Anda di halaman 1dari 12

15. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 1250.

K/DIR/2014 tentang Kebijakan


Akuntansi;
16. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0015.P/DIR/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja PT PLN (Persero).

Memperhatikan : Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Di Luar Rapat (Sirkuler) Nomor 139/DIR/2015 tentang
Pembagian Tugas dan Wewenang Serta Tempat Kedudukan Anggota Direksi PT PLN
(Persero).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN


DAN PENGENDALIAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO)

Pasal 1
Ketentuan Umum

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Anggaran Investasi (AI) adalah


adalah anggaran yang dialokasikan untuk melaksanakan program kerja yang
dituangkan dalam satuan Rupiah dan dikeluarkan untuk memperoleh aktiva baru yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dari aktiva yang
sudah ada atau program lain yang menurut Kebijakan Akuntansi Perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai
aktivitas investasi.
2. Anggaran Investasi Lanjutan adalah anggaran yang dialokasikan untuk program kegiatan investasi yang
sudah terkontrak namun belum selesai pada tahun anggaran sebelumnya dikurangi dengan realisasi
pembayaran pada tahun sebelumnya.
3. Anggaran Investasi Murni adalah anggaran yang dialokasikan untuk program kegiatan investasi yang
proses pengadaannya dilaksanakan pada tahun berjalan dengan menggunakan anggaran tahun berjalan.
4. Anggaran Investasi Rutin Konstruksi adalah anggaran yang digunakan untuk kegiatan rutin pada Unit Induk
Pembangunan yang terdiri dari biaya kepegawaian, biaya pemeliharaan, biaya administrasi dan biaya
penyusutan.
5. Anggaran Kas Operasi (AKO) adalah pagu anggaran kas (tunai) dalam nilai Rupiah untuk melaksanakan
program kegiatan operasi selama 1 (satu) tahun anggaran.
6. Anggaran Kas Investasi (AKI) adalah pagu anggaran kas (tunai) dalam nilai Rupiah untuk melaksanakan
program kegiatan investasi selama 1 (satu) tahun anggaran yang didanai dengan Anggaran PLN (APLN).
7. Anggaran Kas Bulanan (AKB) adalah pagu AKO dan AKI selama 1 (satu) tahun yang dirinci berdasarkan
berdasark an
kebutuhan bulanan.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah melalui
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) untuk pembangunan sektor ketenagalistrikan.
9. Anggaran PLN (APLN) adalah dana yang bersumber dari kegiatan operasi dan non operasi Perusahaan,
Penyertaan Modal Pemerintah, dan pinjaman yang diperoleh PLN dari pihak lain tetapi tidak termasuk
Subsidiary Loan Agreement.
10. Anggaran Operasi (AO) adalah anggaran yang
yang dialokasikan untuk melaksanakan program kerja operasi
dalam satuan Rupiah dan dibebankan ke dalam perhitungan laba rugi tahun berjalan.
11. Aplikasi Anggaran Keuangan yang selanjutnya disebut (A2K) adalah aplikasi komputer ( software)
software) yang
digunakan dalam proses pengalokasian dan pemberian pagu anggaran kas yang mencakup anggaran kas
operasi dan anggaran kas investasi.
12. Aplikasi Sistem Informasi Perencanaan dan Pengendalian Anggaran
Anggaran yang selanjutnya disebut (SIP2A)
adalah aplikasi berbasis COGNOS TM1 yang terintegrasi dengan Aplikasi SAP/ERP dan A2K sehingga
proses perencanaan dan pengendalian anggaran serta konsolidasi laporan keuangan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien, yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengendalian anggaran.
13. Anak perusahaan
perusahaan PLN adalah perusahaan yang sahamnya lebih dari 50 % (lima puluh persen) dimiliki oleh
PLN.
17. Direksi adalah
adalah Organ PLN yang bertanggung jawab atas pengelolaan
pengelolaan perusahaan
perusahaan sesuai
sesuai dengan
dengan maksud
dan tujuan Perseroan yang terdiri dari seorang Direkt ur Utama sebagai pimpinan dengan beberapa Direktur
sebagai anggota, dalam batasan yang ditentukan oleh Undang-undang Perseroan Terbatas dan/atau
Anggaran Dasar PLN.
18. Divisi Pembina adalah Divisi yang melakukan pembinaan
pembinaan terhadap perencanaan dan pengendalian RKA
Unit Induk.
19. Divisi Teknis adalah
adalah Divisi yang memiliki kompetensi teknis sesuai
sesuai fungsi dan
dan tugasnya untuk mengevaluasi
RKA Unit Induk.
20. General Manager adalah sebutan pemangku jabatan struktural yang memiliki kewenangan dan sebagai
penanggung jawab Unit Induk;
21. Hibah Tunai adalah Pembiayaan oleh Pihak Ketiga atas asset/non asset yang
yang akan diserahkan kepada
kepada PLN
dengan sukarela tanpa syarat atau imbalan yang harus dipenuhi PLN baik sekarang maupun yang akan
datang.
22. Kantor Pusat adalah pusat organisasi PLN.
23. Kajian Kelayakan Proyek (KKP) adalah evaluasi untuk menilai kelayakan suatu program investasi yang
yang di
dalamnya mencakup Kajian Kelayakan Operasi (KKO), Kajian Kelayakan Finansial (KKF), dan Kajian
Risiko.
24. Kepala Divisi adalah sebutan jabatan struktural 1 (satu) lebel di bawah Direksi yang memiliki kewenangan
dan sebagai penanggung jawab Divisi yang dipimpinnya.
25. Komisioning adalah kegiatan yang
yang terkait dengan uji coba peralatan/sistem ketenagalistrikan baru untuk
mengetahui kesesuaian unjuk kerja dengan desain awal sebelum secara teknis maupun administrasi
diterima dan dioperasikan oleh PLN.
26. Lembar Kerja
Kerja Anggaran Investasi (LKAI) adalah uraian kegiatan investasi yang
yang terdiri dari nomor kegiatan
sesuai Program Rencana Kerja (PRK), deskripsi kegiatan, nilai Anggaran Investasi (AI) dalam satuan
Rupiah, realisasi pembayaran di tahun sebelumnya, prediksi pembayaran tahun berjalan, nilai Anggaran
Kas Investasi (AKI) dan sumber pendanaannya.
27. Lembaran Kerja Anggaran Operasi (LKAO) adalah uraian kegiatan operasi berikut dengan nilai
nilai anggaran
dalam Rupiah dari masing-masing program dan disertai dengan lampiran pendukungnya.
28. Migrasi adalah pengalihan AI/AKI dan/atau AO/AKO antar Unit Induk yang disebabkan kebijakan
restrukturisasi organisasi.
29. Nilai SKAI adalah pagu anggaran investasi dari setiap program investasi yang penggunaannya
penggunaannya tidak
diperkenankan melampaui pagu anggaran investasi.
30. Nilai SKAO adalah pagu anggaran operasi yang terdiri dari pagu pendapatan dan pagu biaya dimana pagu
pendapatan merupakan target minimum yang harus dicapai dan pagu biaya merupakan target maksimum
yang harus dijaga.
31. Pedoman Perencanaan dan Pengendalian Anggaran adalah prosedur, kewenangan dan tata cara yang
digunakan untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian APLN.
32. Pembelian Tenaga
Tenaga Listrik adalah biaya yang
yang dikeluarkan untuk memperoleh tenaga listrik dari pembangkit
listrik pihak lain baik Independent Power Producer (IPP), maupun excess power yang terikat perjanjian
dengan PLN.
33. Pendapatan Usaha
Usaha Lainnya adalah pendapatan di luar pendapatan yang terkait dengan penjualan tenaga
listrik antara lain pendapatan jasa telekomunikasi, pendapatan penyewaan trafo, pendapatan jasa operasi
dan pemeliharaan pembangkit.
34. Pendapatan Subsidi Listrik adalah
adalah pendapatan yang dihitung berdasarkan
berdasarkan ketentuan yang
yang khusus mengatur
tentang subsidi listrik.
35. Penugasan adalah perintah dari General Manager atau Kepala Divisi Umum selaku pemberi tugas kepada
General Manager lainnya selaku penerima tugas untuk melaksanakan program kegiatan operasi atau
investasi yang dituangkan dalam surat penugasan.
36. Persediaan adalah saldo bahan bakar minyak (BBM), batubara dan material yang tersedia di gudang, tangki
BBM dan stock pile Unit Induk pada akhir periode anggaran dan menjadi sumber daya PLN untuk kegiatan
operasi maupun investasi dalam rangka pencapaian target kinerja Unit PLN.
37. PLN adalah
adalah PT PLN (Persero) yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Sutjipto, SH Nomor 169 Tahun 1994
beserta perubahannya.
38. Program Rencana Kerja (PRK) adalah program kerja yang yang merupakan rencana kegiatan investasi dan
operasi pada periode tertentu dengan sistematika penomoran.
39. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) adalah kumpulan program
program kegiatan operasi dan investasi yang
yang terdiri
1.7.3. RKA PLN Pusat Penelitian & Pengembangan dan PLN Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan
diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Enjiniring dan Perencanaan Pengadaan untuk
selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Perencanaan Korporat kepada Direktur Keuangan.
1.7.4. RKA PLN Pusat Manajemen Konstruksi, PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan dan PLN
Pusat Sertifikasi diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Administrasi Konstruksi untuk
selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Pengadaan kepada Direktur Keuangan.
1.7.5. RKA PLN Pusat Pendidikan & Pelatihan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi
Pengembangan Talenta untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Human Capital
Management kepada Direktur Keuangan.
1.7.6. RKA Kantor Pusat diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Umum untuk selanjutnya
direkomendasikan oleh Direktur Human Capital Management kepada Direktur Keuangan.
1.7.7. Dalam pelaksanaan verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada butir 1.7.1. sampai
dengan butir 1.7.6., Kepala Divisi Pembina berkoordinasi dengan Kepala Divisi atau Satuan
Teknis terkait sesuai Tabel 3, guna melakukan klarifikasi dan meminta pertimbangan atas
program kerja maupun nilai anggaran yang akan direkomendasikan dalam RKA Unit Induk dan
Kantor Pusat.
1.8. Proses pengusulan, verifikasi, validasi, sinkronisasi dan pengesahan RKAP Anak Perusahaan adalah
sebagai berikut:
1.8.1. Direksi Anak Perusahaan menyusun usulan RKAP Anak Perusahaan yang merupakan
konsolidasi dari program dan anggaran semua entitas yang berada di bawah kendali Perseroan
dan/atau laporan keuangannya terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan Anak Perusahaan.
1.8.2. Usulan RKAP Anak Perusahaan diusulkan oleh Direksi Anak Perusahaan yang telah disetujui
oleh Dewan Komisaris Anak Perusahaan dan ditujukan kepada Direksi PLN selaku Pemegang
Saham Anak Perusahaan melalui Direktur Perencanaan.
1.8.3. Usulan RKAP Anak Perusahaan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Transaksi Tenaga
Listrik dan Kemitraan Bisnis bersama dengan Kepala Divisi lain yang ditugaskan oleh Direksi
untuk melakukan proses verifikasi dan validasi tersebut.
1.8.4. Usulan RKAP Anak Perusahaan yang sudah diverifikasi dan divalidasi selanjutnya
direkomendasikan oleh Direktur Perencanaan Korporat kepada Direktur Keuangan.
1.8.5. Usulan RKAP Anak Perusahaan sebagaimana dimaksud pada butir 1.8.4. selanjutnya dibahas
bersama oleh Kepala Divisi Transaksi Tenaga Listrik dan Kemitraan Bisnis dengan Kepala Divisi
Anggaran dan Tim RKAP untuk sinkr onisasi program dan anggaran dengan target -target PLN.
1.8.6. RKAP Anak Perusahaan selanjutnya disahkan melalui mekanisme RUPS Anak Perusahaan
berdasarkan Anggaran Dasar masing-masing Anak Perusahaan.
1.9. Usulan RKA Unit Induk dan Kantor Pusat serta RKAP Anak Perusahaan sebagaimana dimaksud pada
butir 1.7. dan 1.8. di atas, selanjutnya dibahas oleh Kepala Divisi Pembina (sesuai Tabel 2) bersama
dengan Kepala Divisi Anggaran dan Tim RKAP untuk sinkronisasi program dan anggaran dengan target-
target PLN.
1.10. Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada butir 1.9. di atas dituangkan ke dalam Berita Acara
Verifikasi & Validasi RKA Unit Induk, RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan sebagai dasar
usulan RKAP.
1.11. Kepala Divisi Anggaran melakukan konsolidasi terhadap semua usulan RKA Unit Induk, RKA Kantor
Pusat dan RKAP Anak Perusahaan menjadi draf RKAP.
1.12. Draf RKAP sebagaimana dimaksud pada butir 1.11. di datas diajukan kepada Direksi Perusahaan untuk
mendapat Persetujuan Direksi.
1.13. Draf RKAP yang telah mendapatkan persetujuan dari Direksi selanjutnya disampaikan kepada Dewan
Komisaris guna mendapatkan rekomendasi dan persetujuan.
1.14. Apabila draf RKAP tidak mendapat persetujuan dari Direksi, selanjutnya Kepala Divisi Anggaran akan
melakukan pembahasan kembali sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1.9. di atas.
1.15. Draf RKAP yang sudah mendapatkan rekomendasi dan persetujuan dari Dewan Komisaris selanjutnya
diajukan kepada Kementerian BUMN guna mendapatkan pengesahan sebagai RKAP.
1.16. Apabila draf RKAP tidak mendapat rekomendasi dan persetujuan dari Dewan Komisaris, selanjutnya
1.18. Berdasarkan alokasi pagu indikatif AO/AKO dan AI/AKI sebagaimana dimaksud pada butir 1.17. di atas,
Unit Induk dan Kantor Pusat menyesuaikan kembali RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat, selanjutnya
diusulkan kembali sesuai tahapan sebagaimana dimaksud pada butir 1.6. serta butir 1.7. di atas.
1.19. Direktur Keuangan menetapkan RKA Unit dan Kantor Pusat dalam bentuk SKAO (AO/AKO) dan SKAI
(AI/AKI), Proyeksi Laporan Keuangan, Proyeksi Neraca Unit setelah RKAP disahkan oleh RUPS.
1.20. Direktur Keuangan dapat menetapkan nilai SKAO/SKAI yang lebih rendah dari usulan RKA Unit
sebagaimana dimaksud pada butir 1.18. baik nilai AO/AKO maupun nilai AI/AKI dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan PLN.
1.21. Alur proses mekanisme penyusunan RKAP adalah sesuai Bagan Alur Proses 1.
1.22. Seluruh proses penyusunan RKAP, mulai dari pengusulan RKA oleh Unit dan Kantor Pusat, proses
verifikasi dan validasi RKA Unit dan Kantor Pusat oleh Divisi Pembina, Divisi Anggaran dan Tim RKAP,
penyusunan draft RKAP dan penerbitan SKAO dan SKAI oleh Divisi Anggaran dilakukan melalui Aplikasi
SIP2A.
1.23. Prosedur dan tata cara pengoperasian Aplikasi SIP2A mengacu pada panduan yang terdapat pada portal
http://intranetpln/sites/olqr/sip2a.
BAB III
KETENTUAN LAIN-LAIN

3.1. Pengalihan AI/AKI atau AO/AKO antar Unit Induk.


3.1.1. Penugasan.
3.1.1.1. Unit Induk atau Divisi Umum sebagai pemberi tugas dapat mengalihkan AKO
dan/atau AKI ke Unit Induk lainnya sebagai penerima tugas sesuai kesepakatan yang
ditandatangani oleh Pengguna Anggaran.
3.1.1.2. Nilai penugasan harus dicantumkan dalam surat penugasan.
3.1.1.3. Nilai AO atau AI tetap tercatat di Unit Induk atau Divisi Umum yang memberikan
penugasan.
3.1.1.4. Pengalihan AKO dan/atau AKI dalam tahun anggaran berjalan disampaikan oleh Unit
Induk dan Divisi Umum selaku pemberi tugas kepada Divisi Anggaran, selanjutnya
Divisi Anggaran melakukan pengalihan AKO dan/atau AKI atas kesepakatan kedua
belah pihak melalui Aplikasi SIP2A.
3.1.1.5. Realisasi penggunaan AKO dan/atau AKI dari program kegiatan yang dialihkan
dilaporkan oleh Unit Induk atau Divisi Umum selaku pemberi penugasan ke dalam
Aplikasi SIP2A.
3.1.1.6. Apabila dalam satu tahun anggaran terdapat sisa pengalihan karena progres tidak
tercapai maka sisa pagu penugasan dan lanjutan kegiatan menjadi anggaran Unit
Induk atau Divisi Umum selaku pemberi kerja.
3.1.2. Migrasi.
Ketentuan Migrasi adalah sebagai berikut :
3.1.2.1. Unit Induk dan Kantor Pusat dapat mengalihkan AI/AKI dan/atau AO/AKO kepada Unit
Induk lainnya sehubungan dengan restrukturisasi organisasi.
3.1.2.2. Pengalihan sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.2.1 dituangkan dalam berita acara
yang ditandatangani oleh General Manager/Kepala Divisi Umum selaku pemberi
tugas dan General Manager/Kepala Divisi Umum selaku penerima tugas.
3.1.2.3. Berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.2.2 di atas, Direktur
Bisnis Regional terkait atau Direktur Perencanaan atau Direktur Pengadaan atau
Direktur Human Capital Management merekomendasikan pengalihan anggaran
tersebut kepada Direktur Keuangan sesuai dengan kewenangan dan prosedur
sebagaimana dimaksud pada butir 1.7.
3.1.2.4. Pengalihan AI/AKI dan/atau AO/AKO ditetapkan oleh Direktur Keuangan.
3.1.3. Pemakaian Material antar Unit Induk.
Dalam hal pemakaian material antar Unit Induk, Divisi Anggaran dapat melakukan pengalihan
AKI/AKO dengan ketentuan sebagai berik ut:
3.1.3.1. Unit Induk yang membutuhkan material membuat surat kepada Unit Induk pemilik
material yang ditembuskan ke Divisi Anggaran serta Divisi Pengembangan Regional
terkait.
3.1.3.2. Unit Induk pemilik material menyampaikan surat persetujuan pemakaian material oleh
Unit yang membutuhkan sebagaimana dimaksud pada butir 3.1.3.1. berikut usulan
pengalihan AI/AO dan AKI/AKO kepada Divisi Anggaran.
3.1.3.3. Direktur Keuangan menerbitkan perubahan (revisi) SKAO atau SKAI berupa koreksi
tambah pada Unit Induk pengirim material dan koreksi kurang dalam jumlah yang
sama pada Unit Induk penerima material.

3.2. Pengalihan Sumber Dana Investasi.


Pengalihan sumber dana investasi baik dari APBN maupun SLA ke APLN harus melalui persetujuan
Direksi atau Komite Direktur terkait yang diinisiasi oleh Divisi Teknis sesuai tabel 3.
3.3.3. Penyusunan anggaran SKAI hibah tunai dilakukan melalui proses sebagaimana dimaksud
pada Bagan Alur Proses 7.

3.4. Biaya Komisioning.


Mekanisme anggaran biaya komisioning harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
3.4.1. Kegiatan komisioning harus sudah dimasukkan dalam usulan kegiatan LKAI Unit Induk
Pembangunan.
3.4.2. Biaya bahan bakar selama komisioning dan biaya transportasi dimasukkan dalam Investasi
Non Rutin.
3.4.3. Penjualan atas energi listrik yang dihasilkan selama masa komisioning diperhitungkan sebagai
pengurang nilai perolehan aset tetap.

3.5. Biaya Kapitalisasi.


Beban pemeliharaan yang akan dikapitalisir harus sudah dimasukkan dalam usulan kegiatan LKAI Unit
Induk.

3.6. Pengelolaan Anggaran Unit Pelaksana.


3.6.1. Untuk pengendalian anggaran operasi dan investasi, General Manager dan Kepala Divisi
Umum menerbitkan SKKO untuk pelaksanaan SKAO dan menerbitkan SKKI untuk
pelaksanaan SKAI.
3.6.2. General Manager dan Kepala Divisi Umum agar menyusun peraturan tersendiri tentang
perencanaan, penggunaan dan pengendalian anggaran di Unit Induk masing-masing dan Unit
Pelaksana di bawahnya sebagai turunan dari Peraturan ini.
BAB IV
DAFTAR FORMULIR, BAGAN ALUR DAN TABEL

4.1. Daftar Formulir terdiri dari:


4.1.1. Formulir 1: Rekap Lembar Kerja Anggaran Operasi (LKAO)
4.1.2. Formulir 2: Rincian Lembar Kerja Anggaran Operasi (LKAO)
4.1.3. Formulir 3: Rekap Lembar Kerja Anggaran Investasi (LKAI)
4.1.4. Formulir 4: Rincian Lembar Kerja Anggaran Investasi (LKAI)
4.1.5. Formulir 5: Proyeksi Posisi Keuangan
4.1.6. Formulir 6: Proyeksi Laba/Rugi
4.1.7. Formulir 7: Proyeksi Arus Kas
4.1.8. Formulir 8: Rekapitulasi Penjualan
4.1.9. Formulir 9: Penambahan Pelanggan, Daya Tersambung dan Biaya Penyambungan
4.1.10. Formulir 10: Pendapatan Subsidi Listrik
4.1.11. Formulir 11: Pendapatan Biaya Penyambungan
4.1.12. Formulir 12: Pendapatan Usaha Lainnya
4.1.13. Formulir 13: Komposisi Produksi, Volume, Biaya, Bahan Bakar & Pelumas
4.1.14. Formulir 14: Neraca Energi
4.1.15. Formulir 15: Pembelian Tenaga Listrik IPP dan Excess Power
4.1.16. Formulir 16: Sewa Pembangkit
4.1.17. Formulir 17: Transfer Tenaga Listrik Antar Unit
4.1.18. Formulir 18: Biaya Pemeliharaan
4.1.19. Formulir 19: Biaya Kepegawaian
4.1.20. Formulir 20: Biaya Penyusutan
4.1.21. Formulir 21: Biaya Administrasi
4.1.22. Formulir 22: Biaya Bunga dan Beban Keuangan
4.1.23. Formulir 23: Pendapatan (Beban) di Luar Operasi

4.2. Bagan Alur terdiri dari:


4.2.1. Bagan Alur Proses 1: Penyusunan RKAP
4.2.2. Bagan Alur Proses 2: Anggaran Bahan Bakar
4.2.3. Bagan Alur Proses 3: Anggaran Pembelian Tenaga Listrik dan Sewa Pembangkit
4.2.4. Bagan Alur Proses 4: Anggaran Pemeliharaan
4.2.5. Bagan Alur Proses 5: Anggaran Kepegawaian
4.2.6. Bagan Alur Proses 6: Anggaran Administrasi
4.2.7. Bagan Alur Proses 7: Hibah Tunai/PFK Investasi

4.3. Tabel terdiri dari:


4.3.1. Tabel 1 : Program Rencana Kerja
4.3.1. Tabel 2 : Direktur dan Kepala Divisi Pembina Unit dan Anak Perusahaan
4.3.1. Tabel 3 : Divisi Teknis Terkait
FORMULIR 5 - PROYEKSI POSISI KEUANGAN

(Dalam Ribuan Rupiah)


Tahun n-2 Tahun n-1 Tahun n-1 Tahun n Tahun n+1 Tahun n+2
URAIAN
Audited RKAP Real. Smt I Usulan RKAP Proyeksi Proyeksi
a b c d
1. ASET TIDAK LANCAR
1. Aset Tetap Operasi (Netto) - - - - - -
2. Aset Tetap Operasi (Bruto) -
3. Akumulasi Penyusutan -
4. Pekerjaan Dalam Pelaksanaan -
5. Aktiva Lain nya
6. Penyertaan & Properti
7. Aktiva Paja k Tangguhan
8. Piutang Pihak Hubungan Istimewa
Jumlah Aset Tidak Lancar - - - - - -
2. ASET LANCAR
1. Kas dan Bank
2. Investasi Sementara
3. Piut ang
4. Persediaan Bahan Bakar dan Pelumas - - - - - -
1. BBM
2. Batu bara
3. Lain-Lain
5. Persediaan Material Pemeliharaan
6. Aktiva Lancar Lain nya
Jumlah Aset Lancar - - - - - -
JUMLAH ASET - - - - - -

1. EKUITAS
1 Modal Saham Ditempatkan dan Dis etor
2 Saldo Laba / (Defisit)
3 Laba / (Rugi) tahun berjalan - - - - -
Jumlah Ekuitas - - - - - -

AKUN PENUTUP ANTAR SATUAN


2. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
1. Pendapatan Ditangguhkan
2. Kewajiban Pajak tangguhan
3. Pinjaman Jangka Panja ng
4. Obligasi
5. Kewajiban Leasing
6. Utang Bank
7. Kewajiban Imbalan Kerja
8. Kewajiban Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang - - - - - -
3. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1. Biaya masih harus dibayar
2. Uang Jaminan Langganan
3. Utang Bia ya Proyek
4. Pinjaman Jangka Panjang Jatuh Tempo
5. Utang Pajak
6. Utang Usaha
7. Utang Lain-lain
8. Kewajiban Imbalan Kerja
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek - - - - - -

EKUITAS DAN KEWAJIBAN - - - - - -


FORMULIR 6 - PROYEKSI LABA/RUGI

Anda mungkin juga menyukai