Disusun Oleh
KJ008
Kelompok 2
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Mikrobiologi Farmasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
mikrobiologi dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Inherni Martiabna S.Si, M.Si, sebagai Dosen
Praktikum Mikrobiologi Farmasi yang telah banyak memberi bantuan dengan arahan dan petunjuk yang
jelas sehingga mempermudah saya menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun, sehingga laporan ini dapat lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1.1 Tujuan ..................................................................................................................................... 20
3.1.2 Landasan Teori ....................................................................................................................... 20
3.1.3 Pelaksanaan Praktikum ........................................................................................................... 20
3.1.4 Pembahasan ............................................................................................................................ 21
3.1.5 Kesimpulan ............................................................................................................................. 23
3.2 Uji Biokimiawi .............................................................................................................................. 23
3.2.1 Tujuan ..................................................................................................................................... 23
3.2.2 Landasan Teori ....................................................................................................................... 23
3.2.3 Pelaksanaan Praktikum ........................................................................................................... 24
3.2.4 Pembahasan ............................................................................................................................ 26
3.2.5 Kesimpulan ............................................................................................................................. 29
BAB IV ................................................................................................................................................... 30
UJI POTENSI ANTIBIOTIK ................................................................................................................. 30
4.1.1 Tujuan ..................................................................................................................................... 30
4.1.2 Landasan Teori ....................................................................................................................... 30
4.1.3 Pelaksanaan Praktikum ........................................................................................................... 31
4.1.4 Pembahasan ............................................................................................................................ 33
4.1.5 Kesimpulan ............................................................................................................................. 34
BAB V..................................................................................................................................................... 35
UJI CEMARAN MIKROBA .................................................................................................................. 35
5.1 Angka Lempeng Total (ALT) ....................................................................................................... 35
5.1.1 Tujuan ..................................................................................................................................... 35
5.1.2 Landasan Teori ....................................................................................................................... 35
5.1.3 Pelaksanaan Praktikum ........................................................................................................... 36
5.1.4 Pembahasan ............................................................................................................................ 38
5.1.5 Kesimpulan ............................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 40
iv
BAB I
1
5. Batang Drigalsky/ Batang Untuk meratakan mikroba ketika
Sprider inokulasi dengan spread plate
2
11. Gelas Ukur Mengukur sejumlah larutan atau
campuran dalam jumlah yang
besar
3
4. Hotplate Memanaskan media pada proses
pembuatan media agar. Bertujuan
supaya media agar tidak rusak
oleh pengaruh radiasi.
4
9. Mortir & Alu Untuk menghancurkan sample
dengan menghaluskan sample
yang diteliti apabila berbentuk
padatan. Contoh : tempe & tape.
5
14. Spatula Logam Mengambil sejumlah kecil serbuk
6
BAB II
DASAR-DASAR TEKNIK MIKROBIOLOGI
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya bahan tambahan berupa
bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media tersebut yaitu menurut (Atlas,2010):
1. Media Padat
Media padat adalah media yang banyak mengandung agar-agar atau sekitar 15% bahan pemadatan
untuk mengeraskan media. Media ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu media vertikal, media
miring, dan media pelat, menurut bentuk dan wadahnya. Media tegak menggunakan tabung reaksi tegak
sebagai wadahnya, media miring menggunakan tabung reaksi miring, sedangkan media pelat
menggunakan cawan petri sebagai wadahnya. Antara 10-15 g Agar-Agar per 1000 ml media
ditambahkan ke media sebagai pengikat. Jumlah tepung yang ditambahkan tergantung pada spesies atau
kelompok mikroba yang dibudidayakan. Media padat umumnya digunakan untuk bakteri, ragi, jamur,
dan terkadang mikroalga.
Media semi padat atau semi cair adalah media yang kandungan agarnya kurang dari yang seharusnya,
sekitar 0,3% sampai 0,4%, menjadikan media tersebut kenyal, tidak padat, dan tidak cair. Umumnya
digunakan untuk pertumbuhan mikroba anaerob yang membutuhkan banyak air dan untuk mengamati
pergerakan mikroba.
3. Media cair
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya digunakan untuk
pertumbuhan mikroalga dan media fermentasi. Media cair juga sering digunakan untuk mengamati fase
pertumbuhan mikroba yang digambarkan dalam suatu kurva pertumbuhan. (Jamil et al., 2022)
Sterilisasi merupakan kegiatan yang berguna untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada peralatan
kultur jaringan, media kultur, dan bahan tanam yang digunakan. Sterilisasi peralatan dapat dilakukan
dengan sterilisasi basah menggunakan autoklaf, sterilisasi kering menggunakan oven, sterilisasi api, dan
8
sterilisasi menggunakan glass bead sterilizer. Sterilisasi media kultur jaringan dapat dilakukan
menggunakan membran filtrasi di bawah tekanan positif dan autoklaf dengan waktu sterilisasi yang
disesuaikan dengan volume cairan media. Media kultur jaringan harus disterilisasi dengan benar karena
selain sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan eksplan, media juga merupakan sumber
munculnya kontaminasi. Terdapat dua metode yang umum digunakan untuk sterilisasi media kultur yaitu
menggunakan autoklaf dan membran iltrasi di bawah tekanan positif. Sterilisasi media menggunakan
autoklaf dilakukan pada tekanan 15 opsi dan suhu 121 C. Untuk cairan dengan volume 100 ml atau lebih
sedikit dibutuhkan waktu autoklaf selama 15-20 menit. (Wulandari et al., n.d.)
9
5. Dibuka alumunium foil pada larutan nutrient agar, lalu ditutup dengan gumpalan kapas
berlemak dan ditutup kembali menggunakan alumunium foil.
6. Dibungkus cawan petri menggunakan kertas HVS dan dimasukkan kedalam plastik tahan
panas, lalu diikat dengan benang kasur dan diberi label.
7. Dibuat gumpalan kapas berlemak sebagai penutup pada tabung reaksi, lalu tabung reaksi
yang sudah ditutupi dengan gumpalan kapas dimasukkan kedalam plastik tahan panas dan
diikat dengan benang kasur, diberi label.
8. Dimasukkan semua alat yang telah dibungkus dengan plastik tahan panas ke autoklaf
dengan suhu 121 derajat C dengan waktu 15 menit, tekanan 1 ATM, dan menekan tombol
sterile liquid.
2.1.4 Pembahasan
Mikroorganisme sangat erat kaitannya, dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya bermanfaat dan
yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme
dapat menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya,
pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi penisilin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan
pembuangan limbah.
Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril
artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang menggangu kehidupan
dan proses yang dikerjakan (Waluyo, 2008). Sebelum melakukan praktikum mengenai peralatan yang
ingin kita gunakan harus disterilkan dahulu. Sterilisasi atau suci hama yaitu proses membunuh segala
bentuk kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-alat atau lingkungan tertentu.
Pada praktikum ini digunakan sterilisasi uap bertekanan, sterilisasi uap bertekanan menggunakan
autoklaf. Autoklaf adalah alat sterilisasi untuk alat dan medium kultur jaringan. Alat-alat yang berupa
glass ware maupun dissecting kit sebelum digunakan harus disterilkan dahulu. Demikian juga medium
yang sudah dimasukkan ke dalam botol medium harus disterilkan juga. Dengan pemanasan di dalam
autoklaf maka bakteri dan mikroba dapat mati akibat suhu yang tinggi (121˚C) dan tekanan uap air yang
besar (1 ATM) selama 15 menit. Autoklaf mempunyai cara kerja yang hampir sama dengan alat masak
pressure cooker, sebab alat ini merupakan sebuah bejana yang diisi air dan ditutup rapat-rapat.
Pada praktikum ini praktikan juga membuat media NA dan PDA. Media PDA atau disebut juga Potato
Dextrose Agar merupakan media yang berasal dari kentang, dextrose, agar dan air, yang biasa digunakan
10
untuk menumbuhkan jamur dan merupakan salah satu media padat. Media NA atau disebut juga dengan
Media Nutrient Agar merupakan media yang terbuat dari agar, pepton, daging dan air. Media ini
digunakan untuk pertumbuhan bakteri. (Fitri, et all., 2014)
2.1.5 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa sterilisasi pada alat menggunakan alat yang bernama
autoklaf mampu mematikan mikroorganisme pada suhu tinggi yaitu 121˚C, tekanan 1 ATM selama 15
menit dan praktikan telah melakukan pembuatan media dasar untuk bakteri dan jamur. Media Nutrient
Agar atau NA digunakan untuk bakteri sedangkan Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan untuk jamur.
11
2. Cawan Petri
3. Pipet ukur
4. Beaker glass
5. Vortex
6. Nasi Basi
7. Tempe
8. Aquades
9. Media Nutrient Agar (NA)
10. Media Potato Dextrose Agar (PDA)
12
10. Diambil 1ml larutan nasi basi dari tabung reaksi 10-3, lalu dimasukkan kedalam cawan
petri yang sudah dipanaskan dan dituang media Nutrient Agar secukupnya dan
digoyangkan angka 8.
11. Diinkubasi semua cawan petri dan tabung reaksi yang sudah ditanami dengan sample
yang berisi mikroba pada inkubator dengan suhu 37 derajat celcius selama 24 jam.
2.2.4 Pembahasan
Sampel
Pada praktikum kali ini penanaman bakteri dilakukan dengan cara menanam bakteri dengan seri
pengenceran dari setiap pengenceran diambil 1 ml dengan menggunakan pipet steril dan dimasukkan
kedalam petri dish yang berisi media Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar kemudian diratakan
dengan menggoyangkan cawan secara perlahan. Setelah itu media yang telah di tanam larutan sampel
diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu ruang. Dan hasil dapat diamati setelah 24 jam. Bakteri
ditumbuhkan pada suhu 37 derajat celcius karena menurut Aryulina et al., (2006) dalam Ariyanti et
all., (2016), bakteri hidup di air, udara, tanah, bahkan di tubuh makhluk hidup lain. Suhu optimal
untuk hidup bakteri adalah suhu yang lembab dengan kisaran 25-370C.
Ciri-ciri Rhizopus oligosporus dan R. oryzae juga dijelaskan oleh Gandjar dkk., (2006) yaitu R.
oligosporus koloni berwarna putih abu-abu, dan mencapai tinggi sekitar 1 mm. Sporangiofor dapat
tunggal atau berkelompok hingga 4 (6), berwarna subhialin hingga kecoklatan, muncul berlawanan
13
arah dengan rhizoid yang sangat pendek, berdinding halus atau agak kasar, panjang hingga 1000 µm
dan berdiameter 10-18 µm. sporangia berbentuk bulat, berwarna hitam kecoklatan pada saat matang,
dan berdiameter (50) 100-180 µm. kolumela berbentuk bulat hingga semi bulat dengan bentuk apofise
menyerupai corong.
Sporangiaspora berbentuk bulat, elips, atau tidak teratur, memiliki panjang7-10 (24) mm,
membentuk massa berwarna kecoklatan, bila tunggal berwarna subhialin, dan berdinding halus.
Khlamidiospora banyak, dapat tunggal atau membentuk rantai pendek, tidak berwarna, mengandung
butir-butir granular, terdapat pada daerah hifa dan sporangiofor, berbentuk bulat elips atau silindris
dan berukuran 7-30 µm atau (2-45) x (7-35) µm. spesies ini memiliki suhu pertumbuhan optimum
30°- 35°C, minimum 12°C, dan maksimum 42°C.
Sedangkan Rhizopus oryzae koloni berwarna keputihan dan menjadi abu-abu kecoklatan dengan
bertambahnya usia biakan, serta mencapai tinggi kurang lebih 10 mm. stolon berdinding halus atau
agak kasar, dan hampir tidak berwarna hingga coklat kekuningan. Sporangiofor dapat tunggal atau
berkelompok hingga 5, kadang-kadang membentuk struktur sperti percabangan garpu, berdinding
halus, memiliki panjang 150-2000 µm dan berdiameter 6-14 µm. sporangia berbentuk bulat hingga
semi bulat, dinding berduri, berwarna coklat gelap hingga coklat kehitaman, dan berdiameter 50-200
µm. (Gandjar, 2006)
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang banyak ditemukan pada kulit
manusia, selaput lendir pada mulut, hidung, saluran pernapasan, saluran pencernaan, selain itu juga
dapat ditemukan dalam air, tanah, susu, makanan, dan udara. S. aureus berbentuk bulat dan terlihat
seperti untaian buah anggur ketika diamati dengan mikroskop.
Staphylococcus aureus merupakan sel yang berbentuk bulat dengan ukuran diameter 0,7–1,2
mikrometer, tersusun dalam koloni yang tidak teratur (pada biakan sering terlihat kokus yang tunggal,
berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai), S, aureus dapat tumbuh pada keadaan aerob sampai
anaerob fakultatif, namun pertumbuhan yang terbaik pada kondisi aerob. Pertumbuhan optimal S.
aureus terjadi pada suhu 35°C–40°C dan paling cepat pada suhu 37°C, dengan pH optimal 7,0–7,5.
14
2.2.5 Kesimpulan
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang
tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada
perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.
15
cawan sebar dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri dalam satua sel. Adapun
kekurangan pada metode cawan tuang adalah hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel
mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni,
mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang
kompak dan jelas, tidak menjalar, memerlukan persiapan dan waktu inkubasi sehingga pertumbuhan
koloni dapat dihitung. Sementara itu pada metode cawan sebar ini cukup sulit terutama saat meratakan
suspensi dengan batang bengkok, untuk menumbuhkan koloni secara merata, biakan justru
terkontaminasi. (Damayanti, et all., 2020).
2.3.4 Pembahasan
Menurut Cappucino & Sherman (1987) teknik isolasi yang digunakan yaitu dengan dilution
method. Dilution method adalah pengenceran bertingkat yang terbagi 3 macam teknik isolasi, yaitu :
16
1. Teknik streak plate (Cara gores) adalah metode isolasi kualitatif yang cepat dengan
menggoreskan mikroorganisme yang diambil dari kultur bakteri diatas permukaan medium
padat menggunakan jarum ose.
2. Teknik spread plate (Cara tebar) mengharuskan penggunaan campuran mikroorganisme yang
telah diencerkan sebelumnya. selama inokulasi, sel-sel disebarkan di atas permukaan media
agar padat dengan batang bengkok berbentuk L yang steril.
3. Teknik pour plate (Cara Tuang) membutuhkan pengenceran serial dari kultur campuran
dengan menggunakan loop atau pipet. Inokulum yang telah diencerkan kemudian ditambahkan
ke dalam media agar cair dalam cawan petri, dicampur, dan dibiarkan memadat.
Pada praktikum ini, telah dilakukan streak plate atau cara gores. Umumnya digunakan untuk
mengisolasi koloni mikroba pada cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan
biakan murni. Pada prinsipnya metode ini bertujuan untuk memisahkan antar koloni mikroorganisme
menggunakan suatu alat seperti kawat panjang yang memiliki ujung melingkar (loop) atau sering
disebut jarum ose. Jarum ose berfungsi untuk mempermudah mengambil sebagian kecil
mikroorganisme dari kumpulan koloni/populasi mikroorganisme, baik yang berasal dari kultur cair
maupun kultur padat.
Selanjutnya jarum ose digores-goreskan pada permukaan medium padat dengan pola-pola tertentu.
Ada berbagai macam tipe pola goresan jarum ose, seperti goresan sinambung (kontinyu), huruf T dan
kuadran. Setiap goresan jarum ose akan mereduksi sejumlah sel mikoroorganisme. Setiap sel yang
terpisah akan tumbuh membentuk koloni-koloni baru setelah diinkubasi, sehingga akan di dapatkan
kultur murni. (MicrobeHolic, 2022)
17
3. Transfer koloni pada ose ke dalam medium cawan yang baru dengan menggores secara zig-
zag dan kontinyu sampai setengah permukaan agar, satu permukaan agar, atau juga dapat
seperbagian dari permukaan agar sesuai dengan keinginan.
4. Tipe goresan sinambung/kontinyu juga dapat dilakukan pada media agar miring dalam tabung
reaksi.
2. Goresan Huruf T
Tipe goresan T diguankan untuk mendapatkan koloni tunggal dengan membagi wilayah goresan
menjadi 3 bagian, dan seperti membentuk hurut T.
Cara kerja goresan T adalah sebagai berikut:
1. Tandai bagian luar-bawah cawan petri dengan membagi cawan menjadi 3 bagian
menggunakan spidol marker.
2. Bakar jarum ose diatas api bunsen untuk sterilisasi.
3. Setelah dingin, ambil satu ose koloni mikroorganisme secara aseptis.
4. Transfer koloni pada ose ke dalam medium cawan pada bagian 1 dengan streak zig-zag.
5. Panaskan kembali jarum ose di atas api bunsen dan tunggu hingga dingin.
6. Putar cawan agar menghadap bagian ke-2 dan lakukan goresan zig-zag dengan menyambung
dari ekor goresan ke-1.
7. Lakukan hal yang sama pada bagian ke-3.
3. Goresan Kuadran
Tipe goresan kuadran hampir sama dengan goresan T namun pola goresan dibagi ke dalam 4
bagian/wilayah yang disebut dengan istilah Kuadran. Pembagian 4 bagian diharapkan akan
memisahkan koloni bakteri dengan lebih baik sehingga diperoleh koloni tunggal bakteri. Tipe goresan
kuadran dapat dilakukan dengan menggores secara zig-zag maupun secara terputus.
Cara kerja goresan kuadran adalah sebagai berikut:
1. Tandai bagian luar-bawah cawan petri dengan membagi cawan menjadi 4 kuadran
menggunakan spidol marker.
2. Bakar jarum ose diatas api bunsen untuk sterilisasi.
3. Setelah dingin, ambil satu ose koloni mikroorganisme secara aseptis.
4. Transfer koloni pada ose ke dalam medium cawan pada kuadran 1 dengan streak zig-zag.
18
5. Panaskan kembali jarum ose di atas api bunsen dan tunggu hingga dingin.
6. Putar cawan agar menghadap ke kuadran 2 dan lakukan goresan zig-zag dengan menyambung
dari ekor goresan ke-1.
7. Lakukan hal yang sama pada kuadran ke-3 dan ke-4.
2.3.5 Kesimpulan
Terdapat 3 teknik-teknik isolasi pada mikroba yaitu spread plate, pour plate dan streak plate. Pada
prinsipnya metode streak plate bertujuan untuk memisahkan antar koloni mikroorganisme
menggunakan suatu alat seperti kawat panjang yang memiliki ujung melingkar (loop) atau sering
disebut jarum ose. Berdasarkan pola goresannya, metode cawan gores dibagi menjadi 3 tipe, yaitu
goresan sinambung (kontinyu), huruf T dan kuadran.
19
BAB III
IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI BAKTERI
20
2. Crystal Violet (Gram A)
3. Crystal Iodine (Gram B)
4. Alkohol 96% (Gram C)
5. Safranin (Gram D)
6. Minyak Immersi
7. Jarum Ose
8. Object Glass
9. Agar miring berisi bakteri
3.1.3.2 Cara Kerja
1. Dibuat pulasan bakteri diatas object glass, dikeringkan dan fikasi dengan spiritus/bunsen
2. Diteteskan zat warna crystal violet (Gram A) sebanyak 2 tetes dan diamkan selama 1 menit.
3. Dibuang sisa zat warna dan dicuci sisanya dengan air mengalir
4. Diteteskan iodine (Gram B) sebanyak 2 tetes dan didiamkan selama 1 menit.
5. Dicuci dengan air mengalir, kemudian didecolorisasi (diberi larutan peluntur) yaitu alkohol
95% (Gram C), diamkan selama 30 detik.
6. Dicuci dengan air mengalir dan diteteskan dengan safranin (Gram D), diamkan selama 2
menit.
7. Dicuci kembali dengan air mengalir, diangin-anginkan dan diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 1000x menggunakan minyak immersi.
8. Didokumentasikan hasil-hasil pewarnaan bakteri dengan diberi keterangan mengenai warna
sel bakteri yang menunjukkan sifat gram dan bentuk sel.
3.1.4 Pembahasan
Nama Bakteri Keterangan Hasil Pengamatan
Staphylococcus aureus - Bakteri tersebut termasuk
jenis Staphylococcus yang
merupakan genus dari bakteri
gram positif. Pada mikroskop
berbentuk bulat serta
bergerombol seperti
21
sekelompok anggur dalam
rangkaian tidak beraturan
- Bakteri ini termasuk gram
positif karena mempertahankan
zat warna A yang mengandung
kristal violet sewaktu proses
pewarnaan gram
Rhizopus oligosporus dan Jamur tanpa fiksasi perbesaran
Rhizopus oryzae
100. Sel masih hidup sehingga
tidak tampak pada object glass.
Bagian jamur :
1. Sporangeospora isinya yaitu
spora kecil atau sporangium
2. Tangkai atau sporangiofor
tersusun atas miselium dan
terdiri atas banyak hifa
Menurut Taslihan et al. (2001), bahwa warna bakteri terlihat merah, artinya bakteri bersifat gram
negatif karena sel bakteri tidak menyerap cat utama (Gram’s iodin) dengan kuat sehingga terbilas dengan
alcohol dan terwarnai dengan cat pelawan. Dan bakteri gram positif pada pewarnaan gram menunjukkan
hasil yang berwarna ungu atau biru karena kompleks zat warna Kristal violet-yodium tetap dipertahankan
meskipun diberi larutan pemucat aseton alcohol (lay, 1994). Bakteri terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu
bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau basil, dan bentuk spiral (Dwidjoseputro, 1985)
Dalam praktikum ini ditemukan bentuk bakteri pada nasi basi yaitu berbentuk coccus atau bulat.
Staphylococcus adalah bakteri berbentuk kokus, gram-positif dan memiliki diameter 0,5-1,0 mm,
berkelompok, berpasangan dan kadang berantai pendek. (Lay, 1994)menyatakan bahwa bakteri gram
positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna kristal violet-yodium tetap dipertahankan
meskipun diberi larutan pemucat.
Perbedaan struktur luar dinding sel bakteri gram positif dan negatif mengakibatkan terjadinya
perbedaan warna pada akhir prosedur pewarnaan gram. Dinding sel terluar bakteri gram positif terdiri
dari peptodoglikan tebal tanpa lapisan lipoprotein atau lipopolisakarida sedangkan bakteri gram negatif
22
memiliki dinding selnya terdiri dari peptidoglikan tipis yang dibungkus oleh lapisan lipoprotein atau
lipoposakarida (Ijong 2015). Retnowati et al. (2011) menyatakan bahwa S. aureus merupakan gram
positif yang memiliki lapisan peptidoglikan tebal. (Karimela et al., 2017)
3.1.5 Kesimpulan
Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif berwarna
ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding
selnya. Bentuk bakteri pada nasi basi yaitu berbentuk coccus atau bulat. Staphylococcus merupakan
bakteri gram positif bentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 nm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.
3.2.1 Tujuan
Mengidentifikasi dan mendeterminasi bakteri berdasarkan sifat-sifat biokimiawinya.
Menurut Murray (2005), dalam mengidentifikasi spesimen mikrobia ciri biokimia merupakan
kriteria yang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan pengujian secara morfologis biakan ataupun
sel bakteri yang berbeda akan terlihat tampak serupa. Karakteristik dan klasifikasi pada mikrobia yang
tidak mudah dicirikan dengan cara pengamatan fisiologis dapat diklasifikasi berdasarkan reaksi
enzimatik ataupun biokimia, karena mikrobia dapat tumbuh dan berkembang di beberapa macam
media dan memproduksi metabolit yang dideteksi interaksinya dengan menggunakan reagen yang
dapat menghasilkan perubahan warna.
Sifat metabolisme pada mikrobia dalam pengujian biokimia dapat dilihat dari interaksi antara
metabolit – metabolit yang berupa senyawa kimia yang dapat dihasilkan dalam proses metabolisme
dengan reagen kimia. Kemampuan yang dimiliki oleh bakteri dalam mempergunakan senyawa kimia
tertentu sebagai sumber energy dan sumber karbon dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi
23
mikrobia tertentu (Hatmanti, 2006). Menurut Funke (2004), mengidentifikasi mikrobia dapat
dilakukan dengan melakukan beberapa uji yaitu uji fermentasi, oksidasi, produksi katalase, uji
motilitas.
Uji Biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang
biasanya dilakukan diantaranya adalah uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang diigunakan untuk
mengidentifikasi bakteri gram negatif batang, untuk melihat kemamuan meragi glukosa dan sukrosa
atau laktosa, uji SIM (Sulfur, Indol, Motility). Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri, produksi
indol dan pembentukkan gas H2S dan Uji Simon Citrate (SCA) yang dilakukan untuk menentukan
bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. (Apriyanthi & Widayanti, 2022)
5. Test Indol
Inokulasikan 1 tabung media Tryptone Water dengan 2 tetes isolat murni bakteri dan 1 tabung
media untuk kontrol (tanpa inokulasi bakteri). Inkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.
Setelah inkubasi, tiap-tiap tabung ditambah 10 tetes reagen Kovacs. Terbentuknya warna
merah/merah muda pada lapisan larutan reagen menunjukkan terbentuknya indol.
25
dalam waktu 30 menit setelah penambahan reagen. Bandingkan dengan kontrol (tanpa inokulasi
bakteri).
8.Test Urease
Inokulasikan media Urea Broth yang mengandung indikator fenol merah dengan 1 tetes kultur
muni bakteri. Amatilah perubahan warna menjadi merah (phenol red) setelah 24 jam pada suhu
kamar. Bandingkan dengan kontrol.
3.2.4 Pembahasan
No. Sample Indol MR VP Citrat Urease Sukrosa Laktosa TSIA
1. Nasi Basi + + + + + + + A/A
H2S +
Gas -
26
DOKUMENTASI
27
Staphylococcus aureus memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacili
Ordo : Cocacceae
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus (G.M. Garrity et al. 2007).
.Identifikasi bakteri pada praktikum ini menggunakan perbandingan pada buku Bergey’s Manual
Determinative of Bacteriology dan diperoleh 1 genus bakteri yang diduga merupakan Staphylococcus
aureus. Staphylococcus sp merupakan bakteri yang memiliki sifat biokimia diantaranya : uji katalase (+),
uji oksidase (-), uji MR (+), uji VP (+), uji indol (+), uji sitrat (+), dan uji urease (+).
Staphylococcus aereus adalah salah satu jenis bakteri Staphylococcus. Jika dilihat di bawah
mikroskop, bakteri Staphylococcus akan tampak seperti sekelompok anggur. Di antara lebih dari 30 jenis
bakteri Staphylococcus, Staphylococcus aureus merupakan jenis yang paling sering ditemukan dan
menyebabkan penyakit.
Staphylococcus aureus merupakan salah satu jenis bakteri gram positif, berbentuk bulat (kokus) yang
bergerombol seperti anggur, bersifat aerob fakultatif,dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm dan ketebalan
dinding sel 20-80 nm.Lapisan penyusun dinding sel bakteri Staphylococcus aureus terdiri dari
lapisan makromolekul peptidoglikan yang tebal dan membran sel selapis yang tersusun oleh protein
dan lipid dan asamteichoic. Asam teichoic berfungsi untuk mengatur fungsi elastisitas, porositas,
kekuatan tarikdan sifat elektrostatik dinding sel.
Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37°C dengan waktu inkubasi yang relatif pendek
yaitu 1-8 jam. Bakteri Staphylococcus aureus juga dapat tumbuh pada pH 4,5-9,3 optimumnya yaitu
pH 7,0-7,5. Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri patogen penting yang berkaitan dengan
virulensi toksin, invasif, dan ketahanan terhadap antibiotik. Menurut Herlina et al. (2015) menyatakan
bahwa bakteri S. aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit
ringan,keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik. Infeksi yang terjadi misalnya keracunan
makanan karena Staphylococcus, salah satu jenis faktor virulensi yaitu Staphylococcus enterotoxin.
28
Gejala keracunan makanan akibat Staphylococcus adalah kram perut, muntah-muntah yang kadang-
kadang di ikuti oleh diare.
Staphylococcus secara mikrobiologis dicirikan sebagai gram positif (pada kultur muda), tidak
membentuk spora, tidak bergerak, anaerob fakultatif (tidak membutuhkan oksigen). Terdapat 2 jenis
spesies yaitu Staphylococcus aureus dan S. epidermidis. S. epidermidis adalah patogen ringan,
oportunistik hanya pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, sedangkan S. aureus adalah
penyebab utama infeksi luka, bisul, dan infeksi kulit manusia lainnya serta merupakan salah satu
penyebab paling umum keracunan makanan. S. aureus juga menyebabkan meningitis, pneumonia, infeksi
saluran kemih, dan mastitis, infeksi payudara pada wanita atau ambing pada hewan peliharaan. Selain
itu, infeksi staphylococcus lokal dapat menyebabkan sindrom syok toksik, suatu penyakit yang
berhubungan dengan pelepasan toksin ke dalam aliran darah dari tempat infeksi. (Britannica, 2023)
Berikut adalah gaya hidup dan kebiasaan yang dapat membantu mengurangi risiko terkena
infeksi Staphylococcus aureus yaitu dengan cara mencuci tangan dengan bersih, menjaga luka tetap
bersih, rajin mengganti pembalut wanita, tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain, mencuci
pakaian dan seprai dengan cara yang tepat
3.2.5 Kesimpulan
.Identifikasi bakteri pada praktikum ini menggunakan perbandingan pada buku Bergey’s Manual
Determinative of Bacteriology dan diperoleh 1 genus bakteri yang diduga merupakan Staphylococcus
aureus. Staphylococcus sp merupakan bakteri yang memiliki sifat biokimia diantaranya : uji katalase (+),
uji oksidase (-), uji MR (+), uji VP (+), uji indol (+), uji sitrat (+), dan uji urease (+)
29
BAB IV
Kemampuan antimikroba dalam melawan bakteri dapat diukur menggunakan metode yang biasa
dilakukan, yaitu:
1. Metode Dilusi
Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan, yaitu teknik dilusi perbenihan cair dan teknik
dilusi agar yang bertujuan untuk penentuan aktivitas antimikroba secara kuantitatif, antimikroba
30
dilarutkan kedalam media agar atau kaldu, yang kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah
diinkubasi semalam, konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut
dengan MIC (minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula dibandingkan dengan
konsentrasi obat yang didapat di serum dan cairan tubuh lainnya untuk mendapatkan perkiraan respon
klinik.
2. Metode Difusi
Cakram kertas, yang telah dibubuhkan sejumlah tertentu antimikroba, ditempatkan pada media yang
telah ditanami organisme yang akan diuji secara merata. Tingginya konsentrasi dari antimikroba
ditentukan oleh difusi dari cakram dan pertumbuhan organisme uji dihambat penyebarannya sepanjang
difusi antimikroba (terbentuk zona jernih disekitar cakram), sehingga bakteri tersebut merupakan
bakteri yang sensitif terhadap antimikroba. Ada hubungan persamaan yang hampir linear (berbanding
lurus) antara log MIC, seperti yang diukur oleh metode dilusi dan diameter zona daya hambat pada
metode difusi.
Hasil dari tes kepekaan, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam dua atau lebih kategori.
Sistem yang sederhana menentukan dua kategori, yaitu sensitif dan resisten. Meskipun klasifikasi
tersebut memberikan banyak keuntungan untuk kepentingan statistik dan epidemiologi, bagi klinisi
merupakan ukuran yang terlalu kasar untuk digunakan. Dengan demikian hasil dengan tiga klasifikasi
yang biasa digunakan, (sensitif, intermediet, dan resisten) seperti pada metode Kirby- Bauer.(Soleha,
2015)
1. Siapkan 20 ml media NA dan tuang secara aseptis ke dalam cawan petri steril, biarkan
memadat
2. Beri label pada dasar petri : kel.prak/tgl/perlakuan
1. Ambil 0,5 ml suspense bakteri uji, inokulasikan ke dalam petri berisi media NA secara
spread plate (harus merata diseluruh permukaan media) dan biarkan permukaan agar
mongering.
2. Beri label pada dasar petri : kel.prak/tgl/perlakuan/nama bakteri uji
4.1.4 Pembahasan
Cawan Petri 1 Cawan Petri 2 Rata-rata
• 25 = 3,5 cm – 0,6 cm =
2,9 cm
• 12,5 = 3 cm + 3 cm =
6/2 = 3 cm – 0,6 cm =
2,4 cm
• 6,25 = 4 cm + 4,5 cm =
25 = - 25 = 3,5 cm 8,5 cm/2 = 4,25 – 0,6
12,5 = 3 cm 12,5 = 3 cm cm = 3,65 cm
6,25 = 4 cm 6,25 = 4 cm + 4,5 cm = 9/2 = • 3,125 = 3 cm + 2,5 cm =
3,125 = 3 cm 4,5 cm 5,5 cm/2 = 2.75 cm –
3,125 = 2,5 cm 0,6 cm = 2,15 cm
Hasil Uji Kepekaan Antibiotik
Pada praktikum ini digunakan bakteri E.coli yang hidup di dalam saluran pencernaan manusia
atau hewan. Secara fisiologi, E. coli memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada kondisi
lingkungan yang sulit. Escherichia coli tumbuh dengan baik di air tawar, air laut, atau di tanah. Pada
kondisi tersebut E. coli terpapar lingkungan abiotik dan biotik (Anderson et al. 2005). Escherichia coli
merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang dengan ukuran berkisar antara 1.0-1.5 μm x 2.0-
6.0 μm, tidak motil atau motil dengan flagela serta dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen, bersifat
fakultatif anaerobik dan dapat tahan pada media yang miskin nutrisi. Karakteristik biokimia E. coli
lainnya adalah kemampuannya untuk memproduksi indol, kurang mampu memfermentasi sitrat,
bersifat negatif pada analisis urease.(Rahayu et al., 2018)
Uji sensitivitas antibiotik terhadap bakteri penyebab diare dilakukan dengan menggunakan
metode difusi. Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi karena mempunyai
33
keuntungan ekonomis, sederhana (mudah dibuat). Prosedur yang paling sering digunakan dan
dianjurkan oleh WHO (World Health Organitation) dan NCCLS (Nation Committe For Clinical
Laboratory Standars) adalah metode difusi dengan cakram Kirby- Bauer (Febriani, 2013).
Pada praktikum kali ini digunakan antibiotik amoxicillin. Amoksisilin merupakan suatu
antibiotik semisintetik penicillin yang memiliki cincin β-laktam memiliki aktivitas sebagai antibakteri
yang disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan (Meta et al., 2015). Amoksisilin termasuk
antibiotik spektrum luas dan memiliki bioavailabilitas oral yang tinggi, dengan puncak konsentrasi
plasma dalam waktu 1-2 jam sehingga pengkonsumsiannya sering diberikan kepada anak-anak dan
juga orang dewasa. Antibiotik amoksisilin ini juga dapat digunakan pada terapi pneumonia dan
penyakit lain, termasuk infeksi bakteri pada telinga, tenggorokan, sinus, kulit, saluran kemih,
abdomen, dan darah. (Nuraini & Naufal, 2022)
Pada sampel e coli yang menggunakan antibiotik amoxicillin terlihat jelas zona hambatan yang
terbentuk, semua tidak di tumbuhi bakteri kecuali yang kontrol negative, karna tidak diberikan zat
antibiotik. Zona hambat terbesar ada di konsentrasi 6,25 dengan luas rata-rata 3,65 cm.
Pada cawan petri pertama terlihat dengan jelas zona hambat yang terbentuk, semua yang diberi
antibiotik, kecuali zona hambat 25 dan kontrol negative, karena mungkin pada pengerjaan lupa
meneteskan zat antibiotik (Human Error). Dan pada zona hambat 12,5 diperoleh luas 3 cm, zona
hambat 6,25 diperoleh luas 4 cm, dan zona hambat 3,125 diperoleh luas 3 cm. Sedangkan pada cawan
petri kedua pada zona hambat 25 diperoleh luas 3,5 cm, pada zona hambat 12,5 diperoleh luas 3 cm,
zona hambat 6,25 diperoleh luas 4,5 cm, dan zona hambat 3,125 diperoleh luas 2,5 cm.
4.1.5 Kesimpulan
Antibiotik merupakan senyawa alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan proses biokimiawi di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh mikroba.
Pada praktikum kali ini digunakan antibiotik amoxicillin. Amoksisilin merupakan suatu antibiotik
semisintetik penicillin yang memiliki cincin β-laktam memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan.
34
BAB V
5.1.1 Tujuan
1. Menghitung jumlah mikroba aerob mesofil yang terdapat dalam sampel
2. Menguji bahwa sampel yang diuji tidak boleh mengandung mikroba melebihi batas yang
ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan manusia.
Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik cawan tuang (pour plate)
dan teknik sebaran (spread plate). Pada prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang
diperiksa kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai. Perhitungan
dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300. Angka lempeng total dinyatakan
sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengenceran. Jika sel jasad renik
yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang
biak membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan mata
tanpa mikroskop. metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan
jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.
b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung satu kali.
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni yang terbentuk mungkin
berasal dari jasad renik yang menetap menampakkan pertumbuhan yang spesifik.
35
Keuntungan dan Kelemahan dari ALT Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode
uji Angka Lempeng Total adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan
lainnya dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat dalam sampel. Adapun kelemahan
dari metode ini adalah :
1. Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang
berpasangan, rantai atau kelompok sel.
2. Kemungkinan ini akan mem-perkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan ada jenis
mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan
oksigen selama masa inkubasi.
3. Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh permukaan media agar
sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak
terhitung.
4. Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikroba antara 30-300 koloni. Bila
jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan peng-hitungan yang kurang teliti secara
statistic, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan
diantara koloni. Biologica Samudra Vol. 1, No. 1, Juni 2019 | 29 5. Penghitungan populasi mikroba
dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya mem-butuhkan waktu 24 jam atau lebih
(Buckel,1987). (Sundari, 2019)
36
5.1.3.2 Cara Kerja
A. Penyiapan Sampel Uji
Kemasan jamu yang akan dibuka dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% kemudian dibuka
secara aseptis di dekat nyala api spiritus.
B. Persiapan dan Homogenasi Sampel
Secara aseptis diambil sebanyak 10 ml sampel ke dalam labu ukur 100 ml, lalu ditambahkan 90
ml BPW dan dihomogenkan hingga diperoleh pengenceran 10-1
C. Pembuatan media PCA (Plate Count Agar) (hitung dan lihat cara pembuatan media pada
kemasan)
D. Pengenceran sampel untuk uji ALT
Sebanyak 3 buah labu ukur 10 ml disiapkan, masing-masing telah diisi dengan 9 ml pengencer
BPW. Sebanyak 1 ml pengenceran 10-1 dari hasil homogenisasi pada penyiapan sampel diambil
dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah diisi 9 ml BPW hingga diperoleh
pengenceran 10-2 (homogenisasi dengan vortex). Selanjutnya dibuat pengenceran hingga 10-3.
E. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Dari tiap pengenceran dipipet 1 ml suspensi ke dalam cawan petri steril secara duplo. Dalam
setiap cawan petri dituangkan sebanyak 15 ml media PCA. Cawan petri digoyang dengan hati-
hati agar sampel tersebar merata. Dilakukan pula uji kontrol untuk mengetahui sterilitas media
dan pengencer. Uji sterilitas media dilakukan dengan cara menuangkan media PCA dalam
cawanpetri dan biarkan memadat. Uji sterilitas pengencer dilakukan dengan cara menuangkan
media PCA dan 1 ml pengencer BPW lalu dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri diinkubasi
terbalik pada suhu 350C selama 24 - 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Perhitungan Angka Lempeng total dalam 1 ml contoh dengan mengkalikan jumlah rata-rata
koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan.
37
5.1.4 Pembahasan
PENGENCERAN CAWAN PERTAMA
10-1 10-2 10-3
31 1 1
MEDIA PCA (PLATE COUNT AGAR)
Jamu merupakan obat tradisonal yang dibuat oleh masyarakat secara turun menurun.Jamu
gendong tidak memerlukan ijin usaha industri tetapi tetap harus aman, sehingga perlu adanya
parameter keamanan. Parameter keamanan meliputi uji cemar antimikrobia seperti uji mikro
biapatogen,uji angka kapang/khamir,ujiangka lempeng total, uji nilai duga terdekat coliformdan uji
aflatoksin serta uji cemaran logam berat.
38
Jamu masih banyak digunakan untuk pengobatan alternatif karena pembuatannya berasal dari
bahan herbal dan harganya pun terjangkau masih relatif murah. Salah satu jamu yang banyak digemari
masyarakat adalah jamu gendong. Departemen Kesehatan (Depkes) RI dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 661/MENKES/SK/VII/1994[2] menyatakan bahwa perlu dicegah beredarnya
obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu.
Angka lempeng total dan angka kapang/ khamir dapat digunakan sebagai petunjuk sampai tingkat
berapa dalam pembuatan obat tradisional tersebut melaksanakan cara pembuatan obat tradisional yang
baik (CPOTB). Makin kecil angka lempeng total dan angka kapang/khamir bagi setiap produk yang
dihasilkan menunjukan semakin ringgi nilai penerapan CPOTB dalam pembuatan obat tradisional.
Pertumbuhan kapang kamir pada makanan ataupun bahan baku obat tradisional dapat mengurangi
kualitas makananan ataupun obat tradisional karena kapang menghasilkan toksin yang berbahaya bagi
tubuh manusia. (Tivani, 2018)
Jamu dapat dikonsumsi bila hasil akhir CPUnya tidak melebihi dari 1x10-4, karena jika melewati
batas makan jamu/sampel tersebut tidak aman untuk digunakan. Dari hasil praktikum kali ini
diperoleh jamu tersebut dari data kelas kami jamu tidak dapat dikonsumsi karena hasil akhirnya adalah
2,7655 x 104 dan tidak aman digunakan.
5.1.5 Kesimpulan
Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik cawan tuang (pour plate)
dan teknik sebaran (spread plate). . Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung
setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan
jumlah koloni bakteri antara 30-300.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
41