Bahan
Bahan
KONTRA
- Pasal 3 DUHAM “Setiap orang berhak atas penghidupan, kebebasan, dan keselamatan individu”
- Pasal 6 (2) ICCPR (Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) yang diratifikasi dengan
UU No. 12 Tahun 2015
- Dengan adanya jaminan konstitusi dan berbagai peraturan internasional mengenai hak hidup,
legalisasi hukuman mati menunjukkan inkonsistensi Indonesia terhadap kontribusi perlindungan
hak asasi secara global serta mencerminkan degradasi sebagai negara Rule of Law yang
menjunjung hak individu
- Resolusi PBB No. 44/128 tahun 1989 ELABORASI LEBIH JAUH “Semua tindakan
penghapusan hukuman mati merupakan sebuah kemajuan dan juga penghormatan terhadap hak
hidup” hukuman mati menunjukkan belum terjadinya kemajuan peradaban hukum di Indonesia.
PRO
GOUVERNOUR C’EST PREVOIR (menjalankan pemerintahan itu, berarti melihat ke depan dan
merencanakan apa saja yang akan atau harus dilakukan)
Konstitusi
- Pasal 18 dan Pasal 18B UUD 1945 Pemerintahan Daerah mengenai bentuk pemerintahan yang
dapat dipilih:
1) Daerah otonom (baru) berbentuk provinsi
2) Kawasan khusus di dalam prov. Kaltim
3) Kawasan khusus di dalam daerah otonom (baru)
4) Daerah Khusus IKN
Yuridis
- UU 12/2011 Lampiran Angka 2: landasan untuk mempertimbangkan apakah RUU IKN
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum. Tidak ada bagian dari
Naskah Akademik RUU ini yang melanggar Pancasila
- Perpres 18/2020 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Manfaat
pemindahan IKN:
1) Memberi akses yang lebih merata bagi seluruh wilayah NKRI
2) Mendorong pemerataan pembangunan ke luar jawa
3) Reorientasi pembangunan dari jawasentris menjadi indonesiasentris sehingga mengurangi
beban pulau jawa.
Bappenas: pemindahan IKN tidak hanya memindahkan pusat pemerintahan, tapi juga berdampak
pada pemerataan ekonomi nasional.
Teoritis
KONTRA
Menyetujui adanya perubahan penambahan masa jabatan presiden menjadi 3 periode sepanjang
merupakan keinginan rakyat. Namun konteks perubahan masa jabatan presiden saat ini berada di garis
rawan dengan tujuan untuk melanggengkan posisi strategis elit politik.
Konstitusional:
- Pasal 7 UUD 1945 “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama 5 tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa
jabatan”
- Pasal ini menjadi agenda I dalam amandemen pertama tahun 1999 yang awalnya berbunyi
"Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali." Setelah masa kekuasaan 32 tahun Soeharto.
-
Yuridis:
- Pasal 169 huruf n UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mengatur mengenai
Persyaratan Calon Presiden dan Wakil Presiden: Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah yang
belum pernah menjabat sebagai presiden dan wakil presdien selama 2 kali masa jabatan.
MEMPERTEGAS DALIL DALAM UUD 1945
- Putusan MK Nomor 22/PUU-VII/2009 menegaskan bahwa orang yang menjabat satu periode
adalah ketika ia sudah menjabat setengah atau lebih dari masa jabatannya.
Teori:
- Direktur Eksekutif Center for Social Political, Economic and Law Studies (CESPELS),
Ubedillah: penambahan masa jabatan presiden hanya akan menciderai nilai-nilai reformasi. Salah
satu spirit reformasi adalah upaya untuk menata negara agar tidak memberi peluang lebar dari
terjadinya praktik koruptif.
- Jika perubahan ditujukan untuk menambah masa jabatan presiden menjadi lebih dari dua periode,
potensi penyalahgunaan kekuasaan akan semakin terbuka. Itulah hukum besi kekuasaan,
sebagaimana digariskan Lord Acton: semakin besar kekuasaan, semakin besar pula potensi
penyalahgunaan kekuasaan tersebut. Dan hal ini akan melahirkan kekuasaan yang cenderung
otoriter. Sebagai negara demokrasi, Indonesia juga memiliki prinsip untuk membatasi kekuasaan
dengan cara membatasi periode agar jalannya negara tidak mengarah pada perilaku yang otoriter,
anti demokrasi atau bahkan diktator. Pembatasan masa jabatan agar tidak terjadinya hukum besi
oligarki Rober Michels: kecenderungan umum bagi kekuasaan untuk menjadi terkonsentrasi pada
tangan suatu elit yang keputusan dan tindakannya secara bertahap diarahkan untuk
mempertahankan kekuasaan mereka lebih daripada meningkatkan kepentingan rakyat jelata.
- Usul untuk menambah masa jabatan presiden lebih dari dua periode tidak memiliki basis
argumentasi yang cukup rasional. Setidaknya pengalaman Indonesia sejak Pemilu 1999 hingga
2019 tidak menunjukkan adanya urgensi untuk menambah periode itu.