Anda di halaman 1dari 6

KRISIS HIPERTENSI

RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT


Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com 003/PPK-KSM.PD/VII/2023 01 1/4

Ditetapkan di Tenggarong Seberang


Tanggal Terbit
Plt Direktur,
PANDUAN
PRAKTIK
KLINIS
16 Juli 2023
MARTINA YULIANTI
Istilah "Krisis Hipertensi" merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah mendadak pada penderita
hipertensi, dimana tekanan darah sistolik (TDS)>180 mmHg dan tekanan
darah diastolik (TDD) >120 mmHg, dengan komplikasi disfungsi dari
target organ, baik yang sedang dalam proses (impending) maupun sudah
dalam tahap akut progresif. Yang dimaksud target organ disini adalah
jantung, otak, ginjal, mata (retina), dan arteri perifer. Sindroma klinis
krisis hipertensi meliputi :
1) Hipertensi gawat (hypertensive emergency): peningkatan tekanan
darah yang disertai kerusakan target organ akut.
2) Hipertensi mendesak (hypertensive urgency): peningkatan tekanan
darah tanpa disertai kerusakan target organ akut progresif.
3) Hipertensi akselerasi (accelerated hypertension): peningkatan
tekanan darah yang berhubungan dengan perdarahan retina atau
eksudat.
4) Hipertensi maligna (malignant hypertension): peningkatan tekanan
darah yang berkaitan dengan edema papil.
Dari klasifikasi di atas, jelas terlihat bahwa tidak ada batasan yang tajam
2. DEFINISI antara hipertensi gawat dan mendesak, selain tergantung pada penilaian
klinis. Hipertensi gawat (hypertensive emergency/HE) selalu berkaitan
dengan kerusakan target organ, tidak dengan level spesifik tekanan
darah. Manifestasi klinisnya berupa peningkatan tekanan darah
mendadak sistolik >180 mmHg atau diastolik >120 mmHg dengan
adanya atau berlangsungnya kerusakan target organ yang bersifat
progresif seperti perubahan status neurologis, hipertensif ensefalopati,
infark serebri, perdarahan intrakranial, iskemi miokard atau infark,
disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta, insufisiensi
renal, atau eklampsia. lstilah hipertensi akselerasi
dan hipertensi maligna sering dipakai pada hipertensi mendesak.

4. ANAMNESIS Selain ditanyakan mengenai etiologi hipertensi pada umumnya,


perlu juga ditanyakan gejala-gejala kerusakan target organ seperti:
 Gangguan penglihatan
KRISIS HIPERTENSI
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com 003/PPK-KSM.PD/VII/2023 01 2/4

 Edema pada ekstremitas,


 Penurunan kesadaran,
 Sakit kepala,
 Mual/muntah,
 Nyeri dada,
 Sesak napas,
 Kencing sedikit/berbusa,
 Nyeri seperti disayat pada abdomen.
1) Tekanan darah pada kedua ekstremitas,
2) Perabaan denyut nadi perifer,
3) Bunyi lantung,
6. PEMERIKSAAN 4) Bruit pada abdomen,
FISIK
5) Adanya edema atau tanda penumpukan cairan,
6) Funduskopi,
7) Status neurologis.

7. KRITERIA
DIAGNOSIS

Penyebab hipertensi emergency


5. DIAGNOSIS Hipertensi maligna terakselerasi dan papiledema
BANDING
 Kondisi serebrovaskular: ensefalopati hipertensi, infark otak
aterotrombotik dengan hipertensi berat, perdarahan intraserebral,
perdarahan subarahnoid, dan trauma kepala
 Kondisi jantung: diseksi aorta akut, gagal jantung kiri akut, infark
miokard akut, pasca operasi bypass koroner
 Kondisi ginjal: GN akut, hipertensi renovaskular, krisis renal
karena penyakit kolagen-vaskular, hipertensi berat pasca
transplantasi ginjal
 Akibat katekolamin di sirkulasi: krisis feokromositoma, interaksi
makanan atau obat dengan MAO inhibitor, penggunaan obat
simpatomimetik, mekanisme rebound akibat penghentian
mendadak obat antihipertensi, hiperrefleksi otomatis pasca
cedera korda spinalis
KRISIS HIPERTENSI
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com 003/PPK-KSM.PD/VII/2023 01 3/4

 Eklampsia
 Kondisi bedah: hipertensi berat pada pasien yang memerlukan
operasi segera, hipertensi pasca operasi, perdarahan pasca
operasi dari garis jahitan vaskular
 Luka bakar berat
 Epistaksis berat
 Thrombotic thrombocytopenic purpura
1) Darah perifer lengkap
2) Panel metabolik
3) Urinalisis
6. PEMERIKSAAN 4) Toksikologi urin
PENUNJANG 5) EKG
6) CT Scan
7) MRI
8) Foto toraks
1) Hipertensi mendesak (hypertensive urgency/HU) dapat diterapi
rawat jalan dengan antihipertensi oral; terapi ini meliputi penurunan
TD dalam 24-48 jam. Penurunan TD tidak boleh lebih dari 25%
dalam 24 jam pertama. Terapi lini pertama HU seperti tercantum
pada tabel 3. Nifedipine oral ataupun sublingual (SL) saat ini tidak
lagi dianjurkan karena dapat menyebabkan hipotensi berat dan
iskemik organ.
2) Pada sebagian besar HE, tujuan terapi parenteral dan penurunan
mean arterial pressure (MAP) secara bertahap (tidak lebih dari 25%
dalam beberapa menit sampai 1 jam). Aturannya adalah
menurunkan arterial pressure yang meningkat sebanyak 10% dalam
1 jam pertama dan tambahan 15% dalam 3-12 jam. Setelah
diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat
dilanjutkan dalam 2-6 jam sampai tekanan darah 160/100-110mmHg
selanjutnya sampai mendekati normal. TD dapat diturunkan lebih
7. TERAPI lanjut dalam 48 jam berikutnya. Pengecualian untuk aturan ini antara
lain pada diseksi aorta dan perdarahan pasca operasi dari bekas
jahitan vascular, yang merupakan keadaan yang membutuhkan
normalisasi TD secepatnya. Pada sebagian besar kasus, koreksi
cepat tidak diperlukan karena pasien berisiko untuk perburukan
serebral, jantung dan iskemi ginjal
3) Pada hipertensi kronis, autoregulasi serebral di-set pada TD yang
lebih tinggi daripada normal. Penyesuaian kompensasi ini untuk
mencegah overperfusi jaringan (peningkatan TIK) pada TD sangat
tinggi, namun juga underperfusion (iskemi serebral) apabila TD
diturunkan terlalu cepat. Pada pasien dengan penyakit jantung
coroner, penurunan TD diastolik terlalu cepat di ICU dapat memicu
iskemik miokard akut atau infark.
4) Terapi antihipertensi parenteral pada HE seperti tercantum pada
tabel 4
KRISIS HIPERTENSI
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com 003/PPK-KSM.PD/VII/2023 01 4/4

Tatalaksana Krisis Hiperlensi pada Keadaan Khusus


Berikut adalah terapi pilihan krisis hipertensi pada beberapa keadaan
khusus seperti tercantum pada tabel 5-7.
KRISIS HIPERTENSI
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com 003/PPK-KSM.PD/VII/2023 01 5/4

9. PROGNOSIS Tergantung respon terapi dan kerusakan target organ


1) dr. Muhamad Satriyo Wirawan, Sp.PD
2) dr. Christofel Korah Tooy, Sp.PD.FINASIM
11. PENELAAH 3) dr. Yanny Muvitta Sari, Sp.PD
KRITIS
4) dr. Anton Komala,Sp.PD
5) dr. David Paranoan, Sp.PD
KRISIS HIPERTENSI
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
Jl. Ratu Agung 1 Tenggarong Seberang Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
Telp. (0541) 661013 - 661015
Web: www.rsamp.id Email : rsudamparikesit@yahoo.com 003/PPK-KSM.PD/VII/2023 01 6/4

1) PAPDI. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan


Praktik Klinis. Cetakan Keempat.Jakarta;2019
2) Chabanian AV et al:The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure: The JNC 7 Report. JAMA. 2003; 289:2560-72.
3) Vidt DG. Hypertensive Crisis. In : Carey W, Abelson A, Dweik R, et
al. Current Clinical Medicine. 2nd Edition. The Cleveland Clinic
Foundation. Philadelphia:Elsevier.2010. Tersedia di
http://www.clevelondclinicmeded.com/medicolpubs/diseosemonoge
ment/nephrology/hypertensivecrises/
4) Kotchen T. Hypertensive Vascular Disease. In : Longo DL, Fauci AS,
Kasper DL, Houser SL, Jameson JL, Loscolzo J. Harrison's
Principles of lnternal Medicine. 18th Edition. NewYork: McGraw-Hill
Medical Publishing Division; 2012.
5) Victor R. Arterial Hypertension. ln:Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil
medicine 23nd ed. Philadhelphia, Pa: Sounders Elsevier; 2007.
6) Roesma J. Krisis Hipertensi. Dalam : Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi l,
et al. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid ll. Jakarta: lnterna
11. KEPUSTAKAAN Publishing; 2009. Hal 1 103-4
7) Vadiya C, Ouellette J. Hypertensive urgency and emergency.
Hospital Physician. 2007;43:43-50.
8) Bender S, Filippone J, HeitzS, Bisognano J. A systematic approach
to hyperiensive urgencies and emergencies. Curr Hypertens Rev.
2005; I :27 5-281 .
9) Hardy Y, Jenkins A. Hypertensive Crisis : Urgencies and
Emergencies. US Pharm. 2011;35(3):Epub. Diakses melalui
http://www.uspharmacist.com/content/d/feature/i/1444/c/27112/ pada
12 Mei 2O12.
10) National Institute for Health and Clinical Excellence. NlCE clinical
guideline 107-Hypertensionin pregnancy: the management of
hypertensive disorders during pregnancy. August 2010. Diunduh dari
http://www.nice.org.uk/nicemedia/live/13098/50418/50418.pdf pada
tanggal l8 Mei 2012.
11) Goldstein LB, Adams R, Alberts MJ, et al. American Heart
Association; American Stroke Association Stroke Council. Primary
prevention of ischemic stroke: a guideline from the AHA/ASA.
Circulation 2005;l I 3:e873-e923.

Anda mungkin juga menyukai