Anda di halaman 1dari 69

ii

ii
Pasar tradisional merupakan salah satu jantung perekonomian masyarakat
di negara berkembang. Pasar Ciroyom sebagaimana merupakan salah satu
pasar induk di Kota Bandung menjadikannya tidak pernah sepi dari
pengunjung pada jam operasinya. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai
permasalahan dalam beberapa aspek seperti tapak pasar, fasilitas pasar,
sirkulasi lalu lintas pasar, trotoar dan sirkulasi pejalan kaki, perparkiran, dan
persampahan. Dibutuhkanlah solusi untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan tersebut yang didapat dengan terlebih dahulu mengetahui
kondisi faktual dan permasalahan-permasalahan yang ada di Pasar
Ciroyom. Melalui metode observasi, wawancara, dan studi literatur, aspek-
aspek tersebut diteliti berdasarkan kondisi ideal dan kondisi faktual untuk
selanjutnya dirumuskan menjadi analisis solusi. Dari hasil pengamatan dan
analisis tiap aspek, Pasar Ciroyom telah memiliki banyak potensi yang belum
dioptimalkan. Laporan penelitian ini menelaah permasalahan tiap aspek
pada Pasar Ciroyom beserta analisis solusinya.

iii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan album observasi ini. Penulisan album observasi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Teknik Komunikasi dan Presentasi di Institut Teknologi Bandung. Penulis menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, bukanlah hal yang mudah bagi Penulis untuk menyelesaikan album
observasi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Petrus Natalivan, ST., MT., selaku dosen mata kuliah Teknik Komunikasi dan Presentasi yang telah
banyak memberikan dan mengajarkan begitu banyak ilmu dan wawasan baru kepada penulis dan juga kak Dhimas
Bayu Anindito selaku asisten dosen yang telah memberikan saran juga masukan selama proses penulisan hingga
selesai.
Bapak dan Ibu tersayang yang tak henti memberikan kasih sayangnya, mendoakan, memberikan nasihat, dan
mendukung penulis serta untuk semua keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, sehingga peunlis dapat
menyelesaikan album observasi ini dengan lancar dan bersemangat.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis menyadari bahwa tulisan album observasi
ini masih banyak kekurangan dari segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu, penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki album observasi ini.
Dalam album observasi akan membagi tulisan menjadi empat bagian, yaitu pendahuluan, gambaran umum, aspek
permasalahan, dan solusi & saran permasalahan. Pada bab pertama, penulis akan membahas latar belakang,
rumusan masalah, tujuan & sasaran, ruang lingkup, metodologi pengumpulan data dan analisis, dan sistematika
penulisan. Dalam bab kedua, penulis akan membahas sejarah, fungsi, dan deliniasi wilayah. Pada bab ketiga, Penulis
juga akan menganalisis berbagai aspek, yaitu tapak pasar, fasilitas pasar, sirkulasi lalu lintas pasar, sirkulasi pejalan
kaki dan trotoar, perparkiran, dan persampahan. Pada bab terakhir, penulis akan menulis simpulan serta saran.
Penyusun ii 3.2 Fasilitas Pas 17
Abstrak iii 3.2.1 Definisi 18
Prakata iv 3.2.2 Kondisi Ideal 19
Daftar Isi v 3.2.3 Kondisi Faktual 20
Daftar Gambar vii 3.3 Sirkulasi Lalu Lintas 24
Daftar Tabel ix 3.3.1 Definisi 25
Bab 1 Pendahuluan 1 3.3.2 Kondisi Ideal 26
1.1 Latar Belakang 2 3.3.3 Kondisi Faktual 27
1.2 Tujuan dan Sasaran 3 3.4 Trotoar dan Sirkulasi Pejalan Kaki 29
1.3 Metodologi Pengumpulan Data dan Analisis 4 3.4.1 Definisi Trotoar 30
1.4 Sistematika Penulisan 5 3.4.2 Kondisi Ideal Trotoar 31
1.5 Ruang Lingkup Masalah 6 3.4.3 Kondisi Faktual Trotoar 33
Bab 2 Gambaran Umum 7 3.4.1 Definisi Sirkulasi Pejalan Kaki 36
2.1 Lokasi 8 3.4.2 Kondisi Ideal Sirkulasi Pejalan Kaki 37
2.2 Sejarah 9 3.4.3 Kondisi Faktual Sirkulasi Pejalan Kaki 38
Bab 3 Aspek Kawasan 10 3.5 Perparkiran 41
3.1 Tapak Pasar 11 3.5.1 Definisi 42
3.1.1 Definisi 12 3.5.2 Kondisi Ideal 42
3.1.2 Kondisi Ideal 13 3.5.3 Kondisi Faktual 44
3.1.3 Kondisi Faktual 14

v
3.6 Persampahan 46
3.6.1 Definisi 47
3.6.2 Kondisi Ideal 48
3.6.3 Kondisi Faktual 51
Bab 4 Penutup 52
4.1 Kesimpulan 53
4.2 Saran 54
4.3 Solusi 55
4.4 Visualisasi Solusi 57
Daftar Pustaka 60

vi
3.1.1. Kondisi Ideal Tapak Pasar 13 3.3.2. Ilustrasi Angkot 26
3.1.2. Denah Koridor Utama Pasar 14 3.3.3. Kemacetan Kecil di Jl. Ciroyom Barat 27

3.1.3. Koridor Utama di Pasar 14 3.3.4. Jalan Ciroyom jalur satu arah 28

3.1.4. Pintu Masuk Pasar 14 3.3.5. Titik Kemacetan 28

3.1.5. Denah Koridor Antar Kios Pasar 15 3.4.1. Kondisi Ideal Trotoar 30

3.1.6. Kondisi Koridor Antar Kios Pasar 15 3.4.2. Ruang Bebas Trotoar 31
3.4.3. Kondisi Ideal Trotoar 32
3.1.7. Denah Zonasi Pasar 16
3.4.4. Kondisi di Jl. Arjuna 33
3.1.8. Kondisi Kios Pasar Ciroyom 16
3.4.5. Kondisi di Jl. Ciroyom Barat 34
3.1.9. Zonasi Pasar Ciroyom 16
3.4.6. Kondisi di Jl. Ciroyom 34
3.2.1. Aktivitas Pasar Ciroyom Malam Hari 18
3.4.7. Kondisi Pasar di Jl. Arjuna 35
3.2.2. Kondisi Penerangan pada Siang Hari 20
3.4.8. Kondisi Pasar di Jl. Arjuna 35
3.2.3. Kondisi Penerangan pada Malam Hari 20
3.4.9. Kondisi Ideal Sirkulasi Pejalan Kaki 37
3.2.4. Pos Keamanan Pasar Ciroyom 21
3.4.10. Keadaan Depan SMPN 41 39
3.2.5. Denah Pos Keamanan Pasar Ciroyom 21
3.4.11. Keadaan Depan SMPN 23 39
3.2.6. Sempitnya Mushola Pasar Ciroyom 22
3.4.12. Keadaan Depan SMPN 32 39
3.2.7. Denah Mushola Pasar Ciroyom 22
3.4.13. Kondisi Koridor Pasar 40
3.2.8. Toilet Umum Pasar Ciroyom 23 3.4.14. Kondisi Koridor Pasar 40
3.2.9. Denah Toilet Pasar Ciroyom 23 3.5.1. Karcis Parkir Ideal 42
3.3.1. Suasana Lalu Lintas Pasar Ciroyom 25 3.5.2. Rambu dan Marka Parkir 43

vii
3.5.3. Peta Observasi 44
3.5.4. Terminal Ciroyom 44
3.5.5. Parkiran Barat 44
3.5.6. Pintu Masuk 44
3.5.7. Parkiran Atas 44
3.6.1. Tempat Sampah Ideal 48
3.6.2. Tumpukan Sampah Di Tengah Jalan Pasar Ciroyom 51
3.6.3. Kumpulan Sampah Dalam Karung 51
4.1. Solusi Tapak Pasar 56
4.2. Solusi Masjid 56
4.3. Solusi Toilet 56
4.4. Solusi Sirkulasi Jalan 57
4.5. Solusi Trotoar 57

vii
viii
Tabel 3.6.1. Pembagian Jenis Sampah Dan Label Serta Warna 49

viii
ix
1
Menurut peraturan presiden no. 112 tahun 2007, pasar
tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan
pihak swasta yang tempat usahanya berupa kios, toko,
tenda dan los yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, koperasi atau swadaya masyarakat yang
proses jual belinya dilakukan lewat proses tawar menawar.
Pasar tradisional memiliki peran yang sangat penting
karena menjadi salah satu jantung perekonomian
masyarakat. Banyak masyarkat yang masih membutuhkan
pasar tradisional dalam mencari pendapatan dan juga
kebutuhan dalam transaksi jual beli. pesatnya
pembangunan pasar modern mengancam keberadaan
pasar tradisional, maka dari itu pasar tradisional diharapkan
mampu bersaing dengan pasar modern. Namun pada
kenyataannya, pada pasar tradisional sendiri masih banyak
terdapat permasalahan-permasalahan.

2
Tujuan dari observasi ini adalah untuk
mengetahui kondisi faktual dan
permaslahan-permasalahan yang ada di
pasar ciroyom serta mencari solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut.

3
Studi literatur adalah metode dengan mencari referensi teori yang
relevan untuk memperkuat permasalahan serta sebagai dasar teori.
Referensi dapat dicari dari buku, jurnal, artikel laporan penelitian,
dan situs-situs di internet.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan


wawancara. Observasi dapat dilakukan dengan mengukur sikap
dari responden dan juga merekam berbagai fenomena yang
terjadi (situasi, kondisi). Sedangkan, wawancara dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung terhadap narasumber atau
sumber data

4
Bab ini berisi subbab latar belakang, tujuan Bab ini berisikan lokasi pasar ciroyom
dan sasaran penelitian, metodologi beserta delinasi wilayah observasi dan
penelitian, sistematika penulisan dan ruang juga penjelasan secara umum pasar
lingkup masalah ciroyom

Bab ini berisi subbab kesimpulan dan


Bab ini berisi subbab aspek permasalahan saran berdasarkan gabungan aspek-
aspek tapak pasar, fasilitas pasar, sirkulasi aspek permasalahan yang telah
jalan, sirkulasi pejalan kaki, perparkiran dan dipaparkan.
persampahan. Dalam setiap subbab aspek
permasalahan terdapat subbab definisi,
kondisi ideal, kondisi faktual dan
permasalahan yang ada serta solusi Berisi semua sumber pustaka yang
permasalahan tersebut. digunakan dalam laporan ini.

5
6
7
8
9
10
11
DEFINISI
Tapak merupakan sebidang lahan atau sepetak tanah dengan 3. Sirkulasi sampah
batas-batas yang jelas, berikut kondisi permukaan dan ciri-ciri istimewa Sirkulasi sampah yang dimaksud adalah terkait dengan
yang dimiliki oleh lahan tersebut. Perencenaan tapak pasar perlu dilakukan ketersediaan tempat sampah dan tempat pembuangan
agar keseluruhan program ruang dan kebutuhan-kebutuhannya dapat sampah baik sementara maupun akhir yang disesuaikan
diwujudkan secara terpadu dengan memperhatikan kondisi, lingkungan dengan jumlah pedagang atau pembeli pasar, volume sampah
alam, lingkungan fisik buatan dan lingkungan sosial disekitarnya. maupun jenis sampah.
Tapak pasar meliuti ruang-ruang dalam pasar seperti kios dan los
sebagai bangunan utama, koridor, TPS, serta akses keluar masuk pasar. 4. Sirkulasi udara
Penataan tapak pasar haruslah mempertimbangkan 5 (lima) aspek utama, Posisi bangunan dan ventilasi harus memungkinkan udara di
yaitu: sekitar pasar dapat mengalir dengan baik.

1. Kebutuhan ruang 5. Pencahayaan


Ruang pada pasar haruslah diutamakan untuk menampung Aspek pencahayaan yang dimaksud adalah kebutuhan akan
pedagang, dengan bobot terbesar yaitu pedagang sembako cahaya pada bangunan pasar baik secara alami dan/atau
basah dan kering. Luas serta penempatan dari kebutuhan ruang buatan.
pada lahan harus direncanakan dengan baik, sehingga
memudahkan pengelola pasar dalam memelihara fasiitas-
fasilitas yang tersedia di lingkungan pasar tersebut.

2. Sirkulasi pedagang
Sirkulasi pedagang yang dimaksudkan adalah terkait dengan
pengaturan kemudahan keluar masuk barang milik pedagang,
dari dan ke los atau kios.

12
Observasi tapak pasar terfokus pada 3 komponen, yaitu koridor utama, koridor antar los/kios dan bangunan kios/los
itu sendiri. Menurut peraturan menteri perdagangan republik indonesia nomor 49/M-Dag/Per/12/2010, perencanaan
tapak yang baik adalah sebagai berikut: Gambar 3.1.1. Kondisi Ideal Tapak Pasar
1. Koridor utama
Koridor utama merupakan akses utama dari luar pasar sehingga
idealnya mudah ditemukan dan dicapai. Lebar ideal 2-3 meter
dimana jalur masuk kendaraan dan pejalan terpisah, selain itu
fapat dilalui kendaraan darurat. Koridar haruslah bersih, tidak
becek, tidak belubang, tidak bergelombang dan layak digunakan.

2. Koridor antar kios/los


Koridor antar kios/los harus tertata dengan baik dan tidak terlalu
sempit dengan lebar minimal 180 cm. Terdapat cukup
penerangan, bersih dan tidak becek serta terhindar dari rintangan
yang menghalangi sirkulasi jalan.

3. Kios/los
Setiap kios terletak sesuai dengan komoditasnya di tempat yang
strategis sehingga mudah diakses oleh pembeli. lebar kios
minimal 2 meter atau lebih dengan syarat harus mencukupi
kebutuhan pedangan dan pembeli untuk beraktivitas dengan Sumber :Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 49/M-dag/Per/12/2010
kondisi kios yang bersih dan tidak membahayakan keselamatan.

13
KORIDOR UTAMA
Pasar Ciroyom memiliki 5 pintu keluar masuk
Gambar 3.1.3. Koridor Utama di Pasar yang terhubung oleh koridor utama. Pada
Ciroyom
gambar 1.2 bagian yang berwarna abu-abu
menunjukkan koridor utama Pasar Ciroyom.
Pintu masuk dan koridor utama ini ukurannya
Gambar 3.1.2. Denah Koridor Utama Pasar
Ciroyom
cukup lebar sehingga dapat dilewati oleh
kendaraan-kendaraan besar seperti truk dan
mobil pick-up.

Namun, terdapat permasalahan pada koridor


utama dimana kondisinya tidak sesuai
dengan kondisi ideal. Permasalahan yang
pertama adalah kendaraan bermotor dan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
pejalan kaki memiliki pintu masuk jalur yang
Gambar 3.1.4. Pintu Masuk Pasar sama. Permasalahan kedua adalah kondisi
CIroyom
jalan yang tidak memadai karena berlubang
dan becek.
Selain tidak sesuai dengan kondisi ideal
permasalahan-permasalahan tersebut tentu
saja dapat membahayakan pejalan kaki dan
mengganggu kenyamanan saat berbelanja.
Sumber : Hasil Analasis 2017

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

14
KORIDOR KIOS

Gambar 3.1.6. Kondisi Koridor antar Kios Pasar


Ciroyom Gambar 3.1.5. Denah Koridor antar Kios Pasar
Ciroyom

Lebar koridor antar kios di Pasar Ciroyom


sudah memenuhi aturan yaitu 180 cm atau
cukup untuk dilewati oleh tiga orang dewasa.
Namun sayangnya masih terdapat
permasalahan pada koridor antar kios ini.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
idealnya koridor kios/los terhindar dari
rintangan yang menghambat sirkulasi jalan.
Namun kenyataannya, banyak hal-hal yang
menghalangi koridor seperti barang-barang
milik pedagang hingga motor yang diparkir di
koridor. Hal ini tentu saja menghambat sirkulasi
jalan karena lebar jalan yang semakin sempit
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
sedangkan aktivitas pasar yang semakin
malam semakin padat.

Sumber : Hasil Analasis 2017

15
Gambar 3.1.8. Kondisi Kios Pasar Ciroyom

ZONASI

Gambar 3.1.7. Denah Zonasi Pasar


Ciroyom Zonasi di pasar ciroyom sudah
cukup baik tetapi masih ada kios-
kios yang letaknya tidak sesuai
dengan komoditasnya, seperti
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
yang terlihat pada gambar,
terdapat kios sayur yang tiba-tiba
Gambar 3.1.9. Zonasi Pasar Ciroyom berada di antara kios daging. Hal
ini tentu saja berbahaya karena
akan menimbulkan penyakit-
penyakit tertentu. Selain itu,
Sumber : Hasil Analasis 2017 kondisi kios banyak yang
meghawatirkan dan luasnya tidak
mencukupi aktivitas pedagang dan
pembeli sehingga tidak layak untuk
digunakan.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

16
17
DEFINISI
Menurut Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, pasar
adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual
lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan,
pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasilitas
adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Berarti,
fasilitas pasar adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan
fungsi pasar.

Gambar 3. 2.1. Aktivitas Pasar Ciroyom pada Malam Hari


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

18
Pada aspek ini, difokuskan pada empat - Jumlah toilet tergantung pada luasan pasar; dan
fasilitas pasar yang mengacu pada Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia - Pemisahan toilet laki-laki dan perempuan.
Nomor : 49/M-DAG/PER/12/2010, yaitu:
3. Pos Keamanan
1. Pencahayaan buatan adalah penyediaan - Ditempatkan dekat pintu masuk dan keluar
penerangan buatan melalui instalasi pasokan pasar
listrik yang cukup bagi keseluruhan bangunan
pasar agar semua penghuni pasar dapat 4. Mushola
melakukan kegiatannya; - Ditempatkan di salah satu sudut pasar
yang strategis, namun diusahakan lokasinya
2. Toilet berjauhan dengan aktivitas jual beli di
- Jauh dari sumber air bersih; pasar; dan
- Lokasi strategis dan memiliki papan penanda - Jika luasan pasar memungkinkan, minimal
identitas (sign board); dapat menampung 10 orang.

19
Gambar 3. 2.2. Kondisi Penerangan
pada Siang Hari
Gambar 3.2.3. Kondisi Penerangan
pada Malam Hari
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Berdasarkan hasil observasi terdapat beberapa kondisi yang sudah ideal, seperti pencahayaan di
Pasar Ciroyom. Bisa terlihat perbedaan antara kondisi pencahayaan pada siang hari dan juga malam hari.
Dikarenakan Pasar Ciroyom adalah pasar yang aktif pada malam hari, maka pemasokkan pencahayaan
terbesar ada pada malam hari. Sehingga, para pembeli pun tidak harus direpotkan dengan kurangnya
cahaya ketika ingin membeli barang dagangan ataupun sedang berjalan menyusuri jalanan pasar

20
Kondisi faktual lainnya di Pasar
Ciroyom yang sudah mencapai Pintu masuk
dan keluar
kondisi ideal sesuai dengan
peraturan adalah pos keamanan.
Letak dari pos keamanan sudah
dekat dengan pintu masuk dan keluar
Pasar Ciroyom. Sehingga, ketika ada
tindakan kriminal atau kejadian yang
tidak diinginkan lainnya bisa
langsung ditangani karena
strategisnya letak pos keamanan
Pasar Ciroyom.

Gambar 3. 2. 4. Pos Keamanan Pasar


Ciroyom
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017 Gambar 3. 2. 5. Denah Pos Keamanan
Pasar Ciroyom
Sumber: Analisis Pribadi, 2017

21
Mushola di Pasar Ciroyom yang
juga masih jauh dari kondisi ideal. Letak
dari mushola Pasar Ciroyom itu sendiri
masih berdekatan dekat aktivitas pasar,
yaitu dekat dengan pedagang sembako.
Untuk luas dari mushola itu sendiri masih
terbilang sangat sempit karena jika
mengaju dengan kondisi ideal.
Seharusnya, mushola dapat memuat
minimal sepuluh orang untuk beribadah
di sana. Menurut hasil observasi, terlihat
saat itu terlihat tujuh orang yang hendak
beribadah di mushola, tetapi hanya
Gambar 3. 2. 6. Sempitnya Mushola empat orang yang bisa beribadah dan
Pasar Ciroyom
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017 sisanya terpaksa untuk menunggu.
Gambar 3. 2. 7. Denah Mushola Pasar
Ciroyom
Sumber: Analisis Pribadi, 2017

22
Pada kondisi faktual, toilet ini masih
belum terdapat papan penanda yang
menandakan adanya toilet di daerah itu.
Lalu, toilet Pasar Ciroyom juga belum
memenuhi kondisi ideal sesuai dengan
peraturan dimana toilet pria dan wanita
seharusnya dipisah. Di sana, baik pria
maupun wanita bisa bebas memasukki
toilet itu.
Berdasarkan hasil observasi, tidak
sedikit para wanita yang merasa tidak
aman ketika ingin menggunakan toilet di
Pasar Ciroyom karena tidak ada
pemisahan antara toilet pria dan wanita.
Untuk jumlah dari toilet ini juga bisa
dibilang belum ideal karena untuk pasar
seluas 19.627 m2, hanya ada satu toilet di Gambar 3. 2. 8. Toilet Umum Pasar Ciroyom
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
satu titik (lihat gambar 3.2.9.). Di lain sisi,
toilet di Pasar Ciroyom sudah terletak jauh
dari sumber air bersih yang pasokkan Gambar 3. 2. 9. Denah Toilet Pasar
terbesarnya terletak pada pedagang Ciroyom
makanan laut. Sumber: Analisis Pribadi, 2017

23
24
DEFINISI
Definisi Jalan menurut Standar Nasional Indonesia
nomor 03-1733-2004 adalah jalur yang direncanakan
atau digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan orang.
Sedangkan definisi Lalu Lintas menurut Undang
Undang nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan adalah gerak kendaraan, orang, dan
hewan di jalan.
Sirkulasi menggambarkan sebuah pola pergerakan,
baik kendaraan maupun pejalan kaki diatas dan di
daerah sekitarnya. Sirkulasi merupakan gerak yang
menghubungkan ruang - ruang di sekitar sirkulasi
tersebut.

Gambar 3.3.1 Suasana Lalu Lintas Pasar Ciroyom


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

25
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia Nomor 03/PRT/M tahun 2006 tentang Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan,
sirkulasi lalu lintas di sekitar kawasan komersial dapat
dinilai keefektifannya melalui tiga indikator utama yaitu
pengaturan lalu lintas kawasan yang rapi dan efisien,
tersedia minimal 2 trayek angkutan umum pada jalan di
sekitar, serta pengaturan rute dan waktu bagi kendaraan
service dan darurat. Gambar 3.3.2 Ilustrasi Angkot
Sumber : kangyoes.blogspot.id, diakses pada 26/04/2017
jam 13.00 WIB, 2017

26
Jalan Ciroyom merupakan salah satu jalan utama yang
ada di sekitaran pasar. Akses menuju pasar ini dapat
melalui gerbang utama yang ada di Jalan Rajawali Timur,
Jalan Arjuna, dan Jalan Ciroyom Barat. Sirkulasi
kendaraan di sekitar pasar banyak terjadi di Jalan
Ciroyom, baik yang hendak menuju atau keluar pasar,
kendaraan yang hendak mengangkut atau menurunkan
barang, serta kendaraan masyarakat sekitar yang
hendak melakukan kegiatan sehari-hari. Kendaraan
dapat memarkirkan kendaraannya di lantai atas
bangunan pasar atau pinggir jalan.

Gambar 3.3.3 Kemacetan Kecil di Jalan Ciroyom Barat


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

27
Berdasarkan hasil observasi, terdapat beberapa beberapa
kondisi faktual yang tidak sesuai dengan kondisi ideal. Jalan
Ciroyom sendiri dilalui 3 jenis angkutan umum, sehingga jalan ini
sudah memenuhi kondisi ideal. Namun yang menjadi
permasalahan adalah kerap kali terjadi kemacetan kecil dari jalan
Ciroyom hingga pertigaan jalan yang menuju jalan Ciroyom Barat.
Gambar 3.3.4 Jalan Ciroyom jalur 1 arah
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Pada jam-jam tertentu terjadi kemacetan yang menjalar hingga
jalan Ciroyom dipenuhi kendaraan dari ujung yang satu ke ujung
lain. Salah satu penyebabnya ialah jalan Ciroyom adalah jalan
satu arah, padahal jalan Ciroyom dilalui 3 jenis angkot, ditambah
kendaraan pribadi pengunjung pasar, pun kendaraan yang
datang dari jalan Ciroyom Barat, serta pejalan kaki yang
menyeberang jalan secara sporadis karena tidak adanya jalur
penyeberangan kaki di jalan ini. Berdasarkan hasil observasi juga
tidak didapati rute kendaraan service dan darurat di sekitar pasar,
Gambar 3.3.5 Titik Kemacetan padahal terdapat genangan air yang relatif dalam di beberapa titik
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 yang dapat mengganggu keselamatan pengguna jalan.

28
29
Menurut UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 131 menjelaskan bahwa pejalan kaki berhak atas
ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas
lain.
Trotoar merupakan bagian dari sisi jalan yang memiliki elevasi lebih tinggi sebagai
tempat untuk pejalan kaki yang berfungsi sebagai pemisah antara pejalan kaki dengan
bahu jalan yang seharusnya memberi kenyamanan bagi pejalan kaki
Gambar 3.4.1 Kondisi Ideal Trotoar Suatu ruas jalan dianggap perlu
dilengkapi trotoar apabila di
sepanjang lahan tersebut memiliki
potensi timbulnya pejalan kaki
sehingga pejalan kaki di daerah
tersebut perlu difasilitasi trotoar.

Sumber: google

30
Gambar 3.4.2 Ruang BebasTrotoar

Trotoar yang ideal memiliki tinggi bebas


trotoar yang tidak kurang dari 2,5 m.
Selain itu, untuk pelayanan yang
optimal, trotoar juga harus diperkeras,
diberi pembatas, dan memiliki elevasi
yang lebih tinggi. permukaan trotoar juga
harus rata dan memiliki kemiringan
maksimal 10% supaya tidak terjadi
genangan air.
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga

31
Gambar 3.4.3 Kondisi Ideal Trotoar

Lebar trotoar tergantung dari volume


potensi timbulnya pejalan kaki di tempat
tersebut dengan rumus:

Sumber: google

32
Setelah melakukan observasi, Kawasan Dengan demikian, hal ini menyebabkan
Pasar Ciroyom tidak memiliki trotoar di semakin sempit koridor jalan sehingga pejalan
sepanjang Jl. Arjuna, Jl. Ciroyom Barat kaki dan kendaraan berada dalam satu koridor
dan Jl. Ciroyom. jalan yang sempit.
Pada siang hari, kegiatan jual beli Gambar 3.4.4 Kondisi di Jl. Arjuna
beroperasi hanya di sepanjang Jl. Arjuna
sampai dengan Jl. Ciroyom Barat saja.
Karena berjualan di kios pinggir jalan,
maka para pedagang menjual barang
dagangannya sampai ke bahu jalan.
Selain itu, jalanan juga dipakai untuk
parkiran motor-motor konsumen yang
ingin berbelanja.
Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

33
Gambar 3.4.6 Kondisi di Jl. Ciroyom

Gambar 3.4.5 Kondisi di Jl. Ciroyom Barat

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

34
Gambar 3.4.8 Kondisi Pasar di Jl. Arjuna

Gambar 3.4.7 Kondisi Pasar di Jl. Arjuna

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

35
Menurut Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, Pemanfaatan Prasarana dan
Penyediaan prasarana jaringan pejalan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
kaki dilakukan melalui pengembangan
Perkotaan pada Peraturan Menteri Pekerjaan
kawasan khusus pejalan kaki harus
Umum menjelaskan bahwa penyediaan
memperhatikan ketentuan seperti
prasarana jaringan pejalan kaki tidak harus
kawasan khusus pejalan kaki atau area
selalu berupa trotoar (ruas pejalan kaki di sisi
yang dikembangkan sebagai kawasan
jalan), tetapi dapat juga dikembangkan suatu
pejalan kaki, selain bertujuan untuk
jalur khusus pejalan kaki atau jalur pejalan
menyediakan ruang tempat berjalan kaki
kaki berfungsi campuran. Pengembangan
juga dapat digunakan untuk revitalisasi
kawasan khusus pejalan kaki umumnya
kawasan atau meningkatkan penjualan di
dilakukan di kawasan yang memiliki tingkat
pusat - pusat perbelanjaan.
arus pejalan yang tinggi yang umumnya
kawasan perdagangan.

36
Pedestrian atau pejalan kaki merupakan Jalur pedestrian harus berhasil
komponen yang penting pada penataan menciptakan pergerakan manusia yang tidak
kawasan. Untuk dapat menciptakan fasilitas terganggu oleh lalu lintas kendaraan. Penataan
pedestrian yang optimal maka berbagai fasilitas pedestrian harus mampu merangsang
kelengkapan pedestrian seperti lansekap, terciptanya ruang yang layak digunakan,
lampu jalan, trotoar dan sebagainya harus manusiawi, aman, nyaman dan memberikan
disiapkan dengan baik. pemandangan yang menarik.
Sistem sirkulasi pejalan kaki ini juga perlu Gambar 3.4.9 Kondisi Ideal Sirkulasi Pejalan Kaki
menyediakan jalur bagi pemakai kursi roda
(wheel chair) dengan aman dan nyaman serta
memenuhi faktor kemampuan manusia. Jalur
utama pedestrian harus mempertimbangkan
sistem pedestrian secara keseluruhan,
aksessibilitas terhadap subsistem pedestrian
dalam lingkungan dan aksessibilitas dengan Sumber: google
lingkungan sekitarnya.

37
Pada wilayah Pasar Ciroyom, tepatnya di Sama halnya pada malam hari, kegiatan jual
sepanjang Jl. Arjuna dimana kegiatan pasar beli berlangsung di sepanjang jalan dari Jl.
berlangsung di jalan ini, terdapat 3 Sekolah Arjuna sampai Jl. Ciroyom Barat termasuk
Menengah Pertama yang berjajar di dalam gedung pasar tetap berlangsung.
sepanjang Jl. Arjuna yaitu SMPN 41, SMPN Bagian dalam gedung pasar sirkulasi pejalan
23 dan SMPN 32 Bandung. Jadi, dapat kaki sudah efektif dimana jarak antar kios/ los
dibayangkan bagaimana padatnya Jl. Arjuna sesuai dengan Peraturan Menteri
pada siang hari, dimana banyaknya Perdagangan yaitu 1,8 m antar kios/los. Hal
kendaraan pada jam pulang sekolah dan lain ini menyebabkan lancarnya sirkulasi pejalan
sisi kegiatan jual beli di Jl. Arjuna tetap kaki di dalam gedung pasar. Akan tetapi, jika
berlangsung. Hal ini menyebabkan semakin saat hari hujan, air hujan dari luar gedung
berkurangnya ruang berjalan kaki bagi para dapat masuk ke dalam gedung pasar dan hal
pedestrian di jalan yang tidak memiliki trotoar ini membuat pasar menjadi becek dan
ini. berserakan akan sampah. Sehingga
efektifitas

38
Gambar 3.4.11 Keadaan Depan SMPN 41

Gambar 3.4.10 Keadaan Depan SMPN 23

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

Gambar 3.4.12 Keadaan Depan SMPN 32


Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

39
Gambar 3.4.13 Kondisi Koridor Pasar

Gambar 3.4.14 Kondisi koridor Pasar

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

40
41
Menurut UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan jalan, parkir adalah
keadaan Kendaraan berhenti atau tidak
bergerak untuk beberapa saat dan
Mengacu pada Peraturan Wali Kota Bandung Nomor ditinggalkan pengemudinya.
1005 Tahun 2014 tentang Harga Sewa Parkir dan Petunjuk
Teknis Pengelolaan Perparkiran di Gedung dan Pelataran
Parkir, karcis parkir harus memuat : nomor seri, nilai
nominal, nama tempat parkir, nomor polisi, sewa parkir
tambahan, warna karcis parkir, dan nomor barcode.
Menurut peraturan yang sama disebutkan pula
ketentuan tarif parkir untuk roda 2, roda 3, dan roda 4.
Untuk roda 2, satu jam pertama maksimal sebesar
Rp1.500,00 dan penambahan setiap jamnya maksimal
Rp1.500,00. Tarif tertinggi untuk 24 jam maksimal sebesar
Rp6.000,00. Untuk roda 3, satu jam pertama maksimal
sebesar Rp2.000,00 dan penambahan setiap jamnya
maksimal Rp2.000,00. Tarif tertinggi untuk 24 jam
maksimal sebesar Rp10.000,00. Untuk roda 4, satu jam Gambar 3.5.1. Karcis Parkir Ideal
pertama maksimal sebesar Rp3.000,00 dan penambahan Sumber : MalangVoice.com, diakses pada 2 Mei 2017
setiap jamnya maksimal Rp3.000,00. Tarif tertinggi untuk pukul 17.25 WIB
24 jam maksimal sebesar Rp10.000,00.

42
Mengacu pada Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat lahan parkir yang ideal
harus memiliki rambu dan marka parkir. Rambu
parkir terdiri dari rambu larangan parkir, rambu
petunjuk parkir, dan rambu pelengkap.
Sedangkan, marka parkir terdiri dari marka
larangan parkir dan marka petunjuk parkir. Rambu Larangan Parkir Marka Larangan Parkir (atas) dan
Marka Petunjuk Parkir (bawah)
Selain itu, Pola parkir diatur sedemikian rupa
yang terdiri dari pola parkir paralel dan pola
parkir bersudut. Adapun pola parkir bersudut
20 M
terdiri dari pola parkir tegak lurus (900), pola
parkir bersudut 300, pola parkir bersudut 450,
dan pola parkir bersudut 600. Penggunaan pola
Rambu Petunjuk Parkir Rambu Pelengkap
parkir paralel biasa diterapkan pada parkir mobil
di pinggir jalan. Sedangkan untuk lahan parkir Gambar 3.5.2 Rambu dan Marka Parkir
yang luas, biasanya digunakan parkir bersudut.
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

43
1
1 33

Gambar 3.5.4. Terminal Ciroyom


1
4
22
2
Gambar 3.5.6. Pintu Masuk

3 44

Gambar 3.5.3. Peta Observasi

Sumber : maps.here.com, diakses pada 28 April 2017

Sumber :
Dokumentasi Pribadi, 2017
Gambar 3.5.5. Parkiran Barat Gambar 3.5.7. Parkir Atas

44
Di bagian pintu masuk parkir, terdapat mesin karcis teratur. Pada bagian barat pasar, digunakan pola
otomatis e-parking, namun tidak digunakan karena parkir di kedua sisi jalan dengan mobil diparkir
rusak. Karcis parkir yang digunakan sebenarnya sudah paraleldi sisi kiri jalan dan motor diparkir bersudut di
memenuhi kriteria berdasarkan Peraturan Wali Kota sisi kanan jalan. Hal ini menyulitkan saat pengunjung
Bandung Nomor 1005 Tahun 2014 tentang Harga yang datang dan pengendara mobil yang hendak
Sewa Parkir dan Petunjuk Teknis Pengelolaan keluar berpapasan. Letak pintu masuk dan pintu
Perparkiran di Gedung dan Pelataran Parkir, namun keluar berada di tempat yang sama sehingga ketika
belum dimanfaatkan dengan optimal karena tiket itu mobil hendak keluar, pengendara motor atau mobil
dibiarkan kosong saat diberikan. Tarif parkir untuk roda yang baru saja datang harus menepi terlebih dahulu.
2 sebesar Rp2.000,00 dan untuk roda 4 sebesar Ini menandakan aksesibilitas parkir pada sisi barat
Rp4.000,00 tanpa batasan waktu. Pasar Ciroyom kurang baik.
Pada lahan parkir Pasar Ciroyom, tidak terdapat Di bagian atap bangunan pasar, terdapat lahan
rambu-rambu dan marka parkir sama sekali sehingga parkir yang sangat luas dan sudah terdapat marka
banyak kendaraan yang parkir di daerah yang tidak parkir dan shelter untuk sepeda motor. Sayangnya,
semestinya. Kendaraan juga parkir secara acak- parkiran ini belum digunakan secara optimal karena
acakan karena tidak adanya marka parkir yang letaknya yang jauh dari pasar mengakibatkan tidak
mengatur pola parkir kendaraan. praktis. Selain itu, kurangnya penerangan, tidak
Pola parkir di Pasar Ciroyom kebanyakan berupa adanya petugas parkir, dan banyaknya genangan air
pola parkir bersudut, hanya saja masih tidak menjadikan lahan parkir ini tidak nyaman digunakan.

45
46
DEFINISI

Menurut SNI Nomor 19-2454-2002 Sampah adalah limbah yang


bersifat padat terdiri dari bahan organik dan anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan.

Untuk itu, pengelolaan sampah harus dilaksanakan guna


meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.
Sebelum sampah-sampah itu dikelola, sampah haruslah disimpan
di suatu pewadahan sementara atau yang biasa kita sebut tempat
sampah. Menurut Peraturan menteri pekerjaan umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 tempat sampah adalah suatu kegiatan menampung sampah sementara dalam
suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah dengan mempertimbangkan jenis-
jenis sampah.

47
Tempat sampah idealnya disediakan di setiap 10
meter sehingga masyarakat dapat dengan mudahnya
membuang sampah. Tempat sampah dengan jarak
yang dekat juga membuat masyarakat enggan untuk
membuang sampah sembarangan. Berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) No 19-2454-2002,
tempat sampah yang ideal haruslah :
 Ekonomis dan Mudah Diperoleh Gambar 3.6.1. Tempat Sampah Ideal
Sumber : Ngalam.co, diakses pada 4 Mei 2017
 Tidak Mudah Rusak dan Kedap Air
Menurut Peraturan menteri pekerjaan umum Republik
 Mudah Dikosongkan Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Pemilahan sampah
dilakukan berdasarkan paling sedikit 5 jenis sampah,
yaitu:
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun
b. Sampah yang mudah terurai
c. Sampah yang dapat digunakan kembali
d. Sampah yang dapat didaur ulang
e. Sampah residu.

48
Menurut Peraturan menteri pekerjaan umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 Persyaratan sarana pewadahan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah sarana harus sesuai dengan jenis pengelompokan sampah
2. Diberi label atau tanda
3. Dibedakan berdasarkan warna, bahan, dan bentuk
Untuk label atau tanda dan warna wadah dapat digunakan seperti tabel berikut ini :

Tabel 3.6.1. Pembagian Jenis Sampah Dan Label Serta Warna


No Jenis Sampah Label Warna

Sampah yang mengandung bahan


1 berbahaya dan beracun serta limbah Merah
bahan berbahaya dan beracun.

2 Sampah yang mudah terurai. Hijau

49
Sampah yang dapat digunakan.
3 Kuning
kembali

4 Sampah yang dapat didaur ulang. Biru

5 Sampah lainnya. Abu-abu

50
Berdasarkan hasil observasi, terdapat beberapa ketidaksesuaian
antara kondisi ideal dan kondisi faktual dalam aspek persampahan.
Idealnya, tempat sampah di tempat umum haruslah berselang
maksimal 10 meter, tidak mudah rusak, kedap air, mudah
dikosongkan, dan dibagi menjadi 5 sesuai ketentuan di peraturan
Berdasarkan hasil observasi, menteri
terdapat pekerjaan
beberapa umum
ketidaksesuaian
nomor 3
antara kondisi ideal dan kondisitahun
faktual dalam aspek persampahan.
2013. hanya saja, jangankan
Idealnya, tempat sampah di tempattempat sampah
umum yang
haruslah
ideal,berselang
di Pasar
maksimal 10 meter, tidak mudah rusak, kedap air, mudah
Ciroyom sendiri tidak terdapat
dikosongkan, dan dibagi menjadi 5 sesuai ketentuan di peraturan
satupun tempat sampah. Semua
menteri pekerjaan
sampah di Pasar Ciroyom hanya
ditumpuk di beberapa tempat di
pinggir ataupun di bawah kios
mereka sendiri. Selain itu, air hujan
yang terkadang masuk ke pasar juga
membuat tumpukan sampah menjadi
berceceran
Gambar 3.6.2. Tumpukan Sampah Di Tengah Jalan Pasar
Ciroyom
Gambar 3.6.3. Kumpulan Sampah Dalam Karung Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

51
52
Pasar ciroyom merupakan pasar induk seluas 19.627 m2 yang beroperasi mulai
pukul 20.00 - 07.00. Terletak di Jalan Ciroyom, Kelurahan Ciroyom, Kecamatan
Andir, Kota Bandung. Karena pasar ini merupakan pasar induk, banyak
kendaraan bermotor yang memasuki kawasan pasar ciroyom maka dari itu
seharusnya kondisi pasar ciroyom memenuhi kaidah kebersihan, keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan keindahan. Ada enam aspek permasalahan yang
diobservasi dan analisis dalam laporan ini yaitu aspek tapak pasar, fasilitas
pasar, sirkulasi jalan, sirkulasi pejalan kaki, perparkiran dan persampahan.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, masih banyak permasalahan-
permasalahan yang terdapat pada aspek-aspek di pasar ciroyom dan potensi
yang masih dapat dioptimalkan. Apabila permasalahan-permaslahan tersebut
dapat diatasi, pasar ciroyom mampu bersaing dengan pasar modern dan dapat
menjadi panutan bagi pasar tradisional lainnya.

53
Dari kelima aspek yang ada, terdapat saran untuk permasalahan yang terjadi.
Untuk aspek tapak pasar, seharusnya bisa ditata lebih rapi seperti solusi-solusi
yang sudah ditawarkan. Terlebih, sudah direkomendasikan preseden, yaitu
Pasar Bintaro. Untuk aspek fasilitas pasar, dapat dilakukan beberapa perbaikan
seperti pada toilet dan mushola karena pada dasarnya fasilitas di Pasar Ciroyom
sangatlah berpotensi untuk mencapai kondisi ideal. Untuk aspek sirkulasi lalu
lintas, jalan yang ada seharusnya bisa ditambahkan kuantitasnya agar tidak
terjadi kepadatan pada satu ruas jalan. Untuk aspek trotoar dan sirkulasi pejalan
kaki, seharusnya para pedagang bisa diatur agar tidak memakai bahu jalan untuk
berjualan dimana seharusnya bahu jalan bisa digunakan untuk ruang terbuka
publik, yaitu trotoar untuk pejalan kaki. Untuk aspek perparkiran, dapat
ditambahkan beberapa marka parkir agar kendaraan dapat tertata dengan rapi.
Pola parkir seharusnya juga bisa diatur sedemikian rupa tidak terkesan
berantakan dan dapat meingkatkan kenyamanan pengunjung pasar maupun
warga pasar. Untuk aspek persampahan, dapat diberikan tempat sampah di
beberapa titik pasar agar pedagang dan masyarakat dapat membuang sampah
pada tempat sampah yang sudah disediakan, sehingga tidak lagi membuangnya
di jalanan yang dapat membahayakan pengguna pasar apabila sedang berjalan.

54
A. Aspek Tapak Pasar
Melihat kondisi bangunan pasar ciroyom yang luas, berikut beberapa solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan
pada tapak pasar adalah :
1. Membuat pintu keluar masuk khusus pejalan.
2. Menambah jalur khusus pejalan kaki pada koridor utama.
3. Larangan untuk memakai kendaraan bermotor di koridor antar kios.
4. Memperluas dan memperbaiki bangunan kios/los.

B. Aspek Fasilitas Pasar


Berikut solusi dan saran yang ditawarkan untuk permasalahan yang terjadi pada fasilitas Pasar Ciroyom:
1. Diberikan papan penanda yang emnandakan bahwa ada toilet umum untuk pengguna pasar.
2. Alangkah baiknya jika adanya pemisahan antara toilet wanita dan pria. Selain bisa memenuhi kondisi ideal, rasa aman dan
nyaman bagi pengguna pasar pun tercipta.
3. Kuantitas persebaran toilet seharusnya lebih ditingkatkan lagi untuk luas Pasar Ciroyom yang seluas 19.627 m2.
4. Mushola Pasar Ciroyom seharusnya bisa di relokasi ke tempat yang ideal. Dengan adanya tempat yang berpotensi, seperti
rooftop di Pasar Ciroyom, mushola bisa direlokasikan di sana. Dengan adanya pemindahan lokasi mushola ke rooftop Pasar
Ciroyom, seharusnya juga lebih dipertimbangkan luas dari mushola itu sendiri agar setidaknya dapat memuat sepuluh orang
untuk beribadah.

C. Aspek Sirkulasi Lalu Lintas


Sirkulasi lalu lintas di pasar Ciroyom secara umum sudah baik. Secara faktual, Pasar Ciroyom dilalui oleh 3 jenis angkutan
umum, sehingga sudah memenuhi kondisi ideal sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 34 tahun
2006 tentang tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
Kawasan Perkotaan. Tetapi berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, alangkah lebih baik apabila Jalan Ciroyom dibuat
menjadi jalan 2 arah agar kendaraan tidak terkonsentrasi di jalan pertigaan Ciroyom Barat, sehingga tidak terjadi kemacetan di
sirkulasi jalan pasar.

55
D. Aspek Trotoar dan Sirkulasi Pejalan Kaki

Beberapa solusi yang ditawarkan untuk aspek trotoar dan sirkulasi pejalan kaki, yaitu:
1. Dibangunnya trotoar di sepanjang jalan arjuna sampai Jalan Ciroyom Barat.
2. Ditegakkan peraturan agar pedagang tidak lagi berjualan di trotoar

E. Aspek Perparkiran
Untuk mengatasi masalah yang ada di aspek perparkiran adalah
1. Sistem e-parking yang disediakan sebaiknya diperbaiki sehingga petugas yang menjaga pintu parkir
sebagian dapat bertugas menjaga kendaraan sehingga tercapai aspek keamanan dan keselamatan.
2. Menambah rambu dan marka parkir agar kendaraan tertata dengan rapi dan tidak ada kendaraan yang
parkir di lokasi-lokasi yang tidak diperuntukkan sebagai lahan parkir.
3. Memperbaiki pengaturan pola parkir dengan menggunakan parkir bersudut dimana sudutnya ditentukan
oleh kepentingan pengelola. Jika ingin menampung lebih banyak kendaraan, pola parkir yang digunakan
adalah pola parkir tegak lurus sedangkan jika ditujukan untuk aspek kenyamanan, pola parkir yang
digunakan adalah pola parkir bersudut 30,45,60.
4. Menambah penerangan pada lahan parkir atas dan memperbaiki sistem drainasenya agar setelah hujan
air tidak menggenang. Petugas parkir juga perlu ditugaskan untuk menjaga keamanan kendaraan. Selain
itu, perlu dibangun tangga alternatif menuju pasar agar lebih praktis.
5. Memisahkan parkiran mobil ke bagian Terminal Ciroyom agar aksesibilitasnya lebih baik. Pola parkir dua
sisi pada bagian barat pasar dapat digunakan untuk sepeda motor pada keda sisinya.

F. Aspek Persampahan
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, berikut beberapa solusi yang ditawarkan :
1. Pengadaan tempat sampah sesuai kondisi ideal.
2. Pemberian sosialisasi mengenai jenis-jenis tempat sampah dan kegunaannya.
3. Untuk memaksimalkan fungsi tempat sampah, diberikan sanksi kepada penjual dan pembeli jika mereka
tidak membuang sampah pada tempatnya.

55
56
Gambar 4.1. Solusi Tapak Pasar

Gambar 4.3. Solusi Toilet

Gambar 4.2. Solusi Masjid

57
Gambar 4.5. Solusi Trotoar

Gambar 4.4. Solusi Sirkulasi Jalan

Gambar 4.4. Solusi Trotoar

58
59
Hendri Ma’ruf. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rizal, M. 2011. Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan (Studi kasus pada Kelurahan Boya, Kecamatan Banawa,
Kabupaten Donggala). Jurnal SMARTek. 9 (2), 155-172.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN, PENYEDIAAN, DAN
PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA JARINGAN PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 49/M-dag/Per/12/2010 tentang petunjuk teknis penggunaan
dana alokasi khusus (DAK) bidang sarana perdagangan tahun anggaran 2011
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang pasar
Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1005 Tahun 2014 tentang Harga Sewa Parkir dan Petunjuk Teknis Pengelolaan
Perparkiran di Gedung dan Pelataran Parkir
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Standar Nasional Indonesia Nomor 8152 Tahun 2015 tentang Pasar Rakyat
Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

60

Anda mungkin juga menyukai