Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Perencanaan
Geometrik Jalan
Jarak Kebebasan Samping
Pelebaran Pada Tikungan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

07
Teknik Teknik Sipil W111700008 Nabila, MT

Abstract Kompetensi
Perencanaan Jarak Kebebasan Samping Mampu merencanakan Kebebasan Samping
Perencanaan Pelebaran Pada Tikungan Dan Pelebaran Pada Tikungan
8.1 Jarak Kebebasan Samping

Pada saat kendaraan melintasi alinemen horisontal tentu membutuhkan kebebasan pandangan,
apakah pandangan itu untuk melihat rintangan di depannya ataukah pandangan untuk
mendahului kendaraan yang ada di depannya. Kebebasan samping ini dibutuhkan jika pada
arah dalam lengkung horisontal terdapat rintangan yang menghalangi pandangan pengemudi
kendaraan. Besarnya jarak kebebasan samping seperti yang terlihat pada persamaan berikut.

1. Jika jarak pandangan, S lebih kecil daripada panjang total lengkung, Lt

Lajur Luar
Lt Lajur Dalam
S

Garis Pandang E

Penghalang
Pandangan

R R' R

Gambar 8.1 Jarak Pandang untuk Lengkung Horizontal S < Lt

  28.65 S 
E  R ' 1  cos 
  R ' 

dimana :

E = kebebasan samping, m

R = jari-jari tikungan, m

R’ = jari-jari sumbu lajur dalam, m

S = jarak pandangan, m

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2
Lt = panjang total lengkung, m

2. Jika jarak pandangan, S lebih besar daripada panjang total lengkung, Lt

Lajur Luar
Lt Lajur Dalam
S

E
Garis Pandang R'

R R
Penghalang
Pandangan

Gambar 8.2 Jarak Pandang untuk Lengkung Horizontal S > Lt

  28.65 S   S  Lt  28.65 S 
E  R ' 1  cos      sin  
  R '   2  R ' 

8.2 Pelebaran Pada Tikungan

Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan, seringkali tak dapat
mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini disebabkan karena :

1. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda depan, sehingga
lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan belakang
kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan lintasan roda depan dan
roda belakang kendaraan.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya tetap pada
lajur jalannya terutama pada tikungan – tikungan yang tajam atau pada kecepatan –
kecepatan tinggi.

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3
Untuk menghindari hal tersebut di atas, maka pada tikungan – tikungan yang tajam perlu
perkerasan jalan diperlebar. Pelebaran perkerasan ini merupakan faktor dari jari – jari
lengkung, kecepatan kendaraan, jenis dan ukuran kendaraan rencana yang dipergunakan
sebagai dasar perencanaan.

Pada umumnya truk tunggal merupakan jenis kendaraan yang dipergunakan sebagai dasar
penentuan tambahan lebar perkerasan yang dibutuhkan. Tetapi pada jalan-jalan dimana
banyak dilewati kendaraan berat, jenis kendaraan semi trailer merupakan kendaraan yang
cocok dipilih untuk kendaraan rencana. Tentu saja pemilihan jenis kendaraan rencana ini
sangat mempengaruhi kebutuhan akan pelebaran perkerasan dan biaya pelaksanaan jalan
tersebut

Elemen-elemen dari pelebaran perkerasan tikungan terdiri dari :

1. Off tracking (U)


2. Kesukaran dalam mengemudi di tikungan (Z)

Gambar 8.3 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan (AASHTO 2004)

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4
Pada gambar 8.3,
b = lebar kendaraan rencana

B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah
dalam

U = B-b

C = lebar kebebasan samping di kiri dan kakan kendaraan

Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan

Bn = lebar total perkerasan pada bagian lurus

Bt = lebar total perkerasan di tikungan

n = jumlah lajur

Bt = n(B + C) + Z

∆b = tambahan lebar perkerasan ditikungan

∆b = Bt – Bn

8.2.1 Off Tracking

Untuk perencenaan geometric jalan antar kota, Bina Marga memperhitungkan lebar B
dengan mengambil posisi kritis kendaraan yaitu pada saat roda depan kendaraan pertama
kali dibelokan dan tinjauan dilakukan untuk lajur sebelah dalam.

Kondisi tersebut dapat dilihat pula pada gambar 8.3 yang berdasarkan kendaraan rencana
truk tunggal

Rw = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal


untuk lajur sebelah kanan

Besarnya Rw dipengaruhi oleh tonjolan depan (A) kendaraan dan sudut


belokan roda depan (α)

Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal


untuk lajur sebelah kanan dalam. Besarnya Ri dipengaruhi oleh jarak gandar
kendaraan (p)

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5
B = Rw – Ri

�� = (�� + �)2 + (� + �)2

�� = �� − �

�� = � + � = (�� 2 − (� + �)2

� = �� + � − (�� 2 − (� + �)2 ……………………………………..(a)

Rc = radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya dipengaruhi oleh
sudut α

Rc diasumsikan sama dengan Ri + ½ b

�� 2 = (�� + 1 2 �)2 + (� + �)2

(�� + 1 2 �)2 = �� 2 − (� + �)2

(�� + 1 2 �) = (�� 2 − (� + �)2

�� = �� 2 − � + � 2 − 1/2� ……………………………………………..(b)

2
2 2
�� = �� − � − � + 1/2� + (� + �)2

2
2 2
�= �� − � + � + 1/2� + (� + �)2

U = B – b, sedangkan ukuran kendaraan rencana truk adalah :

P = jarak antar gandar = 6,5 m

A = tonjolan depan kendaraan = 1,5 m

b = lebar kendaraan = 2,5 m

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6
8.2.2 Kesukaran Dalam Mengemudi di Tikungan

Tambahan lebar perkerasan akibat kesukaran dalam mengemudi di tikungan diberikan oleh
AASTHO sebagai fungsi dari kecepatan dan radius lajur sebelah dalam. Semakin tinggi
kecepatan kendaraan dan semakin tajam tikungan tersebut, semakin besar tambahan
pelebaran akibat kesukaran dalam mengemudi. Hal ini disebabkan oleh kcenderungan
terlemparnya kendaraan kearah luar dalam gerakan menikung tersebut.

0.105�
�=

Dimana :

V = kecepatan, km/jam

R = radius lengkung, m

Kebebasan samping di kiri dan kanan jalan tetap harus dipertahankan demi keamanan dan
tingkat pelayanan jalan.

Kebebasan samping (C) :

0,5 m = untuk jalan dengan lajur 6 m

1 m = untuk jalan dengan lajur 7 m

1,25 m = untuk jalan dengan lajur 7.5 m

8.2.3 Pencapaian Pelebaran Pada lengkung Horizontal

Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan perlahanJahan dari awal lengkung ke
bentuk lengkung penuh dan sebaliknya, hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk lintasan
yang baik bagi kendaraan yang hendak memasuki lengkung atau meninggalkannya.

Pada lengkung-lengkung lingkaran sederhana, tanpa lengkung peralihan pelebaran perkerasan


dapat dilakukan di sepanjang lengkung peralihan fiktif, yaitu bersamaan dengan tempat
perubahan kerniringan melintang.

Pada lengkung-lengkung dengan lengkung peralihan tambahan lebar perkerasan dilakukan


seluruhnya di sepanjang lengkung peralihan tersebut.

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
7
Contoh Perhitungan :

Radius lajur tepi sebelah (Ri) dalam adalah 300 m, kecepatan rencana (V) 60 km/jam, Jalan
terdiri dari jalan 2 lajur dengan lebar total pada bagian lurus (Bn) 7,00m. Tentukan tambahan
lebar perkerasan yang perlu dilakukan dengan truk tunggal sebagai kendaraan rencana.

B = Rw – Ri

�� = (�� + �)2 + (� + �)2

�� = �� 2 − � + � 2 − 1/2�

�� = �� + 1 2 �

Penyelesaian :

Diketahui :

p = 6.5 m

A = 1.5 m

b = 2.5 m

1
�� = �� + 1 2 � = 300 + ∗ 2.5 = 301.5 �
2
1
�� = 301.52 − 6.5 + 1.5 2 − ∗ 2.5 = 300.143 �
2

�� = (300.143 + 2.5)2 + (6.5 + 1.5)2 = 302.814 �

B = 302.814-30.143 = 2.670 m

U=B–b

U = 2.67 – 2.5 = 0.170 m

0.105 ∗ 60
�= = 0.364 �
300

C = 1.0 m  total lebar jalur 7,00 m

Bt = n (B+C) + Z = 2 (2.670 + 1.00) + 0.364 = 7.704 m

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
8
∆b = Bt – Bn = 7.704 – 7.00 = 0.740 m

Jadi, penambahan lebar perkerasan yang perlu dilakukan adalah sebesar 0.740 meter

8.3 Gabungan Alinemen Horizontal

Terdapat 2 jenis gabungan alinemen horinsontal (Gambar 8.4) antara lain :

1. Tikungan gabungan searah, adalah gabungan dua atau lebih tikungan dengan arah putaran
yang sama, tetapi dengan jari-jari yang berbeda.

2. Tikungan gabungan terbalik, adalah gabungan dua tikungan dengan arah putaran yang
berbeda.

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
9
Persyaratan untuk gabungan alinemen horinsontal antara lain (Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, DPU, Ditjen Bina Marga 1997) :

1. Penggunaan tikungan gabungan tergantung perbandingan R1 dan R2 :

R1 2
 , tikungan gabungan searah harus dihindari
R2 3

R1 2
 , tikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus atau clothoide
R2 3
sepanjang minimum 20 meter

2. Setiap likungan gabungan balik harus dilengkapi dengan bagian lurus diantara kedua
tikungan tersebut sepanjang minimum 20 meter.

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
10
Gambar 8.4. Gabungan Lengkung Horisontal

‘15 Perencanaan Geometrik Jalan


Nabila, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
11

Anda mungkin juga menyukai