Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRAKTIKUM TENTANG PENGARUH

KARBIT TERHADAP PEMATANGAN BUAH PISANG

Disusun Oleh:

Nada Hafitri
Inggret Tri ganarsih
Restu Siti Fadilla
M. Zharif Hakim Attaqi
Gabriel victory

SMAN 2 KOTA DUMAI

T.P 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini berisikan informasi tentang pengaruh karbit terhadap pematangan buah pisang.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Dan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Dumai, 14 Agustus 2022


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………….............................................…………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………...........................................…………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………….........................................………… iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………...............................................…………………... 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………..................................................……... 5
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………..................................................…………......5
1.4 Hipotesis...............………………………………………….......................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Pisang………………………………...................................…………….................. 5
2.2 Pengaruh Karbit Terhadap Pematangan Buah Pisang……....………………………………... 6

BAB III PRAKTIKUM


3.1 Tujuan ........................................................................................................................................8
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................................................8
3.3 Langkah Kerja ............................................................................................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………….....................................……………….… 10
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pisang merupakan buah yang banyak dikonsumsi dalam bentuk segar. Permasalahan
konsumsi pisang dalam bentuk segar adalah mudah rusak dan cepat mengalami perubahan
kualitas setelah pisang dipetik, karena memiliki kandungan air tinggi dan aktifitas proses
metabolismenya lebih tinggi setelah dipanen. Tanaman pisang dapat dikategorikan sebagai
tanaman yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang (bonggol), batang semu (pelepah),
daun, bunga, buah sampai kulitnyapun dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Pisang
merupakan jenis buah klimakterik yang mengalami peningkatan respirasi dan produksi etilen
yang tinggi selama penyimpanan. Produksi etilen yang tinggi dapat menyebabkan daya simpan
pisang menjadi lebih pendek, sehingga mengakibatkan cepat menurun kualitasnya pisangnya.
Pemeraman adalah cara yang digunakan untuk menyimpan buah setelah dipanen dalam
keadaan belum matang. Buah-buahan yang tergolong buah klimakterik setelah dipanen akan
menjadi matang selama proses penyimpanan. Tujuan pemeraman adalah untuk mempersingkat
dan menyeragamkan kematangan buah. Dewasa ini para pedagang di pasar lebih sering
menggunakan bahan kimia untuk mempercepat pemasakan buah dikarenakan buah pisang yang
dipanen masih dalam keadaan belum matang untuk mempercepat penjualan. Tetapi, bahan kimia
yang digunakan oleh para pedagang tidak sesuai dosis yang benar yang membuat kualitas buah
pisang tersebut menurun. Sebagai buah klimakterik, buah pisang menghasilkan lebih banyak
etilen endogen dibandingkan dengan buah nonklimakterik. Gas etilen yang dihasilkan akan
mempengaruhi pematangan buah pisang lain yang ada disekitarnya, bahkan buah pisang yang
cacat/luka dapat menghasilkan gas etilen yang lebih banyak dibandingkan dengan buah pisang
yang normal. Selain keberadaan pisang yang cacat, produksi etilen juga dapat dipengaruhi oleh
factor suhu. Suhu rendah dapat menghambat produksi gas etilen pada buah klimaterik, oleh
karena itu penyimpanan dengan suhu rendah banyak dipergunakan dalam pengaturan
penyimpanan buah buahan klimaterik.
Namun demikian suhu penyimpanan yang terlalu rendah juga dapat membuat buah menjadi
rusak. Karbid (CaC2) adalah bahan penghasil gas karbid atau esetilen yang dapat memacu
pematangan buah. Pemeraman dengan karbid sering dilakukan oleh para pedagang pengumpul
yang berada di daerah pemasaran (Lidiawati, 2016). Ethephon adalah suatu larutan yang
mengandung bahan aktif dichloroethylphosponic acid yang dapat menghasilkan etilen secara
langsung pada jaringan tanaman (Arif et al., 2014). Senyawa ethephon yang dilarutkan di dalam
air melepaskan etilen pada larutan atau jaringan tanaman melalui proses reaksi hidrolisis pada pH
netral (Lizawati, 2008). Lama pemaparan yang tepat akan menghasilkan warna jingga seragam
pada kulit buah (Sdiri et al., 2012). Menurut Lidiawati (2016) hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian karbid berbagai dosis dan jenis kemasan yang berbeda tidak mempengaruhi
tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dan rasa buah pisang, kecuali pada warna kulit pisang.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi pada semua peubah yang
diamati kecuali kekerasan buah hari kelima.Tidak berpengaruhnya karbid terhadap susut bobot
buah, tingkat kekerasan, tingkat kemanisan, kadar vitamin C dan total asam tertitrasi dikarenakan
kurang tepatnya dosis karbid yang diberikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah karbit berpengaruh terhadap sifat fisik
dan kimia buah pisang ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk melihat pengaruh karbit terhadap sifat fisik
dan kimia buah pisang.

1.4 Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah:
1. Diduga karbit berpengaruh terhadap sifat fisik
dan kimia buah pisang ambon
PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Pisang


Pisang merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat disukai oleh
masyarakat, dan menjadi salah satu komoditas tanaman buah yang mulai dikebunkan
selain mangga, durian, rambutan, manggis, jeruk, nanas dan pepaya. Tanaman pisang
(Musa spp) telah diresmikan sejak sebelum masehi (SM). Nama Musa diambil dari nama
seseorang dokter bernama Antonius Musa pada zaman Kaisar Romawi Octavianus
Augustus (63 SM – 14 M), beliau selalu menganjurkan pada kaisar untuk makan pisang
setiap harinya agar tetap kuat, sehat, dan segar (Mudjajanto & Kustiyah, 2008). Tanaman
pisang dapat dikatakan sebagai tanaman banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang
(bonggol), pelepah, daun, bunga, buah sampai kulitnya pun dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan. Buah pisang kaya akan sumber vitamin dan karbohidrat serta sangat
disukai orang karena lezat dimakan baik sebagai hiasan buah atau melalui pengolahan
terlebih dahulu. Di Indonesia, pisang masih biasa ditanam oleh masyarakat sebagai
tanaman pekarangan ataupun perkebunan dalam skala kecil, pemeliharaan serta
pemanfaatannya pun kurang maksimal. Untuk itu perlu pendekatan intensif, agar tanaman
pisang dikenal manfaatnya secara luas oleh masyarakat.

2.2 PENGARUH KARBIT TERHADAP PEMATANGAN BUAH PISANG


Buah pisang tergolong buah klimakterik yaitu buah yang mempunyai fase tertentu untuk
masak saat panen akan menjadi matang selama penyimpanan. Namun kualitasnya kurang baik,
rasanya kurang lezat dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tua akan menjadi matang
dalam 4 – 5 hari setelah panen tanpa perlakuan pemeraman. Pemeraman sering diberikan pada
pisang dengan tujuan untuk mempercepat kematangan dan menyeragamkan buah. Salah satu cara
yang dilakukan untuk pemeraman pisang adalah pemeraman dengan karbid. Pada umumnya
masyarakat menggunakan cara pemeraman dengan menggunakan karbid.
Karbid atau kalsium karbida adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus kimia CaC2 bila
diberi air akan bereaksi menghasilkan C2H2 (gas asetilen) dan Ca(OH)2. Gas asetilen inilah yang
mempunyai peranan dalam pemeraman buah. Cara atau teknik pemeraman yang tidak tepat dapat
menurunkan mutu buah pisang. Sebaliknya, jika proses pemeraman berjalan baik maka akan
menghasilkan buah yang seragam kematangannya, dengan rasa yang manis dan mengeluarkan
aroma yang harum. Pada proses pematangan buah, terjadi perubahan fisik maupun kimiawi yakni
meliputi tekstur, warna dan nilai gizinya. Kandungan gizi pada buah pisang yang masih mentah
dan matang tentulah juga pasti berubah. Pada buah pisang banyak kandungan gizi yang
menyehatkan. Antara lain karbohidrat, protein, mineral seperti fosfor, magnesium, kalium, dan
zat besi, selain itu ada kandungan vitamin juga yakni vitamin A, B dan C. Berdasarkan uraian di
atas maka perlu dicari cara dan lama pemeraman buah pisah raja yang menghasilkan buah pisang
matang yang bagus dengan kandungan vitamin yang tinggi.
Hormon Etilen Etilen merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat menyebabkan
beberapa respon tanaman seperti epinasti, pengguguran daun, pembengkakan batang, pemasakan
buah, penghilangan warna bunga, dan ekspresi seksual. Etilen yang diperdagangkan sekarang
adalah ethrel 40 PGR dengan bahan aktif ethepon atau 2 kloroetil posponat (CL-CH2-CH2-
PO3H2) yang dalam air terurai menjadi etilen,Cl- dan H2PO4-1 (Wattimena, 1987). Seperti
dijelaskan juga bahwa etilen mampu mengubah ekspresi seksual tanaman. Etilen yang diberikan
dalam bentuk 14 ethephon dapat meningkatkan jumlah bunga betina. Pemeraman dilakukan oleh
para pedagang agar buah mencapai tingkat kematangan yang seragam serta sifat fisik dan kimia
yang seragam pada saat buah sampai di tangan konsumen. Stimulasi pematangan sering
dilakukan dengan gas etilen, karbit, dan ethrel/ethepon. Zat-zat perangsang pematangan ini akan
memicu kerja etilen pada buah untuk kemudian memicu proses pematangan pada buah tersebut.
Ethrel atau lebih dikenal dengan nama ethepon merupakan senyawa kimia yang berfungsi
memicu pertumbuhan.
Penggunaannya bervariasi pada setiap jenis tanaman atau buah, konsentrasi yang digunakan,
juga waktu penggunaannya. Namun penggunaan ethepon di kalangan petani atau pun pedagang
pisang masih sangat jarang dibandingkan dengan penggunaan gas karbit. Ethepon sangat cepat
diubah menjadi etilen pada tanaman/buah, selain itu juga memiliki tingkat toksisitas yang sangat
rendah, sehingga residunya tidak membahayakan bagi manusia. Keberhasilan penggunaan
ethepon sangat dipengaruhi oleh konsentrasi, cara penggunaan, varietas dan macam bibit yang
ditanam. Oleh karena itu perlu bimbingan dan penyuluhan dalam menggunakan ethephon
ini.Wattimena (1987) menyatakan bahwa pemberian etilen dapat merangsang pembungaan dan
memperbaiki mutu buah pada tanaman pangan. Irawati (1990), menyatakan bahwa pemberian
ethepon dengan konsentrasi 200 ppm terhadap tanaman mentimun belum memperlihatkan
pengaruh yang nyata dan hasil yang didapatkan belum optimal. 15 Seperti halnya buah-buahan
klimakterik lainnya, proses pematangan buah pisang perlu diatur agar daya simpan buah dapat di
perpanjang. Hal ini disebabkan proses pematangan yang cepat mempersulit penanganan pasca
panen seperti penyortiran, penyimpanan, serta pendistribusian untuk diolah.
PRAKTIKUM

3.1 Tujuan
Untuk melihat pengaruh karbit terhadap sifat fisik dan kimia buah pisang.

3.2 Alat dan Bahan


1. Satu sisir buah pisang mentah (dalam keadaan tidak matang) 5. Kardus

2. Satu buah karbit (ukuran sedang) 6. Kain kasa

3. Koran secukupnya

4. Tali rafia (secukupnya)


3.3 Langkah Kerja
1) Siapkan Alat dan Bahan yang diperlukan
2) Ambillah kardus yang telah disediakan

3) Tutupi karbit menggunakan kain kasa

4) Lalu, Masukkan karbit yang telah digulung kain kasa ke dalam kardus
5) Kemudian, Masukkan satu sisir buah pisang mentah ke dalam kardus tersebut

6) Percikkan air sedikit ke arah karbit


7) Tutup kardus menggunakan koran dan tali rafia

8) Tunggu sekitar 1 hari an


9) Setelah itu, bukalah kardus untuk melihat hasilnya
10) Pemeraman buah pisang menggunakan karbit berhasil

PENUTUP

Penanganan pascapanen pada buah pisang saat ini masih telah dilakukan oleh para petani,
penanganan pascapanen khususnya pemeraman secara tradisional biasanya dilakukan dengan
membiarkan buah pisang pada udara terbuka dengan suhu ruang ataupun membungkus pisang
dengan plastik. Pemeraman bertujuan untuk memperbaiki sifat hasil tanaman dan mempercepat
masaknya hasil tanaman, saat ini pemeraman sudah banyak dilakukan dengan penambahan karbit
atau biasa disebut pengkarbitan. Pengkarbitan yang dilakukan dengan menggunakan satu jenis
konsentrasi karbit. Menurut Ningrum (2013) bahwa penambahan batu karbit pada saat
pemeraman berpengaruh terhadap hasil tanaman yaitu pemacuan aktivitas respirasi sehingga buah
akan mencapai tingkat ketuaan maksimum. Selain penggunaan karbid yang tepat, penggunaan
kemasan selama pemeraman juga harus diperhatikan. Tujuan pengemasan adalah untuk mencegah
proses respirasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan buah dan sayuran. Pengemasan
dapat dilakukan dengan kotak, kardus, karung goni dan plastik.

4.4 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Suhu dan kelembaban udara pada media pemeraman kedap udara lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu udara pada media pemeraman tidak kedap udara.
2. Massa karbit berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban udara media pemeraman. Semakin
tinggi massa karbit aka suhu udara pada media pemeraman dan kelembaban udara akan lebih
tinggi.
3. Semakin tinggi massa karbit maka semakin tinggi kadar air, kadar vitamin C dan kandungan
padatan terlarut pada saat pemeraman buah pisang, sedangkan tingkat kekerasan buah pisang
ambon cederung menurun.
4. Pemeraman buah pisang pada media kedap udara tidak dapat dilakukan karena
kandungandiduga oksigen dalam ruang penyimpanan sedikit sehingga tidak cukup untk proses
respirasi buah pisang.

Anda mungkin juga menyukai