MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen Pengampuh : Ramli Rasyid, S.Sos., M.Pd.
JUDUL PAPER :
DINAMIKA DAN TANTANGAN
OLEH
Nama : Fitria Hidayani
NIM : 210201600002
Kelas : 02/B
A. Latar Belakang
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehigga dalam praktik
harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak
untuk didapatkan individu sebagai anggota warga Negara sejak masih berada dalam
kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan atau kewajiban bagi individu
dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga Negara guna mendapat pengakuan akan hak
yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan
secara seimbang dalm praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimbangan yang akan
menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Untuk mencapai suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga Negara harus mengetahui hak dan kewajiban
nya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus mengetahui akan hak dan kewajibannya.
Seperti yang telah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Jika hak
dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera.
Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara yang berdemokrasi harus membangun mimpi kita
yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak sebagai warga Negara dan tidak
lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Sebagaimana telah ditetapkan
dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga Negara dan penduduk
untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan lain
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Alasan Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara?
2. Apa Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Konstitusi Negara Indonesia?
3. Bagaimana Argument tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi Negara
Indonesia?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui alasan Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.
2. Dapat Mengetahui Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Konstitusi
Negara Indonesia.
3. Dapat membangun argument tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi
Negara Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain tidak terpisahkan.
Konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan ketatanegaraan,karena
konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur organisasi negara,serta
hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling menyesuaikan diri dan saling
bekerjasama Dr.A.Hamid S.Attamimi menegaskan –seperti yang dikutip Thaib – bahwa
konstitusi atau Undang –Undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat penting
sebagaipemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan
dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.Sejalan dengan perlunya
konstitusi sebagai instrumen untuk membatasi kekuasaan dalam suatu negara, Meriam
Budiardjo mengatakan:
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut, Kusnardi
menjelaskan
“bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi dalam dua (2) bagian, yakni membagi
kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara”
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan
dan memnganggap sebagai organisasi kekuasaan,maka konstitusi dapat dipandang sebagai
lembaga atau kumpulan asas yang mendapatkan bagaimana kekuasaan dibagi diantara
beberapa lembaga kenegaraan,seperti antara lembaga legislatif,eksekutif dan yudikatif.
Selain sebagai pembatas kekuasaan ,konstitusi juga dugunakan sebagai alat untuk menjamin
hak hak warga negara. Hak hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk hidup,
kesejahteraan hidup hak kebebasan.
Konstitusi adalah sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan. Oleh karena itu Setiap
konstitusi mempunyai beberapa peranan yaitu :
untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik
untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa,dan menetapkan bagi
penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka, sehingga tidak terdapat kekuasaan
yang semena – mena.
untuk membatasi kesewenang-wenangan tindakan pemerintah untuk menjamin hak-
hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.
Konstitusi bertujuan untuk mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan.
Sehingga dimana ada organisasi negara dan kebutuhan menyusun suatu pemerintahan
negara, maka akan diperlukan konstitusi.
Konstitusi mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu negara karena konstitusi menjadi barometer(ukuran) bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara, juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan penguasa negara untuk
mengemudikan suatu negara.
Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada diantara
lembaga-lembaga negara.Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban pemerintah
sekaligus membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang-wenang dalam
bertindak.
Dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa tujuan
dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang
dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa
untuk mewujudkan tujuan Negara.Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan
sebagai alat untuk mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara.
K.C. Wheare menegaskan bahwa dalam sebuah negara kesatuan yang perlu diatur dalam
konstitusi pada asasnya hanya tiga masalah pokok berikut (Soemantri, 1987):
Struktur umum negara, seperti pengaturan kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan
kekuasaan yudisial.
Hubungan – dalam garis besar – antara kekuasaan-kekuasaan tersebut satu sama lain.
Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tersebut dengan rakyat atau warga Negara.
A.A.H. Struycken menyatakan bahwa konstitusi dalam sebuah dokumen formal berisikan hal-
ahal sebagai berikut (Soemantri, 1987):
Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yg lampau
Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang
maupun untuk masa yang akan datang
Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak
dipimpin.
Miriam Budiardjo (2003) mengemukakan bahwa setiap UUD memuat ketentuan-ketentuan
tentang:
Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan
yudikatif. (b) Hak-hak asasi manusia.
Prosedur mengubah UUD.
Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.
Pada pertengahan 1997, negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter yang sangat hebat.
Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia ketika itu merupakan suatu tantangan
yang sangat berat. Akibat dari krisis tersebut adalah harga-harga melambung tinggi, sedangkan
daya beli masyarakat terus menurun. Sementara itu nilai tukar Rupiah terhadap mata uang
asing, terutama Dolar Amerika, semakin merosot. Menyikapi kondisi seperti itu, pemerintah
berusaha menanggulanginya dengan berbagai kebijakan. Namun kondisi ekonomi tidak
kunjung membaik. Bahkan kian hari semakin bertambah parah. Krisis yang terjadi meluas pada
aspek politik. Masyarakat mulai tidak lagi mempercayai pemerintah. Maka timbullah krisis
kepercayaan pada Pemerintah. Gelombang unjuk rasa secara besar-besaran terjadi di Jakarta
dan di daerah-daerah. Unjuk rasa tersebut dimotori oleh mahasiswa, pemuda, dan berbagai
komponen bangsa lainnya. Pemerintah sudah tidak mampu lagi mengendalikan keadaan. Maka
pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya. Berhentinya
Presiden Soeharto menjadi awal era reformasi di tanah air.
Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan reformasi di
masyarakat. Tuntutan tersebut disampaikan oleh berbagai komponen bangsa, terutama oleh
mahasiswa dan pemuda.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan bersama
bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya
yang diatur dalam Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam empat kali perubahan, yakni:
a. Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.
b. Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
c. Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
d. Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.
Perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan perwujudan dari
tuntutan reformasi, sebenarnya sejalan dengan pemikiran pendiri bangsa (founding father)
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
4. Konstitusi diperlukan untuk membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa negara,
membagi kekuasaan negara, dan memberi jaminan HAM bagi warga negara.
5. Konstitusi mempunyai materi muatan tentang organisasi negara, HAM, prosedur
mengubah UUD, kadang-kadang berisi larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD,
cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.
6. Pada awal era reformasi, adanya tuntutan perubahan UUD NRI 1945 didasarkan pada
pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang
demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan terhadap HAM. Di samping itu,
dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang menimbulkan penafsiran beragam
(multitafsir) dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter,
sentralistik, tertutup, dan praktik KKN.
7. Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan
bersama bangsa Indonesia. Oleh karena itu, MPR melakukan perubahan secara bertahap
dan sistematis dalam empat kali perubahan. Keempat kali perubahan tersebut harus
dipahami sebagai satu rangkaian dan satu kesatuan.
8. Dasar pemikiran perubahan UUD NRI 1945 adalah kekuasaan tertinggi di tangan MPR,
kekuasaan yang sangat besar pada presiden, pasalpasal yang terlalu “luwes” sehingga
dapat menimbulkan multitafsir, kewenangan pada presiden untuk mengatur hal-hal
penting dengan undang-undang, dan rumusan UUD NRI 1945 tentang semangat
penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang sesuai dengan
tuntutan reformasi.
DAFTAR PUSTAKA