Lembaga arsip perlu melakukan pemeliharaan dan pengamanan arsip, baik arsip
dinamis maupun arsip statis, dalam berbagai format dan media. Kegiatan tersebut
merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan preservasi arsip. Tujuannya yakni
untuk menjaga keutuhan, keamanan dan keselamatan pada arsip dinamis serta
menjamin keselamatan dan kelestarian arsip statis. Analisislah dasar hukum dan
pentingnya lembaga arsip bertanggung jawab dalam proses preservasi arsip.
Jawaban: Pasal 1 angka 12 UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
menyebutkan lembaga kearsipan adalah lembaga yang memiliki tugas dan
tanggungjawab di bidang pengelolaan arsip statis dan pembinaan kearsipan. Dalam
melaksanakan tanggungjawab di bidang pengelolaan arsip statis, lembaga kearsipan
sesuai dengan wilayah yuridiksinya melaksanakan kegiatan akuisisi, pengolahan,
preservasi, dan akses arsip statis dari pencipta arsip (lembaga negara, pemerintahan
daerah, perusahaan, perguruan tinggi, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan,
dan perseorangan).
Keberadaan lembaga kearsipan tidak terlepas dari pentingnya arsip statis sebagai
informasi yang mempunyai nilai keberlanjutan (continue value) untuk diselamatkan
dan dilestarikan bagi kepentingan publik. Arsip statis merupakan rekam jejak
sekaligus memori kolektif yang terdokumentasikan menjadi suatu identitas dan
khazanah warisan budaya bangsa. Oleh karena itu, ada empat alasan utama yang
mendasari pemerintah untuk mendirikan lembaga kearsipan, yaitu:
a. Kebutuhan praktis dalam meningkatkan administrasi pemerintahan;
b. Kebutuhan budaya dalam menjamin pelestarian arsip sebagai salah satu sumber
budaya manusia;
c. Kebutuhan khusus yang berakar pada sejarah perkembangan masyarakat; dan
d. Kebutuhan resmi dalam menunjang kepentingan administrasi
Lembaga kearsipan adalah lembaga yang memiliki fungsi dan tugas pokok dan
wewenang tanggung jawab di bidang penyelenggaraan kearsipan. Keberadaan
lembaga kearsipan sebagai instrumen dalam penyelenggaraan kearsipan nasional juga
telah diatur dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan bahwa lembaga kearsipan terdiri atas: Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI), arsip daerah provinsi, arsip daerah kabupaten/kota, arsip perguruan tinggi.
2. Amati cuplikan informasi di bawah ini tentang Pelayanan Peminjaman Arsip di Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah D.I. Yogyakarta (sumber:
http://dpad.jogjaprov.go.id/informasi-layanan-kearsipan-12) Waktu pelayanan
peminjaman arsip minimal 15 menit setelah menyerahkan isian formulir peminjaman
kepada petugas layanan. Preview arsip audio visual dan rekaman suara 15 menit
setelah user menyerahkan isian formulir peminjaman. Waktu penggandaan arsip
menyesuaikan bentuk arsip :
a. Arsip kertas 1 x 24 Jam
b. Arsip foto 2 x 24 Jam
c. Arsip rekaman suara 2 x 24 Jam
d. Arsip kartografi 2 x 24 Jam
e. Arsip audio visual 2 x 24 Jam
Berdasarkan informasi di atas, beberapa di antara lembaga kearsipan melakukan
kegiatan peminjaman arsip untuk publik, staf, depositor, pimpinan dan sebagainya.
Tentukan tindakan pencegahan yang harus dilakukan oleh lembaga kearsipan untuk
melakukan preservasi informasi yang terkini dari setiap perubahan yang timbul dari
dampak peminjaman arsip kepada berbagai pihak!
Jawaban: Untuk mengatasi masalah-masalah kearsipan, kita harus tahu bagaimana
cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut agar tidak merugikan perusahaan,
yaitu dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pergunakan sistem penyimpanan secara tepat
Sistem penyimpanan arsip adalah suatu rangkaian tata cara yang teratur memuat
sesuatu pedoman tertentu untuk menyusun/menyimpan warkat, sehingga
bilamana diperlukan dapat ditemukan kembali secara tepat dan cepat. Terdapat 5
sistem penyimpanan arsip, yaitu :
a. System abjad (alphabetic system)
b. System masalah (subject system)
c. System tanggal (chronologi system)
d. System wilayah (geographic system)
e. System nomer (numberic system)
2. Perlu adanya pengaturan prosedur peminjaman, pengawasan / kontrol dan
pengendalian yang ketat.
3. Secara rutin diadakan perawatan dan pencegahan kerusakan.
a. Ruang tempat penyimpanan harus tetap kering (tidak lembab atau terlalu lembab).
Ruang harus cukup terang (sinar matahari harus dapat masuk ke ruang
penyimpanan). Ruang penyimpanan harus mempunyai penghawaan (ventilasi) yang
memadai. Ruang penyimpanan harus dijaga dari serangan api, serangga pemakan
kertas, dan percikan air.
b. Penggunaan racun serangga.
Diharapkan setiap enam bulan ruang tempat penyimpanan disemprot DDT atau yang
sejenis. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terkena langsung
pada kertas arsip.
Penyemprotan ditujukan ke lantai, dinding, dan rongga ruangan. Kapur barus juga
dapat digunakan untuk mencegah serangan serangga dan kutu buku, yang dapat
diletakkan disela-sela arsip.
c. Tindakan preventif (pencegahan) yaitu melarang petugas atau siapapun membawa
makanan ke ruang tempat kearsipan. Larangan merokok di ruang arsip bagi petugas
kearsipan atau orang lain. Dipasang tabung pemadam kebakaran.
d. Memperhatikan kondisi arsip. Menjaga kondisi arsip tetap prima dengan cara
pembersihan arsip dengan kemoceng maupun dengan peralatan modern,
mengeringkan arsip yang basah dengan kipas angin.
4. Fasilitas kearsipan harus memenuhi syarat
a. Ruangan yang tepat : luas, suhu, kelembaban dil
b. Alat-alat korespondensi, seperti kertas, mesin tik, mesin stensil, stempel, karbon
dll.
c. Alat-alat penerimaan surat, seperti bak surat, meja tulis, rak, dsb.
d. Alat penyimpanan surat, seperti filing cabinet, lemari.
e. Alat-alat lainnya, seperti tuangan, cahaya dsb.
5. Petugas kearsipan yang memenuhi syarat
Untuk dapat mengemban tugas, pegawai yang bekerja pada unit kearsipan bukan
hanya ditunjang oleh faktor kemauan terhadap pekerjaannya, melainkan juga harus
dibekali keterampilan khusus mengenai bidang kearsipan. Pegawai yang telah terlatih
baik dan mempunyai ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam satu unit
pengelolaan kearsipan. Di samping itu tanggung jawab terhadap pekerjaan yang
diberikan harus dijalankan sebaik-baiknya. Namun pada kenyataannya, sebagian
pegawai masih enggan untuk menerima tugas-tugas kearsipan karena mereka
memandang bahwa unit kearsipan pada setiap kantor adalah tempat yang
membosankan.