Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Metode Belajar Sambil Bermain

Keberhasilan guru mengajar diawali dari penguasaannya terhadap

metode pembelajaran. Mengingat mengajar pada hakikatnya merupakan

upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, maka metode yang

digunakan oleh guru diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan

belajar bagi para peserta didik sehubungan dengan kegiatan mengajar

guru. Di sini seorang guru pendidikan agama Islam harus mampu

mengeksplorasi metode pembelajarannya hingga mampu melahirkan

peserta didik yang berkarakter serta pembelajaran yang menyenangkan

dan berhasil. Metode yang dipergunakan guru pendidikan agama Islam

harus berusaha menjadikan dirinya sebagai orang yang mampu

menyejukkan hati peserta didik dan membawanya menjadi peserta didik

yang berhasil. Maka keberhasilan pendidikan secara spesifik tergantung

pada metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran. 1

Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata ini

berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan

hodos berarti jalan atau cara. 2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

metode diartikan sebagai cara yang teratur yang digunakan untuk

1SyahrainiTambak, Pendidikan Agama Islam; 6 Metode Komunikatif dalam Pembelajaran


PAI, Cetakan ke-1, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 37
2Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan

Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 209

7
8

melaksanakan pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki;

cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang ditentukan. 3

Metode adalah seperangkat jalan atau cara yang digunakan pendidik

dalam proses pembelajaran agar peserta didik bisa mencapai tujuan

pembelajaran dan kompetensi tertentu.4 Menurut Wina Sanjaya, metode

adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang

telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal.5

Belajar adalah suatu langkah dan cara untuk merubah seseorang yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang tersebut. Perubahan

sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan seperti berubah

pemahaman, pengetahuan, tingkah laku dan sikap, kemampuan, kecakapan

dan keterampilannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada

individu yang belajar. Seseorang yang berhasil dalam belajar akan

merasakan perubahan lebih baik pada dirinya dalam tingkah laku yang

dilewatinya.

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Peserta

didik akan menyerap segala apa yang diterimanya saat bermain untuk

tuntutan dan kebutuhan perkembangannya dari bahasa, motorik, kognitif,

sosial emosional, nilai, dan sikap hidup. Terdapat dalam kisah Nabi Yusuf

3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h. 740
4
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003 ), h.57
5Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2010), Cet. 7, h. 147


9

A.S saat diajak saudaranya bermain ke suatu tempat sebagai bukti bahwa

bermain adalah bagian dari anak, tertulis dalam Al-Quran surat Yusuf ayat

12 Allah SWT berfirman:

َ‫ب َو اِ َّنَّ لَ ه ٗ َلَٰ فِ ظُ ْو ن‬ ِ


ْ َ‫اَ ْر س لْ هُ مَ عَ نَ ا غَ دً ا ي َّ ْر تَ عْ َو يَ لْ ع‬
“Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia

bersenang-senang dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya.”

Banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan bagi peserta

didik, salah satunya melalui bermain. Metode bermain sambil

belajar adalah suatu metode yang dapat memberikan kemudahan dalam

proses pembelajaran yang dapat menciptakan suasana untuk

membangkitkan kemampuan berpikir dan berargumentasi dalam

menyelesaikan masalah dengan berbagai ide atau gagasan. Metode belajar

sambil bermain perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk

membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. 6

Belajar sambil bermain dapat menyenangkan dan menghibur bagi

peserta didik. Bermain bagi mereka adalah kegiatan yang serius tetapi

menyenangkan. Bermain adalah salah satu pendekatan dalam

melaksanakan kegiatan pendidikan. Dengan menggunakan strategi,

metode/bahan dan media yang menarik, permainan dapat diikuti peserta

6
Mardiah, Metode Permainan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah,
Jurnal Mitra PGMI, Volume 1 No. 1, h.63
10

didik secara menyenangkan. 7 Metode ini relevan atau cocok untuk

diterapkan guru dalam proses meningkatkan pembelajaran dari segi

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode belajar

sambil bermain adalah suatu rancangan pembelajaran dengan memanfaat

media permainan sebagai alat bantu untuk memudahkan siswa memahami

materi belajar dan menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan

melalui aktivitas atau interaksi siswa.

Kegiatan bermain atau permainan yang dilakukan selama pembelajaran

adalah permainan yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Artinya, permainan yang dipilih bukan sekedar untuk mengisi waktu luang

atau menghibur siswa, tetapi permainan yang mengandung unsur edukatif.

Permainan edukatif adalah bentuk kegiatan dengan menggunakan cara

atau alat pendidikan yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan,

kemampuan berbahasa, berpikir, bergaul dengan lingkungan, dan

mengembangkan kepribadian. Permainan juga dapat memberikan manfaat

bagi perkembangan aspek sosial, aspek emosi atau kepribadian, serta

aspek kognisi.8

Penggunaan metode belajar sambil bermain lebih efektif digunakan

dalam proses pembelajaran karena didalamnya terdapat media, sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Hamalik bahwa pemakaian media dalam

proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat,

7
Esti Kurniawati Mahardika, Evaluasi Metode Pembelajaran Melalui Permainan di Taman Kanak
Kanak Kota Blitar, : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 6 Issue 4 (2022), h. 2749
8
Ibid.
11

membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar,

bahkan membawa pengaruh psikologis siswa. Media dapat menarik minat

belajar dan konsentrasi anak untuk memahami pelajaran.9

Dengan menggunakan metode belajar sambil bermain diharapkan

siswa menjadi aktif berpartisipasi, tidak hanya sebagian siswa tetapi semua

siswa yang hadir dalam proses pembelajaran. Selain itu diharapkan agar

komunikasi siswa dengan siswa yang lain serta guru dapat terjalin dengan

baik sehingga pesan yang disampaikan guru sama dengan pesan yang

diterima siswa. Metode belajar sambil bermain juga merupakan metode

yang sangat menarik, mudah dilaksanakan, dapat merangsang siswa untuk

mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas.10

Berdasarkan hal tersebut untuk menerapkan metode belajar sambil

bermain, guru memerlukan sumber belajar dan media pembelajaran yang

inovatif dan kreatif. Media pembelajaran dan sumber belajar yang

digunakan oleh guru juga harus menunjang tercapainya tujuan

pembelajaran. Media pembelajaran dapat berupa media cetak, elektronik,

maupun memanfaatkan lingkungan alam sekitar. Sumber belajar dapat

berupa buku cetak, buku elektronik, maupun sumber belajar yang dibuat

khusus oleh guru yang bersangkutan.

Langkah-langkah dalam Metode belajar sambil bermain, yaitu:

1) Tahap Persiapan

9
Sabri dan Efrida Mandasari Dalimunthe, Penggunaan Metode Permainan
Kartu Kata Bergambar Dalam Peningkatan Minat Belajar Siswa, Dirasatul Ibtidaiyah Volume. 1
No.1, (Sumatera Utara: Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, 2021), h.50
10
Sabri dan Efrida Mandasari Dalimunthe,....... h.48.
12

Langkah-langkah yang harus dipersiapkan adalah:

a. Memahami Kompetensi dasar dan menjabarkan dalam indikator,

b. Menghubungkan topik pembelajaran yang akan disampaikan

dengan model permainan yang cocok dengan empat materi

keterampilan tersebut,

c. Memilih teknik permainan yang sesuai dengan topik yang akan

disampaikan,

d. Menyiapkan rancangan tertulis dengan memperhatikan pemilihan

bahan ajar, rincian kegiatan, alokasi waktu dan media yang akan

digunakan,

e. Melaksanakan pembelajaran dengan teknik bermain secara efektif

dan efisien.11

2) Tahap pelaksanaan dalam tahap ini ada tiga langkah yang harus

dilakukan, yaitu :

a. Tahap Pembukaan.

Pada tahap ini guru memberikan arahan kepada murid apa yang

harus dilakukan dan bagaimana melakukannya

b. Tahap Pelaksanaan.

Pada tahap ini para murid memainkan permainan yang sudah

ditentukan dengan mengikuti rambu-rambu yang telah ditentukan pula.

c. Tahap Penutupan.

11
M. Subana & Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia.,
2000), h.23
13

Pada tahap ini guru memberikan reward kepada murid murid yang

telah melakukan permainan dengan baik dan benar. Selain member reward

guru memberikan arahan kepada anak yang belum baik dan benar dalam

bermain dan menyuruh mengulangi lagi sampai bisa melakukan dengan

baik dan benar.12

Pada pelaksanaanya metode belajar sambil bermain sama juga

seperti metode-metode lainnya yang banyak memiliki kelebihan dan

kekurangannnya dalam penerapannya di kegiatan pembelajaran. Diantara

kelebihan yang ada dalam metode permainan adalah:

a. Permainan adalah suatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu

yang menghibur.

b. Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk

belajar.

c. Permainan dapat memberikan umpan balik langsung. Umpan balik

yang secepatnya atas apa yang kita lakukan akan memungkinkan

proses pembelajaran menjadi lebih efektif.

d. Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peran-

peran kedalam situasi dan peranan yang sebenarnya dimasyarakat.

e. Permainan bersifat luwes, dapat dipakai untuk berbagai tujuan

pendidikan.

f. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak13

12
Nurlaela Hasni Basiroh, Penerapan Metode Permainan untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada Siswa Kelas I MI Al-Asyirotusyfi’iyyah, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2016), h.19
13
Arief S. Sadirman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindi Persada, 2009), h. 78
14

g. Siswa mejadi kreatif.

h. Mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalampemecahan

suatu masalah.

i. Melatih kerja sama yang baik.

Metode permainan juga memiliki beberapa kelemahan yang harus

diperhatikan oleh guru ketika akan menerapkan dalam proses

pembelajaran. Berikut ini beberapa kelemahan dari penerapan metode

permainan dalam pembelajaran:

a. Tidak semua topik dapat disajikan dengan metode permainan, makin

tinggi tingkatannya makin sukar penyajiannya

b. Banyak memakan waktu

c. Pengajaran kita mungkin akan terganggu bila diadakan peraturan kalah

menang, suara gaduh yang ditimbulkan. Anak yang sering menang

tidak akan main lagi, sedang anak yang sekali kalah tidak ingin ambil

bagian dalam permaian sedangkan anak yang licik akan sering memicu

keributan dan pertengkaran.

d. Permainan akan mengganggu ketenangan kelas-kelas di sekitarnya14

e. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan lemah, metode ini akan

menjadi beban.

f. Siswa kesulitan untuk menjabarkan jawabannya atau menemukan kata-

kata baru.

14
E. T. Ruseffendi, Pengajaran matematika Modern, (Bandung: Tarsito, 1980), h. 198
15

Adapun fungsi bermain sambil belajar bagi perkembangan peserta

didik yaitu sebagai berikut :

1. Melatih Fisik

Bermain merupakan aktifitas yang sangat baik bagi tubuh, karena

bermain dapat membina kemampuan peserta didik dalam berolah tubuh,

kecerdasan, keterampilan dan ketangkasan otak.

1. Belajar berinteraksi dan Hidup bersama atau berkelompok

Bermain adalah kesempatan yang baik bagi peserta didik untuk

berinteraksi dan terjun ke dalam kelompok serta belajar menyesuaikan diri

dengan lingkungan.

2. Menggali Potensi Diri Sendiri

Dengan bermain peserta didik diberi kesempatan untuk

menyesuaikan kesulitan dengan kemampuan dirinya sendiri.

3. Mengembangkan kognitif

Fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran

penting bagi perkembangan kognitif dan social peserta didik. Selain itu

fungsi bermain, juga mengembangkan bahasa, disiplin perkembangan

moral, kreatifitas peserta didik.15

2. Permainan Undian Kertas

Metode belajar sambil bermain yang digunakan adalah metode belajar

sambil bermain melalui permainan undian kertas. Kertas Terbagi menjadi

15
Nurjana, Penerapan Metode Belajar Sambil Bermain Menggunakan Kartu Bergambar Untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Huruf Abjad Pada Bidang Pengembangan Bahasa di
Raudhatul Athfal Amanah Palembang, (Palembang: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden
Fatah, 2014),h .30-31
16

3 yaitu kertas pertanyaan, kertas reward, dan kertas hukuman. Kertas yang

pertama berisi pertanyaan-pertanyaan tentang materi pendidikan agama

Islam yang sedang dipelajari. Kertas kedua berisi kan tulisan yang menjadi

hadiah bagi peserta didik yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar.

Sedangkan kertas ketika bertuliskan hukuman yang akan didapat oleh

peserta didik ketika salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan. Semua

kertas yang telah diisi kemudian digulung dan dimasukan kedalam kaleng

atau gelas agar tidak berantakan dan hilang.

Dalam pelaksanaannya, peserta didik diminta untuk berpasangan lalu

secara bergiliran satu persatu pasangan diminta untuk mengambil kertas

undian yang ada, kemudian membacakannya di hadapan guru dan peserta

didik yang lain sesuai dengan kertas yang diperoleh. Setelah dibaca peserta

didik harus menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat. Jika pertanyaan

yang dijawab benar maka peserta didik diminta untuk mengambil kertas

reward yang telah disediakan pula oleh guru. Reward bisa berupa buku,

pena ataupun yang lainnya yang dapat menggugah minat belajar siswa.

Namun, jika pertanyaan yang di jawab salah maka peserta didik diminta

untuk mengambil kertas hukuman berisi hukuman yang sebelumnya telah

ditentukan oleh guru. Hukumannya bisa berupa joget berpasangan,

bernyanyi, membaca sholawat maupun membaca ayat-ayat Al-Qur’an.

Selain dapat menghibur siswa pun juga mendapatkan pelajaran dan dapat

mengingat atau mengulang materi-materi sebelumnya.


17

3. Minat Belajar
Minat belajar terdiri dari 2 kata yaitu minat dan belajar. Kata minat

dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti kecenderungan yang tinggi

terhadap sesuatu; perhatian; kesukaan. Menurut Rahmayanti minat adalah

faktor yang berasal dari dalam diri manusia dan berfungsi sebagai

pendorong melakukan sesuatu yang memberikan individu kearah

perhatian, kesenangan, keinginan dan pengalaman secara sadar, sedangkan

aspek perilaku afektif minat memiliki ciri-ciri arah, intensitas, dan sasaran.

Minat juga merupakan kecendrungan untuk melakukan sesuatu kegiatan

sebagai dorongan untuk mencapai suatu tujuan.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu

hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar

diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu. 16

Belajar juga merupakan proses mengubah perilaku menjadi lebih

baik melalui pengalaman dan latihan pendidikan. Sementara itu, Nasution

menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses bagi siswa untuk

membangun ide atau pemahamannya, sehingga kegiatan pembelajaran

16
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 180
18

harus memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukannya dengan

lancar dan termotivasi. Febriyanti dan Seruni menyatakan bahwa minat

belajar adalah keinginan siswa untuk belajar sehingga ketika siswa

diberikan pelajaran mereka akan memperhatikan dan secara aktif berusaha

mengetahui dan memahami pelajaran tersebut. Minat belajar juga

merupakan suatu kecendrungan siswa untuk memperhatikan suatu

kegiatan untuk perubahan perilaku, dan merupakan suatu keadaan dimana

seseorang merasa suka dan tertarik pada suatu hal atau kegiatan tanpa ada

yang menyuruh.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa minat

belajar adalah suatu usaha sadar yang mendorong peserta didik untuk

tertarik melakukan sesuatu dengan senang hati atau dengan keinginannya

untuk berusaha mengetahui dan mempelajari pelajaran yang diinginkan

atau diminatinya.17

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat di bedakan

menjadi dua macam, diantaranya:

1) Faktor Internal

a. Faktor fiologis, yang termasuk faktor fisiologis adalah kesehatan.

Kondisi fisik sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang.

Kondisi fisik yang sehat akan memberikan pengaruh positif

terhadap aktivitas belajar individu.

b. Faktor psikologis

17
Sholehatin dan Wirdati, Metode Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat Belajar
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama, Jurnal Pendidikan Islam Volume 1 No.
3, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2021), h. 258.
19

Ada beberapa faktor psikologis yaitu :

1. Kecerdasan siswa, kecerdasan didefenisikan sebagai

kemampuan psikofisik untuk bereaksi terhadap rangsangan

atau beradaptasi dengan lingkungan dengan cara yang benar.

2. Motivasi, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

efektifitas kegiatan belajar peserta didik. hal tersebut

merupakan motivasi yang mendorong peserta didik untuk

mengikuti proses pembelajaran.

3. Minat, merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

4. Sikap, adalah gejala internal yang memiliki dimensi afektif

berupa kecendrungan untuk bereaksi atau merespon dengan

cara yang relative tetap terhadap objek, orang, peristiwa, dan

sebagainya.

5. Bakat (aptitude), merupakan potensi kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk mencapai kesuksesan di masa depan.18

2) Faktor Eksternal

a. Lingkungan social, yang temasuk dalam faktor tersebut ialah faktor

lingkungan sosial masyarakat, lingkungan sosial keluarga, dan

lingkungan sosial sekolah.

b. Lingkungan nonsosial, merupakan faktor yang mempengaruhi

peserta didik dimana faktor nonsosial tersebut adalah kondisi udara

18
Irfan Wahyudi, Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan
Agama Islam Siswa Kelas XI SMAN 1 Papalang Kabupaten Mamuju, (Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2020), h. 13
20

dan cuaca. Jika alam mendukung proses belajar akan baik, tetapi

sebaliknya jika kondisi alam tidak mendukung proses belajar

peserta didik akan terhambat. Selain kondisi udara dan cuaca,

faktor nonsosial lainnya yaitu sarana dan prasarana seperti gedung

sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga,

kurikulum sekolah, peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan

sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan, minat belajar

menunjukkan bahwa adanya pengertian subjek terhadap objek yang

menjadi sasaran karena objek tersebut menarik perhatian dan

menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada objek tersebut.

Sehingga menimbulkan kecenderungan individu untuk memiliki rasa

senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan

pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku. 19

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif

untuk membangkitkan minat pada suatu objek adalah dengan

menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Di samping

memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner & Tanner menyarankan agar

pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini

dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi pada diri siswa

mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan di berikan

dengan bahan pengajaran yang telah lalu, menguraikan kegunaannya bagi

19
Ibid, h. 14
21

siswa di masa depan. Selain itu, dapat pula dicapai dengan cara

menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang

sudah di ketahui kebanyakan siswa.

Bila usaha-usaha tersebut tidak berhasil, pengajar dapat memakai

insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif adalah alat yang

dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak

mau melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Pemberian

insentif diharapkan mampu membangkitkan motivasi siswa dan minat

terhadap bahan yang diajarkan. 20

Untuk memelihara minat belajar siswa, guru bisa melakukan hal-hal

dibawah ini, yaitu:

a. Meningkatkan minat anak-anak. Guru memiliki kewajiban untuk

meningkatkan minat anak didiknya, sebab minat merupakan komponen

penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan, serta

pembelajaran diruang kelas pada khususnya

b. Memelihara minat yang timbul, apabila anak-anak menunjukkan minat

kecil, maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut

c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Sekolah

merupakan lembaga yang mempersiapkan siswa untuk hidup dalam

masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek-aspek ideal

agar siswa menjadi anggota masyarakat yang baik

20
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, h. 181
22

d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak

tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya. Minat

merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahui kesenangan anak,

sehingga kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu

bimbingan lebih lanjut.21

Selain itu, Campbell berpendapat bahwa usaha yang dapat

dilakukan untuk membina minat seseorang agar menjadi lebih produktif

dan efektif antara lain sebagai berikut:

a. Memperkaya ide atau gagasan

b. Memberikan hadiah yang merangsang

c. Berkenalan dengan orang-orang yang kreatif

d. Petualangan dalam arti berpetualangan ke alam sekeliling secara sehat

e. Mengembangkan fantasi

f. Melatih sikap positif22

Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth

Hurlock, ada tujuh ciri minat belajar sebagai berikut:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

b. Minat tergantung pada kegiatan belajar

c. Perkembangan minat mungkin terbatas

d. Minat tergantung pada kesempatan belajar

e. Minat dipengaruhi oleh budaya

21
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014),
h.67-68
22Dasri, Metode Pembelejaran Two Way Two Stay, (Blora: Widyasari Press, 2017), h. 8
23

f. Minat berbobot emosional

g. Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap

sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

Menurut Slameto, siswa yang berminat dalam belajar adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

b. Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.

c. Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang

diminati.

d. Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal yang

lainnya

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat

belajar adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan

dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada

pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa

ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi
24

dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam

pencapaian prestasi belajar.23

Indikator minat ada empat, yaitu perasaan senang, ketertarikan

siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan siswa atau partisipasi siswa.

Perasaan senang ditandai dengan siswa tersebut akan terus mempelajari

ilmu yang disenanginya (tidak terpaksa) yaitu dilihat dari respon siswa

terhadap materi yang diajarkan dan cara guru mengajarkannya.

Ketertarikan siswa berhubungan dengan daya gerak yang

mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan

atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu

sendiri yaitu dilihat dari respon siswa meliputi rasa ingin tahu dan

penerimaan akan tugas yang diberikan.

Perhatian siswa merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap

pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada

itu. Dalam hal ini dilihat bagaimana perhatian siswa saat mengikuti

pembelajaran dan saat berdiskusi.

Keterlibatan atau spartisipasi siswa akan suatu objek yang

mengakibatkan siswa tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau

mengerjakan kegiatan dari objek tersebut. Pada poin ini diketahui apakah

siswa tersebut sadar akan pentingnya belajar di luar sekolah. 24

23
Syardiansah, Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Manajemen, Jurnal Manajemen Dan Keuangan, VOL.5, NO.1
(Aceh: Fakultas Ekonomi, Universitas Samudra, 2016), h. 444
24
Irma Septiani, Albertus Djoko Lesmono, Arif Harimukti, Analisis Minat Belajar Siswa
Menggunakan Model Problem Based Learning Dengan Pendekatan Stem Pada Materi Vektor di
25

Menurut Slameto, ‘’tujuan minat belajar adalah agar dapat

membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang

diharpkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu”.

Adapun menurut Susanto “tujuan minat belajar adalah untuk mendorong

dan mengarahkan individu siswa untuk menemukan serta aktif dalam

kegiatan-kegiatan tertentu”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka tujuan dari minat belajar

adalah agar dapat membantu siswa ikut serta aktif dalam kegiatan-kegiatan

tertentu dan sebagai pendorong rasa tertarik, rasa perhatian terhadap

sesuatu tanpa adanya paksaan. 25

4. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah salah satu usaha yang bersifat

sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan pengetahuan,

tingkah laku atau sikap yang sejalan dengan ajaran-ajaran yang terdapat

dalam agama Islam. Sejalan dengan ini, Zakiyah Daradjat mengatakan,

“bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya

sebagai way of life.” 26


PAI adalah usaha dan proses penanaman sesuatu

Kelas X MIPA 3 SMAN 2 Jember, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 9 No. 2, (Jember: Universitas
Jember, 2020), h. 65-66.
25
Ibid.
26
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara 1992), h. 86.
26

(pendidikan) secara kuntinyu antara guru dengan siswa, dengan akhlakul

karimah sebagai tujuan akhir.

Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang

berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal. Yang berisi:

1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap

yang baik dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai

kehidupan peserta didik nantinya diharapkan menjadi manusia yang

bertakwa kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.

2) Ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya merupakan motivasi

intrinsik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang harus

dimiliki oleh seorang anak. Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu

ini ialah pengembangan pengetahuan agama, yang dengan

pengetahuan itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak

mulia, yang bertaqwa kepada Allah Swt, sesuai dengan ajaran islam

dan mempunyai keyakinan yang mantap kepada Allah Swt.

3) Menumbuhkan dan membina ketrampilan beragama dalam semua

lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan

menghayati.27

Sedangkan aspek-Aspek keberhasilan pendidikan agama Islam adalah

sebagai berikut: Pertama, aspek guru atau pendidik, sebab guru memegang

peranan penting dan besar dalam mengantarkan peserta didik untuk meraih

keberhasilan pembelajaran. Aspek pendidik merupakan faktor penting

27
Ibid.
27

dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada dasarnya selalu

terkait dengan pendidik dan pesera didik. Keterlibatan keduanya (pendidik

dan peserta didik) tersebut merupakan keterlibatan hubungan antar

manusia (human interaction). Hubungan itu akan serasi jika masing-

masing pihak secara profesional diposisikan sebagai subyek pendidikan.

Kedua, aspek peserta didik atau siswa. Dalam proses pembelajaran,

peserta didik merupakan subyek dan obyek yang aktif. Dikatakan sebagai

subyek karena mereka berperan sebagai pelaku utama dalam proses

pembelajaran, sedangkan dikatakan sebagai obyek karena mereka sebagai

sasaran didik untuk ditumbuh kembangkan oleh pendidik. Jika peserta

didik dijadikan sebagai sasaran, maka mereka harus berperan sebagai

subyek yang aktif dalam belajar dengan difasilitasi oleh sumber belajar,

termaksud di dalamnya adalah pendidik. 28

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam disini ditawarkan adalah

untuk membantu peserta didik agar memiliki kemampuan menjelaskan

tentang Tuhan, memiliki pemahaman tentang cara memperkuat Iman,

taqwa dan pengembangan akhlak mulia memiliki kemampuan menerapkan

ajaran Islam dengan baik dan benar, Sehingga mampu membentuk

wawasan keislaman yang pada akhirnya melahirkan pandangan dunia yang

islami, (bagaimanapun bentuk model dan sistemnya), sangat menitik

beratkan pada upaya penanaman pemahaman nilai-nilai Islam sebagai way

of life, yang bermuara pada pembentukan masyarakat yang berwatak,

28Ahmad Falah, Studi Analisis Aspek-aspek Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di SDN 01 Karangmalang Gebog Kudus, Vol. 3 No. 1, Januari-Juni 2015, h. 179.
28

beretika, dan berestetika melalui transfer of values. Pendidikan Agama

Islam diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik dalam menggali dan

mengembangkan potensi keimanan mereka, sehingga nantinya mereka

tidak saja mengenal dan memahami serta dapat mengimplementasikan

pengetahuan keagamaan dan keimanan mereka, tetapi juga dapat hidup

berdampingan dengan penganut dan pemeluk agama lain. 29

Majid and Andayani mengemukakan tujuh fungsi dalam pendidikan

agama islam. Ketujuh fungsi itu adalah pengembangan, penanaman nilai,

penyesuaian mental, perbaikan, pencegahan, pengajaran, dan penyaluran.

Fungsi pengembangan berkaitan dengan keimanan dan ketakwaan siswa

kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

Fungsi penanaman nilai diartikan sebagai pedoman hidup untuk

mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Prinsip penyesuaian

mental maksudnya berkemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan,

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

Fungsi perbaikan mengandung maksud memperbaiki kesalahan-

kesalahan siswa dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran

agama dalam kehidupan sehari-hari.

Fungsi pencegahan mengandung maksud berkemampuan menangkal

hal-hal negatif yang berasal dari lingkungan atau dari budaya lain yang

dapat membahayakan diri dan menghambat perkembangannya menuju

29
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam , h. 89-90.
29

manusia Indonesia seutuhnya. Fungsi pengajaran tentang ilmu

pengetahuan keagamaan secara umum, sistem, dan fungsionalnya.

Fungsi penyaluran bermaksud menyalurkan siswa yang memiliki bakat

khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal.

Masykur mengenalkan fungsi mempersiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran

agama Islam. Nilai-nilai tersebut relatif tetap atas pola-pola tingkah laku,

peranan-peranan, dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu

yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapainya

kebutuhan-kebutuhan dasar.

Fungsi-fungsi dari beberapa penulis tersebut memberikan informasi

kepada kita beberapa hal penting. Pertama, PAI memiliki fungsi

penanaman nilai-nilai Islami melalui pembelajaran yang bermutu. Kedua,

PAI memiliki fungsi keunggulan baik pembelajaran maupun output yang

dihasilkan, yakni siswa dengan pribadi insan kamil. Ketiga, PAI dengan

fungsi rahmatan li al’alamin yang berarti bahwa siswa, baik dalam

kehidupan pribadi dan sosialnya mampu menebarkan kedamaian sebagai

esensi ajaran agama Islam30

B. Penelitian Yang Relavan

Kajian penelitian yang relevan merupakan penelitian atau kajian

terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak diteliti.

30
Mokh. Iman Firmansyah, Pendidikan Agama Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim
Vol. 17 No. 2, 2019, h.86-87.
30

Kajian penelitian yang relevan berfungsi sebagai perbandingan dan

tambahan informasi terhadap penelitian yang hendak dilakukan. Adapun

kajian pustaka dalam penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis

adalah sebagai berikut :

1. Hasil Penelitian Mita Prisilia Purnama Sari (2021), yang berjudul :”

Penerapan Metode Belajar Sambil Bermain Dalam Meningkatkan

Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas II Sekolah Dasar

Negeri 94 Lalong Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu”.

Mengungkapkan bahwa Penerapan metode belajar sambil bermain

pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan minat belajar

siswa kelas II SDN 94 Lalong. Peningkatan minat belajar siswa dapat

dilihat dari seluruh indikator minat belajar siswa mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan respon siswa pada

koesioner secara keseluruhan juga mengalami peningkatan dari siklus I

ke siklus II.

2. Hasil Penelitian dari Irfan Wahyudi (2020), yang berjdul:”Penerapan

Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan

Agama Islam Siswa Kelas XI SMAN 1 Papalang Kabupaten Mamuju.’’

Yang mengungkapkan Penggunaan metode demonstrasi pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI SMAN 1 Papalang,

sesuai, disenangi dan efektif bagi siswa. Siswa lebih mudah

memahami dari pada teori yang tidak ada contoh dan prakteknya.
31

3. Hasil penelitian dari Shodiq Prayogo (2021), yang berjudul:”

Peningkatan Minat Belajar Siswa melalui Metode Sosiodrama

Dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 9 Kabupaten Tebo.” Yang

mengungkapkan rdasarkan hasil observasi kegiatan belajar siswa yang

dilakukan pada siklus I mencapai 61,25%, mengalami peningkatan

pada siklus II menjadi 80%, serta analisis hasil tes siklus I dengan

persentase 60,93%, dan pada siklus II mencapai 83,48%, maka dapat

disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode belajar sosiodrama

dapat meningkatkan minat belajar PAI siswa kelas VII B

di SMP Negeri 9 Kabupaten Tebo.

4. Adapun hasil penelitian dari Saripa Aini (2010), yang berjudul:’’

Penggunaan Metode Kartu Domino Untuk Meningkatkan Minat

Belajar Matematika Pada Pembelajaran Bangun Datar Siswa Kelas

III SD Muhammadiyah 031 Pulau Luas Kecamatan Tambang

Kabupaten Kampar’’ diketahui adanya peningkatan minat belajar

siswa dari sebelumnya. Hasil penelitian minat siswa kelas III SD

Muhammadiyah 031 Pulau Luas Kecamatan Tambang Kabupaten

Kampar ini adalah dalam kategori “ tinggi “ dengan memperoleh hasil

79%, dan memperoleh peningkatan dari sebelum tindakan ke siklus II

(kedua) yaitu 29%.

Kesimpulan dari keempat Penelitian di atas adalah hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang erat antara belajar sambil

bermain dengan minat belajar siswa. Dari penelitian relevan diatas


32

perbedaan antara penelitian ini yaitu terdapat pada judul, tempat

penelitian, tahun penelitian, kriteria keberhasilan yang dicapai dan bahan

kegiatan yang digunakan, penggunaan metode penelitian. Penelitian

terdahulu menggunakan PTK (penelitian tindakan kelas) sedangkan

penelitian ini menggunakan deskritif . Persamaannya adalah menggunakan

variabel yang sama yaitu metode belajar sambil bermain dan minat belajar

pada penelitian saudari mita. Sedangkan penelitian yang lain

persamaannya adalah pada variabel Y yaitu minat belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Dari banyak faktor yang menyebabkan gagalnya pendidikan,

metode pembelajaran dan mentalitas pendidik memerlukan perhatian

khusus. Sebagus apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh dua

faktor tersebut, yaitu metode yang tepat dan mentalitas pendidik yang

baik, sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan

mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara memuaskan atau

tidak, bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting

daripada materi itu sendiri. Oleh karena itu pemeliharaan metode

pendidikan Islam harus dilakukan secara cermat disesuaikan dengan

berbagai faktor terkait sehingga hasil pendidikan memuaskan.


33

INTRAKSI
GURU DALAM SISWA
PEMBELAJARAN

METODE BELAJAR
SAMBIL BERMAIN
MELALUI PERMAINAN
UNDIAN KERTAS

MINAT
BELAJAR
SISWA
34

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa peneliti melihat, menilai

serta memaparkan peran guru dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam

belajar melalui kegiatan observasi, wawancara serta dokumentasi atau data data

yang sudah ada seperti hasil belajar siswa dan pelanggaran-pelanggaran yang

pernah dilakukan. Selain itu pula, melihat, menilai serta memaparkan minat

belajar siswa dari siswa itu sendiri yaitu pada proses pembelajaran dari metode

belajar sambil bermain melalui permainan undia kertas tersebut, kemudia

disimpulkan bagaimana minat belajar siswa tersebut, dan bagaimana peran guru

dalam meningkatkan minat belajar siswa-siswanya dalam belajar apakah ia telah

melakukan usaha-usaha meningkatkan minat belajar siswa, jika sudah seberapa

yang telah dilakukan dan jika belum kenapa tidak dilakukan. Sehingga dapat

kesimpulann gambaran minat belajar siswa dan peran guru dalam

meningkatkannya.

Anda mungkin juga menyukai