan stabilitas dan kerja grup
otot menjadi tidak seimbang sehingga lama-kelamaan akan menimbulkan terjadinya
injury.
Otot yang tidak seimbang menyebabkan pemendekan otot, dan pada kasus nyeri
punggung bawah ini otot yang mengalami pemendekan antara lain Quadratus
lumborum , liopsoas, hamstring dan erector spine. Sedangkan pada otot abdominal
dan gluteus terjadi kelemahan. Foto stabilisator utama pada lumbal adalah multifidus

14
dan transversus abdominis. Daerah lumbal khususnya daerah L 5 – S 1 mempunyai
tugas yang berat yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan
disangga oleh sendi L5-S1 . Daerah lumbal terutama L5- S1 merupakan daerah rawan,
karena ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan
posterior discus . Ketika terjadi tekanan yang berlebihan pada tulang belakang maka
tulang belakang bekerja semakin keras dan ini bisa menyebabkan adanya keluhan
nyeri yang berakibat pada nyeri pada punggung bawah ( Zahratur dkk, 2019).

2.6 Tanda dan Gejala


Tingkat nyeri punggung yang dirasakan setiap penderita berbeda-beda, mulai
dari ringan hingga nyeri berat yang mengganggu aktivitas. Namun secara
umum, berikut adalah gejala nyeri punggung bawah:
a. Nyeri terasa seperti ditusuk atau tersetrum listrik.
b. Nyeri dapat dirasakan di punggung saja atau menjalar ke bagian tubuh lain,
misalnya ke kaki.
c. Nyeri timbul saat berada pada posisi tertentu, seperti saat duduk atau berjalan,
namun membaik saat berdiri atau berbaring
d. Nyeri punggung kumat atau semakin berat setelah mengangkat benda berat
e. Nyeri punggung dapat disertai kedutan otot (spasme)

2.7 Diagnosa Banding

Manifestasi
Disease Defenisi Etiologi Diagnosis
Klinis
Anamnesis FR: -
LBP yang 1. Poor muscle Obesitas -Merokok
disebabkan recruitment -Sedentary lifestyle
Non Spesific
karena banyak 2. Emotional stress -Genetik -Aktivitas
LBP/simple
faktor (multi 3. Disk Degeneration LBP seperti berdiri atau
backache/mechanical
faktor) yang 4. Arthritis awakward position
low back pain
menyebabkan 5. Ligamentous dalam waktu lama
nyeri hipertrofi
Penunjang: MRI

15
FR: pada usia tua

PE:
-Postur abnormal -
Degenerative disease Poor polvic girdle
of the penuaan dari mechanics -
zygapophyseal Berpotensi
Lumbar Spondylosis
zygapophyseal joint , memiliki beberapa
Degenerative Disk sumber nyeri
disease Manuver: Lumbar
ekstensi →→ rotasi
(menambah beban
pada zygapophyseal
joint
Axial back
pain /nyeri
pada satu titik -
Kondisi di bagian
nyeri menjalar
internal dari disk
ke bokong dan
yang mengalami
kaki Diskography:
disrupsi akan
Internal Disk Mechanical annular tears yang
tetapi bagian
Disruption compression Degradasi berada di puter
externalnya
nucleus third of annulus
masih normal
pulposus -Fisur
(tidak ada bulge
radial
atau herniasi)
memanjang ke
anulus ketiga
dibagian luar

Disk PE: -Nyeri di


Herniation/herniated Keluarnya dermatom L4- -
-Respon
nucleus material disk dari Aging -Repetitive Kompresi yang
inflamasi di
pulposus/diskbulge/disk invertebral disk mechanical stressor menimbulkan
nerve root
protrusion/ruptured space. radicular symptom -
disk/propalpsed disk Axial Pain

PE:
-Tenderness -Nyori
Daat lumbar
Defek pars Nyeri kambuh ekstensi -Hamstring
interarticularis dengan thightness
atau isthmus Ropotitive asktensi aktivitas
Spondylolysis
dianara superior- dan rotasi ekstensi - Ponunjang: Single-
inferios articular Kotorbatasan photon emission
facet. gerak computed
tomography
(SPECT)

lsthmic
spondylolisthesis -
Anterior slippage
Dysplastic
Spondylolisthesis of one vertebra
spondylolisthesis -
on another
Traumatic
spondylolisthesis

16
2.8 Prognosis
Nyeri punggung bawah jarang sekali mengancam nyawa, tetapi sangat
mengganggu kualitas hidup. Nyeri punggung bawah kronis sering fluktuatif dan
memiliki episode exaserbasi akut yang rekuren. Prognosis jumlah episode exaserbasi
akan lebih buruk pada pasien yang memiliki riwayat serangan akut yang sangat berat
dan bertahan lama.
Nyeri punggung bawah adalah salah satu alasan terbesar untuk izin dari kerja. Bila
pasien sudah lama izin, lebih kecil kemungkinan ia akan kembali ke pekerjaannya.
Dari semua pasien yang sudah izin kerja selama 6 bulan, hanya setengah yang akan
kembali untuk bekerja. Setelah izin bekerja selama 2 tahun, tidak ada pasien yang
kembali bekerja.

2.9 Komplikasi
Nyeri punggung bawah kronis sudah merupakan salah satu komplikasi dari
berbagai etiologi. Berbagai etiologi ini juga memiliki komplikasi lain. Contoh: bila
penyebab nyeri adalah fraktur di sendi sakroiliak, dapat berlanjut ke fraktur komplit
di panggul [6]. Herniasi diskus dapat menghasilkan komplikasi sindroma kauda
equina dan dapat menyebabkan gangguan permanen.
Terdapat juga beberapa komplikasi akibat tata laksana nyeri punggung bawah
kronis. Penggunaan obat-obatan seperti opioid dapat menyebabkan kecanduan.
NSAIDs dapat menyebabkan gangguan saluran cerna. Prosedur intervensi seperti
injeksi anastesi atau kortikosteroid dapat menyebabkan kelemahan ekstremitas
bawah, insomnia, nyeri kepala, gangguan elektrodiskus. Tidak sedikit jumlah
komplikasi yang dapat terjadi bila tindakan operasi dilakukan pada sistem saraf pusat
dan sekitarnya, misalnya cedera saraf, robekan pada duramater, infeksi, atau
degenerasi diskus.
Menurut international classification of functioning, disability and health (ICF)
diagnosis kesehatan kepada pasien terutama di bidang fisioterapi dapat dibagi menjadi
tiga yaitu environment, fungtional limitation dan participation of restriction.
Didasarkan ICF diagnosis fisioterapi yang terjadi pada kasus nyeri punggung bawah
meliputi :

17
a. Body function adalah fungsi fisiologi dari sistem tubuh
b. Body structure adalah bagian-bagian anatomi tubuh.
c. Impairmen
d. Adanya spasme, adanya penurunan aktivitas fungsional dan terjadinya
penurunan kekuatan otot pada area punggung bawah.
e. Fungtional limitation
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan nyeri dengan VAS dan MMT pada otot-otot
punggung bawah akan didapatkan kemampuan fungsional dasar pasien.

2.10 Problematika Fisioterapi


Menurut international classification of functioning, disability and health (ICF)
diagnosis kesehatan kepada pasien terutama di bidang fisioterapi dapat dibagi menjadi
tiga yaitu environment, fungtional limitation dan participation of restriction.
Didasarkan ICF diagnosis fisioterapi yang terjadi pada kasus nyeri punggung bawah
meliputi :
a. Body function adalah fungsi fisiologi dari sistem tubuh
b. Body structure adalah bagian-bagian anatomi tubuh.
c. Impairmen
Adanya spasme, adanya penurunan aktivitas fungsional dan terjadinya
penurunan kekuatan otot pada area punggung bawah.
d. Fungtional limitation
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan nyeri dengan VAS dan MMT pada
otot-otot punggung bawah akan didapatkan kemampuan fungsional dasar
pasien seperti rasa nyeri tekan , nyeri gerak dan penurunan kekuatan otot pada
area punggung bawah.
e. Participation restriction
Adanya penurunan rasa kepercayaan diri pasien dalam bergaul dan
bermain dengan teman-teman sebaya di lingkungan sekitar.

18
2.11 Teknologi Intervensi Fisioterapi
a. Infra Red
Sinar infrared adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 77 menjadi sekitar 12,5 00 nm dan lampu sinar infrared ada dua
macam yaitu lampu luminous dan lampu non luminous. Pada penggunaan
lampu non luminous jarak lampu yang digunakan adalah antara 45 sampai 60
cm , sinar diusahakan tegak lurus, p waktu antara 10 – 30 menit dan
disesuaikan jenis penyakit atau keluhannya ( Abidin et. Al., 2017).
Infrared diberikan untuk mengurangi nyeri, mengurangi oedema dan
meningkatkan sirkulasi darah. Jika terjadi kenaikan temperatur akan
menimbulkan vasodilatasi , yang menyebabkan terjadinya peningkatan darah
ke jaringan setempat dan menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme dengan
menggunakan sinar infrared dan menimbulkan efek panas yang dapat
melancarkan sirkulasi darah sehingga pemberian kebutuhan jaringan akan O2
terpenuhi dengan baik sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. ( Afandi &
Rahman, 2021).
Indikasi dari infrared adalah peradangan sub akut: kontusio, muscle
sprain, muscle strain, trauma sinovitis , arthritis ( RA, OA Myalgia ,lumbago,
neuroralgia ,neuriris ), Gangguan, penyakit kulit, persiapan exercise dan
massage. Kontraindikasi infrared adalah darah yang insufisiensi pada darah,
gangguan sensibilitas kulit, kecenderungan terjadi pendarahan, demam, b
infeksi akut ( TBC, kanker/ tumor), jaringan yang masih baru ( luka bakar). (
Yusri, 2018).

b. William Flexion Exercise


William Flexion Exercise adalah latihan fisik yang digunakan oleh
fisioterapi untuk membantu mengatasi masalah muskuloskeletal yang terjadi
pada area punggung bawah. Latihan ini dirancang untuk mengurangi nyeri
punggung bawah dengan cara menguatkan otot-otot yang memfleksikan lomba
sakral spine, terutama pada otot-otot abdominal dan otot-otot gluteus
Maximus serta grup otot ekstensor pada area punggung bawah. Pengaruh dari

19
terapi William Flexion Exercise adalah men-relaksasikan otot-otot sehingga
semakin otot itu rileks dan tidak tegang maka otot tersebut dapat bergerak
bebas tanpa adanya hambatan dan tanpa adanya rasa nyeri dan spasme pada
otot punggung bawah ( ismaningsih, dkk 2019).
1) Pelvic tliting exercise

Pelvic tliting
( Alfin, 2010)
Latihan pelvic tliting exercise dilakukan dengan posisi Pasien
tidur terlentang dengan kedua Knee fleksi dan kaki datar di atas bet.
Daftarkan punggung bawah melawan bet dan kontraksikan otot-otot
perut tanpa kedua tungkai mendorong ke bawah. Kemudian
pertahankan 5 sampai 10 detik kemudian rileks kembali. Latihan ini
dapat diulang sebanyak 10 kali pengulangan.
2) Single knee to chest

Single knee to chest


( Alfin 2010)
Latihan ini dilakukan dengan posisi Pasien tidur terlentang dengan
kedua Knee fleksi dan kaki datar di atas bed. Kemudian secara
perlahan tarik knee kanan ke arah shoulder dan dada pertahankan 5

20
sampai 10 detik. Kemudian diulangi untuk knee kiri dan pertahankan
5 sampai 10 detik juga. Lakukan gerakan ini sebanyak 10 kali
pengulangan.
3) Double Knee To Chest

Double Knee To Chest


(Alfin 2010)
Gerakan peregangan ini dilakukan dengan posisi pasien berbaring
tidur terlentang di bed , kemudian instruksikan pasien untuk
mengangkat kedua lutut ke arah dada dengan kedua tangan tertutup
memegang kedua lutut. Pasien menarik lutut mereka ke arah dada
mereka dan menundukkan kepala mereka ke depan tahan gerakan
tersebut selama 5 detik kemudian rileks. Lakukan gerakan ini
sebanyak 10 kali pengulangan.
4) Partial sit up

Partial sit up
( Saint luke 2022)
Latihan ini dilakukan dengan posisi Pasien tidur terlentang di bed
, kemudian posisi terapis berada di samping bed . Kedua tungkai

21
pasien ditekuk menempel di bed dengan kedua tangan menyilang di
depan dada. Instruksikan pasien untuk mengangkat kepala sampai
pecah scapula terangkat dan tahan selama 5 detik, kemudian lakukan
gerakan ini sebanyak 10 kali pengulangan.

2.12 Pemeriksaan Spesifik


a. Pengukuran spesifik
1) Pengukuran nyeri dengan visual analog Scale ( VAS)

Gambar visual analog scale


( Amin, 2018)
Visual analog Scale merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur satu intensitas nyeri. Setiap garis vas ujungnya ditandai dengan
suatu level intensitas, untuk ujung kiri diberi tanda intensitas No Pain atau
tidak nyeri. Sedangkan untuk ujung sebelah kanan diberi tanda bad pain atau
nyeri hebat. Prosedur pemeriksaan dengan VAS dilakukan dengan cara
meminta pasien untuk menandai intensitas nyeri dengan cara menggeser
garis pada vas sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien,
kemudian setelah melakukan pengukuran nyeri dengan vas hasil dari
pengukuran dicatat agar dapat mengetahui kemajuan dari pasien setelah
pemeriksaan atau pengukuran yang selanjutnya setelah pasien melaksanakan
terapi ( widiarti, 2016 ).

22
2) Pengukuran kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing ( MMT )
Manual muscle testing atau MMT adalah merupakan suatu prosedur pada
pemeriksaan kekuatan otot yang dilakukan oleh seorang baik secara individu
ataupun mereka kelompok yang berhubungan dengan gravitasi dan tahanan
secara manual ( Herawati, 2017).

Nilai
Keterangan
otot
Nilai 0 Kontraksi otot tidak teraba sama sekali ketika dilakukan palpasi
Nilai 1
Kontaksi otot dapat dipalpasi tetapi tanpa terjadinya sebuah
gerakan
Subjek bergerak dengan lgs tidak penuh tanpa melawan
Nilai 2-
gravitasi
Nilai 2 Subjek bergerak dengan lgs penuh tanpa melawan graviasi
Nilai 2+ Subjek bergerak dengan melawan gravitasi dan lgs kurang dari
midle range
Nilai 3-
Subjek bergerak dengan melawan gravitasi dengan lgs lebih
dari midle range
Subjek bergerak dengan lgs yang hampir penuh melawan
Nilai 3
gravitasi
Nilai 3+ Subjek bergerak dengan lgs penuh melawan gravitasi
Nilai 4- Subjek bergerak dengan lgs penuh melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
Nilai 4 Mampu bergerak penuh dengan lgs penuh melawan gravitasi
dan melawan tahanan minimal

Nilai 4+ Mampu bergerak penuh dengan lgs penuh melawan gravitasi


dan melawan tahanan sub maksimal
Nilai 5
Mampu bergerak Full ROM dan melawan gravitasi maksimal
dantahanan maksimal (nommal)

23
b. Tes Spesifik
1) Tes Spesifik Lasegues

Gambar tes Lasegues


( Dutton, 2016 )
Tes Lasegues dilakukan dengan cara posisi Pasien tidur terlentang di bed
dengan posisi kedua hip endorotasi dan adduksi serta knee ekstensi . Prosedur
tes dilakukan dengan cara praktekkan atau terapis meletakkan satu tangan
pada ankle pasien, selanjutnya terapi secara pasif memfleksikan hip pasien
setinggi 75° hingga pasien merasakan nyeri pada pinggang atau bagian
posterior tungkai. Apabila pasien merasakan nyeri maka mengindikasikan
disc herniation atau penekanan pada jaringan saraf ( Aras dkk, 2014 )
2) Tes Spesifik Bragard

Gambar tes Bragard


( Dutton 2016)
Tes bragard dilakukan dengan posisi Pasien tidur terlentang di bed.
Terapis meletakkan satu tangan pada ankle pasien kemudian terapi secara

24
pasif memfungsikan ankle pasien ke arah dorsi Fleksi, apabila gejala timbul
pada lumbal dan pada tungkai berarti jaringan saraf ikut terlibat. Positif tes
identifikasikan lesi pada spinal cord ( Aras dkk, 2014,).

25
BAB lll
PELAKSANAAN STUDI KASUS
3.1 Pengkajian Fisioterapi
a. Assessment
Assessment atau pemeriksaan merupakan komponen penting dalam
manajemen penatalaksanaan fisioterapi. Assessment adalah proses
berkelanjutan yang diambil setiap dan selama intervensi fisioterapi.
Pemeriksaan ini menjadi begitu penting karena sedikitnya ada tiga alasan
pokok, yaitu : (1) dapat mengidentifikasi masalah pasien yang diintervensi oleh
fisioterapis, (2) dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pasien dari
waktu ke waktu, (3) memberikan motivasi kepada pasien dan memberikan
informasi tentang efektivitas terapi yang berguna untuk menentukan
manajemen penatalaksanaan fisioterapi selanjutnya. Langkah-langkah
pemeriksaan meliputi :
b. Anamnesis
Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan tanya jawab antara
terapis dengan sumber data. Dalam pelaksanaannya anamnesis terdapat dua
cara yaitu : auto anamnesis dan hetero anamnesis. Pada kasus ini dilakukan
dengan cara auto Anamnesis di mana terapis bertanya langsung kepada pasien.
Anamnesis terdiri dari dua bagian yaitu :

3.1.1. Anamnesis Umum


Pada anamnesis umum ini diperoleh data tentang identitas pasien antara
lain :
a. Nama. : Ny Ani
b. Umur. : 45 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Agama : Islam
e. Status. : Ibu rumah tangga
f. Alamat. : Dusun 2 desa Perkebunan Teluk Dalam Asahan

26
3.1.2. Anamnesis Khusus
Anamnesis khusus meliputi hal-hal berkaitan dengan keadaan atau
penyakit pasien. Data-data yang diperoleh dari anamnesis khusus antara lain :
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada punggung bagian bawah dan nyeri terasa di saat
lama melakukan aktivitas berdiri maupun aktivitas duduk terlalu lama.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang pada 01 Mei 2023 ke Poli Klinik Perkebunan Teluk Dalam
dengan keluhan nyeri pada area punggung belakang. Gejala ini sudah dialami
sejak satu minggu yang lalu pada saat terlalu lama berdiri maupun terlalu
lama duduk sehingga timbulnya nyeri yang sangat mengganggu aktivitas.
Hasil pemeriksaan dokter pasien di diagnosa low back pain sehingga pasien
dirujuk ke poli fisioterapi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami seperti penyakit sekarang
d. Riwayat pribadi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan bekerja sebagai asisten rumah
tangga.
e. Riwayat penyerta
Tidak ada riwayat penyerta pasien.
f. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama
dengan pasien.

3.1.3. Anamnesis sistem


a. Kepala dan leher
Pasien tidak mengalami pusing maupun kaku pada leher
b. Kardiovaskuler
Pasien tidak ada masalah dengan jantung seperti dada berdebar-debar
maupun nyeri dada.

27
c. Respirasi
Pasien tidak ada keluhan dengan pernafasan.
d. Gastroistestinal
Pasien tidak ada keluhan dengan buang air besar, mual maupun muntah.
e. Muskuloskeletal
Adanya spasme pada otot-otot area punggung bawah.
f. Urogenitalis
Pasien tidak ada keluhan dengan buang air kecil.
g. Nervorum
Pasien tidak ada keluhan pada persyaratan.

3.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik untuk melengkapi anamnesis dan yang termasuk dalam
pemeriksaan fisik pada kasus low back pain antara lain:
a. Vital Sign
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan vital sign yaitu:
1. Tekanan darah. : 110/80 mmHg
2. Denyut nadi. : 80x/ menit
3. Pernapasan. : 20x/ menit
4. Temperatur. : 34°C
5. Tinggi Badan : 159cm
6. Berat badan. : 68kg
7. Golongan darah. : AB
b. Inspeksi
Hasil pemeriksaan inspeksi statis kondisi dari pasien nampak baik, saat
posisi berdiri postur tubuh dari pasien agak membungkuk ( kifosis) .
Hasil pemeriksaan inspeksi dinamis dari pasien terlihat menahan nyeri pada saat
pasien duduk dan berdiri dengan waktu yang cukup lama, pada saat pasien bangun
dari posisi duduk ke berdiri terlihat bahwa pasien menahan nyeri dan tanpa alat
bantuan apapun dan pasien bisa berdiri secara normal.
c. Palpasi

28
Berdasarkan hasil pemeriksaan untuk palpasi diperoleh hasil terdapat
nyeri tekan pada area punggung bawah dan terdapat spasme pada otot-otot
erector spine.
d. Perkusi
Pemeriksaan ini dengan cara mengetuk pada bagian permukaan tubuh
pasien untuk menghasilkan suara. Terdapat 5 jenis suara yang dihasilkan yaitu :
pekak redup,sonor ,hipersonor dan timpani . Keseluruhannya menggambarkan
kondisi organ tubuh bagian dalam. Dalam pemeriksaan ini didapatkan hasil
normal.
e. Auskultasi
Auskultasi yaitu untuk mendengarkan suara-suara dalam saluran nafas dan
jaringan paru, melalui auskultasi kita dapat mengetahui ada tidaknya mucus
dalam jaringan paru serta untuk mengetahui letak mucus tersebut. Caranya
letakkan stetoskop dengan kuat pada dinding dada yang tidak tertutup pakaian,
mintalah pasien bernapas dalam dengan mulut terbuka, lakukan oskultasi pada
bagian anterior, lateral dan posterior. Setelah dilakukan pemeriksaan informasi
yang didapat melalui oskultasi adalah vesikuler menurun. Hasil yang didapatkan
tidak ada gangguan kardio pulmonal pada pasien atau kelainan pada suara utama
pernapasan.
f. Gerakan dasar
1. Gerak aktif
Gerakan Full ROM Nyeri
Fleksi trunk Full ROM Tidak nyeri
Ekstensi trunk Tidak full ROM Nyeri
Lateral fleksi detra Full ROM Tidak nyeri
Lateral fleksi
Full ROM Tidak nyeri
sinistra
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan gerak aktif
(Dokumentasi pribadi, 2023)
Berdasarkan pemeriksaan gerak aktif untuk gerakan ekstensif
trunk pasien belum bisa melakukan secara full ROM dan masih terdapat

29
nyeri. Sedangkan untuk gerakan Fleksi, lateral Fleksi dextra dan sinistra
sudah dapat dilakukan secara full ROM dan tidak ada nyeri.
1. Gerak pasif

Gerakan Full ROM Nyeri End fell


Fleksi trunk full ROM Tidak nyeri Soft
Ekstensi trunk Tidak full ROM Nyeri Hard
Lateral fleksi
Full ROM Tidak nyeri Elastic
detra
Lateral fleksi
Full ROM Tidak nyeri Elastic
sinistra
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan gerak pasif
( Dokumentasi pribadi, 2023)
Berdasarkan pemeriksaan gerak pasif untuk gerakan ekstensi trunk
pasien belum bisa melakukan secara full ROM dan masih terdapat nyeri.
Sedangkan untuk gerakan Fleksi, lateral Fleksi dextra dan sinistra sudah
dapat dilakukan secara full ROM dan tidak ada nyeri.

2. Gerak aktif melawan tahanan


Gerakan Full ROM Nyeri Jenis tahanan

Fleksi trunk Full ROM Tidak nyeri Maksimal


Tidak full
Ekstensi trunk Nyeri Moderate
ROM
Lateral fleksi
Full ROM Tidak nyeri Maksimal
dextra
Lateral fleksi
Full ROM Tidak nyeri Maksimal
sinistra
Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan gerak aktif melawan tahanan
( Dokumentasi pribadi, 2023)
Berdasarkan pemeriksaan gerak pasif untuk gerakan ekstensi trunk
pasien belum bisa melakukan secara full ROM dan masih terdapat nyeri,
sedangkan untuk gerakan Fleksi, lateral fleksi dextra dan sinistra sudah
dapat dilakukan secara full ROM dan tidak ada nyeri.

30
g. Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal
1. Kognitif, pasien mampu menceritakan kronologi kejadian penyakit.
2. Intrapersonal, pasien memiliki motivasi dan semangat untuk sembuh
3. Interpersonal, pasien mau bekerja sama dan mampu mengikuti instruksi
dari fisioterapis.

h. Kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas


1. Fungsional dasar
Pasien mengalami keterbatasan gerak pada saat melakukan aktivitas
seperti berada pada posisi duduk dan berdiri yang terlalu lama karena
pasien mengalami nyeri gerak pada saat melakukan gerakan tersebut.

2. Fungsional aktivitas
Pasien mengalami rasa rasa nyeri tekan dan nyeri gerak tetapi rasa nyeri
tersebut hilang pada saat pasien melakukan istirahat ataupun tidur, dari
hasil pemeriksaan pasien mengalami disabilitas sedang.

h. Lingkungan aktivitas
Lingkungan aktivitas mendukung untuk kesembuhan pasien karena di
rumah tidak terdapat tangga sedangkan untuk lingkungan pekerjaan kurang
mendukung Karena untuk aktivitas pasien harus berada dalam kondisi duduk
seperti mencuci dan mensetrika pakaian yang tentunya memakan waktu yang
cukup lama, dan berdiri yang terlalu lama di saat melakukan pekerjaan
seperti memasak menyapu dan mengepel lantai juga pekerjaan yang lain.

3.3 pemeriksaan Spesifik


1) Pemeriksaan sistemik khusus
a. Tes Lasegues

31
Pemeriksaan Tes Lasegues yang dilakukan pada pasien atas nama Ny Ani
diperoleh hasil negatif karena pasien tidak mengalami nyeri pada saat dilakukan
tes.
b. Tes bragard
Pemeriksaan tes bragard dilakukan pada Ny Ani didapatkan hasil negatif
karena pasien tidak mengeluhkan nyeri pada saat melakukan tes.
2) Pengukuran nyeri dengan Visual Analog Scale ( VAS).
Pemeriksaan nyeri dengan Visual analog Scale bawa untuk nyeri dan hasilnya
adalah 2, nyeri tekan 2 dan dari pemeriksaan nyeri gerak hasilnya 5
3) Pengukuran kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing ( MMT )
Berdasarkan pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing diperoleh
hasil untuk gerakan ekstensi nilainya 4, sedangkan untuk Fleksi trunk b lateral
fleksi dextra dan sinistra diperoleh hasil 5.

3.4 Interpretasi data / Diagnosis Fisioterapi


1. Body function
a. Terdapat spasme pada otot erector spine
b. Terdapat kelemahan otot pada gerakan ekstensi
c. Terdapat penurunan lingkup gerak sendi pada gerakan ekstensi
2. Body structure
Pasien mengalami penurunan kekuatan otot pada area punggung bawah
3. Impairmen
Terdapat nyeri tekan dan nyeri gerak pada area punggung bawah.
4. Fungsional limitation
Pasien mengalami keterbatasan aktivitas pada saat pasien melakukan aktivitas
duduk dan berdiri terlalu lama. Karena pada saat kondisi tersebut pasien
mengeluhkan rasa nyeri tekan dan nyeri gerak pada area punggung bawah
5. Participation restriction
Pasien dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat tetapi belum bisa
berpartisipasi secara maksimal misalnya ketika dalam kegiatan rapat dan pengajian

32
karena pasien mengeluh nyeri pada saat pasien berada dalam posisi berdiri dan
duduk terlalu lama pasien merasakan nyeri.

3.5 Tujuan Fisioterapi


a) Tujuan jangka pendek
1. Mengurangi nyeri tekan dan nyeri gerak pada area punggung bawah
2. Mengurangi spasme pada otot-otot erector spine
3. Meningkatkan kekuatan otot pada gerakan ekstensi
b) Tujuan jangka panjang
1. Melanjutkan tujuan jangka pendek
2. Meningkatkan aktivitas fungsional dari pasien.
a. Infra Red

Gambar 3.5.1 pelaksanaan infrared


( Dokumentasi pribadi, 2023)
a) Persiapan alat : pastikan kabel sudah tersambung dengan arus listrik
b) Persiapan pasien : posisikan pasien senyaman dan serileks mungkin dengan
posisi tidur tengkurap pada bed kemudian hindarkan area yang akan diterapi dari
pakaian, lakukan tes sensabilitas ( panas, dingin, tajam dan tumpul)
c) Posisi terapis berdiri di dekat bed pasien.

33
d) Pelaksanaan terapi : sambungkan kabel infrared dengan stop kontak, lalu tekan
tombol On/ poser. Arahkan lampu pada area punggung dengan posisi tegak lurus
pada area yang akan diterapi dengan jarak 35 sampai 45 cm. Lalu atur waktu
terapi selama 15 menit, apabila waktu terapi sudah selesai tekan tombol off dan
segera rapikan alat infrared seperti semula.

b. Terapi William Flexion Exercise


a) Pelvic tliting

Gambar 3.5.2 pelvic tliting


(Dokumentasi pribadi, 2023)
1. Posisi pasien
Tidur terlentang di bed dengan posisi kedua tungkai Fleksi dan kedua tangan
lurus di samping badan dari pasien dan menempel di bed.
2. Pelaksanaan latihan
Kontraksi kan otot-otot perut dengan cara menekan area punggung ke bawa
bed . Pertahankan gerakan tersebut selama 5 detik kemudian rileks. Latihan
ini bisa dilakukan 5 kali pengulangan.

34
b) Single knee to chest

Gambar 3.5.3 Single knee to chest


( Dokumentasi pribadi, 2023)
1. Posisi pasien
Tidur terlentang di bed dengan kedua tungkai lurus dan tangan lurus berada
di samping badan dari pasien dan menempel di bed
2. Pelaksanaan latihan
Angkat salah satu tungkai dengan kedua tangan pasien, kemudian tarik
tungkai mendekat ke arah dada, rasakan adanya penguluran pada otot-otot di
area punggung dan pertahankan gerakan tersebut selama 5 detik kemudian
rileks.

35
c) Double Knee To Chest

Gambar 3.5.4 Double Knee To Chest


( Dokumentasi pribadi, 2023)
1. Posisi pasien
Tidur terlentang di bed dengan kedua tungkai lurus dan kedua tangan lurus
berada di samping badan dari pasien dan menempel di bed.
2. Pelaksanaan latihan
Angkat kedua tungkai dengan kedua tangan pasien, kemudian tarik sampai
menempel ke arah dada rasakan adanya tarikan pada saat melakukan gerakan
tersebut. Pertahankan gerakan tersebut selama 5 detik kemudian rileks.
Lakukan gerakan ini sebanyak 5 kali pengulangan.
d) Partial sit up

36
Gambar 3.5.5 Partial sit up
( Dokumentasi pribadi, 2023 )
1. Posisi pasien
Tidur terlentang pada bed dengan kedua tungkai Fleksi dan kedua tangan
berada pada posisi menyilang di dada.
2. Pelaksanaan latihan
Anjurkan pasien untuk melakukan kontraksi pada area perut dengan cara
mengangkat kepala dan shoulder sampai terangkat dengan dagu menempel
di dada, kemudian pertahankan posisi tersebut selama 5 detik setelah itu
kembali ke posisi rileks. Lakukan gerakan ini sebanyak 5 kali pengulangan.

3.6 Edukasi
1. Pasien dianjurkan untuk melakukan terapi latihan yang telah diajarkan oleh terapis
secara rutin ketika pasien berada di rumah.
2. Pasien dianjurkan untuk menggunakan korset lumbal agar dapat menjaga stabilitas
lumbal dan otot-otot erector spine.
3. Pasien dianjurkan untuk melakukan stretching satu jam sekali pada saat pasien
sedang bekerja.

3.7 Evaluasi dan Terapi Akhir


Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali dari T1 sampai T6 pada Ny Ani
dilakukan evaluasi untuk evaluasinya berupa evaluasi spasme pada otot-otot erector
spine , evaluasi nyeri dengan VAS ,evaluasi kekuatan otot dengan MMT

Vas T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri diam 2 2 2 2 2 1

Nyeri tekan 2 2 2 1 1 1

Nyeri gerak 5 5 5 4 4 4
Tabel 3.7.1 Hasil evaluasi nyeri
( Dokumentasi pribadi, 2023)

37
1. Evaluasi kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing

Gerakan T1 T2 T3 T4 T5 T6

Fleksi trunk 5 5 5 5 5 5

Esktensi trunk 4 4 4 4 4+ 4+
Lateral fleksi
5 5 5 5 5 5
dextra
Lateral fleksi
5 5 5 5 5 5
sinistra

Tabel 3.7.2 Hasil evaluasi kekuatan otot


( Dokumentasi pribadi, 2023)

38
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL

Berdasarkan hasil terapi pada pasien Ny Ani dengan diagnosa nyeri punggung
bawah yang dilakukan sebanyak 6 kali dari T1 - T6 selama bulan Mei 2023 untuk
menyelesaikan problematika pada kasus low back pain dengan menggunakan modalitas
Infra Red dan terapi latihan William Flexion Exercise. Modalitas Infra Red mempunyai
efek fisiologis yaitu terserapnya panas pada kulit yang akan membantu meningkatkan
temperatur dalam tubuh yang berpengaruh dalam peningkatan proses metabolisme dan
fase dilatasi pada pembuluh darah sehingga dapat membantu melancarkan nutrisi yang
masuk ke dalam jaringan dan pengeluaran zat sisa hasil dari proses metabolisme yang
menumpuk di dalam jaringan sehingga dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

Terapi latihan William Flexion Exercise adalah jenis latihan dengan konsep spinal
Fleksi yang terdiri dari 7 set yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan menyediakan
stabilitas pada lower trunk dengan penguatan secara aktif pada abdominal, gluteus
Maximus, hamstring dan stretching otot fleksor hip serta otot lower back ( Permadi,
2016).

a. Penurunan nyeri

39
Grafik 4.1 penurunan nyeri
( Dokumentasi pribadi , 2023)

Berdasarkan hasil terapi yang terdapat dalam grafik di atas bahwa untuk
penurunan nyeri yang diukur dengan menggunakan visual analog scale
didapatkan hasil sebagai berikut. Nyeri diam pada T1 adalah 2 Kemudian pada T6
menjadi 1 dan untuk nyeritakan mengalami penurunan T1 adalah 2 Kemudian
pada T6 mengalami penurunan menjadi satu, sedangkan untuk nyeri gerak yang
dialami oleh pasien juga mengalami penurunan dari T1 adalah 5 Kemudian pada
T6 nyerinya berkurang menjadi 4.
b. Peningkatan kekuatan otot

Grafik 4.2 peningkatan kekuatan otot


( Dokumentasi pribadi, 2023 )
Grafik di atas menjelaskan bahwa berdasarkan terapi yang telah dilakukan selama 6
kali pertemuan dari T1 sampai T6 terdapat peningkatan kekuatan otot. Gerakan Fleksi
trunk pada T1 sampai T6 adalah 5. Gerakan ekstensi trunk T1 adalah 4 kemudian T6

40
menjadi 4 +, sedangkan untuk gerakan lateral Fleksi dextra dan lateral fleksi sinistra dari
T1 sampai T6 nilainya adalah 5.

41
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Pada kasus nyeri punggung bawah atau intervensi yang tepat untuk menangani
kasus tersebut agar memberikan hasil yang baik dan maksimal kepada pasien.
Modalitas fisioterapi yang berupa Infra Red dan terapi latihan William Flexion
Exercise merupakan intervensi yang tepat untuk membantu mengurangi
problematika fisioterapi yang terdapat pada kasus low back pain yang berupa
nyeri dan spasme pada otot erector spine. Penurunan kekuatan otot serta
penurunan pada aktivitas fungsional sehari-hari, namun selain hal tersebut edukasi
kepada pasien dan konsistensi serta semangat yang tinggi dalam melakukan
latihan secara mandiri ketika pasien berada di rumah juga kepada faktor yang
penting untuk membantu kesembuhan dari penyakit nyeri punggung bawah.

2. Saran
Dalam melakukan studi kasus di rumah sakit atau dalam memberikan
pelayanan fisioterapi pada pasien, kita sebagai fisioterapis harus saling menjalin
kerjasama yang baik dengan tenaga medis lain. Hal ini juga dari sebagian tim
rehabilitasi medik yang saling berkaitan dengan satu sama lain. Sebagai
fisioterapis harus profesional dan teliti dalam memberikan suatu tindakan tetapi
perlu diawali dengan pemeriksaan yang teliti, penegakan diagnosa yang baik dan
benar, pemilihan modalitas yang tepat, pemberian edukasi yang tepat pula dan
melakukan evaluasi yang rutin terhadap pasien, agar dapat memperoleh hasil
terapi yang optimal terdokumentasi dengan baik. Perlu diketahui pada kasus nyeri
punggung bawah ini dalam penatalaksanaan fisioterapi tidak harus menggunakan
modalitas Infra Red dan terapi latihan William Flexion Exercise.
Penulis menyarankan kepada pembaca sekalian apabila mendapati seseorang
dengan kondisi nyeri punggung bawah yang ditandai dengan adanya nyeri tekan
dan nyeri gerak pada area punggung bawah serta adanya spasme pada otot-otot

42
punggung bawah harus segera mengkonsultasikan keluhan tersebut ke dokter,
fisioterapi ataupun tenaga medis lainnya untuk segera mendapatkan pertolongan
medis. Pasien juga harus giat melakukan latihan yang telah diajarkan oleh
fisioterapis dan menerapkan pencegahan yang telah dianjurkan oleh fisioterapis.
Untuk mengurangi resiko terjadinya nyeri punggung bawah, maka penulis akan
memberi saran kepada
a. Pasien
Diharapkan melakukan terapi secara rutin dan melakukan latihan di rumah
dengan rutin.
b. Orang tua
Upaya untuk selalu mengontrol atau mengingatkan pasien agar pasien tidak
lalai dengan anjuran fisioterapis .
c. Masyarakat
Jika ada seseorang yang menderita nyeri punggung bawah agar menghiraukan
dan tidak mengucilkan atau menghina tetapi sebaiknya dibantu dalam hal
ekonomi dan sosial.
d. Fisioterapis
e. Selain menjadi fisioterapis profesional dan teliti juga diharapkan dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal-hal yang
berhubungan dengan studi kasus karena menutup kemungkinan adanya ilmu
baru dalam suatu pengobatan yang membutuhkan pemahaman lebih lanjut.

43
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A. A., Abidin,Z, & Widianingrum ,U. (2018). PENGARUH INFRA RED TENS
DAN LOW BACK
CORE STABILIZATON EXERCISE PADA KONDISI MYALGIA. Jurnal Fisioterapi
Dan Rehabilitasi,2(1) ,17-25
Andini, F. ( 2015 ). Risk factors of low back pain in workers. Jurnal Majority .4(1). 12-
18.
Depkes RI ( 2015 ). Kesehatan Indonesia tahun 2020 ; Jakarta: Departemen Kesehatan.
Republik Indonesia
Drake, Ricard, Wayne Vogl,& Mitchel. (2017). Non Spesifik Low Back Pain. Journal
The Lancet. 10070(389)736- 747
Dutton, Mark. ( 2016 ). Orthopedic Examination , Evaluation and Intervention Fourth
Edition.The Mc Graw Hill Companies: China.
Herawati, Isnaini Wahyuni. ( 2017 ) . Pemeriksaan Fisioterapi . Muhammadiyah
University Press : Surakarta.
Magee, D.J. ( 2013 ). Orthopedic Physical Assessment Condition ang Treatment,
Philadelphia Sounder Company.
Pandjukang,A.P., Damanik,E.M.B.,& Hutasoit, R.( 2020 ). HUBUNGAN USIA DAN
JENIS KELAMIN
PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH ( LOW BACK PAIN) DENGAN
KOMORBID
DIABETES MELITUS DI RSUD PROF. DR. WZ. JOHANNES KUPANG TAHUN
2018. Cendana
Medical journal ( CMJ ) .8 (2), 9 – 15
Paulsen , F., & Waschke, J. ( 2019 ). Sobotta Clinical Atlas of Human Anatomy, one
volume, English , Elsevier Health Science.
PERMENKES ( 2015 ). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65
tahun 2015. Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi.
Raj, Joshua. ( 2011 ). A Guide to The Prevention and Treatment of Back Pain, Armour
Publishing . Singapore.
Tanderi, E. A., Kusuma,Y.A., & Hendrianingtyas, M. ( 2017 ). Hubungan Kemampuan

44
Fungsional dan Derajat Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Mekanik di Instalasi
Rehabilitasi
Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang. DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( JURNAL
KEDOKTERAN DIPONEGORO), 6(1), 63- 72.
Zahratur Arya dan Heri Priatna, ( 2019 ). Pengaruh Efektivitas Antara William Flexion
Exercise Dan Core Stability Exercise Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Lumbal
dan Menurunkan
Disabilitas Pada Kasus Low Back Pain Myogenik. Jurnal Fiisioterapi. 1 ( 19 ), 2 – 9.

45
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Latar Belakang Keluarga


a. Nama. : Yohana Margolang
b. Tempat/ Tanggal Lahir: Pulau Maria 23 November 1980
c. Agama. : Islam
d. Nama Ayah. : Munarto Margolang
e. Nama Ibu : Halimah
f. Status : Menikah
g. Nama Suami. : Yuhendra Pane
h. Pekerjaan. : Ibu Rumah Tangga
i. Alamat. : Desa Air Teluk kiri dusun 2 kecamatan Teluk
Dalam kabupaten Asahan.

2. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan SD : SD Negeri 023824 Pulau Maria Asahan 1986-1987)
b. Pendidikan SMP. : SMP Swasta Daerah Air Batu Asahan ( 1992-1996)
c. Pendidikan SMA. : SMU Negeri 2 Kisaran ( 1996-1997 )
d. Pendidikan
Perguruan Tinggi. : STIKES SITI HAJAR MEDAN Diploma lll
Fisioterapi ( 2020-2023).

46

Anda mungkin juga menyukai