Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

JALAN BERKESELAMATAN
(STUDI KASUS RUAS JALAN EMI SAELAN – JALAN I
GUSTI NGURAH RAI – JALAN PADANJAKAYA)

Dikerjakan Oleh :
KELOMPOK I
1. Fahmi Rahmayanti Rahman M. – F 112 21 003
2. Musdalifah – F 112 21 005
3. Agusalim S Yabasa – F 112 21 006

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Jalan 3
2.2. Klasifikasi Jalan 3
2.3. Bagian – Bagian Jalan 5
2.4. Fungsi Laik Jalan 7
2.5. Konsep Jalan Berkeselamatan 9
2.6. Faktor – Faktor Penyebab kecelakaan 12
BAB 3 PEMBAHASAN 14
3.1. Lokasi Penelitian 14
3.2. Kondisi Lokasi Penelitian 14
3.3. Analisis Ruas Jalan Emi Saelan 18
3.4. Analisis Ruas Jalan I Gusti Ngurah rai 24
3.5. Analisis Ruas Jalan Padanjakaya 30
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 40
4.1. Kesimpulan 40
4.2. Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bagian – bagian jalan 6


Gambar 2.2. Lima Pilar Berkeselamatan 10
Gambar 2.3. Faktor Penyebab Kecelakaan 12
Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian 14
Gambar 3.2. Kondisi Lokasi penelitian 15
Gambar 3.3. Gambar Diagram Waktu Siklus 16
Gambar 3.4. Lubang Pada Bahu Jalan Ruas emi saelan 18
Gambar 3.5. Perbedaan Tinggi Badan jalan dan bahu jalan 19
Gambar 3.6. Selokan 19
Gambar 3.7. Parkir 20
Gambar 3.8. Lampu Penerangan 20
Gambar 3.9. Rambu yang tertutupi pohon 21
Gambar 3.10. Marka jalan Emi Saelan 21
Gambar 3.11. Tanaman 22
Gambar 3.12. Lubang 22
Gambar 3.13. Kondisi Utilitas 23
Gambar 3.14. Kondisi Perkerasan Jalan 24
Gambar 3.15. Dinding penghalang pada bahu 25
Gambar 3.16. Saluran terbuka dan selokan 25
Gambar 3.17. Parkir dibadan jalan I Gusti Ngurah Rai 26
Gambar 3.18. Lampu penerangan 26
Gambar 3.19. Rambu lalu lintas 27
Gambar 3.20. Marka Jalan 27
Gambar 3.21. Tanaman 28
Gambar 3.22. Trotoar Eksisting 28
Gambar 3.23. Jembatan 29
Gambar 3.24. Bahu dan utilitas 29

iii
Gambar 3.25. Kondisi Eksisting 30
Gambar 3.26. Kondisi Bahu jalan 31
Gambar 3.27. Drainase 32
Gambar 3.28. Parkir Pada bahu jalan 32
Gambar 3.29. Lampu Penerangan 33
Gambar 3.30. Rambu 33
Gambar 3.31. Kondisi Eksisting 34
Gambar 3.32. Kondisi median 35
Gambar 3.33. Kondisi Leaning 36
Gambar 3.34. Bangunan Pelintas 36
Gambar 3.35. Jaringan Pipa Air Bersih 37
Gambar 3.36. Kondisi badan jalan 38
Gambar 3.37. Kondisi Badan jalan yang retrak 38
Gambar 3.38. Kondisi Badan jalan berlubang 39

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Waktu Traffic light 16
Tabel 3.2 Kondisi Geometrik Jalan 17
Tabel 3.3 Kondisi Lingkungan 17

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia transportasi saat ini semakin berkembang pesat, hal ini

ditandai dengan adanya penambahan jumlah kenderaan setiap tahunnya. Transportasi

di darat memerlukan lintasan berupa jalan, kondisi jalan harus dipelihara secara

berkesinambungan agar fungsi jalan dapat terlaksanan secara optimal dan dapat

mewujudkan ruas jalan yang berkeselamatan.

Jalan yang berkeselamatan menjadi perhatian yang mendesak di negara

berkembang. Perhatian mendesak ini dikarenakan tingginya angka kecelakaan di jalan

akibat penyediaan jaringan jalan yang kadang tidak memenuhi persyaratan yang baik.

Keselamatan lalu lintas sangat erat hubungannya dengan perwujudan jalan yang

berkeselamatan, seiring berjalannya waktu pertumbuhan kenderaan bermotor

khususnya sepeda motor semakin meningkat namun budaya keselamatan yang belum

ada menyebabkan angka kecelakaan lalu lintas ikut meningkat.

Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian di jalan raya yang tidak

terduga dan tidak dapat disangka kapan terjadinya dan dimana lokasi kejadiannya

yang dapat menyebabakan kerugian materiil yaitu korban jiwa. Kecelakaan lalu lintas

umumnya disebabkan oleh berbagai faktor penyebab seperti pelanggaran atau

tindakan tidak hati hati pengguna jalan (pengemudi dan pejalan kaki), kondisi jalan,

1
kondisi kenderaan, cuaca dan pandangan yang terhalang. Pelanggaran lalu lintas yang

cukup tinggi serta kepemilikan kenderaan pribadi yang semakin meningkat menjadi

pemicu terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kematian atau cedera akibat kecelakaan lalu

lintas bukan hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat namun juga memberi

beban kerugian ekonomi yang besar bagi negara dan masyarakat, dengan mengurangi

kecelakaan lalu lintas dijalan, tidak hanya akan menolong individu dan keluarganya

namun juga konstribusi positif bagi perekonomian suatu negara, dari uraian ini maka

kami dari kelompok 1 akan mengangkat topik makalah mengenai Jalan

Berkeselamatan Pada Ruas Jalan Emi Saelan – Jalan I Gusti Ngurah Rai dan

Ruas Jalan Padanjakaya Kota Palu.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini yaitu bagaimana tingkat

keselamatan jalan yang terjadi pada ruas jalan Emi Saelan – jalan I Gusti Ngurah Rai

dan Jalan Padanjakaya di Kota Palu Sulawesi Tengah.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tingkat keselamatan jalan pada

ruas jalan Emi Saelan – jalan I Gusti Ngurah Rai dan Jalan Padanjakaya di Kota Palu

Sulawesi Tengah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

lintas, yang berada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan

tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api dan jalan kabel

(UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan).

2.2. Klasifikasi Jalan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang

jalan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang

jalan menjelaskan jalan umum di Indonesia terbagi berdasarkan sistem jaringan jalan,

fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.

Berdasarkan fungsinya jalan di klasifikasikan menjadi :

1) Jalan Arteri (Arterial Road), yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah

jalan masuk dibatasi secara daya guna.

2) Jalan Kolektor (Collector Road), yaitu jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,

kecepatan rata-rata sedang, dan jalan masuk dibatasi.

3
3) Jalan Lokal (Local Road), yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah, dan

jalan masuk tidak dibatasi.

4) Jalan Lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

lingkungan dengan ciri perjalanan jarak pendek dan kecepatan rata-rata rendah.

Menurut Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga klasifikasi jalan juga dibedakan

berdasarkan peranan dan sistem jaringan jalan adalah sebagai berikut :

1) Sistem Primer

a. Jalan Arteri Primer : menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak

berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota

jenjang kedua.

b. Jalan Kolektor Primer : menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota

jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

c. Jalan Lokal Primer : menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil,

atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau

menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga dengan

kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota

dibawah jenjang ketiga sampai persil.

2) Sistem Sekunder

a. Jalan Arteri Sekunder : menghubungkan kawasan primer dengan kawasan

sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan

kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu


4
dengan kawasan sekunder kedua.

b. Jalan Kolektor Sekunder : Menghubungkan kawasan sekunder kedua

dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder

kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

c. Jalan Lokal Sekunder : menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan

perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan,

kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

2.3. Bagian – Bagian jalan

Menurut Undang – undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2004, bagian –

bagian jalan seperti berikut :

1) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)

Ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi

jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi serta ambang pengamannya. Badan

jalan meliputi jalur lalu-lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dengan bahu jalan,

termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian yang

paling luar dari manfaat jalan dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan

jalan.

2) Ruang Milik Jalan (Rumija)

Ruang milik jalan adalah sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan yang

masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang

milik jalan yangdimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasankeamanan

5
pengguna jalan antara lain untuk keperluanpelebaran ruang manfaat jalan pada masa

yang akan datang.

3) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)

Ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik

jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu

pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak

cukup luas dan tidak mengganggu fungsi jalan.

Gambar 2.1 Bagian Bagian Jalan


(Sumber : Permen PU NO. 19/PRT/M/2011)

6
2.4. Laik Fungsi Jalan

Pasal 8 Undang Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan kelaikan fungsi jalan harus sesuai dengan

standar keamanan dan keselamatan berlalu lintas termasuk perbaikan geometrik jalan.

Pasal 102 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.34 Tahun 2006 membagi

Laik Fungsi jalan menjadi menjadi 2 (dua) kriteria yaitu :

1) Laik fungsi teknis.

Laik Fungsi Teknis memenuhi persyaratan teknis berikut berikut :

a. Teknis struktur perkerasan jalan;

b. Teknis struktur bangunan pelengkap jalan;

c. Teknis geometri jalan;

d. Teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan;

e. Teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas;

f. Teknis perlengkapan jalan.

2) Laik fungsi secara administratif adalah jalan yang memenuhi persyaratan

administratif sebagai berikut :

a. Memenuhi persyaratan administrasi perlengkapan jalan;

b. Status jalan;

c. Kelas jalan;

d. Kepemilikan tanah ruang milik jalan;

e. Leger jalan;

f. Dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).


7
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Kelaikan Fungsi Jalan menjelaskan Prosedur uji laik secara teknis dan

administratif. Sementara Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011

tentang Persyaratan Teknis Jalan dan kriteria Perencanaan Teknis Jalan mengatur

Perencanaan Teknis jalan dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan dan

tersedianya jalan yang berkeselamatan.

Pasal 3 Permen PU No. 19/PRT/M/2011 membagi Persyaratan teknis Jalan

dengan beberapa persyaratan teknis:

1) Kecepatan rencana;

2) Lebar badan jalan;

3) Kapasitas jalan;

4) Jalan masuk;

5) Persimpangan sebidang;

6) Bangunan pelengkap jalan;

7) Perlengkapan jalan;

8) Penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya;

9) Ketidak terputusan jalan.

Pasal 22 Undang Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan Laik fungsi jalan merupakan pengendalian dan

pemanfaatan ruang bagian jalan. Adapun pemanfaatan ruang bagian jalan menurut

Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 Ruang Manfaat Jalan terdiri dari

badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.


8
Pasal 25 Undang Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan fasilitas perlengkapan jalan berkeselamatan

adalah:

1) Rambu Lalu Lintas;

2) Marka Jalan;

3) Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

4) Alat penerangan Jalan;

5) Alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;

6) Alat pengawasan dan pengamanan Jalan;

7) Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan

8) Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada di

Jalan dan di luar badan Jalan.

2.5. Konsep Jalan Berkeselamatan

Jalan berkeselamatan adalah suatu jalan yang didesain dan dioperasikan

sedemukian rupa sehingga jalan tersebut :

- Dapat memberikan lingkungan untuk kecepatan aman, memperingatkan

pengemudi akan adanya elemen-elemen jalan yang dibawah standar atau yang

tidak biasa,

- Menginformasikan pengemudi akan berbagai kondisi yang akan dijumpai,

- Memandu pengemudi melewati suatu segmen jalan yang akan memiliki elemen

jalan yang tidak umum,

- Mengendalikan jalur yang dilalui pengemudi pada saat ada percabangan jalan,
9
- Memaafkan kesalahan atau perilaku yang tidak pantas dari pengemudi pada saat

menegemudiakan kendaraanya,

- Tidak memberikan kejutan-kejutan pada pengemudi dalam hal desain atau

pengendalian lalu lintas tersebut,

- Memberikan informasi- informasi yang sesuai dengan kapasitas mencerna

informasi dari manusia,

- Memberikan informasi yang berulang, jika diperlukan untuk menekankan adanya

potensi bahaya yang akan ditemui pengemudi.

5 (Lima) Pilar yang mencerminkan pemikiran sistem berkeselamatan yaitu :

1) Pilar 1 – Manajemen keselamatan Jalan

2) Pilar 2 – Jalan yang berkeselamatan

3) Pilar 3 – Kenderaan yang berkeselamatan

4) Pilar 4 – Pemakai jalan yang berkeselamatan

5) Pilar 5 – Tanggap darurat pasca tabrakan

Gambar 2.2 Lima pilar berkeselamatan


(Sumber : Dirjen Bina Marga, 2012)

10
Menurut Djoko Muryanto, 2012, panduan teknis 1 rekayasa keselamatan jalan,

Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, jalan berkeselamatan adalah suatu

jalan yang didesain dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga jalan tersebut dapat

menginformasikan, memperingatkan dan memandu pengemudi melewati suatu segmen

jalan yang mempunyai elemen yang tidak umum. Untuk mewujudkan ruas jalan yang

berkeselamatan ada 3 aspek yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan tersebut :

1) Forgiving Road yaitu Penyedia infrakstruktur jalan yang mampu meminimalisir

kesalahan pengguna jalan sehingga meminamalisir tingkat keparahan korban

akibat kecelakaan dan bisa memaafkan pengguna jalan yang lalai. Perancang jalan

tidak hanya memenuhi aspek geometrik saja tetapi juga mmemenuhi kelengkapan

bangunan lainnya yang mendukung keselamatan dan mampu menggarahkan

pengguna jalan agar tetap berada pada jalurnya kalaupunterjadi kecelakaan tidak

menimbulkan korban fatal

2) Self Explaining Road : yaitu penyediaan infrakstruktur jalan yang mampu

memandu pengguna jalan tanpa ada komunikasi. Perancang jalan menggunakan

aspek keselamatan yang maksimal pada geometrik, desain jalan, serta elemen –

elemen yang mudah dicerna sehingga dapat membantu pengguna jalan untuk

memngetahui situasi dan kondisi segmen jalan berikutnya

3) Self Enforcement : yaitu penyediaan infrakstriktur jalan yang mampu menciptakan

kepatuhan dari para pengguna jalan tanpa adanya peringatan kepada pengguna

jalan tersebut. Perancang jalan memenuhi desain perlengkapan jalan yang

maksimal, perengkapan jalan seperti rambu dan marka mampu menendalikan


11
pengguna jalan untuk tetap berada dijalurnya . selain itu juga harus mampu

mengendalikan pengguna jalan untuk memenuhi kecepatan dan jarak antar

kenderaan.

2.6. Faktor – Faktor Penyebab Kecelakaan

Sistem transportasi jalan terdiri dari tiga komponen utama yaitu pengguna jalan

(Manusia), kenderaan dan jalan termasuk lingkungan disekitarnya, masing masing

faktor dapat berkontribusi pada terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Gambar 2.3 faktor prnyebab kecelakaan


(Sumber : Dirjen Bina Marga, 2012)

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas

dijalan raya di kelompokkan sebagai berikut :

1) Faktor Manusia (Human Factor)

Faktor manusia juga merupakan penyebab kecelakaan karena dipengaruhi oleh

perilakunya, diantaranya pengemudi dan pejalan kaki.


12
2) Faktor Kenderaan

Kenderaan menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dikendalikan

misalnya rem blong, rusak mesin, kelebihan muatan, sistem lampu kenderaan

yang kadang menyilaukan.

3) Faktor Jalan

Faktor jalan juga memberikan pengaruh yang besar terhadap kecelakaan

misalnya lebar alinyemen jalan yang sempit dan perkerasan bahu jalan

4) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kecelakaan misalnya penyeberangan jalan

baik manusia maupun hewan

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berlokasi pada ruas Jalan Emi Saelan – Jalan I Gusti Ngurah

Rai dan Jalan Padanjakaya Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian


(Sumber : Google Earth, 2022)

3.2. Kondisi Lokasi Penelitian

Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi lokasi yang diteliti,

meliputi kondisi lalu lintas, kondisi geometrik dan kondisi lingkungan sebagai berikut

14
1) Kondisi lalu lintas

Kondisi Lalu Lintas Pada ruas jalan Emi Saelan – Jalan Igusti Ngurah Rai dan

jalan Padanjakaya dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Kondisi Lokasi penelitian


(Sumber : Analisis Data, 2022)

Komposisi Lalu Lintas

a. Kendaraan ringan (LV), yaitu kendaraan bermotor beroda empat dengan

dua gandar berjarak 2,0 – 3,0 m (termasuk mobil penumpang, mikro bis dan

pick up).

15
b. Kendaraan berat (HV), yaitu kendaraan bermotor dengan dua gandar

berjarak lebih dari 3,5 m, biasanya beroda lebih dari empat (termasuk bis,

truck 2 as, truck 3 as dan truck kombinasi).

c. Sepeda motor (MC), yaitu kendaraan beroda dua atau tiga.

Pengaturan arus lalu lintas yang digunakan pada ruas Emi Saelan dan Ruas I Gusti

Ngurah Rai adalah dengan traffic light yang menggunakan tiga warna serta

dioperasikan dengan cara kendali waktu tetap sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

Tabel 3.1 . Waktu Traffic Light

Sumber : Analisis Data 2022

Traffic Light Jalan Emi Saelan

Traffic Light Jalan I Gusti Ngurah Rai

Gambar 3.3 Gambar diagram waktu siklus Traffic Light


(Sumber : Analisis Data, 2022)

16
2) Kondisi Geometrik dan kondisi Lingkungan

Kondisi Geometrik jalan Emi Saelan – Jalan I Gusti Ngurah rai serta jalan

Padanjakaya dapat dilihat dalam bentuk sketsa dan tabel yang memberikan gambaran

informasi lebar jalan, lebar bahu, lebar trotoar dan penunjuk arah, informasi ini

diperoleh dari survey lapangan.

Tabel 3.2 . Kondisi Geometrik Jalan

(Sumber : Analisis Data, 2022)

Kondisi lingkungan jalan Emi Saelan – Jalan I Gusti Ngurah Rai serta jalan

padanjakaya sangat ramai dikarenakan pada kawasan tersebut terdapat daerah

pemukiman, pertokoan, bengkel, apotiek, rumah makan, café.

Tabel 3.3 . Kondisi Lingkungan

(Sumber : Analisis Data, 2022)

17
3.3. Analisis Jalan Berkeselamatan Ruas jalan Emi Saelan

Jalan Emi Saelan Merupakan Jalan Arteri Primer, tidak memiliki median, ukuran

lebar bahu jalan di kanan dan kiri jalan 1,5 meter dengan lebar jalan 14 meter.

1) Bahu Jalan

Pada bahu jalan terdapat main hole tanpa penutup dan batu besar , hal ini dapat

membahayakan pengendara motor dan pejalan kaki.

Gambar 3.4 Lubang Pada Bahu jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

Antara ujung tepi badan jalan dengan bahu jalan memliki perbedaan tinggi lebih

dari 10 cm sehingga penggendara sepeda motor mudah terpeleset dan jatuh saat

turun ke bahu jalan dan tambah lagi dengan banyaknya lubang lubang serta batu

besar disekitar bahu jalan.

18
Gambar 3.5 Perbedaan tinggi badan jalan dan bahu jalan
(Sumber : Hasil Survey, 2022)

2) Saluran Drainase

Selokan tertimbun dan dipenuhi oleh sampah

Gambar 3.6 Selokan Tertimbun sampah


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

19
3) Parkir (Lebar Jalur Kiri)

Banyaknya kenderaan yang parkir dibadan jalan sehingga membuat sempit ruang

badan jalan sehingga menganggu kelancaran arus lalu lintas di jalan tersebut.

Gambar 3.7 Parkir di badan jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

4) Lampu Penerangan

Ruas jalan emi saelan dilengkapi dengan lampu penerangan malam hari yang

diletakan tepat ditepi badan jalan

Gambar 3.8 Lampu Penerangan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

20
5) Standar Rambu

Ruas jalan Emi Saelan dilengkapi dengan rambu rambu lalu lintas akan tetapi

penempatannya yang susah terlihat oleh pengendara di karenakan posisi rambu

yang tertutupi oleh pohon dan juga rambu yang posisinya sudah miring. Hal ini

dapat menyebabkan kecelakaan dijalan tersebut

Gambar 3.9 Rambu yang tertutupi pohon


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

6) Standar Marka

Marka jalan masih lengkap meskipun ada beberapa titik yang mulai pudar

Gambar 3.10 Marka Jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

21
7) Keberadaan Tanaman

Keberadaan tanaman yang menutupi sebagian rambu rambu jalan, serta banyak

tanaman yang ditanam/tumbuh pada bahu jalan ataupun diatas trotoar.

Gambar 3.11 Tanaman


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

8) Trotoar

Banyak Lubang yang dalam di sekitar trotoar ada yang di tutupi dengan kayu,

besi dan ada yang tidak di tutupi, hal ini sangat berbahaya yang bisa menimbulkan

kecelakaan terutama terhadap pengguna kenderaan bermotor dan pejalan kaki.

Gambar 3.12 Lubang


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

22
9) Bangunan Pelengkap Jalan

Pada ruas jalan ini terdapat sebuah jembatan dengan bentang 18 m dengan kondisi

yang baik, saluran drainase merupakan saluran tertutup dimana bagian atasnya

terdapat trotoar.

Pada bagian trotoar banyak terdapat bangunan utilitas berupa tiang listrik, rambu-

rambu yang terpasang sehingga pejalan kaki cenderung berjalan di badan jalan

yang dapat memberikan potensi kecelakaan menjadi lebih besar.

Gambar 3.13 kondisi utilitas pada Jl. Emi Saelan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

Pada salah satu lengan simpang bersinyal terdapat papan reklame besar yang

berpotensi menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas.

23
10) Kondisi Permukaan Jalan

Pada ruas jalan ini kondisi permukaan jalan sebagian besar dalam kondisi yang

sangat baik sehingga arus lalu lintas tidak terganggu dan potensi terjadinya

kecelakaan yang diakibatkan oleh rusaknya kondisi permukaan sangat kecil.

Gambar 3.14 Kondisi Perkerasan Jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

3.4. Analisis Ruas jalan I Gusti Ngurah Rai

1) Bahu Jalan

Pada bahu jalan terdapat main hole tanpa penutup, di beberapa titik terdapat

dinding yang menjorok sampai badan jalan hal ini dapat membahayakan

kendaraan dan pejalan kaki karena cenderung membuat pejalan kaki masuk

kebadan jalan.

24
Gambar 3.15 Dinding penghalang pada bahu jalan
(Sumber : Hasil Survey, 2022)

2) Saluran Drainase

Pada sisi kiri ruas terdapat banyak saluran terbuka yang berbahaya pada

pengemudi khusunya di daerah yang padat kendaraan, terdapat pula selokan

tertimbun dan dipenuhi oleh sampah

Gambar 3.16 Saluran terbuka dan Selokan yang tertimbun sampah


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

25
3) Parkir

Banyaknya kenderaan yang parkir dibadan jalan sehingga membuat sempit ruang

badan jalan sehingga menganggu kelancaran arus lalu lintas di jalan tersebut. Hal

ini diakibatkan pada ruas ini terdapat sekolah dasar dan puskesmas.

Gambar 3.17 Parkir di badan jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

4) Lampu Penerangan

Ruas jalan Ngurah Rai dilengkapi dengan lampu penerangan untuk malam hari

akan tetapi sebagian besar lampu jalan tersebut banyak terhalang oleh dahan

pohon sehingga visibilitas pengemudi pada malam hari dapat terganggu.

Gambar 3.18 Lampu Penerangan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

26
5) Standar Rambu

Ruas jalan I Gusti Ngurah Rai sudah dilengkapi dengan rambu rambu lalu lintas

yang memadai akan tetapi posisi pemasangannya diatas trotoar jalan sehingga

menghalangi pejalan kaki.

Gambar 3.19 Rambu Lali Lintas


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

6) Standar Marka

pada ruas jalan ini marka jalan masih terlihat lengkap

Gambar 3.20 Marka Jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

27
7) Keberadaan Tanaman

Pada ruas jalan I Gusti Ngurah Rai terdapat banyak sekali pohon pada bagian sisi

kanan maupun kiri jalan yang berfusi sebagai pelindung bagi pejalan kaki, akan

tetapi karena minimnya pemangkasan yang dilakukan mengakibatkan pohon

tersebut justru menghalangi visibilitas pengendara. Pada salah satu simpang

pohon yang ada menghangi jarak pandang pendekat.

Gambar 3.21 Tanaman


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

8) Trotoar

Pada ruas jalan Ngurah Rai tidak terdapat trotoar yang memadai, pejalan kaki

lebih dominan berjalan pada bahu jalan yang ada.

Gambar 3.22 Trotoar


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

28
9) Bangunan Pelengkap Jalan

Pada ruas jalan I Gusti Ngurah Rai terdapat dua buah jembatan dengan bentang

130 m dan bentang 40 m dengan kondisi baik yang dilengkapi dengan patok

pengarah pada salah satu jalan pendekat (Oprit). Akan tetapi pada salah satu

jembatan terjadi Bottle Neck yang di atasi dengan penandaan marka akan tetapi

tidak dilengkapi dengan rambu.

Gambar 3.23 Jembatan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

Terdapat pula bangunan utilitas berupa tiang listrik maupun rambu-rambu yang

terpasang pada bahu jalan.

Gambar 3.24 Bahu dan Utilitas


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

29
10) Kondisi Permukaan Jalan

Pada ruas jalan ini kondisi permukaan jalan sebagian besar dalam kondisi yang

sangat baik sehingga arus lalu lintas lancar dan tidak terganggu.

Gambar 3.25 Kondisi Eksisting Permukaan Jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

3.5. Analisis Ruas Jalan Padanjakaya

Pada jalan padanjakaya memiliki ruas sepanjang 1940 m lebar badan jalan 7 m

dengan bahu bervariasi antara 1,5 m s/d 2 m.

1) Bahu Jalan

Pada ruas ini banyak terdapat bahu jalan yang beralur dan tidak memiliki

kemiringan melintang yang layak serta di beberapa titik banyak terdapat

30
tumpukan material. Tepi antara join perkerasan dan bahu memiliki beda tinggi

lebih besar dari 10 cm hal ini berbahaya bagi pengendara sepeda motor apabila

melintas di bagian tepi perkerasan

Gambar 3.26 Kondisi bahu jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

2) Saluran Drainase

Pada sisi kanan sepanjang ruas terdapat saluran terbuka dengan dimensi lebar

atas 1,2 m tanpa ada pengaman hal ini berpotensi dapat memperparah kondisi

pada saat terjadinya kecelakaan.

31
Gambar 3.27 Drainase dengan sistem Saluran terbuka
(Sumber : Hasil Survey, 2022)

3) Parkir

Di beberapa titik terdapat kendaraan kendaraan yang melakukan parkir pada

bahu jalan tetapi tidak menggangu secara signifikan

Gambar 3.28 Parkir pada bahu jalan


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

32
4) Lampu Penerangan

Pada jalan padanjakaya ini lampu penerangan banyak terpasang pada sisi kanan

dengan jarak antara 50 meter sampai dengan 100 meter sehingga di harapkan

visibilitas pengemudi pada malam hari dapat tercapai.

Gambar 3.29 Lampu Penerangan pada jl. Padanjakaya


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

5) Standar Rambu

Belum memadainya rambu rambu lalu lintas, sepanjang ruas ini hanya terdapat

3 buah rambu lalu lintas yang ada baik rambu petunjuk, perintah dan lain-lain.

Gambar 3.30 Rambu Jl. Padanjakaya


(Sumber : Hasil Survey, 2022)
33
6) Standar Marka

Pada ruas jalan Padanjakaya ini berdasarkan hasil inventarisasi/survey

lapangan yang dilakukan, ditemukan bahwa pada ruas jalan ini belum terdapat

sama sekali marka jalan, hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab

kecelakaan lalu lintas yang ada.

Gambar 3.31 Kondisi Eksisting Ruas Jalan Padanjakaya


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

7) Keberadaan Tanaman

Keberadaan pepohonan atau pun tanaman pada ruas jalan padanjakaya tidak

menjadi salah satu unsur untuk penyumbang kecelakaan, selain karena bahu

jalan eksisting yang cenderung lebar pada ruas ini juga minim terdapat

34
pepohonan yang dapat menggangu jarak pandang henti maupun jarak pandang

mendahului.

8) Trotoar

Tidak terdapat trotoar pada ruas jalan ini, akan tetapi terdapat median pada awal

ruas sepanjang 20 m pada saat malam hari median ini dapat tidak terlihat bagi

pengendara roda 4 dan roda 2 sehingga dapat membahayakan keselamatan

pengemudi apabila menabrak median tersebut.

Gambar 3.32 Kondisi Median Eksisting Ruas Jalan Padanjakaya


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

35
9) Bangunan Pelengkap Jalan

Pada ruas jalan padanjakaya terdapat beberapa bangunan pelintas seperti

Duickert Plat yang dimana memiliki leaning yang menjorok kedalam badan

jalan sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

Gambar 3.33 Kondisi Leaning Bangunan Pelintas


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

Pada salah satu simpang terdapat box culvert yang tidak memiliki leaning serta

bahu jalan yang beralur di tambah lagi pemasangn tiang listrik tepat pada tepi

badan jalan sehingga dapat membahayakan pengemudi.

Gambar 3.34 Bangunan Pelintas


(Sumber : Hasil Survey, 2022)
36
Terdapat pula galian utilitas berupa pipa air bersih yang terbuka menambah

potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi semakin besar.

Gambar 3.35 Jaringan Pipa Air Bersih


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

10) Kondisi Permukaan Jalan

Kondisi permukaan perkerasan aspal pada ruas jalan padanjakaya banyak

terjadi rutting, deformasi memanjang, bleeding serta retak, pada salah satu

stasioner terdapat lubang pada badan jalan sehingga pengemudi cenderung

melewati lajur jalan sebelah kanan, potensi tabrakan kendaraan semakin besar

37
Gambar 3.36 Kondisi Badan Jalan yang amblas dan Bleeding
(Sumber : Hasil Survey, 2022)

Gambar 3.37 Kondisi Badan Jalan Padanjakaya retak dan berlubang


(Sumber : Hasil Survey, 2022)

38
Gambar 3.38 Kondisi eksisting Badan Jalan Padanjakaya berlubang
(Sumber : Hasil Survey, 2022)

39
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab sebelumnya dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1) Pada ruas jalan Emi Saelan terdapat banyak pelanggaran terhadap pedoman

penempatan utilitas pada daerah Rumija (Ruang Milik Jalan)

2) Pada sebagian ruas jalan I Gusti Ngurah Rai visibilitas pengemudi terganggu

terutama pada malam hari hal ini diakibatkan pencahayaan lampu jalan

eksisting terhalangi oleh dahan – dahan pohon yang rindang, kemudian

terdapat salah satu simpang yang tidak memiliki jarak pandang pendekat.

3) Untuk ruas jalan padanjakaya banyak terdapat kondisi perkerasan yang

berlubang dan bergelombang terdapat pula di beberapa tempat elevasi bahu

jalan terhadap elevasi tepi perkerasan sangat timpang, hal seperti ini cukup

berbahaya bagi pengendara roda dua.

4) Kondisi ketiga Ruas Jalan eksisting yang ditinjau yaitu Ruas Jalan Emi

Saelan, Ruas Jalan I Gusti Ngurah Rai dan Ruas Jalan Padanjakaya masih

cenderung belum memenuhi untuk mewujudkan konsep ruas jalan yang

berkeselamatan.

40
4.2. Saran

Perlu adanya peninjauan kembali oleh Penyedia infrakstruktur jalan (pemerintah)

terhadap penyebab kecelakaan pada ketiga ruas jalan yang ditinjau baik aspek

geometrik, aspek perkerasan maupun aspek harmonisasi. Sehingga, diharapkan

ruas jalan tersebut mampu meminimalisir kesalahan pengguna jalan sehingga

meminamalisir tingkat keparahan korban akibat kecelakaan dan bisa memaafkan

pengguna jalan yang lalai.

41
DAFTAR PUSTAKA

Australian Transport Council (ATC). 2011. “National Road Safety Strategy 2011-2020
“ Department of Infrastructure and Transport, Australia.
Coffman. J.S.Z. and Warren. D. 1998. “ Synthesis of Safety Research Related to Speed
and Speed Management “. Publication No. FHWA-RD-98-154.
Direktorat Jendral Bina Marga 2012, “Panduan Teknis 1 Rekayasa keselamatan Jalan”.
Departemen Kementrian Umum, Jakarta
Febri Andrian. 2018. “Perencanaan Jalan Berkeselamatan di Kabupaten Kendal”.
Fakultas Teknik Sipil Institute Teknologi Sepuluh November, Surabaya
Mulyono. 2013. “Tuntutan Jalan Berkeselamatan Dan Berkepastian Hukum Untuk
Mendukung Kelaikan Fungsi Jalan Daerah”. Kementrian Pekerjaan Umum,
Direktorat Bina Marga .
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/ PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Kelaikan Fungsi Jalan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

42

Anda mungkin juga menyukai