Anda di halaman 1dari 16

A.

23

DAMPAK FATHERLESS
TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK

Arie Rihardini Sundari, S. Psi, M.Si


Febi Herdajani, S.Psi, M. Si, Psi.
Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI
freshyarie@yahoo.com, febihyai@ymail.com

Abstraksi. Kekuatan kepribadian anak merupakan hasil dari pengasuhan dan penanganan
yang baik dari kedua orangtuanya, ayah dan ibu. Ketika salah satu dari kedua orangtuanya
tidak hadir, maka terdapat ketimpangan dalam perkembangan psikologisnya. Kepribadian,
kesehatan mental dan pertahanan diri dari stress akan terasa sulit ditangani oleh anak yang
tidak genap mendapati pengasuhan dari kedua orangtuanya. Fatherless menjadi menarik
terkait dengan timpangnya pengasuhan orangtua. Seorang anak yang mengalami fatherless
akan berisiko terjadinya juvenile delinquent atau drop-out dari bangku sekolahnya. Makalah
ini ditulis untuk dapat mengeksplorasi sampai sejauh mana dampak fatherless pada
perkembangan psikologis anak. Untuk kemudian dapat diperoleh tindakan yang perlu
dilakukan dan antisipasi yang dapat dilakukan terkait dengan pengasuhan dan peranan oleh
ayah dalam pendidikan. Metode yang digunakan adalah telaah kepustakaan yaitu menelaah
literatur-literatur. Didapatkan pemahaman bahwa fatherless adalah ketiadaan peran dan figur
ayah dalam kehidupan seorang anak. Hal ini terjadi pada anak-anak yatim atau anak-anak
yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya.
Ketiadaan peran-peran penting tersebut akan berdampak pada rendahnya harga diri (self-
esteem), adanya perasaan marah (anger), malu (shame) karena berbeda dengan anak-anak
lain dan tidak dapat mengalami pengalaman kebersamaan dengan seorang ayah yang
dirasakan anak-anak lainnya. Kehilangan peran ayah juga menyebabkan seorang anak akan
merasakan kesepian (loneliness), kecemburuan (envy), selain kedukaan (grief) dan
kehilangan (lost) yang amat sangat, yang disertai pula oleh rendahnya kontrol diri (self-
control), inisiatif, keberanian mengambil resiko (risk taking), dan psychology well-being,
serta kecenderungan memiliki neurotik.

Kata kunci : Fatherless, Father Absence, Pengasuhan Bersama (Co-Parenting)

Kekuatan kepribadian anak terasa sulit ditangani oleh anak yang tidak
merupakan hasil dari pengasuhan dan genap mendapati pengasuhan dari kedua
penanganan yang baik dari kedua orangtuanya. Fatherless menjadi telaah yang
orangtuanya.. Ketika salah satu dari kedua menarik terkait dengan timpangnya
orangtuanya tidak hadir, maka terdapat pengasuhan orangtua. Seorang anak yang
ketimpangan dalam perkembangan mengalami fatherless akan berisiko
psikologisnya. Kepribadian, kesehatan terjadinya juvenile delinquent, (Popenoe
mental dan pertahanan diri dari stress akan dalam Williams, 2011; Harper dan

256
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak | 257
Sundari, A.R., Herdajani, F. [hal.256-271]

McLanahan, 2004; Bush, Connee, Mullis, (Dawson, 1991). Dalam hal ini,
dan Mullis, 2000; Conseur, 1997; Heimer, pendampingan ayah ternyata memiliki
1996), secara khusus pada anak laki-laki, pengaruh yang signifikan pada pendidikan
(Wynn, 1964) bahkan hingga masuk anak-anak.
lembaga pemasyarakatan (Harper dan Berkaitan dengan pembelajaran
McLanahan, 2004; Conseur, 1997; Heimer, anak, atau secara khusus perkembangan
1996) atau drop-out dari bangku berbahasa anak. Sebuah penelitian terhadap
sekolahnya, (Blankenhorn dalam Williams, tingkat depresi ayah berhubungan dengan
2011; Popenoe dalam Williams, 2011). ekspresi berbahasa anak saat usia 2 tahun,
Selain itu, sebuah penelitian dan daya baca anak atau perkembangan
longitudinal pada siswa kelas 4 Sekolah bahasanya. ditemukan bahwa semakin
Dasar menemukan adanya tingkat agresi sedikit seorang ayah membacakan cerita
yang lebih tinggi pada anak laki-laki yang pada bayinya, maka semakin buruk
hanya tinggal dengan ibu, (Vaden-Kierman kemampuan anak tersebut dalam berbahasa
dkk, 1995; Osborne dan McLanahan, 2007). dan perkembangan berbicaranya saat berusia
Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa 2 tahun, (Paulson, Keefe, dan Leiferman,
pengawasan dan pendampingan yang 2009). Dalam pengertian lain, bahwa
diberikan oleh ayah akan berpengaruh ketidakhadiran ayah saat mendongengkan
terhadap sikap dan perilaku anak-anaknya. bayinya, akan berpengaruh secara langsung
Jika hal tersebut tidak didapatkan oleh anak, pada pendidikannya kelak.
maka perilaku buruk merupakan salah satu Senada dengan hal tersebut di atas,
tindak protes atas kekosongan dan bahwa performansi akademik sangat
kehampaan yang dirasakan anak. dipengaruhi oleh ketiadaan atau
Berawal dari permasalahan anak di ketidakhadiran peran ayah (fatherless), yaitu
sekolah atau di lingkungan, muaranya ada berupa perilaku mengacau di sekolah,
pada kondisi yang dialaminya di dalam (Forehand, 1987), penurunan performa pada
keluarga. Perpisahan orangtua yang tes bakat yaitu pada keterampilan kognitif,
berujung pada perpisahan dengan sosok ketertinggalan di kelas dan secara
ayah menjadi salah satu contohnya. Kondisi keseluruhan, (Biller dan Solomon, 1986).
tanpa ayah dapat juga terjadi dikarenakan Peran ayah yang menjadi figur otoritas di
anak tersebut merupakan hasil dari dalam keluarga nampak samar atau bahkan
hubungan di luar pernikahan. Di sekolah, hilang dan tidak berkesan pada anak-anak
anak-anak dengan kondisi keluarga yang mengalami fatherless tersebut.
demikian rentan mengalami ketertinggalan Demikian pula dengan well-being
di sekolahnya atau tidak naik kelas, pada anak. Selain pendidikan, ternyata
258 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

kesehatan anak sangat dipengaruhi oleh ataupun ditinggalkan oleh ayahnya ketika
kehadiran ayah mendampingi anaknya usia mereka dibawah atau saat berusia 5
sedini mungkin. Pada sebuah penelitian tahun.
terhadap kerentanan keluarga dan survei Penelitian serupa pada anak-anak
well-being anak, ditemukan bahwa seorang yang tidak tinggal dengan ayah dan ibunya
ayah yang memiliki anak dengan lebih dari akan berujung pada penyalahgunaan obat-
satu pasangan akan mempengaruhi obatan (Hoffmann,2002). Masalah perilaku
kesehatan anak saat remaja, dan perilaku tersebut dipengaruhi oleh ketidakhadiran
yang negatif baik secara langsung maupun ayah dalam kehidupan anak untuk
tidak langsung, (Bronte-Tinkew, Horowitz memberikan batasan yang tegas atas tingkah
dan Scott, 2009). Indikasi yang mengemuka laku yang baik. Demikian pula jika anak
berdasarkan penelitian tersebut diatas adalah hanya dibesarkan oleh seorang ibu,
bahwa keberadaan ayah dan kesetiaan ayah kehamilan dan melahirkan saat remaja,
untuk tidak berbagi dengan anak dengan ibu (Popenoe dalam Williams, 2011; Teachman,
yang lain, akan memberikan well-being pada 2004; Matsuhashi, 1988) dan pernikahan
diri anak yang berujung pada kesehatannya. dini dapat terjadi sebelum menginjak
Permasalahan dengan kesehatan pada anak, bangku SMA, (Teachman, 2004;
secara fisik dan mental, ditemukan pula Matsuhashi, 1988). Permasalahan dengan
pada anak laki-laki yang hidup dengan perilaku lainnya yang dialami anak,
orangtua tunggal atau ibu saja, (Hong dan berkaitan dengan perilaku merokok. Anak-
White-Means, 1993). Hal tersebut anak yang hidup terpisah dengan ayahnya,
menegaskan pentingnya keberadaan sosok merokok saat memasuki masa remaja,
ayah secara utuh dalam kehidupan anak. (Stanton dkk, 1994).
Pada sebuah studi penelitian Dikatakan oleh Biller (1974) bahwa
ditemukan dampak fatherless pada anak- father-absence akan melahirkan peningkatan
anak, yaitu memiliki masalah dengan konflik gender pada anak, dan kebingungan
gangguan kecemasan dan depresi, (Kandel akan identitas gender yang meningkat pula,
dkk, 1994), sampai menjadi pasien psikiatri (Rekers, 1986). Selain itu father-absence
di rumah sakit, (Block, 1988) terlibat menciptakan peningkatan yang cukup
dengan aktivitas seksual dini, signifikan akan terjadinya perilaku
penyalahgunaan obat-obatan, gangguan homoseksual di kalangan pria maupun
mood, dan terlibat kenakalan serius ataupun wanita, (Biller, 1974). Dengan demikian,
tindakan kriminal, (Fergusson dkk, 1944). ketidakhadiran peran ayah memunculkan
Permasalahan tersebut dapat menimpa anak- penyimpangan orientasi seksual pada anak
anak yang mengalami perceraian orangtua yang dimulai dari kebingungan identitas dan
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak | 259
Sundari, A.R., Herdajani, F. [hal.256-271]

peran gender yang sepatutnya ditiru oleh dalam diri anak, terlebih dukungan yang
anak. Berhubungan dengan identitas gender, diharapkan akan datang dari ayah
terjadi pula penurunan atau rendahnya “sambung” tidak didapatkan.
tingkat harga diri pada anak perempuan, Keadaan fatherless di Indonesia ada,
(Wakerman, tanpa tahun) dan anak laki-laki, namun seperti tidak dirasakan. Seorang anak
(Biller, 1974). tidak mampu menyadari sepenuhnya bahwa
Kekosongan peran ayah berpengaruh ia tengah mengalami kondisi fatherless
besar pula akan terjadinya insiden kekerasan sampai ia merasakan dampak dari kondisi
pada anak oleh ibu (Biller, 1974), bahkan tersebut dalam dirinya. Mengapa hal itu bisa
hingga mengakibatkan kematian pada bayi terjadi? Oleh karena kondisi ini tidak
usia 2 tahun atau yang usianya lebih muda didapatkan seketika, namun perlahan-lahan.
yang disebabkan oleh orangtua tiri, (Wilson Hal itu bergantung pada “individual
dan Daly, 1987). Indikasi ini mengarahkan differences”, artinya bergantung dari
kesimpulan bahwa dukungan lingkungan kepekaan masing-masing orang, dan
sekitar ibu yang mengalami ketidakhadiran seberapa banyak ia bersedia mencari tahu
peran suami atau bahkan dari pasangan baru kekosongan itu. Kekosongan sosok ayah
belum cukup berarti bahkan ayah tiri ini yang dirasakan oleh seorang anak tidak
tidak mampu menciptakan perbaikan secara langsung dapat seketika disadari.
lingkungan untuk mengisi kekosongan peran Perasaan kehilangan (feeling lost) itu
ayah. awalnya berupa pertanyaan keberadaan
Senada dengan hasil penelitian di atas seorang ayah di benak seorang anak. Jika ia
bahwa kekerasan pada anak, (Fergusson, tidak mendapatkan jawaban yang
1996; Blankenhorn dalam Williams, 2011) memuaskan kerinduan ataupun
dan bahkan kekerasan seksual paling sering kehilangannya, maka ia akan
terjadi di dalam keluarga tiri, (Fergusson, menyimpannya dalam hati dan meneruskan
1996). Ketidakhadiran atau kekosongan pencarian.
peran ayah berpengaruh pada kekerasan Pertanyaan itu ditujukan pada orang-
pada anak yang dilakukan oleh ayah tiri. orang di sekitarnya, yang terdekat adalah
Kenyataan yang dapat ditangkap dari caregiver atau seseorang yang
penelitian tersebut adalah peran substitusi mengasuhnya, ibu. Dapat pula extended
kurang berkesan atau bahkan tidak family-nya, yaitu nenek, kakek, bibi, paman,
berpengaruh dalam kehidupan anak-anak atau yang lainnya. Kegusaran itu akan terus
yang mengalami fatherless. Kekosongan ada di dalam pikiran seorang akan sampai ia
atau ketidakhadiran peran ayah dalam mendapatkan pemenuhan kebutuhan itu,
kehidupan anak, menghadirkan kekosongan walaupun ibu atau keluarga besarnya
260 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

berusaha maksimal untuk mengisi dirasakan seorang anak, bertumpuk, hingga


kekosongan itu. Jiwa seorang anak akan suatu saat tanpa sadar dampak yang terjadi
penuh tatkala gambaran ideal sebuah sudah maksimal. Dampak ini dapat ditekan
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak sedemikian rupa dengan adanya keberadaan
bersama-sama secara fisik maupun psikis dukungan keluarga besar yang sangat kental
dirasakannya. Sebagaimana yang ditemukan di Indonesia melalui pendampingan dan
di sekitar kehidupannya. pengawasan yang cukup dari keluarga
Budaya kekeluargaan di Indonesia terdekat ataupun keluarga besar. Cukup
yang demikian kental menjadi artinya tidak dalam mencampuri privasi si
keberuntungan “tidak dirasakan” nya anak, atau bahkan mendikte kehidupannya
fatherless ini, sekaligus juga menjadi sehingga ia pada akhirnya tidak menemukan
kerugian karena tanpa disadari akan kepribadiannya yang sejati.
melenakan dan seakan menjadikannya “api Oleh karena itu, tujuan dari penulisan
dalam sekam”, artinya ada di kedalaman, makalah ini adalah untuk dapat
tidak tampak di permukaan namun lama mengeksplorasi sampai sejauh mana
kelamaan akan dapat membakar dan dampak fatherless pada perkembangan
menghancurkan. Keluarga yang tidak utuh psikologis anak. Untuk kemudian dapat
oleh karena ketiadaan sosok ayah, lebih dicari tindakan apa yang perlu diperbuat atas
banyak ditutupi dari anak dengan kondisi fatherless yang telah dialami oleh
menggantikan posisinya oleh ibu. Terkadang seseorang dan antisipasi yang dapat
tidak dibahas secara terbuka penyebab dilakukan terkait dengan pengasuhan dan
perginya sang ayah karena menganggap peranan oleh ayah dalam pendidikan anak.
anak-anak belum cukup dewasa untuk
mengerti keadaan orangtua. Sehingga Konsep fatherless
keluarga besar menutupi ketidakhadiran Ketiadaan peran ayah dapat berupa
tersebut seolah tidak terjadi apa-apa, dimana ketidakhadiran secara fisik maupun
hal tersebut kurang tepat karena anak akan psikologis dalam kehidupan anak. Maka
terus bertanya dan merangkai sejumlah dikenal adanya „fatherless‟, „father
cerita yang belum tentu kebenarannya dan absence‟, „father loss‟ atau „father hunger‟.
berdampak pada kekosongan jiwanya. Ketiadaan peran ayah secara fisik oleh
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa karena kematian, mengarahkan pada adanya
kerugian terbesar adalah perkembangan sebutan anak yatim. Namun apabila
emosi dan kepribadian anak hingga ia ketidakhadirannya disebabkan oleh karena
dewasa, yang dapat bersifat seperti bola „kepergian‟ dari perannya sebagai seorang
salju, semakin membesar setiap kali ayah, maka anak tersebut dapat dikatakan
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak | 261
Sundari, A.R., Herdajani, F. [hal.256-271]

„seolah-olah‟ menjadi yatim sebelum Peran ayah seharusnya dapat menjadi


waktunya. pelindung, penyokong materi dan model
Fatherless adalah ketiadaan peran dan keteladanan bagi anak-anaknya. Sehingga
figur ayah dalam kehidupan seorang anak. hal-hal tersebut di atas tidak sepatutnya
Hal ini terjadi pada anak-anak yatim atau terjadi. Idealnya, ayah dapat memberikan
anak-anak yang dalam kehidupan sehari- kenyamanan tempat tinggal dan keamanan
harinya tidak memiliki hubungan yang dekat dari bahaya yang mengancam secara fisik
dengan ayahnya. Sebagaimana dinyatakan maupun psikologis. Dengan begitu
oleh Smith (2011) bahwa seseorang perlindungan, jaminan finansial dan
dikatakan mendapat kondisi fatherless pemenuhan spiritual yang menyeluruh dapat
ketika ia tidak memiliki ayah atau tidak menyentuh jiwa dan raga anak-anak dan
memiliki hubungan dengan ayahnya, seluruh anggota keluarga.
disebabkan perceraian atau permasalahan Ketiadaan peran-peran penting ayah
pernikahan orangtua, (Horn, www. akan berdampak pada rendahnya harga diri
cyep.org). (self-esteem) ketika ia dewasa, adanya
Permasalahan fatherless telah menjadi perasaan marah (anger), rasa malu (shame)
permasalahan internasional. Fatherless karena berbeda dengan anak-anak lain dan
terjadi di Amerika, Swedia, Inggris, Kanada, tidak dapat mengalami pengalaman
Australia, Norwegia, Cuba, Trinidad dan kebersamaan dengan seorang ayah yang
Tobago, Kamerun, Afrika, Belanda, dan dirasakan anak-anak lainnya, (Lerner, 2011).
Finlandia, (Horn, www. cyep.org). Akibat Kehilangan peran ayah juga menyebabkan
yang terjadi sebagai hasil dari fatherless seorang anak akan merasakan kesepian
tersebut adalah permasalahan psikologis dan (loneliness), kecemburuan (envy), dan
keinginan untuk bunuh diri yang lebih tinggi kedukaan (grief), (Lerner, 2011) dan
terjadi pada remaja di Belanda. Sementara di kehilangan (lost) yang amat sangat, yang
Swedia, pendidikan akademis yang lemah disertai pula oleh rendahnya kontrol diri
terjadi pada anak-anak yang berasal dari (self-control), (Kruk, 2012), inisiatif,
ayah dan ibu yang tidak menikah. Di keberanian mengambil resiko (risk-taking),
Finlandia, anak-anak yang berasal dari (Williams, 2011), dan psychology well being
seorang ayah yang sedang memiliki (Bronte-Tinkew, Horowitz, dan Scott,
perseteruan pernikahan, terlibat tindakan 2009), serta kecenderungan memiliki
kriminal. Sedangkan di Australia anak-anak neurotik, terutama pada anak perempuan,
fatherless ini harus mengalami kehidupan (Thomas, 2009). Akibat-akibat psikologis
dalam kemiskinan. yang dirasakan oleh anak tersebut
262 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

berdampak pada penyimpangan perilaku dan komunikasi yang terjadi diantara ayah dan
ketidakbermaknaan hidupnya. anak yang minimal. Sementara para pria
Lima tahun pertama kehidupan yang mengalami perceraian dan harus
seorang anak dianggap sebagai tahun-tahun berpisah tempat tinggal dengan anak-
dimana kerangka dasar kepribadian dan anaknya, menyatakan adanya kekurangan
konsepsi diri diletakkan (Burns, 1993). pertemuan dengan anak-anaknya (Kock dan
Dimana dalam tahun-tahun tersebut anak Lowery ,1984). Hal tersebut dapat terjadi
akan menanam sejumlah besar prinsip dasar dikarenakan alokasi waktu yang kurang dari
bagi kepribadian dan pembiasaan tingkah ayah itu sendiri dalam mengelola waktu
laku normatif yang menjadi bekal bagi sikap pertemuan, kualitas dari pertemuan yang
dan pola berfikirnya kelak. Oleh karena itu kurang maksimal atau dapat pula
untuk dapat merumuskan penanganan yang dikarenakan faktor ibu yang tidak bersedia
diperlukan serta antisipasi yang dibutuhkan untuk mempertemukan anak dengan ayah
terhadap fatherless ini, maka sebelumnya kandungnya.
sangat penting untuk menelaah penyebab Kurangnya pertemuan antara ayah
awal dari kondisi fatherless ini. dan anak korban perceraian atau perpisahan
orangtua dapat terjadi disebabkan pengaruh
Penyebab fatherless dari ibu anak-anak tersebut, (Ahrons dan
Dampak yang terjadi pada anak-anak Miller, 1993; Seltzer, Shaeffer dan Charing,
dengan fatherless terjadi tidak hanya di 1989). Pengaruh tersebut dapat berupa
masa kanak-kanak, namun hingga ia perasaan amarah terhadap mantan
dewasa. Sebuah penelitian yang dilakukan pasangannya yang mencegah dan
oleh Aquilino (1994) pada individu dewasa menghindarkan para ayah ini melakukan
awal, yang mengalami perceraian orangtua, keterlibatan yang efektif pada pengasuhan
ditemukan kenyataan bahwa situasi tersebut anak, sehingga dilakukan sabotase oleh ibu
membuatnya kehilangan komunikasi dengan yang melaksanakan joint custody terhadap
ayah setelah perceraiaan terjadi. Kock dan upaya para ayah untuk menjumpai anak-
Lowery (1984) melakukan penelitian yang anaknya. Wood dan Gell (www.ancpr.com)
serupa pada anak-anak, dan menemukan menyebut gejala ini sebagai “father hatred”
hasil yang sama bahwa ditemukan atau kebencian pada ayah yang mengarah
ketidakpuasan dengan komunikasi dengan pada adanya father absence.
ayahnya, secara kuantitas. Hal tersebut Perasaan benci yang dirasakan oleh
mengindikasikan adanya kekosongan figur ibu menyebabkannya tidak membiarkan
dan keteladanan serta pengaruh ayah dalam anak untuk bertemu dengan ayahnya sama
hidupnya oleh karena jumlah pertemuan dan sekali, (Furstenberg dan Winquist Nord,
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak | 263
Sundari, A.R., Herdajani, F. [hal.256-271]

1985; Braver, 1991) atau jika diperbolehkan kesempatan untuk bertemu dengan anak.
untuk menemui anak, seorang ibu yang Apabila kedua pihak saling menyadari peran
melaksanakan pengasuhan bersama atau dan tanggung jawab masing-masing sebagai
joint-custody akan turut campur dalam orangtua terlebih menyadari betapa
kunjungan ayah dengan maksud majemuknya dimensi hidup masing-masing
memberikan ayah tersebut „hukuman‟, sebagai manusia, tentu pertentangan dan
(Braver, 1991). “father hatred” atau pertengkaran seperti di atas tidak sepatutnya
kebencian terhadap ayah oleh ibu terjadi. Oleh karena itu, berikut ini mari kita
mempengaruhi cara pandang anak secara cermati gambaran peran ayah dalam
langsung, hal ini ditemukan saat meneliti perkembangan psikologis anak.
anak-anak yang mengalami pengasuhan
bersama setelah perceraian orangtua, (Koch Peran ayah dalam perkembangan
dan Lowry, 1984). psikologis anak
Kesimpulan mendasar dari seluruh Kedudukan „financial providers‟
penelitian tersebut diatas adalah bahwa sama pentingnya dengan peran sebagai
seburuk apapun penyebab terjadinya pelindung dan memberikan keteladanan bagi
perceraian yang mengarah pada kondisi anak. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan
fatherless, anak-anak sangat membutuhkan adalah suatu partisipasi aktif ayah secara
kehadiran kedua orangtuanya (ayah dan ibu) terus menerus dalam pengasuhan anak
secara dewasa dan utuh. Tanpa adanya dalam dimensi fisik, kognisi, dan afeksi
propaganda, hasutan atau sabotase pada pada semua area perkembangan anak yaitu
kedua pihak orangtua, baik yang fisik, emosi, sosial, intelektual dan moral,
dilaksanakan oleh masing-masing orangtua (Abdullah, 2010).
ataupun pihak-pihak lain yang terkait. Sementara itu Hart (dalam Abdullah,
Terlebih lagi tersirat dengan jelas bahwa 2010) menjelaskan bahwa peran ayah
kebutuhan anak akan peran ayah secara utuh diantaranya: 1) memenuhi kebutuhan
dan penuh sangat mutlak bagi pertumbuhan finansial anak untuk membeli segala
dan perkembangan fisik dan psikologisnya. keperluan anak, 2) teman bagi anak
Kemarahan dan kebencian yang termasuk teman bermain, 3) memberi kasih
dirasakan oleh ibu, secara garis besar dapat sayang dan merawat anak, 4) mendidik dan
bermuara pada perceraian yang bermasalah. memberi contoh teladan yang baik, 5)
Kedua pihak saling menyalahkan satu sama memantau atau mengawasi dan menegakkan
lain sehingga ada keinginan untuk membalas aturan disiplin, 6) pelindung dari resiko atau
dendam dengan memberikan hukuman bahaya, 7) membantu, mendampingi, dan
berupa membatasi dan atau menghilangkan membela anak jika mengalami kesulitan
264 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

atau masalah, dan 8) mendukung potensi saat menjalankan peran sebagai orangtua,
untuk keberhasilan anak. Berbagai peran menjadi ibu dan ayah. Menurut McBride
tersebut bersifat memberikan jaminan, dkk, (dalam Abdullah, 2010) bahwa
perlindungan dan dukungan bagi anak dalam keterlibatan ayah dalam pengasuhan
hal emosi, kognitif dan spiritual. mencakup lima aspek yaitu: 1) tanggung
Sebagai ilustrasi, ketika seorang ayah jawab untuk tugas-tugas manajemen anak,
bermain puzzle dengan anak secara 2) kehangatan dan afeksi pada anak, 3)
kompetitif (masing-masing menyelesaikan pekerjaan rumah yang diselesaikan bersama
rangkaian puzzle yang berbeda dengan batas dengan anak, 4) aktivitas bersama yang
waktu yang telah ditentukan), selain terpusat pada anak, dan 5) pengawasan dari
menanamkan daya saing, daya juang dan orangtua. Sementara Benetti & Roopnarine,
sportivitas, stimulasi utama yang dapat (dalam Abdullah, 2010) mendesain suatu
diperoleh adalah mengasah kemampuan alat ukur yang diberi nama Parental
memecahkan masalah, konsentrasi, Involvement Index yang terdiri dari aspek: 1)
kesabaran, dan keterampilan strategi. social engagement, 2) didactic engagement,
Disamping itu, jika disela-sela dan diakhir 3) engagement in dicipline, 4) engagement
pengerjaan ayah sambil memberikan pujian in affection, 5) parental availability, dan 6)
atas pekerjaan anak, tentunya hal tersebut parental responsibility. Alat ukur ini
akan meningkatkan harga diri anak. Pujian bertujuan untuk melihat sejauhmana upaya
yang diberikan dapat pula disampaikan ayah dalam keterlibatan pengasuhannya
dengan menyisipkan nilai-nilai spiritual, bersama dengan ibu.
misalnya mengucapkan syukur kepada Dengan demikian, ketika ayah dapat
Tuhan atas kecerdasan dan kemampuan bertanggung jawab secara menyeluruh untuk
yang dimiliki hingga sejauh ini, atau berbagi tugas mengasuh anak bersama
bersyukur atas kebersamaan yang terjalin. dengan ibu, dalam menjalankan peran dan
Dengan pengulangan kegiatan bersama keterlibatan pengasuhan, maka kebersamaan
tersebut, diharapkan anak dapat belajar yang dicapai dengan anak merupakan salah
sambil bermain, pendidikan nilai-nilai dapat satu cara mendekatkan diri sekaligus
tersampaikan selain kegiatan tersebut menanamkan nilai-nilai pendidikan
menyenangkan anak dan ayah. kehidupan yang ingin dicapai selain
Sebagai orangtua, salah satu tugas menyelesaikan pekerjaan rumah. Oleh
yang sangat mutlak pentingnya adalah karena anak hanya akan mengikuti dan
parenting atau pengasuhan. Idealnya, antara meniru tindakan dan ucapan orangtua,
ayah dan ibu diharapkan dapat saling bukan hanya perintah yang bersifat satu arah
membantu dan menguatkan satu sama lain semata.
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak | 265
Sundari, A.R., Herdajani, F. [hal.256-271]

Pengasuhan Paternal pengasuhan ayah, sehingga kesadaran untuk


Selama ini dikenal adanya „mother terlibat dalam pengasuhan muncul.
instinct’ yang diyakini akan secara otomatis Budaya paternal sangat penting
dimiliki oleh seorang wanita ketika ia ditumbuhkan dan dikembangkan oleh ayah,
mengandung. Seorang calon ibu diharapkan karena anak sangat membutuhkan
akan dengan sendirinya, tanpa bantuan, pengasuhan oleh ayah. Perilaku pengasuhan
memiliki naluri keibuan tersebut ketika ayah disebut pula dengan paternal behavior.
menyadari adanya calon bayi dalam Kami mengistilahkannya menjadi
rahimnya. Sehingga ia akan dapat mengasuh pengasuhan paternal. Abdullah (2010)
dan menjadi „seorang ibu‟ dengan menguraikan karakteristik perilaku
sendirinya pula. Namun pendapat tersebut pengasuhan ayah yang khas, yakni 1)
tidak sepenuhnya tepat. Semua ibu akan berorientasi pada gerak dan bermain, 2)
tetap membutuhkan dukungan dan bantuan membantu anak bereksplorasi dan menyukai
dari lingkungan sekitarnya untuk mengasuh tantangan, 3) mengajarkan sikap asertif,
atau bahkan menjadi „seorang ibu‟, yaitu kebijaksanaan, dan pengambilan keputusan,
dukungan dari pasangan atau suaminya, atau 4) menjadi pendisiplin yang tegas, 5)
orangtua kandung atau mertuanya. mengajarkan sekaligus sebagai model sifat
Sementara itu, dukungan pengasuhan maskulin dan model pria dewasa, 6) peletak
dari seorang ayah akan tumbuh seiring dasar kemampuan intelektual anak, 7)
dengan adanya „Father instinct’. Kondisi memberikan afeksi, 8) merawat anak, dan 9)
tersebut terjadi pada pria, pada saat ia mendukung anak untuk mencapai
mengetahui pasangannya sedang keberhasilan.
mengandung, walaupun tidak dialami Sebagaimana disebutkan di atas
dengan sendirinya oleh karena pria tidak bahwa perilaku pengasuhan paternal atau
memiliki hormon yang bertanggung jawab dalam makalah ini kami menyebutnya
atas kondisi tersebut. Tentunya kita menjadi pengasuhan paternal, menunjukkan
menyadari adanya „individual differences’ peran dan kontribusi ayah dalam mengasuh
dalam hal ini, bahwa jika ada beberapa pria anak disertai pula dengan memberikan
dapat merasakan adanya dorongan untuk pengaruh maskulinitas (secara alamiah)
mengasuh anak, namun ada pula beberapa kepada anak. Semakin besar keterlibatan
calon ayah yang tidak menyadarinya, jika pengasuhan oleh ayah dalam pengasuhan
tanpa bantuan. Oleh karena itu, sangat anak juga akan meningkatkan pula kepuasan
diperlukan adanya upaya meningkatkan pernikahan bagi wanita (De Genova dan
tumbuhnya budaya paternal dalam Rice, 2005).
266 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Paternal attachment dan paternal bonding sehingga paternal attachment dan paternal
Kelekatan (attachment) dan bonding dapat terjadi.
kedekatan (bonding) yang dilakukan oleh Paternal attachment dan paternal
ayah akan sangat berpengaruh pada bonding ini dapat terjadi melalui
perkembangan fisik maupun psikologis keterlibatan ayah dalam pengasuhan melalui
anak. Interaksi berkualitas tinggi yang bermain dengan anak. Popenoe dkk (dalam
dilakukan oleh ayah memprediksikan Williams, 2011) menemukan hasil bahwa
adanya kesehatan bayi yang lebih baik, keterlibatan ayah dalam pengasuhan, dimana
(Carr dan Springer, 2010). Sementara itu, bermain menjadi fasilitasnya, terjadi sejak
keterlibatan ayah dalam bermain dapat terlahirnya anak hingga memasuki usia
berguna sebagai prediksi meningkatnya remaja. Selanjutnya, bermain dengan anak
kompetensi sosial di sekolah yang selain memberikan stimulasi perkembangan
dikontribusikan oleh perilaku pengasuhan sekaligus menyenangkan serta mengajarkan
bersama atau co-parenting yang kerjasama kelompok dan kemampuan
mendukung. (Jia dkk, 2012). Terlebih lagi, berkompetisi. Selain itu, gaya bermain ayah
keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak berpengaruh pada banyak hal mulai dari
menjadi prediksi adanya perilaku-perilaku pengelolaan emosi hingga kecerdasan dan
baik anak, yang akan berlangsung baik prestasi akademik, dimana memberikan
apabila dilakukan pengasuhan secara peran penting dalam memunculkan kendali
bersama dengan ibu. diri atau self-control pada anak.
Sebaliknya, berdasarkan penelitian
dikatakan bahwa tingkat kelekatan atau Simpulan dan Saran
attachment yang rendah terjadi pada remaja Fatherless atau father absence, father
dan ayahnya, diakibatkan paternal loss, father hunger, father deficit dan
alcoholism (Cavell dkk, 1993), yaitu fatherlessness, dipahami di Indonesia
keterlibatan ayah dengan penggunaan sebagai ketidakhadiran ayah. Dimana
alkohol yang berdampak pada pengasuhan kekosongan peran dan keterlibatan ayah
anak. Dapat diasumsikan bahwa kehilangan dalam pengasuhan menjadi isu utamanya.
kesadaran seringkali terjadi pada ayah yang Fatherless dapat berupa ketidakhadiran
alkoholik, sehingga dapat dipastikan secara fisik atau psikologis dalam kehidupan
rendahnya kualitas hubungan dan anak. Dapat disebabkan oleh perceraian,
komunikasi yang terjadi antara anak dan kematian ayah, perpisahan oleh karena
ayah. Hal tersebut akan mengarahkan kita permasalahan dalam hubungan pernikahan,
untuk dapat menghilangkan efek alkohol atau perpisahan oleh karena permasalahan
saat menjadi orangtua yang utuh bagi anak, kesehatan fisik atau psikologis masing-
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak | 267
Sundari, A.R., Herdajani, F. [hal.256-271]

masing. Penyebab fatherless berujung pada Apabila seorang ibu tidak


terpisahnya tempat tinggal ayah dengan mendapatkan dukungan dalam
anak. Ada pula terpisahnya hubungan membesarkan anak dari lingkungan sekitar,
kedekatan dengan anak walaupun ayah terutama dari suami karena telah
bertempat tinggal dengan anak, namun meninggalkan keluarga tanpa pemberitahuan
frekuensi pertemuan yang bersifat kuantitas atau alasan lain, maka dibutuhkan
maupun kualitas jarang terjadi. Sehingga pemberdayaan diri berupa penggalian
ayah tidak sepenuhnya menjalankan peran keterampilan untuk dapat memenuhi
dan keterlibatannya dalam pengasuhan. kebutuhan materi keluarga. Keterampilan
Perpisahan yang terjadi membatasi yang dimiliki ibu akan mendongkrak
bahkan menghilangkan kesempatan ayah kepercayaan dirinya, keyakinan bahwa ia
untuk dapat berinteraksi dengan anak. Untuk dapat mengatasi permasalahan apapun yang
itu, penyelesaian masalah perceraian terjadi dalam pengasuhan anak, dan
diantara orangtua yang berpengaruh kemampuan dasar dalam mengelola diri
terhadap pembatasan dan penghilangan secara penuh. Selain itu dukungan keluarga
waktu kunjungan ayah oleh ibu dapat besar yang proporsional pun dapat
diakhiri secara proporsional. Tujuannya memenuhi kekosongan peran ayah, misalnya
adalah tercapainya kesadaran atas tugas dan sosok laki-laki di rumah dapat digantikan
peran masing-masing sebagai orangtua yang dengan sosok kakek atau paman. Tujuannya
tidak akan pernah berakhir walaupun untuk pemenuhan peran gender yang
hubungan pernikahan diantara pasangan diperlukan, dan melengkapi kebutuhan cinta
tersebut telah berakhir. Silaturahmi yang dan kasih sayang pada diri anak, sehingga
terjadi dengan saling menghormati satu dampak fatherless pada diri anak akan dapat
sama lain akan melahirkan hubungan yang diminimalisir.
tetap harmonis diantara keduanya yang
berpengaruh pada keberadaan jiwa anak.
268 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sri Muliati. (2010). Studi Eksplorasi tentang Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak
Usia Dini. Jurnal SPIRITS, Volume. 1 No. 1.
Ahrons, Constance R., dan Miller, Richard B. (1993). The Effect of the Post Divorce
Relationship on Paternal Involvement: A Longitudinal Analysis. American Journal of
Orthopsychiatry, Volume. 63, No. 3, July 1993. Dipublikasikan [online]
http://www.ancpr.com/effects_of_fatherlessnesson_ chi.htm. Diakses pada 3 Mei 2013.
Aquilino, William. (1994). Later Life Parental Divorce and Widowhood. Journal of Marriage
and the Family Volume 56. 1994. Dipublikasikan [online]
http://www.photius.com/feminocracy/facts_on_fatherless_kids.html. Diakses pada 3 Mei
2013
Biller, H. (1974). Paternal Deprivation: Family, School, Sexuality, and Society. Lexington,
Mass.: D.C. Heath, Amerika Serikat. Dipublikasikan [online] http://www.ancpr.com/
effects_of_fatherlessness_on_chi.htm. Diakses pada 3 Mei 2013.
Biller, H dan Solomon, R. (1986) Child Maltreatment and Paternal Deprivation: A Manifesto for
Research, Prevention, and Treatment (Lex, Mass.: D.C. Heath, 1986). Dipublikasikan
[online] http://www.ancpr.com/effects_of_ fatherlessness on_chi.htm. Diakses pada 3 Mei
2013.
Block, Jack dkk. (1988). Parental Functioning and the Home Environment in Families of
Divorce. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, Volume
27 (1988). Dipublikasikan [online]
http://www.photius.com/feminocracy/facts_on_fatherless_kids.html. Diakses pada 3 Mei
2013.
Bronte-Tinkew, J., Horowitz, A., dan Scott, M. E. (2009). Fathering with multiple partners: Links
to children‟s well-being in early childhood. Journal of Marriage and Family, Volume 71,
(2009): 608–631. Dipublikasikan [online] http://www.fatherhood.org/
media/consequences-of-father-absence-statistics. Diakses 3 Mei 2013.
Braver, Sanford H., Wolchik, Sharlene A., Sandler, Irwin M., Fogas, Bruce S., dan Zvetina,
Daria. (1991) Frequency of Visitation by Divorced Fathers: Differences in Reports by
Fathers and Mothers - American Journal of Orthopsychiatry. Dipublikasikan [online]
http://www.ancpr.com/ effects_of_fatherlessness on_chi.htm. Diakses pada 3 Mei 2013.
Bush, Connee, Ronald L. Mullis, dan Ann K. Mullis. (2000). Differences in Empathy Between
Offender and Nonoffender Youth. Journal of Youth and Adolescence Volume 29 (August
2000): 467-478. Dipublikasikan [online] http://www.fatherhood.org/media/consequences-
of-father-absence-statistics. Diakses 3 Mei 2013.
Burns, R.B, (1993). Konsep Diri, Teori Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Penerbit
Arcan, Jakarta.
Carr, D. dan Springer, K. W. (2010). Advances in families and health research in the 21st
century. Journal of Marriage and Family, Volume 72, (2010): 743-761.
Cavell, Timothy A.; Jones, Diane Carson; Runyan, R. Duane; Constantin-Page, Lisette P.;
Velasquez, John M. (1993). Perceptions of attachment and the adjustment of adolescents
with alcoholic fathers. Journal of Family Psychology, Volume 7 (2), September 1993, 204-
212.
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak | 269
Sundari, A.R., Herdajani, F. [hal.256-271]

Conseur, Amy dkk. (1997). Maternal and Perinatal Risk Factors for Later Delinquency.
Pediatrics Volume 99 (1997): 785-790.
http://www.fathers.com/content/index.php?option=com_content&task=view&id=391.
Diakses 3 Mei 2013.
Dawson, Debra. (1991). Family Structure and Children's Well-Being. Journals of Marriage and
Family, No. 53. (1991). Dipublikasikan [online]
http://www.photius.com/feminocracy/facts_on_fatherless_kids.html. Diakses pada 3 Mei
2013.
DeGenova, Mary Kay & Rice, F. Philip. (2005). Intimate Relationships, Marriages & Families.
6th ed. New York: McGraw Hill.
Fergusson, David M; Horwood, John dan Lynsky, Michael T. (1944). Parental Separation,
Adolescent Psychopathology, and Problem Behaviors. Journal of the American Academy
of Child and Adolescent Psychiatry Volume 33 (1944). Dipublikasikan [online]
http://www.photius.com/feminocracy/ facts_on_fatherless_kids.html. Diakses pada 3 Mei
2013.
Fergusson, David M., Lynskey, Michael T., dan Horwood, L. J. (1996). Childhood Sexual Abuse
and Psychiatric Disorders in Young Adulthood: I. Prevalence of Sexual Abuse and Factors
Associated with Sexual Abuse. Journal of the American Academy of Child and Adolescent
Psychiatry, Volume. 34, (1996): 1355-1364.
Forehand, R., dkk. (1987). Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 18, (Dec
1987): 325-328. Dipublikasikan [online] http://www.ancpr.com/effects_of_ fatherlessness
on_chi.htm. Diakses pada 3 Mei 2013.
Furstenberg Jr, Frank F.. dan Winquist Nord, Christine,. (1985). "Parenting Apart: Patterns of
Childbearing after Marital Disruption," Journal of Marriage and the Family Volume 47,
no. 4 (November 1985): 874. Dipublikasikan [online]
http://www.ancpr.com/effects_of_fatherlessness on_chi.htm. Diakses pada 3 Mei 2013.
Harper, Cynthia dan McLanahan, Sara. S. (2004). Father Absence and Youth Incarceration.
Journal of Research on Adolescence Volume 14 (September 2004): 369-397.
Heimer, Karen. (1996). Gender, Interaction, and Delinquency: Testing a Theory of Differential
Social Control. Social Psychology Quarterly Avolume 59 (1996): 39-61. [online]
http://www.fathers.com/content/index.php?option= com_content&task=view&id=391.
Diakses 3 Mei 2013.
Hoffmann, John P. (2002). The Community Context of Family Structure and Adolescent Drug
Use. Journal of Marriage and Family Volume 64 (May 2002): 314-330. Dipublikasikan
[online] http://www.fatherhood.org/media/ consequences-of-father-absence-statistics.
Diakses 3 Mei 2013.
Hong, Gong-Soog dan White-Means, Shelly L. (1993). Do Working Mothers Have Healthy
Children?. Journal of Family and Economic Issues Volume 14 (Summer 1993): 163-186.
http://www.fathers.com/content/index.php? option=com_content&task=view&id= 391.
Diakses pada 3 Mei 2013.
Horn, Wade. Effect Fatherlessness has on Children. [online] http://www.cyep.org/ our_mission-
why_fathers.htm. Diakses 3 Mei 2013.
Jia, Rongfang; Kotila, Letitia E.; Schoppe-Sullivan, Sarah J. (2012) Transactional relations
between father involvement and preschoolers' socioemotional adjustment. Journal of
Family Psychology, Volume 26(6), Dec 2012, 848-857. [online]
http://psycnet.apa.org/journals/fam/26/6/848/. Diakses 3 Mei 2013.
270 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Kandel, Denise B; Rosenbaum, Emily dan Chen, Kevin. (1994). Impact of Maternal Drug Use
and Life Experiences on Preadolescent Children Born to Teenage Mothers. Journal of
Marriage and the Family Volume 56 (1994). Dipublikasikan [online]
http://www.photius.com/feminocracy/facts_on_ fatherless_kids.html. Diakses pada 3 Mei
2013.
Kock, Mary Ann dan Lowery, Carol. (1984). Visitation and the Noncustodial Father. Journal of
Divorce, Volume 8, No. 2, Winter 1984. Dipublikasikan [online]
http://www.photius.com/feminocracy/facts_on_fatherless_ kids.html. Diakses pada 3 Mei
2013.
Koch, M. dan Lowry, C. (1984). Journal of Divorce, Volume. 8, No. 2, Winter 1984.
Dipublikasikan [online] http://www.ancpr.com/effects_of_ fatherlessness on_chi.htm.
Diakses pada 3 Mei 2013.
Lerner, Harriet. (2011). Losing a Father Too Early. Dipublikasikan pada 27 November 2011 oleh
Harriet Lerner dalam The Dance of Connection. [online]
http://www.psychologytoday.com/blog/the-dance-connection. Diakses 8 Februari 2013.
Matsuhashi, Y., dkk, (1988). Journal Adolescent Health Care Volume 10, (1988): 409-412.
Dipublikasikan [online] http://www.ancpr.com/effects_ of_fatherlessness_on_chi.htm.
Diakses pada 3 Mei 2013.
Osborne, C., & McLanahan, S. (2007). Partnership instability and child well-being. Journal of
Marriage and Family, Volumne 69, (2007): 1065-1083. Dipublikasikan [online]
http://www.fatherhood.org/media/consequences-of-father-absence-statistics. Diakses 3
Mei 2013.
Paulson, J.F., Keefe, H.A., & Leiferman, J. A. (2009). Early parental depression and child
language development. Journal of Child Psychology and Psychiatry, Volume 50, (2009):
254–262. Dipublikasikan [online] http://www.fatherhood.org/media/consequences-of-
father-absence-statistics. Diakses 3 Mei 2013.
Rekers, G. (1986). Journal of Family and Culture, Volume 2, No. 3 (Autumn, 1986): 8-31.
Dipublikasikan [online] http://www.ancpr.com/effects_ of_fatherlessness_on_chi.htm.
Diakses pada 3 Mei 2013.
Seltzer, Shaeffer dan Charing. (1989). Journal of Marriage & the Family, Volume 51, November
1989. Dipublikasikan [online] http://www.photius.com/
feminocracy/facts_on_fatherless_kids.html. Diakses pada 3 Mei 2013.
Smith, Darcy. Father’s Day For The Fatherless. (2011). Dipublikasikan pada 18 Juni 2011 oleh
Darcy Smith. in Ask Dr. Darcy. [online] http://www.psychologytoday.com/blog/ask-dr-
darcy. Diakses 8 Februari 2013.
Stanton, Warren R., Oci, Tian P.S., & Silva, Phil A. (1994). "Sociodemographic characteristics of
Adolescent Smokers. The International Journal of the Addictions Volume 7 (1994): 913-
925. Dipublikasikan [online]
http://www.fathers.com/content/index.php?option=com_content&task=view&id=391.
Diakses pada 3 Mei 2013.
Teachman, Jay D. (2004). The Childhood Living Arrangements of Children and the
Characteristics of Their Marriages. Journal of Family Issues Volume 25 (January 2004):
86-111. Dipublikasikan [online] http://www.fatherhood.org/ media/consequences-of-
father-absence-statistics. Diakses 3 Mei 2013.
Thomas, Pamela. (2009). The Face of Father loss. Dipublikasikan [online] pada 7 Agustus 2009
oleh Pamela Thomas dalam Our Fathers, Ourselves. Diakses pada 8 Februari 2013.
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak | 271
Sundari, A.R., Herdajani, F. [hal.256-271]

Vaden-Kierman, N; Ialongo, N; Pearson, J; dan Kellam, S. (1995). Household Family Structure


and Children's Aggressive Behavior: A Longitudinal Study of Urban Elementary School
Children. Journal of Abnormal Child Psychology Volume 23, No. 5 (1995). Dipublikasikan
[online] http://www.photius.com/feminocracy/facts_on_fatherless_kids.html. Diakses pada
3 Mei 2013.
Wakerman, E. (tanpa tahun). Father Loss: Daughters Discuss the Man that Got Away. (Garden
City, N.Y.: Doubleday. Dipublikasikan [online]
http://www.ancpr.com/effects_of_fatherlessness on_chi.htm. Diakses pada 3 Mei 2013.
Wilson dan Daly. (1987). The Risk of Maltreatment of Children Living with Stepparents, dalam
Richard J. Gelles dan Jane B. Lancaster, Child Abuse and Neglect: Biosocial Dimensions,
Foundations of Human Behavior (New York: Aldine de Gruyter, 1987): 215-232.
Dipublikasikan [online] http://www.ancpr.com/effects_of_fatherlessness _on_chi.htm.
Diakses pada 3 Mei 2013.
Williams, Ray. (2011). The decline of fatherhood and the male identity crisis. Dipublikasikan
pada 19 Juni 2011 oleh Ray Williams dalam Wired for Success. [online] Diakses 8
Februari 2013.
Wood, Bill dan Gell, Jay. Effects of Fatherlessness on Children-Social Consequences.
http://www.ancpr.com/effects_of_fatherlessness_on_ chi.htm. Diakses pada 3 Mei 2013.
Wynn, M.. (1964). Fatherless Families: A Study of Families Deprived of a Father by Death,
Divorce, Separation, or Desertion Before and After Marriage. (N.Y.: London and
Maxwell, 1964): 147. Dipublikasikan [online] http://www.ancpr.com/effects_of_
fatherlessness on_chi.htm. Diakses pada 3 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai