Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK FATHERLESS TERHADAP PRESTASI BELAJAR

ANAK

Siti Fadjryana Fitroh


Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura
email: fadjryana@gmail.com

Abstract : Fatherless Impact on The Learning Achievement of Children. Fatherless can be


defined as the absence of a father either physically or psychologically in the child‘s life. Fatherless
emergence factors may be caused by a divorce, the death of the father, the separation because of
problems in the marriage relationship or health problems. Separation between father and son in
theform of separation due to the frequency of meetings are rare, although living together but not
fully involved in educating children. Fatherless effects experienced by children can be a
psychological shock, so that children feel disappointed, frustrated, lazy, not the spirit, which all
affect the learning process in schools. Children often feel less motivated than those closest to him,
so that the need for achievement, especially in schools is not so considered that decreased.

Key words: Fatherless, Learning, Achievement

Abstak : Dampak Fatherless Terhadap Prestasi Belajar Anak. Fatherless dapat didefinisikan
sebagai tidak adanya seorang ayah baik secara fisik atau psikologis dalam kehidupan anak.
Keterlibatan ayah dalam mendidik anak-anak menjadi masalah yang menarik untuk dibahas.
Faktor munculnya fatherless dapat disebabkan oleh sebuah perceraian, kematian ayah, pemisahan
karena masalah dalam hubungan pernikahan, atau masalah kesehatan. Pemisahan antara ayah dan
anak disini ada yang berupa pemisahan karena frekuensi pertemuan yang jarang terjadi meskipun
hidup bersama, sehingga dapat dikatakan ayah tidak sepenuhnya terlibat dalam mendidik anak-
anak. Dampak fatherless yang akan dialami oleh anak-anak dapat berupa guncangan jiwa
psikologis, sehingga anak memiliki rasa kecewa, putus asa, malas, tidak semangat, yang semuanya
itu dapat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah. Anak-anak sering merasa kurang
termotivasi dari pihak yang paling dekat dengan dirinya sehingga kebutuhan prestasikhususnya di
sekolah tidak begitu diperhatikan sehingga mengalamipenurunan..

Kata kunci: Fatherles, Belajar, Prestasi

Berbicara tentang prestasi pasti berkaitan Maksud dari peran keluarga disini
dengan hasil dan semua itu diperoleh dari adalah seberapa besar keluarga memberikan
sebuah kegiatan yang sudah dilakukan individu kehangatan untuk anak, sehingga dalam hal ini
baik meliputi ranah kognitif, afektif maupun kehadiran orang tua yakni baik ayah maupun
psikomotor. Dalam hal ini kita akan berbicara ibu menjadi faktor penting dalam keberhasilan
tentang prestasi anak di sekolah yang semua pada diri anak. Kehadiran mereka berdua
itu pasti tidak akan terlepas dari campur tangan sebagai orang tua haruslah kompak bukan
keluarga khususnya significant other yakni hanya dalam hal pengasuhan anak melainkan
ayah dan ibu. Keluarga merupakan kelompok juga mendidik anak menjadi pribadi yang
terkecil dari kehidupan manusia di masyarakat berhasil di lingkungannya baik disekolah
yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. maupun di masyarakat. Pernyataan diatas
didukung oleh Sulastri (2009) yang
menyatakan bahwa pengaruh keharmonisan

83
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 84

dalam keluarga mempengaruhi prestasi belajar sensitivitas ayah terhadap kebutuhan anak
anak disekolah; sebaliknya dengan Violita apalagi dalam prestasi belajar anak di sekolah.
(2013) yang juga menyatakan bahwa
lingkungan keluarga dan fasilitas belajar yang Ada pengungkapan disalah satu buletin
dimiliki oleh siswa merupakan dua faktor yang ―magazine USA” yang menyatakan bahwa di
dapat mempengaruhi prestasi belajar. Amerika sekarang ini sudah mulai mengganti
paradigma lama menjadi baru yakni kehadiran
Maka dari pernyataan diatas ayah secara fisik dan psikologis dalam
menekankan bahwa keluarga yang hangat mendidik anak semakin populer dibicarakan,
memiliki pengaruh besar pada keberhasilan Ayah kini menggambil peranan begitu besar
anak. Namun, kehangatan keluarga atau bisa dalam aktivitas rumah tangga bahkan terdapat
dibilang kekompakan dalam keluarga sudah pernyataan bahwa para pria yang akan menjadi
begitu jarang nampak dibicarakan karena, seorang ayah sudah menyiapkan cuti kerjanya
belakang ini yang sering dibicarakan baik di guna memberikan waktu lebih besar untuk
artikel maupun di media massa tentang anaknya, baik peran secara aktif membentuk
ketimpangan atau pertikaian dalam keluarga perkembangan emosi anak, menanamkan nilai-
yang berakibat perceraian dan secara nilai hidup dan kepercayaan dalam keluarga.
kuantitatif di Indonesia kasus ini semakin
banyak terjadi. Banyak suami istri yang Namun, inspirasi di atas masih begitu
memutuskan bercerai tanpa memikirkan jangka sedikit mendapatkan perhatian di Indonesia,
panjangnya bahkan sampai berfikir tentang meskipun sudah banyak buku-buku yang
dampak yang akan terjadi. Salah satu dampak beredar bertema peran ayah dalam keluarga.
yang muncul adalah mengakibatkan peran Tetap saja orangtua di Indonesia menggunakan
diantara ayah dan ibu tidak bisa berkolaborasi paradigma lama yakni menganggap bahwa
lagi secara efektif dalam mendidik anak, yang berperan mendidik anak adalah tugas
sehingga disini anak akan kehilangan salah penuh dari seorang ibu, dan ayah hanyalah
satu figur orang tuanya karena anak dituntut diminta untuk bekerja guna membiayai
tinggal dengan salah satu orang tuanya. keluarganya tanpa harus mengurusi masalah
rumah seperti menyangkut kebutuhan anak
Ketidakhadiran salah satu pihak dalam dirumah termasuk masalah akademik dan
mendidik anak kali ini membahas tentang perilaku moralistik.
ketiadaan ayah (fatherless) dalam kehidupan
anak. Jika tadi kita mengetahui bahwa ayah Fenomena ketidakadaan figur ayah
dan ibu memiliki pengaruh besar terhadap dalam keluarga yang sering dikenal dengan
keberhasilan anak utamanya tentang prestasi istilah fatherless yakni suatu kajian yang
belajarnya di sekolah. Bagaimana jika salah menarik terkait ketimpangan pengasuhan anak,
satu dari mereka tidak hadir secara fisik yang selama ini masih sedikit dikaji di
maupun psikis bagi anak. Meskipun selama ini Indonesia. Dalam penelitian longitudinal
banyak orang tua yang masih menggunakan menyebutkan bahwa pada siswa Sekolah Dasar
paradigma lama yakni masih memiliki kelas 4 menemukan adanya tingkat agresi yang
anggapan bahwa dalam proses pengasuhan lebih tinggi pada anak laki-laki yang hanya
atau parenting pada anak yang paling banyak tinggal dengan ibu, tanpa kehadiran seorang
keterlibatan perannya adalah seorang ibu. ayah (Vaden-Kierman dkk, 1995; Osborne dan
Pengungkapan tersebut didukung dengan McLanahan, 2007).
sebuah dalil yang diyakini bahwa anak adalah
urusan ibu dan hanya ibulah yang paham Dilanjutkan pada sebuah studi penelitian
tentang apa yang dibutuhkan anak. Keyakinan yang menyatakan bahwa dampak fatherless
tersebut tidak hanya didominasi oleh pada anak-anak yang mengalami perceraian
masyarakat Indonesia saja, melainkan sudah orangtua atau ditinggalkan ayahnya dibawah
menjadi suatu pandangan yang bersifat atau disaat usia 5 tahun yaitu memiliki masalah
universal sebagaimana diyakini di berbagai dengan gangguan kecemasan dan depresi,
budaya masyarakat di dunia. Jadi, pada (Kandel dkk, 1994), sampai menjadi pasien
umumnya keterlibatan seorang ayah dalam psikiatri di rumah sakit, (Block, 1988) selain
pengasuhan anak masih sangat minimal yang itu juga ditemukan identifikasi terlibat dengan
kemudian berdampak pada rendahnya aktivitas seksual dini, penyalahgunaan obat-
obatan, gangguan mood, dan terlibat kenakalan
85 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146

serius ataupun tindakan kriminal, (Fergusson terdahulu menyatakan bahwa akan


dkk, 1944). berpengaruh pada perkembangan emosi dan
kepribadian anak (Sundari & Herdajani 2013).
Penelitian serupa pada anak-anak yang Oleh karena itu, tujuan dari penulisan ini
tidak tinggal dengan ayah dan ibunya akan adalah untuk dapat mengeksplorasi sampai
berujung pada penyalahgunaan obat-obatan sejauh mana dampak fatherless pada prestasi
(Hoffmann,2002). Masalah perilaku tersebut belajar anak. Untuk kemudian dapat dicari
dipengaruhi oleh ketidakhadiran ayah dalam tindakan apa yang perlu diperbuat atas kondisi
kehidupan anak di keluarga, dimana kehadiran fatherless yang telah dialami dan antisipasi
ayah diharapkan dapat memberikan batasan agar tidak menimbulkan efek tersebut.
yang tegas atas tingkah laku yang baik. Selain
itu, permasalahan perilaku lainnya yang Ketidakjelasan Peran Ayah Dalam
dialami anak-anak yang hidup terpisah dengan Mendidik Anak
ayahnya muncul perilaku merokok saat
memasuki masa remaja, (Stanton dkk, 1994). Berbicara tentang peran merupakan
bagian dari aspek yang dinamis dari
Senada dengan hal tersebut di atas, kedudukan (status). Peran ayah terhadap anak
bahwa performansi akademik sangat di dalam keluarga adalah sebagai motivator,
dipengaruhi oleh ketiadaan atau ketidakhadiran fasilitator dan mediator. Sebagai motivator
peran ayah (fatherless). Peran ayah yang seorang ayah harus senantiasa memberikan
menjadi figur otoritas di dalam keluarga motivasi/dorongan terhadap anaknya untuk
nampak samar atau bahkan hilang dan tidak selalu membuat dirinya berharga dalam
berkesan pada anak-anak yang mengalami kehidupannya. Ilmu pengetahuan sebagai
fatherless. Dampak kekosongan peran ayah fasilitator, orang tua harus memberikan
berpengaruh besar pula akan terjadinya insiden fasilitas, pemenuhan kebutuhan keluarga/anak
kekerasan pada anak oleh ibu (Biller, 1974), berupa sandang pangan dan papan, termasuk
Indikasi ini mengarahkan kesimpulan bahwa kebutuhan pendidikan. Sebagai mediator saat
dukungan lingkungan sekitar ibu yang anak mengalami permasalahan dalam aktivitas
mengalami ketidakhadiran peran suami atau atau hidupnya, seorang ayah harus mampu
bahkan dari pasangan baru belum cukup berarti menjadi penengah dan pemberi solusi terbaik
bahkan ayah tiri ini tidak mampu menciptakan (Seira Valentina, 2009).
perbaikan lingkungan untuk mengisi
kekosongan peran ayah. Menurut J. Verkuyl dalam Heman Elia
(2000) peran seorang ayah pada tahun-tahun
Kekosongan sosok ayah yang dirasakan pertama dalam kehidupan anak adalah
oleh seorang anak tidak secara langsung dapat membantu ibu memberikan perawatan, baru
seketika disadari. Perasaan kehilangan (feeling setelah itu ayah menjadi kepala keluarga yang
lost) itu awalnya berupa pertanyaan berwibawa dan mempertahankan serta
keberadaan seorang ayah di benak seorang melindungi kehidupan keluarga. Fungsi
anak. Jika ia tidak mendapatkan jawaban yang seorang ayah adalah hidup dan bekerja pada
memuaskan kerinduan ataupun kehilangannya, perbatasan antara keluarga dan masyarakat.
maka ia akan menyimpannya dalam hati dan Ayah harus mampu memperkenalkan dan
meneruskan pencarian. Kebingungan itu akan membimbing anak-anaknya untuk mengarungi
terus ada di dalam pikiran seorang anak sampai dunia luar atau kehidupan bermasyarakat.
ia mendapatkan jawaban yang diinginkan, Richard C. Halverson berpendapat bahwa ayah
meskipun ibu atau keluarga besarnya berusaha bertanggung jawab atas tiga tugas utama.
maksimal untuk mengisi kekosongan itu. Jiwa Pertama, ayah haruslah mengajar anaknya
seorang anak akan merasa terasing saat melihat tentang Tuhan dan mendidik anaknya dalam
gambaran ideal sebuah keluarga yang terdiri ajaran dan nasehat Tuhan; Kedua, seorang
dari ayah, ibu dan anak bersama-sama secara ayah haruslah mengambil peran sebagai
fisik maupun psikis. pimpinan dalam keluarganya. Ketiga, ayah
haruslah bertanggung jawab atas disiplin.
Keluarga yang tidak utuh karena Dengan demikian ayah akan menjadi seorang
ketiadaan sosok ayah akan mengakibatkan figur otoritas.
kekosongan jiwa pada anak, sebagaimana yang
sudah dijelaskan dalam beberapa penelitian
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 86

Tugas mendidik ayah kepada anaknya Peran ayah seharusnya dapat menjadi
disini adalah tugas yang menuntut pengabdian pelindung, penyokong materi dan model
waktu, tenaga dan pikiran. Karena itu, ayah keteladanan bagi anak-anaknya, sehingga
perlu sekali memasukkan tugas mendidik anak beberapa kasus diatas tidak akan terjadi.
dalam jadwal kerja utama setiap hari. Ayah Idealnya, ayah dapat memberikan kenyamanan
perlu mengenal dengan baik setiap anaknya tempat tinggal dan keamanan dari bahaya yang
dan menggunakan waktu lebih banyak untuk mengancam secara fisik maupun psikologis.
belajar mendidik anak. Pernyataan diatas harus Sehingga dengan begitu perlindungan, jaminan
selalu ditekankan bahwa pentingnya peran finansial dan pemenuhan spiritual yang
ayah dalam mendidik anak, jika terjadi menyeluruh dapat menyentuh jiwa dan raga
kekaburan peran maka yang terjadi adalah anak-anak dan seluruh anggota keluarga.
anak kehilangan figur. Coba kita pelajari
tentang konsep fatherless. Ketiadaan peran-peran penting ayah
akan berdampak pada rendahnya harga diri
Konsep Fatherless (self-esteem) ketika ia dewasa, adanya
perasaan marah (anger), rasa malu (shame)
Ketiadaan peran ayah yang dimaksud karena berbeda dengan anak-anak lain dan
disini adalah ketidakhadiran secara fisik tidak dapat mengalami pengalaman
maupun psikologis dalam kehidupan anak. kebersamaan dengan seorang ayah yang
Dikenal dengan adanya istilah fatherless, dirasakan anak-anak lainnya, (Lerner, 2011).
father absence, father loss atau father hunger. Kehilangan peran ayah juga menyebabkan
Ketiadaan peran ayah secara fisik bisa seorang anak akan merasakan kesepian
disebabkan karena kematian, mengarahkan (loneliness), kecemburuan (envy), dan
pada adanya sebutan anak yatim. Namun kedukaan (grief), (Lerner, 2011) dan
apabila ketidakhadirannya disebabkan oleh kehilangan (lost) yang amat sangat, yang
karena kepergian dari perannya sebagai disertai pula oleh rendahnya kontrol diri (self-
seorang ayah, maka anak tersebut dapat control), keberanian mengambil resiko (risk-
dikatakan seolah-olah menjadi yatim sebelum taking), (Williams, 2011), dan psychology well
waktunya, sebaliknya juga dengan kasus being (Bronte-Tinkew, Horowitz, dan Scott,
perceraian. 2009), serta kecenderungan memiliki neurotik,
terutama pada anak perempuan, (Thomas,
Fatherless adalah ketiadaan peran dan 2009). Akibat-akibat psikologis yang dirasakan
figur ayah dalam kehidupan seorang anak. Hal oleh anak tersebut berdampak pada
ini terjadi pada anak-anak yatim atau anak- penyimpangan perilaku dan
anak yang dalam kehidupan sehari-harinya ketidakbermaknaan hidupnya. Oleh karena itu
tidak memiliki hubungan yang dekat dengan untuk dapat merumuskan penanganan yang
ayahnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Smith diperlukan serta antisipasi yang dibutuhkan
(2011) bahwa seseorang dikatakan mendapat terhadap fatherless ini, maka dibutuhkan
kondisi fatherless ketika ia tidak memiliki ayah pemahaman tentang penyebab dari kondisi
atau tidak memiliki hubungan dengan ayahnya, fatherless.
disebabkan perceraian atau permasalahan
pernikahan orangtua. Penyebab Fatherless
Permasalahan fatherless telah menjadi Fatherless terjadi tidak hanya di masa
permasalahan internasional, yang semuanya kanak-kanak, namun hingga ia dewasa. Sebuah
dikemas dalam hasil pegamatan dibeberapa penelitian yang dilakukan oleh Aquilino
negara. Akibat yang terjadi dari fatherless (1994) pada individu dewasa awal, yang
adalah permasalahan psikologis dan keinginan mengalami perceraian orangtua, ditemukan
untuk bunuh diri yang lebih tinggi terjadi pada kenyataan bahwa situasi tersebut membuatnya
remaja di Belanda. Di Finlandia, anak-anak kehilangan komunikasi dengan ayah setelah
yang berasal dari seorang ayah yang sedang perceraiaan terjadi. Kock & Lowery (1984)
memiliki perseteruan pernikahan, terlibat melakukan penelitian yang serupa pada anak-
tindakan kriminal. Sedangkan di Australia anak, dan menemukan hasil yang sama bahwa
anak-anak fatherless ini harus mengalami ditemukan ketidakpuasan dengan komunikasi
kehidupan dalam kemiskinan (Horn, dengan ayahnya, secara kuantitas.
www.cyep.org ).
87 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146

Hal tersebut mengindikasikan adanya membawa berbagai dampak yang buruk bagi
kekosongan figur dan keteladanan serta anak-anaknya. Berbagai dampak buruk yang
pengaruh ayah dalam hidupnya oleh karena mungkin terjadi akibat tidak berfungsinya ayah
jumlah pertemuan dan komunikasi yang terjadi antara lain adalah
diantara ayah dan anak yang minimal.
Sementara para pria yang mengalami 1. Krisis identitas dan perkembangan
perceraian dan harus berpisah tempat tinggal seksual Anak.
dengan anak-anaknya, menyatakan adanya 2. Gangguan Psikologis Pada Anak di
kekurangan pertemuan dengan anak-anaknya Masa Dewasa.
(Kock & Lowery, 1984). Hal tersebut dapat
terjadi dikarenakan alokasi waktu yang kurang Di AS, sudah banyak penelitian yang
dari ayah itu sendiri dalam mengelola waktu menyebutkan dampak buruk kepada anak
pertemuan, kualitas dari pertemuan yang akibat kurangnya peran dan perhatian ayah
kurang maksimal atau dapat pula dikarenakan kepada mereka fatherless. Penelitian yang
faktor ibu yang tidak bersedia untuk dilakukan dirumah yatim menyebutkan banyak
mempertemukan anak dengan ayah dampak-dampak perilaku yang dimunculkan,
kandungnya. www.harisanusi.com yakni:

Kurangnya pertemuan antara ayah dan 1 63% kasus bunuh diri remaja (US Dept
anak korban perceraian atau perpisahan Kesehatan / Sensus)
orangtua dapat terjadi disebabkan pengaruh 2 90% anak menjadi tunawisma dan
dari ibu anak-anak tersebut, (Ahrons dan anak jalanan
Miller, 1993; Seltzer, Shaeffer dan Charing, 3 85% anak menunjukkan gangguan
1989). Pengaruh tersebut dapat berupa perilaku seperti tuna laras (Center for
perasaan amarah terhadap mantan pasangannya Disease Control)
yang mencegah dan menghindarkan para ayah 4 80% anak terseret kasus pemerkosa
ini melakukan keterlibatan yang efektif pada dengan masalah kemarahan (Hukum
pengasuhan anak, sehingga dilakukan sabotase dan Perilaku, Vol 14, hal. 403-26)
oleh ibu yang melaksanakan joint custody (hak 5 71% anak memutuskan putus sekolah
asuh bersama) terhadap upaya para ayah untuk tinggi (Prinsipal National Association
menjumpai anak-anaknya. Wood & Gell Report)
(www.ancpr.com) menyebut gejala ini sebagai Dampak sosial dari ketidakhadiran
―father hatred‖ atau kebencian pada ayah yang ayah dalam kehidupan anak cukup
mengarah pada adanya father absence. menggetarkan hati, karena kerusakan yang
Perasaan benci yang dirasakan oleh ibu ditimbulkannya cenderung membesar dan
menyebabkannya tidak membiarkan anak meluas dari generasi ke generasi, yang
untuk bertemu dengan ayahnya sama sekali, mengakibatkan banyak bermuculan perilaku
(Furstenberg dan Winquist Nord, 1985; sosial yang buruk seperti membangkang, oleh
Braver, 1991) atau jika diperbolehkan untuk karena itu kita coba pahami tentang konsep
menemui anak, seorang ibu yang ketunalarasan.
melaksanakan pengasuhan bersama atau joint-
custody akan turut campur dalam kunjungan Prestasi Belajar
ayah dengan maksud memberikan ayah
tersebut ‗hukuman‘ (Braver, 1991). ―father Memahami pengertian prestasi belajar
hatred‖ atau kebencian terhadap ayah oleh ibu secara garis besar harus bertitik tolak kepada
mempengaruhi cara pandang anak secara pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para
langsung, hal ini ditemukan saat meneliti anak- ahli mengemukakan pendapatnya yang
anak yang mengalami pengasuhan bersama berbeda-beda sesuai dengan pandagan mereka.
setelah perceraian orangtua, (Koch & Lowery, Dalam proses pendidikan prestasi dapat
1984). diartikan sebagai hasil dari proses belajar
mengajar yakni, penguasaan, perubahan
Dampaknya Fatherless emosional, atau perubahan tingkah laku yang
dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah,
Ayah yang kurang berperan dalam 2008).
menjalankan fungsi keayahannya akan
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 88

Menurut Arifin (1990) mengemukakan eksperimen, mendengarkan keterangan


bahwa:‖Prestasi adalah hasil dari kemampuan, guru dan orang lain., mendengarkan
ketrampilan, dan sikap seseorang dalam ceramah,
mengerjakan suatu hal‖. Prestasi belajar adalah 4) Motivasi
hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang Motivasi memegang peranan penting dalam
setelah melakukan kegiatan belajar yang memberikan gairah, semangat, dan rasa
diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu senang dalam belajar, sehingga yang
(Ilyas, 2008). Prestasi disini berarti hasil yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai
telah dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran energi yang banyak untuk melaksanakan
yang telah diberikan oleh guru disekolah yang kegiatan belajar. Kuat lemahnya motivasi
telah di gariskan dalam kurikulum. belajar seseorang turut mempengaruhi
keberhasilan belajar.
Faktor Mempengaruhi Prestasi Belajar
b. Faktor Eksternal
Menurut Slameto (2003) secara garis Faktor ini menyangkut faktor diluar
besarnya faktor-faktor yang dapat pribadi individu yang dapat mempengaruhi
mempengaruhi prestasi belajar dapat prestasi belajar yang meliputi:
dikelompokkan atas :
1) Faktor Lingkungan Keluarga
a. Faktor Internal Salah satu faktor yang memiliki pengaruh
Faktor yang menyangkut seluruh pribadi cukup besar terhadap perkembangan anak,
termasuk kondisi fisik maupun mental atau pengungkapan ini didukung dengan
psikis. Faktor internal ini sering disebut faktor pernyataan dari Sutjipto Wirowidjoyo
instrinsik yang meliputi : dalam Slameto (2003) yang menyatakan
bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan
1) Kondisi Fisiologis Secara Umum yang pertama dan utama. Keluarga
Kondisi seseorang dalam keadaan segar merupakan orang-orang terdekat seorang
jasmaninya akan berlainan belajarnya anak (Tu‘u, 2004). Keluarga merupakan
dengan orang yang dalam keadaan lelah. kelompok sosial yang pertama bagi anak-
Anak-anak yang kekurangan gizi anak (Ahmadi, 2007).
kemampuannya berada dibawah anak-anak Di dalam rumah atau lingkungan
yang tidak kekurangan gizi. Jadi anak-anak keluarga seorang anak akan lebih banyak
yang kurang gizi mudah lelah, mudah mendapatkan kesempatan waktu untuk
mengantuk, dan tidak mudah menerima bertemu dan berinteraksi dengan sesama
pelajaran. anggota keluarga lainnya. Frekuensi
2) Kondisi Psikologis bertemu dan berinteraksi sudah pasti sangat
Belajar pada hakikatnya adalah proses besar pengaruhnya bagi perilaku dan
psikologi. Oleh karena itu semua keadaan prestasi seseorang. Keluarga yang
dan fungsi psikologis tentu mempengaruhi mempunyai hubungan harmonis antara
proses belajar seseorang. Faktor psikologis sesama anggota keluarga sudah pasti akan
sebagai faktor dari dalam diri individu yang memberikan stimulus yang baik bagi anak
merupakan hal utama dalam menentukan sehingga memberikan dampak prestasi
intensitas belajar seseorang. Meski faktor yang baik pula. Faktor keluarga yang
luar mendukung, tetapi faktor psikologis mempengaruhi prestasi belajar meliputi: a).
tidak mendukung maka faktor luar itu akan Orang tua; b). Suasana Rumah; c). Keadaan
kurang signifikan. Oleh karena itu minat, Ekonomi Keluarga
kecerdasan, bakat, motivasi, dan 2) Faktor Lingkungan Sekolah
kemampukan-kemampuan kognitif adalah Sekolah adalah lingkungan kedua yang
faktor psikologis yang utama berperan besar dalam memberikan
mempengaruhi proses dan hasil belajar pengaruh terhadap prestasi belajar anak
anak (Djamarah, 2008). (Tu‘u, 2004). Faktor disini meliputi : a).
3) Kondisi Panca Indera Guru; b). Alat Media; c). Kondisi Gedung;
Kondisi ini meliputi penglihatan dan d). Kurikulum
pendengaran. Orang belajar dengan
membaca, melihat contoh atau model,
melakukan observasi, mengamati hasil
89 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146

3) Kondisi Lingkungan Masyarakat memberontak (risk-taking) (Williams, 2011).


Masyarakat merupakan faktor yang juga Banyaknya dampak yang diterima anak,
turut berpengaruh terhadap prestasi belajar membuat dirinya tidak bisa fokus saat belajar
siswa, karena keberadaan anak dalam baik di sekolah maupun di rumah. Karena jika
lingkup masyarakat (Slameto, 2003). Faktor kembali pada konsep dasar hakikat dari belajar
disini meliputi: a). Media massa; b). Teman adalah proses psikologi, jadi disaat
Bergaul; c). Lingkungan tetangga; d). psikologinya anak terganggu otomatis proses
Aktivitas siswa di masyarakat dalam belajarnya pun akan mengalami ketidak
sempurnaan.

Selain itu kurangnya motivasi yang


PEMBAHASAN diberikan dari pihak-pihak yang anak
harapkan, dalam hal ini adalah significant
Lingkungan keluarga merupakan salah other. Posisi ayah yang tidak mampu anak
satu faktor yang memiliki pengaruh cukup hadirkan secara fisik guna memberikan dirinya
besar terhadap prestasi belajar, didukung rasa semangat, gairah dan rasa senang dalam
dengan pernyataan Tu‘u (2004) yang belajar membuat anak merasa malas dan tidak
menyatakan bahwa keluarga merupakan orang- tertantang untuk mendapatkan prestasi.
orang terdekat seorang anak dan keluarga Kurangnya mendapat sebuah motivasi dari
merupakan bagian wadah yang sangat penting ayah, membuat anak memiliki anggapan tidak
sebagai bagian dari kelompok sosial pertama ada orang yang peduli dengan dirinya saat dia
untuk anak (Ahmadi, 2007). berasil, jadi sia-sia saja jika anak mau
Saat keluarga mengalami berprestasi atau berhasil di sekolah. Jadi
ketidakharmonisan yang mengakibatkan fatherless memiliki dampak terhadap prestasi
munculnya ketiadaan peran dan figur ayah belajar, saat anak merasa kehilangan dan
yang terjadi dalam kehidupan seorang anak kekecewaan berat secara psikologis terhadap
baik secara fisik maupun psikologis, maka peran ayah maka mengakibatkan penurunan
akan sangat memberikan pukulan terhadap prestasi belajar di sekolah. Namun, akan
anak. Idealnya anak mengharapkan bisa berbeda saat anak sudah merasa mendapatkan
merasakan kehangatan perhatian dari seorang sosok pengganti ayah yang sesuai dengan
ayahnya, malah justru yang dia dapatkan dirinya dari masalah fatherless nya maka anak
hanyalah sebuah pengharapan yang tak akan tetap termotivasi untuk meningkatkan
berwujud. Apapun awal mula penyebab prestasi belajarnya di sekolah.
munculnya fatherless pada anak, menyatakan
bahwa anak-anak tetap membutuhkan
kehadiran ayah dalam memenuhi tugas SIMPULAN
perkembangannya hingga anak menginjak
dewasa. Kebutuhan anak akan peran ayah Fatherless disini mengakibatkan
secara utuh dalam hidupnya guna pertumbuhan hilangnya kesempatan ayah untuk dapat
dan perkembangan fisik dan psikologisnya berinteraksi dengan anak. Untuk itu, apapun
akan memberikan pengaruh besar terhadap yang menyebabkan fatherless itu terjadi harus
anak saat menginjak di bangku sekolah. diantisipasi oleh orang tua agar tidak
berdampak besar terhadap anak. Karena dapat
Anak yang mengalami fatherless jelas kita ketahui bahwa fatherless memiliki
akan berdampak pada psikologisnya mulai dari pengaruh besar terhadap psikologis anak,
anak akan merasakan kesepian (loneliness) dan dimana dapat mengakibatkan anak menjadi
kecemburuan (envy) (Lerner, 2011); rendahnya sering murung, sulit untuk berkonsentrasi yang
harga diri (self-esteem), adanya perasaan akhirnya prestasi belajarpun semakin menurun.
marah (anger) dimana emosi sulit dikontrol,
rasa malu (shame) karena berbeda dengan Seorang ayah seharusnya
anak-anak lain yang dapat mengalami menyempatkan waktunya di sela jadwal
pengalaman kebersamaan dengan seorang ayah kerjanya untuk bertemu dan berinteraksi
(Lerner, 2011); serta rendahnya kontrol diri dengan anak, untuk memberikan stimulus yang
(self-control) (Kruk, 2012); ketidakmampuan baik bagi anak sehingga memberikan dampak
memecahkan masalah membuat dirinya sering prestasi yang baik pula. Dalam hal ini
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146 90

dukungan dan perhatian seperti memperhatikan Longitudinal Analysis. American


dan mengingatkan anak untuk belajar dengan Journal of Orthopsychiatry, Vol. 63 (3),
rajin merupakan wujud dari kasih sayang dan July 1993. (online),
kepedulian yang sangat diharapkan anak. Ayah (http://www.ancpr.com/effects_of_fathe
tidak harus sibuk bekerja terus, yang biasanya rlessnesson_ chi.htm, diakses pada 3
akan dijadikan alasan bahwa hasil kerja akan November 2014)
diberikan anak. Meskipun hasil kerja itupun
merupakan faktor kebutuhan guna membantu Aquilino, W. (1994). Later Life Parental
keberhasilan dalam berprestasi, tapi dukungan Divorce and Widowhood. Journal of
dan perhatian yang lebih dibutuhkan anak, Marriage and the Family Vol. 56. 1994.
sehingga membuat dirinya terus termotivasi (online),
untuk berprestasi belajar. (http://www.photius.com/feminocracy/fa
cts_on_fatherless_kids.html, diakses
Jika perpisahan antara orang tua terjadi, pada 3 November 2014).
anak tetaplah diberi kesempatan untuk
mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, Braver, S. H.; Wolchik, S. A.; Sandler, I. M.;
silaturahmi antara ayah dan anak tetap dijaga Fogas, B. S.; & Zvetina, D. (1991).
agar tetap melahirkan hubungan yang Frequency of Visitation by Divorced
harmonis sehingga berpengaruh pada Fathers: Differences in Reports by
keberadaan jiwa anak. Selain itu, saat anak Fathers and Mothers - American Journal
hidup dengan ibu saja, maka dituntut disini of Orthopsychiatry. (online),
adalah keterampilan yang dimiliki ibu guna (http://www.ancpr.com/effects_of_fathe
mendongkrak kepercayaan dirinya, keyakinan rlessness on_chi.htm, diakses pada 15
bahwa ia dapat mengatasi permasalahan Oktober 2014).
apapun yang terjadi dalam mendidik anak, dan
kemampuan dasar dalam mengelola diri secara Bronte, T. J; Horowitz, A.; & Scott, M. E.
penuh. Selain itu dukungan keluarga besar (2009). Fathering with multiple partners:
yang proporsional pun dapat memenuhi Links to children‟ s well-being in early
kekosongan peran ayah, misalnya sosok laki- childhood. Journal of Marriage and
laki di rumah dapat digantikan dengan sosok Family, Vol. 71, (2009): 608–631.
kakek atau paman. Tujuannya untuk (online),
melengkapi kebutuhan cinta dan kasih sayang (http://www.fatherhood.org/media/conse
pada diri anak, sehingga dampak fatherless quences-of-father-absence-statistics.,
pada diri anak akan dapat diminimalisir, dan diakses pada 15 Oktober 2014).
kebutuhan anak akan motivasi berprestasi tetap Djamarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar.
bisa dijaga. Sehingga anak akan selalu Jakarta: PT Rineka Cipta.
semangat meraih prestasi-prestasinya di
sekolah. Hoffmann, J., P. (2002). The Community
Context of Family Structure and
Adolescent Drug Use. Journal of
DAFTAR RUJUKAN Marriage and Family. Vol. 64 (May
2002): 314-330. (online),
Abdullah, A. (2008). Prestasi Belajar. (http://www.fatherhood.org/media/conse
(online), (http://spesialis-torch.com, quences-of-father-absence-statistics,
diakses pada 3 November 2014). diakses pada 3 November 2014).

Ahmadi, A. (2007). Sosiologi Pendidikan. Horn, W. (2005). Effect Fatherlessness has on


Jakarta: Rineka Cipta. Children. (online),
(http://www.cyep.org/our_missionwhy_f
Arifin, Z. (1990). Evaluasi Instruksional. athers.htm, diakses pada 3 November
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2014).

Ahrons.; Constance R.; & Miller, R. B. (1993). Ilyas. (2008). Fungsi dan Pengukuran prestasi
The Effect of the Post Divorce belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Relationship on Paternal Involvement: A
91 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014, hal 76-146

John, W.; & Sons. (1994). Parental Factors and hp?option=com_content&task=view&id


Transsexualism‖ dalam Parenting and =391, diakses pada 25 Juli 2014).
Psychopathology (eds. Carlo Perris,
Willem A. Arrindell and Martin Sugiono. (2006). Metode Penelitian
Eisemann; Chichester. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Kandel, D. B; Rosenbaum, E.; & Chen, K.
(1994). Impact of Maternal Drug Use Sulastri, E. (2009). Pengaruh Keharmonisan
and Life Experiences on Preadolescent Keluarga Terhadap Prestasi Belajar
Children Born to Teenage Mothers. PKN Pada Siswa Kelas VII SLTPNegeri
Journal of Marriage and the Family 3 Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Volume 56 (1994). (online), Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi ini
(http://www.photius.com/feminocracy/fa tidak diterbitakan. Surakarta: FKIP
cts_on_ fatherless_kids.html, diakses Universitas Sebelas Maret Surakarta.
pada 15 Oktober 2014).
Sundari, A.R; & Herdajani, F. (2013). Dampak
Lerner, H. (2011). Losing a Father Too Early. Fatherless Terhadap Perkembangan
Dipublikasikan pada 27 November 2011 Psikologi Anak. Prosiding Seminar
oleh Harriet Lerner dalam The Dance of Nasional Parenting 2013. Hal 256-271.
Connection. (online),
(http://www.psychologytoday.com/blog/ Sutjiati, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa.
the-dance-connection, diakses pada 3 Bandung: Reflika Aditama.
Oktober 2014). Thomas, P. (2009). The Face of Father
Moleong , (2007). Metodologi Kualitatif loss.(online) pada 7 Agustus 2009 oleh
Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Pamela Thomas dalam Our Fathers,
Rosdakarya. Ourselves, diakses pada 8 Februari
2013.
Osborne, C., & McLanahan, S. (2007).
Partnership instability and child well- Tu‘u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku
being. Journal of Marriage and Family. dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT
Vol. 69, (2007): 1065-1083. (online), Grasindo.
(http://www.fatherhood.org/media/conse
quences-of-father-absence-statistics,
diakses pada 5 November 2014).

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor


yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta

Smith, D. (2011). Father’s Day For The


Fatherless. Dipublikasikan 18 Juni 2011
oleh Darcy Smith. in Ask Dr. Darcy.
(online),
(http://www.psychologytoday.com/blog/
ask-drdarcy, diakses pada 3 November
2014).

Stanton, W. R., Oci, T. P. S., & Silva, P. A.


(1994). "Sociodemographic
characteristics of Adolescent Smokers.
The International Journal of the
Addictions Vol. 7 (1994): 913-925.
(online),
(http://www.fathers.com/content/index.p

Anda mungkin juga menyukai