Faktor Anteseden yang mempengaruhi Brand Trust dan Brand Loyalty pada
restoran Fastfood di Indonesia
Disusun oleh:
Saat ini khususnya di Indonesia banyak terdapat restoran cepat saji yang tersebar
dimana-mana. Sejalan dengan perilaku masyarakat yang mengutamakan kecepatan dan
kenyamanan, restoran cepat saji menjadi pilihan yang sangat digemari. Kemudahan dalam
membeli makanan dalam waktu yang sangat singkat serta rasanya yang nikmat menjadikan
makanan cepat saji menjadi salah satu alternatif yang sering muncul ketika pelanggan sedang
lapar. Restoran cepat saji juga sangat membantu konsumen atau masyarakat lokal
menghemat waktu saat sarapan, makan siang, atau makan malam. Hal ini menjadikan
restoran cepat saji menjadi bisnis yang berkembang sangat pesat di Indonesia karena
memiliki banyak penggemar. (Pandean & Budiono, 2021)
Di sektor restoran Fast Food, pemasaran berbasis consumer engagement (CE) semakin
meningkat karena munculnya dan penggunaan internet dan media sosial, termasuk Facebook,
Twitter, Instagram, dan blog. Layanan jaringan sosial (SNS) memengaruhi konsumen lebih
kuat daripada campuran promosi tradisional. Banyak sarjana dan peneliti berpendapat bahwa
konten SNS menggantikan iklan/promosi tradisional dalam program komunikasi pemasaran
terpadu. Saluran SNS dapat dianggap sebagai media yang dikendalikan oleh pengguna,
bentuk komunikasi pemasaran yang berbeda dari iklan/promosi yang dikendalikan oleh
perusahaan. Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020), CE telah menjadi semakin penting
karena perkembangan cepat platform-platform SNS. Oleh karena itu, para praktisi sekarang
harus membahas konten berdasarkan platform SNS, dan perusahaan harus memeriksa saluran
komunikasi pemasaran yang baru dan berbeda. Perusahaan harus membandingkan proses CE
dengan saluran pemasaran tradisional untuk memahami dampaknya. (Kwon, Jung, Choi, &
Kim, 2020)
Dalam lingkungan pemasaran layanan yang berubah dengan cepat, hubungan merek
dengan konsumen sangat penting. Untuk mencapai kinerja merek, hubungan antara merek
dan konsumen harus stabil dan jangka panjang, dan itu harus didasarkan pada pemahaman
mendalam tentang konsumen. Karena pengalaman konsumen adalah variabel penting dalam
pemasaran modern, consumer engagement (CE) menjadi sangat menarik. CE
menggambarkan interaksi antara konsumen dan merek. (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020)
Di pasar yang sangat kompetitif ini, berbagai restoran Fast Food menghadapi berbagai
kendala dalam mempertahankan pelanggan tetap. Suatu merek dikatakan sukses apabila
mampu menjalin hubungan yang kuat dengan konsumen dan menjauhkannya dari merek
pesaing sehingga tercipta loyalitas merek. Loyalitas merek juga dipengaruhi secara langsung
oleh persepsi kualitas dan kepercayaan terhadap merek. Produk berkualitas tinggi dapat
menambah nilai merek, yang akan mendorong pembelian berulang dan loyalitas. Pelanggan
yang mempercayai suatu merek karena kepercayaan yang terjalin akan menunjukkan perilaku
loyal. (Nathasayana & Slamet, 2023)
Tujuan utama operasional restoran adalah untuk mencari keuntungan, memberikan kepuasan
kepada konsumen. Secara umum, restoran merupakan tempat yang paling sering dikunjungi
oleh banyak orang untuk mencari berbagai macam makanan dan minuman. Restoran cepat
saji (Fastfood Restaurant) merupakan salah satu bidang usaha yang cukup menjanjikan dan
diminati oleh semua kalangan, sehingga perlu dirancang sebuah sistem informasi untuk
menyediakan informasi manajemen dalam pengambilan keputusan dan untuk menjalankan
kegiatan operasional restoran (Wati et al., 2022).
Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia hampir mengalami penurunan sebesar
0.41%. Hampir semua sektor mengalami penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi pada
industri transportasi dan pergudangan serta penyediaan makanan. Secara keseluruhan laju
pertumbuhan Food and Beverage atau F&B menurun akibat pandemi COVID-19 (Badan
Pusat Statistik: BPS, 2021).
Gambar 1,1
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Berdasarkan grafik 1, dari data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia
2023, memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan industri food and beverage atau F&B
mengalami penurunan di tahun 2018 sampai di tahun 2020, dari data tersebut dapat terlihat
penurunan yang sangat drastis pada tahun 2019 akhir sampai tahun 2020 akhir dikarenakan
pengaruh dari kasus COVID-19. Walaupun mengalami penurunan, di tahun 2021 laju
pertumbuhan food and beverage atau F&B kembali meningkat sebesar 0,7%. Hal ini diakui
secara luas karena restoran sebagai industri yang rentan terhadap pandemi karena
meningkatnya ketakutan dikalangan pelanggan (Gössling, 2020).
Indonesia mengalami masalah pandemi COVID-19 diawal tahun 2020. Pandemi ini
merupakan guncangan terbesar yang dialami Indonesia dalam beberapa dekade dan
membawa dampak negatif. Kebijakan yang dibuat pemerintah untuk membatasi setiap
aktivitas masyarakat untuk mencegah penularan virus mengakibatkan semua sektor ekonomi
menjadi terhambat (Junaidi et al., 2022) Sebelum terjadi COVID-19, pelanggan rutin
melakukan kunjungan untuk membeli makanan dan menyantap secara langsung di restoran
tersebut. Namun, pada saat COVID-19, manajer restoran dirasa perlu untuk memberikan
aturan keamanan bagi pelanggan untuk mengantisipasi terpapar risiko COVID-19
(Dube et al., 2020)
Kebutuhan pelanggan lainya yang harus diakomodir restoran adalah memastikan layanan
yang diberikan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan pelanggan. Karena keberhasilan
kesesuaian tersebut akan berpengaruh pada Brand Trust pelanggan terhadap peningkatan
brand loyalty restoran (Nathasayana & Slamet, 2023). Keberhasilan ini akan mengundang
pelanggan lainya untuk datang ke restoran karena faktor loyalitas yang sudah berkembang.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Sasmita & Mohd Suki, 2015) menunjukkan
bahwa media sosial berpengaruh positif terhadap brand trust. Namun, hal ini bertentangan
dengan hasil penelitian (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020) yang menyatakan bahwa media
sosial tidak berpengaruh positif terhadap brand trust. Dengan adanya gap penelitian tersebut,
maka penelitian ini akan melihat kembali apakah terdapat pengaruh media sosial terhadap
brand trust dengan objek FastFood Restaurant di wilayah Indonesia.
4. Apakah terdapat pengaruh positif social network service content terhadap brand trust
4. Menganalisis pengaruh positif social network service content terhadap brand trust
1.4 Manfaat
1. Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah untuk menambah pengetahuan tentang
variable – variable yang mempengaruhi dan akibat dari Kepercayaan Merek (brand trust):
berfokus pada konsumen fast food Restaurant yang ada di Indonesia. Serta rujukan
penelitian bagi peneliti dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan advertisement,
social network service content, customer engagement, brand trust, dan brand loyalty.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Advertisement
Iklan juga dapat meningkatkan kesadaran konsumen terhadap merek dan layanan, serta
memiliki pengaruh terhadap penilaian perusahaan terkait kualitas
(Krystallis & Chrysochou, 2014)
. Khususnya, restoran adalah jenis layanan yang berfokus pada pengalaman (Kwon, Jung,
Choi, & Kim, 2020) Dengan dasar ini, penelitian ini mendefinisikan iklan sebagai ukuran
pengaruh media yang dikendalikan oleh perusahaan terhadap konsumen. Iklan produk di media
sosial dapat tercermin melalui strategi pemasaran dan keterlibatan konsumen.
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020), ada empat faktor utama untuk mengukur
advertisement, yaitu: 1) iklan yang ditampilkan di sosial media restoran tersebut memberikan
kesan yang baik, 2) iklan yang ditampilkan di sosial media restoran tersebut membangkitkan
emosi yang positif, 3) iklan yang ditampilkan di sosial media restoran tersebut membangkitkan
pemikiran yang menyenangkan dan 4) iklan yang ditampilkan di sosial media restoran tersebut
sangat informatif
Social Network Service Content adalah layanan yang memungkinkan konsumen untuk
membentuk hubungan online dengan orang lain (Phua et al., 2017). Keuntungan utama dari
konten layanan jaringan sosial adalah kemampuannya untuk memfasilitasi interaksi pengguna
yang lebih besar dibandingkan dengan media tradisional seperti TV dan radio. Konten yang
terkait dengan merek juga dapat disampaikan dengan lebih cepat dan mendapatkan respons yang
lebih baik dari pengguna melalui layanan jaringan sosial daripada melalui media tradisional, dan
ini dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Oleh karena itu, pemasar perlu meningkatkan
kesadaran merek dan mendorong keterlibatan pengguna untuk meningkatkan minat konsumen
terhadap merek tersebut (Phua et al., 2017).
Kepopuleran yang semakin meningkat dari konten layanan jaringan sosial telah
mendorong perusahaan untuk membangun kehadiran mereka di media sosial dan terus berusaha
untuk melibatkan konsumen potensial dalam menjaga hubungan dengan perusahaan. Perusahaan
telah menciptakan halaman-halaman di berbagai platform media sosial untuk terhubung dengan
konsumen potensial dan menerima umpan balik dalam bentuk like, komentar, dan saran (Kwon,
Jung, Choi, & Kim, 2020). Konten layanan jaringan sosial telah mempengaruhi komunikasi,
interaksi, dan hubungan di seluruh dunia, baik untuk kepentingan pribadi, bisnis, maupun
organisasi (Rose et al., 2012).
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020), terdapat tiga faktor utama yang digunakan
untuk mengukur konten layanan jaringan sosial, yaitu: 1) konten media sosial restoran (teks,
video, dan gambar) merupakan sumber informasi penting dalam pemilihan restoran, 2) konten
media sosial restoran (teks, video, dan gambar) membantu dalam pemilihan restoran, dan 3)
konten media sosial restoran (teks, video, dan gambar) memberikan informasi yang sebelumnya
tidak diketahui tentang restoran tersebut.
2.1.3 Customer Engagement
(Sashi, 2012) menggambarkan customer engagement sebagai perilaku yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mendorong transaksi dengan konsumen. Secara khusus, customer engagement
adalah manifestasi dari perilaku konsumen yang menunjukkan perhatian lebih terhadap produk
atau layanan perusahaan, yang dipengaruhi oleh motivasi dan persepsi konsumen
(Vivek et al., 2014)
.
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020) ada sebelas faktor utama untuk
mengukur customer engagement, yaitu: 1) ketika mengunjungi restoran tersebut memberikan
perasaan positif, 2) setiap mengunjungi restoran tersebut membuat bahagia, 3) setiap
mengunjungi restoran tersebut membuat penasaran menjadi lebih baik, 4) merasa senang ketika
berada direstoran tersebut, 5) suasana yang ada di restoran tersebut mempengaruhi suasana hati,
6) ketika mengunjungi restoran tersebut tidak memikirkan untuk berkunjung kerestoran lain, 7)
lebih memilih restoran tersebut dibandingkan dengan restoran lainnya, 8) kesukaan terhadap
restoran ini tidak akan berubah, 9) ketika berkunjung ke restoran ini pengunjung aktif
menuliskan pendapat disosial media, 10) pengunjung restoran tersebut aktif dalam menanggapi
postingan dan mengekspresikan pendapat disosial media, 11) pengunjung restoran ini aktif
menggunakan papan buletin, halaman tanya jawab dan obrolan langsung di sosial media
2.1.4 Brand Trust
Brand trust atau kepercayaan merek memegang peranan kunci dalam menentukan
loyalitas konsumen karena membangun hubungan jangka panjang yang signifikan antara
konsumen dan merek yang mereka pilih (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020). Kepercayaan
konsumen terhadap sebuah merek dibangun berdasarkan harapan terhadap perilaku organisasi
dan keyakinan positif tentang kinerja produk merek tersebut (Ashley & Leonard, 2009)
Selain itu, brand trust juga mencerminkan kemampuan merek yang dipercayai oleh
konsumen karena mereka yakin bahwa produk tersebut mampu memenuhi kinerja yang
diharapkan dan bahwa merek tersebut mengutamakan kepentingan konsumen. Brand trust dapat
dianggap sebagai kecenderungan pelanggan untuk mempercayai bahwa suatu merek akan
memenuhi janjinya terkait dengan kinerja produk (Ho, 2014).
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020), terdapat tiga faktor utama yang digunakan untuk
mengukur brand trust:
Faktor-faktor ini adalah indikator penting dalam mengukur tingkat kepercayaan konsumen
terhadap suatu restoran atau merek.
Brand loyalty, menurut (Ong et al., 2017) , mengacu pada kondisi di mana pelanggan
memiliki sikap positif terhadap suatu merek, memiliki komitmen terhadap merek tersebut, dan
memiliki niat untuk terus melakukan pembelian dari merek tersebut di masa yang akan datang.
Menurut (Nyamekye et al., 2023) loyalitas merek adalah perilaku adalah komitmen yang
mendalam untuk terus membeli produk atau layanan pilihan di masa depan, meskipun pengaruh
situasional dan upaya pemasaran memiliki potensi untuk mengubah perilaku konsumen. Oleh
karena itu, konsumen yang memiliki loyalitas attitudinal bersedia merekomendasikan merek
pilihannya dan berbeda dari konsumen yang cenderung loyal secara perilaku yang tidak dapat
menyebarkan rekomendasi positif tentang merek tersebut. Pentingnya pelanggan yang loyal tidak
boleh dianggap remeh karena pelanggan yang loyal dan berkomitmen lebih menguntungkan bagi
perusahaan daripada mereka yang hanya melakukan pembelian berulang. Dalam konteks
psikologi, loyalitas berkembang melalui empat aspek, dimulai dengan aspek kognitif, kemudian
aspek afektif, dan akhirnya aspek konatif. Ketiga aspek ini berkaitan meskipun tidak selalu
mengikuti urutan yang sama. Berikut adalah aspek-aspek loyalitas (Espinosa et al., 2018):
1. Loyalitas Kognitif: Ini melibatkan penggunaan informasi tentang keunggulan suatu produk
dibandingkan dengan produk lain. Loyalitas kognitif lebih didasarkan pada karakteristik
fungsional, seperti biaya, manfaat, dan kualitas.
2. Loyalitas Afektif: Merupakan hasil dari kombinasi sikap sebelum pembelian (sebelum
konsumsi) dan kepuasan yang muncul setelah konsumsi. Loyalitas afektif didorong oleh
kepuasan pelanggan yang menghasilkan rasa suka dan preferensi terhadap merek. Kepuasan
pelanggan secara positif berkorelasi dengan niat untuk melakukan pembelian ulang di masa
mendatang. Dalam loyalitas afektif, pelanggan lebih rentan terhadap ketidakpuasan dengan
merek, pengaruh persuasi dari merek lain, dan usaha pada produk lain.
3. Loyalitas Konatif: Ini mencerminkan niat komitmen untuk melakukan pembelian. Niat ini
merupakan hasil dari niat sebelum pembelian (sebelum konsumsi) dan sikap setelah
konsumsi. Loyalitas konatif mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian.
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020), terdapat dua faktor utama untuk mengukur brand
loyalty:
Konsumen dipandang sebagai pelaku aktif yang masukannya relevan sumber daya kognitif,
emosional dan fisik untuk menciptakan nilai dari interaksi dengan merek tertentu (Higgins dan
Scholer 2009). Ketika konsumen mengumpulkan informasi melalui iklan, kepuasan konsumen
terhadap yang terkait merek layanan dan motivasi konsumen untuk terlibat dengan merek dapat
terpengaruh secara positif. Selanjutnya, iklan mendorongketerlibatan konsumen sambil menanamkan
sikap merek yang menguntungkan dan meningkatkan pengenalan pembelian (Brodie et al., 2009).
Jika konten media sosial menjadi pemasaran stimulus dan motivasi komunikasi, kemudian respon
terhadap pemasaran media sosial, yang dapat dilihat, terpengaruhinya keterlibatan konsumen.
Zehir et al., (2011) berpendapat bahwa membangun hubungan konsumen dengan merek dan
kinerja merek yang unggul berasal dari komunikasi merek. Jadi, merek komunikasi telah terbukti
berpengaruh positif kepercayaan merek. Selanjutnya, Habibi et al. (2014) menunjukkan bahwa
komunitas merek berbasis media sosial dan konsumen hubungan mempengaruhi kepercayaan merek.
Mereka berpendapat bahwa keterlibatan masyarakat memperkuat hubungan konsumen dengan
elemen komunitas merek dan mempengaruhi kepercayaan merek.
Saks (2006) mengkonfirmasi hubungan positif antara karyawan keterlibatan, kepuasan kerja
dan komitmen organisasi. Sifat hubungan ini dapat diperluas ke antara keterlibatan konsumen dan
kepercayaan konsumen (Hollebeek, 2011a). Keterlibatan konsumen memiliki hubungan positif
dengan kepercayaan, dan keberadaan konsumen dengan tingkat kepercayaan, kepuasan dan
komitmen terhadap merek adalah prasyarat untuk keterlibatan merek (Hollebeek, 2011) menemukan
bahwa proses keterlibatan konsumen menghasilkan kepercayaan dan komitmen yang ditunjukan
dengan keterlibatan konsumen.
Hubungan yang terintegrasi antara konsumen dan merek bersama dengan semua manfaat
yang melekat pemasar membangun loyalitas merek yang kuat. Hubungan antara konsumen
dengan merek akan memperkuat loyalitas merek secara keseluruhan (Schouten et al., 2007).
Keterlibatan konsumen yang berbasis media sosial memperkuat kepercayaan merek melalui
aktivitas penciptaan nilai dan membangun loyalitas merek (Laroche et al., 2012). Keterlibatan
dalam media sosial secara luas dikenal sebagai komunikasi atau interaksi antar pengguna di
platform media sosial (Ibrahim et al., 2017), dan mewakili keadaan psikologis dan proses yang
dapat dikaitkan dengan loyalitas pelanggan (Brodie et al., 2013).
Kepercayaan sangat penting untuk membangun hubungan merek yang kuat dengan
konsumen (Urban et al., 2015). Hal ini mencerminkan efek kumulatif loyalitas di pasar produk
layanan, mengarah ke tinggi keterlibatan dari waktu ke waktu dan berhubungan positif dengan
loyalitas merek (Sahin et al., 2011).
Adapun bagan rerangka konseptual dalam penelitian ini dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
Kerangka Konseptual
Konsumen dipandang sebagai pelaku aktif yang masukannya relevan sumber daya
kognitif, emosional dan fisik untuk menciptakan nilai dari interaksi dengan merek tertentu
(Higgins dan Scholer 2009). Ketika konsumen mengumpulkan informasi melalui iklan, kepuasan
konsumen terhadap yang terkait merek layanan dan motivasi konsumen untuk terlibat dengan
merek dapat terpengaruh secara positif. Selanjutnya, iklan mendorong keterlibatan konsumen
sambil menanamkan sikap merek yang menguntungkan dan meningkatkan pengenalan
pembelian (Brodie et al., 2009). Sehingga hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Terdapat pengaruh positif advertisement terhadap customer engagement
Keuntungan utama dari layanan jejaring sosial adalah menyediakan pengguna yang lebih
besar kemampuan interaksi dari media tradisional seperti TV dan radio. Konten terkait merek
juga disampaikan lebih cepat – dan dengan tingkat respons yang lebih baik – dari pengguna
melalui layanan jejaring sosial daripada media tradisional, dan ditawarkan dengan biaya lebih
rendah. Dengan demikian, pemasar harus menaikkan kesadaran merek dan mendorong
keterlibatan untuk meningkatkan konversi merek mereka (Phua et al., 2017). Pemanfaatan
informasi layanan jejaring sosial secara positif memengaruhi aktivitas untuk keterlibatan
konsumen (Gil de Zúñiga et al., 2012). Selanjutnya, media sosial mempengaruhi perilaku
konsumen, dari pengumpulan informasi hingga perilaku pasca pembelian (Mangold dan Faulds,
2009).
Lee et al., (2018) menggunakan data Facebook untuk menjelaskan efek dari iklan media
sosial pada keterlibatan konsumen. Hasil menunjukkan bahwa dimasukkannya konten yang
terkait dengan merek kepribadian, seperti humor, terkait dengan tingkat keterlibatan konsumen,
dan konten yang memberikan informasi langsung melalui penjualan promosi juga mengarah ke
klik-tayang, suatu bentuk keterlibatan konsumen (Lee et al., 2018). Motivasi pengguna untuk
pengaruh jejaring sosial online respon terhadap pemasaran media sosial (Chi, 2011). Jika konten
media sosial menjadi pemasaran stimulus dan motivasi komunikasi, kemudian respon terhadap
pemasaran media sosial, yang dapat dilihat, terpengaruhinya keterlibatan konsumen. Maka
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H4 : Terdapat pengaruh positif social network service content terhadap brand trust
Kepercayaan sangat penting untuk membangun hubungan merek yang kuat dengan
konsumen (Urban et al., 2015). Hal ini mencerminkan efek kumulatif loyalitas di pasar produk
layanan, mengarah ke tinggi keterlibatan dari waktu ke waktu dan berhubungan positif dengan
loyalitas merek (Sahin et al., 2011). Maka hipotesa dalam penelitian ini adalah:
H7 : Terdapat pengaruh positif brand trust terhadap brand loyalty
BAB III
METODE PENELITIAN
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah pengujian hipotesis (Hypothesis
Testing). Hypothesis Testing adalah penelitian yang digunakan utuk menjelaskan sifat suatu
hubungan dalam beberapa kelompok variable dari dua faktor pada suatu situasi (Hermawan,
2013). Unit analisis yang di gunakan dalam penelitian ini individual, yaitu konsumen yang
pernah mengunjungi restoran fastfood sebanyak 1 kali dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.
Pengambilan data dilakukan secara Cross sectional karena data diambil hanya dalam kurun
waktu dan periode yang telah ditentukan.
Pada penelitian ini terdapat lima variabel yang digunakan yaitu: advertisement, social
network service content, customer engagement, brand trust dan brand loyalty. Keseluruhan
jawaban responden terhadap indikator dari masing masing variabel, ditentukan dengan
menggunakan skala likert 5 (lima) poin, dari 1 - 5, yaitu:
Advertisement
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020) Advertisement memiliki 4 item pernyataan, yaitu
sebagai berikut:
1. Iklan pada media sosial dari restoran ini memberikan kesan yang baik.
2. Iklan pada media sosial dari restoran ini membangkitkan emosi yang positif.
3. Iklan pada media sosial dari restoran ini membangkitkan pemikiran yang menyenangkan.
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020) Social Network Service Content memiliki 3 item
pernyataan, yaitu sebagai berikut:
1. Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) merupakan sumber informasi
penting untuk memilih restoran ini.
2. Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) membantu dalam memilih
restoran ini
3. Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) memberikan informasi yang tidak
diketahui tentang restoran ini.
Customer Engagement
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020) Customer Engagement memiliki 11 item pernyataan,
yaitu sebagai berikut:
3. Setiap mengunjungi restoran ini membuat perasaan saya menjadi lebih baik.
10. Pengunjung restoran ini aktif menanggapi postingan dan mengekspresikan pendapat mereka
di social media.
Brand Trust
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020) Brand Trust memiliki 3 item pernyataan, yaitu
sebagai berikut:
Brand Loyalty
Menurut (Kwon, Jung, Choi, & Kim, 2020) Brand Loyalty memiliki 2 item pernyataan, yaitu
sebagai berikut:
Data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer, yaitu data yang
dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah dan tujuan peneliti. Data
primer tersebut diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Perolehan data tersebut dilakukan
dengan menyebar kuesioner kepada 230 responden secara online melalui Google Form yang
sebarkan di media sosial seperti Instagram dan WhatsApp. Mengacu pada Hair et al (2018) yaitu
maksimal sepuluh kali dari jumlah indikator pertanyaan yang sudah ditentukan. Non-probability
sampling dipilih sebagai metode penarikan sampel yang digunakan, karena memiliki teknik
pengambilan sampel yang tidak dipilih secara acak.
Tabel 3.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengunjungi restoran
MCD berjumlah 71 responden dengan nilai persentase 46.1% dan yang paling sedikit adalah
responden yang mengunjungi restoran A&W dengan nilai persentase 15.6%.
Tabel 3.2
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan dengan jumlah 110 responden dengan nilai persentase 71.4% dan yang paling sedikit
responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 44 dengan nilai persentase 28.6%.
Tabel 3.3
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel 3.4
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan
sebagai pelajar/mahasiswa berjumlah 106 responden dengan nilai persentase 68.8% dan yang
paling sedikit responden memiliki pekerjaan sebagai PNS yang berjumlah 9 responden dengan
nilai persentase 5.8%
Tabel 3.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
> Rp.4.000.000 -
31 20.1 20.1 96.1
Rp.7.000.000
> Rp.7.000.000 -
6 3.9 3.9 100.0
Rp.10.000.000
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan
sebanyak > Rp.1.000.000 - Rp.4.000.000 berjumlah 102 responden dengan nilai persentase
66.2% dan yang paling sedikit responden memiliki pendapatan sebanyak > Rp.7.000.000 -
Rp.10.000.000 berjumlah 6 responden dengan nilai persentase 3.9%.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang telah dilengkapi oleh responden,
kemudian untuk menguji instrument penelitian ini hasilnya dapat ditentukan oleh alat ukur yang
akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap masing-masing variabel untuk setiap
item pernyataan dalam kuesioner.
Tabel 3.6
0.60 85 sample
0.65 70 sample
0.70 60 sample
0.75 50 sample
Berdasarkan sampel yang akan diteliti maka dasar pengambilan keputusan uji validitas sebagai
berikut:
Variabel Advertisement
Iklan pada media sosial dari restoran ini memberikan 0,685 Valid
kesan yang baik
Iklan pada media sosial dari restoran ini membangkitkan 0,718 Valid
emosi yang positif
Iklan pada media sosial dari restoran ini membangkitkan 0,783 Valid
pemikiran yang menyenangkan
Iklan pada media sosial dari restoran ini sangat informatif 0,513 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa seluruh pernyataan pada variabel advertisement yang
berjumlah 4 (empat) teridentifikasi valid atau dapat dikatakan tepat dalam mengukur variabel
advertisement karena memiliki nilai factor loading lebih besar dari 0,45.
Tabel 3.8
Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) 0,731 Valid
merupakan sumber informasi penting untuk memilih
restoran ini
Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) 0,766 Valid
membantu saya memilih restoran ini
Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) 0,600 Valid
memberikan informasi yang tidak diketahui tentang restoran
ini
Dari tabel diatas diketahui bahwa seluruh pernyataan pada variabel social network service
content yang berjumlah 3 (tiga) teridentifikasi valid atau dapat dikatakan tepat dalam mengukur
variabel social network service content karena memiliki nilai factor loading lebih besar dari
0,45.
Tabel 3.9
Saya lebih memilih restoran ini diantara restoran lainnya 0,597 Valid
Kesukaan saya terhadap restoran ini tidak akan berubah 0,661 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa seluruh pernyataan pada variabel customer engagement yang
berjumlah 11 (sebelas) teridentifikasi valid atau dapat dikatakan tepat dalam mengukur variabel
customer engagement karena memiliki nilai factor loading lebih besar dari 0,45.
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Saya akan terus mengunjungi restoran favorit saya ini 0,854 Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa seluruh pernyataan pada variabel brand loyalty yang berjumlah
2 (dua) teridentifikasi valid atau dapat dikatakan tepat dalam mengukur variabel brand loyalty
karena memiliki nilai factor loading lebih besar dari 0,45.
Uji reliabilitas pada alat ukur perlu dilakukan untuk memastikan instrumen dari alat ukur
yang digunakan untuk penelitian ini adalah konsisten dan akurat. Jenis reliabilitas pada penelitan
ini adalah internal consistency reliability yang mencakup sejauh mana item-item instrumen
bersifat homogen dan mencerminkan construct yang sama yang melandasinya (Sekaran dan
Bougie, 2013). Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi, akurasi dan prediktibilitas suatu alat
ukur. Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan cronbach’s alpha, dimana digunakan untuk
mengetahui apakah instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini layak dan
berkaitan atau tidak dan untuk menguji konsistensi indikator-indikator dalam sebuah variabel,
dengan nilai alpha ≥ 0,6 (Sekaran, 2010)
Tabel 3.12
Berdasarkan tabel hasil pengujian reliabilitas dari variabel advertisement, social network service
content, customer engagement, brand trust dan brand loyalty dapat dikatakan reliable dengan
memiliki nilai Cronbach Alpha ≥ 0,60. Dapat disimpulkan bahwa item – item pernyataan reliable
atau konsisten dalam mengukur seluruh variabel.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model
(SEM). Metode tersebut dapat mengukur indikator-indikator dalam suatu variable. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan p-value dengan tingkat keyakinan (alpha)
sebesar 5% (α=0,05), dengan syarat sebagai berikut (Hair et al., 2010).
Tabel 3.13
Hasil pengujian goodness of fit menunjukan dari 10 pengukuran yang digunakan dalam uji
goodness of fit memperlihatkan 9 dari 10 pengukuran yang digunakan hasilnya adalah Good Fit.
Akhirnya dapat disimpulkan rerangka konseptual yang ada pada penelitian ini layak dan dapat
diajukan ketahap selanjutnya.
BAB IV
Analisa pertama kali yang dilakukan oleh peneliti adalah analisa statistik deskriptif.
Analisa ini untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data. Statistik deskriptif yang
digunakan adalah mean dan standar deviasi. Mean adalah nilai rata-rata seluruh jawaban
responden sedangkan standar deviasi merupakan variasi jawaban responden. Apabila nilai
standar deviasi mendekati nol maka semakin tidak bervariasi jawab responden, tetapi apabila
standar deviasi menjauhi nol maka jawaban responden semakin bervariasi. Hasil
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Varibel Advertisement
Iklan pada media sosial dari restoran ini memberikan 3,95 1,134
kesan yang baik
Iklan pada media sosial dari restoran ini membangkitkan 3,82 1,079
emosi yang positif
Iklan pada media sosial dari restoran ini membangkitkan 3,86 1,079
pemikiran yang menyenangkan
Iklan pada media sosial dari restoran ini sangat informatif 3,87 1,079
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jawaban responden pada variabel advertisement
memiliki nilai mean 3,875. Hal ini berarti bahwa konsumen merasa iklan pada media sosial
restoran tersebut memberikan kesan yang baik dan dapat membangkitkan emosi yang positif bagi
konsumen. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jawaban responden yang menyatakan bahwa iklan
pada media sosial restoran ini memberikan kesan yang baik, iklan pada media sosial restoran ini
dapat membangkitkan emosi yang positif, iklan pada media sosial restoran ini dapat
membangkitkan pemikiran yang menyenangkan dan iklan pada media sosial restoran ini sangat
informatif. Untuk nilai rata-rata standar deviasi pada item pernyataan variable advertisement
yaitu 1,109 yang menunjukan bahwa hasil nilai standar deviasi setiap indikator menjauhi angka
nol sehingga jawaban responden dinyatakan bervariasi.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) 4,08 0,611
merupakan sumber informasi penting untuk memilih
restoran ini
Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) 3,92 0,621
membantu saya memilih restoran ini
Konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) 3,96 0,855
memberikan informasi yang tidak diketahui tentang restoran
ini
Social Network Service Content 3,98 0,695
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jawaban responden pada variabel social network
service content memiliki nilai mean 3,98. Hal ini berarti bahwa konsumen merasa konten yang
diberikan restoran memungkinkan konsumen untuk membangun hubungan online dengan orang
lain. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban responden yang menyatakan bahwa konten media sosial
restoran ini (teks, video, dan gambar) merupakan sumber informasi penting untuk memilih
restoran ini dan konten media sosial restoran ini (teks, video, dan gambar) memberikan sumber
informasi yang tidak diketahui oleh konsumen. Untuk nilai rata-rata standar deviasi pada item
pernyataan variable social network service content yaitu 0,695 yang menunjukan bahwa hasil
nilai standar deviasi setiap indikator mendekati angka nol sehingga jawaban responden
dinyatakan tidak bervariasi.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Saya lebih memilih restoran ini diantara restoran lainnya 3,69 0,811
Kesukaan saya terhadap restoran ini tidak akan berubah 3,72 0,836
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jawaban responden pada variabel customer
engagement memiliki nilai mean 3,73. Hal ini berarti bahwa konsumen merasa ketika
mengunjungi restoran membuat bahagia dan dapat memberikan kesan yang positif . Hal ini
ditunjukkan oleh jawaban responden yang menyatakan bahwa setiap mengunjungi restoran ini
membuat saya menjadi bahagia, setiap mengunjungi restoran ini membuat perasaan saya lebih
baik dan Pengunjung restoran ini aktif berdiskusi di sosial media. Untuk nilai rata-rata standar
deviasi pada item pernyataan variable customer engagement yaitu 0,807 yang menunjukan
bahwa hasil nilai standar deviasi setiap indicator mendekati angka nol sehingga jawaban
responden dinyatakan tidak bervariasi.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jawaban responden pada variabel brand trust memiliki
nilai mean 3,80. Hal ini berarti bahwa konsumen merasa bahwa kepercayaan yang dimiliki oleh
konsumen bahwa restoran tersebut tidak mengecewakan dan memberikan ketenangan pikiran.
Hal ini ditunjukkan oleh jawaban responden yang menyatakan bahwa restoran ini tidak
mengecewakan dan memberi saya ketenangan pikiran. Untuk nilai rata-rata standar deviasi pada
item pernyataan variable brand trust yaitu 1,110 yang menunjukan bahwa hasil nilai standar
deviasi setiap indicator menjauhi angka nol sehingga jawaban responden dinyatakan bervariasi.
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif
Saya akan terus mengunjungi restoran favorit saya ini 3,93 1,095
Saya akan merekomendasikan restoran favorit saya ini 3,88 1,115
kepada orang lain
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jawaban responden pada variabel brand loyalty
memiliki nilai mean 3,90. Hal ini berarti bahwa konsumen merasa memiliki sikap positif
terhadap suatu merek mempunyai komitmen terhadap merek tersebut dan bermaksud untuk
meneruskan pembelian dimasa mendatang. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban responden yang
menyatakan bahwa saya akan terus mengunjungi restoran ini. Untuk nilai rata-rata standar
deviasi pada item pernyataan variable brand loyalty yaitu 1,105 yang menunjukan bahwa hasil
nilai standar deviasi setiap indicator menjauhi angka nol sehingga jawaban responden dinyatakan
bervariasi.
Hipotesis 1
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel diatas, hipotesis pertama memiliki nilai p value sebesar
0,000 (lebih kecil dari 0,05) artinya terdapat pengaruh advertisement terhadap customer
engagement. Untuk nilai estimate yang dimiliki sebesar 0, 651 hal ini menunjukan bahwa
pengaruh advertisement terhadap customer engagement adalah positif, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis tersebut didukung dengan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
menyatakan bahwa advertisement berpengaruh positif terhadap customer engagement
Hipotesis 2
engagement dengan bunyi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai
berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh positif social network sevice content terhadap
customer engagement.
Ha: Terdapat pengaruh positif social network sevice content terhadap customer
engagement.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel diatas, hipotesis kedua memiliki nilai pvalue sebesar
0,001 (lebih kecil dari 0,05) artinya terdapat pengaruh social network sevice content terhadap
customer engagement. Untuk nilai estimate yang dimiliki sebesar 0, 426 hal ini menunjukan
bahwa pengaruh social network sevice content terhadap customer engagement adalah positif,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis tersebut didukung dengan Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini menyatakan bahwa social network sevice content berpengaruh positif terhadap
customer engagement.
Hipotesis 3
Hipotesis 3 menguji pengaruh advertisement terhadap brand trust dengan bunyi hipotesis nol
(Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel diatas, hipotesis ketiga memiliki nilai pvalue sebesar
0,000 (lebih kecil dari 0,05) artinya terdapat pengaruh advertisement terhadap brand trust. Untuk
nilai estimate yang dimiliki sebesar 0,089 hal ini menunjukan bahwa pengaruh advertisement
terhadap brand trust adalah positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis tersebut
didukung dengan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa advertisement
Hipotesis 4
Hipotesis 4 menguji pengaruh social network service content terhadap brand trust dengan bunyi
Ho: Tidak terdapat pengaruh positif social network service content terhadap brand trust.
Ha: Terdapat pengaruh positif social network service content terhadap brand trust.
sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) artinya terdapat pengaruh social network service content
terhadap brand trust. Untuk nilai estimate yang dimiliki sebesar 0, 203 hal ini menunjukan
bahwa pengaruh social network service content terhadap brand trust adalah positif, sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis tersebut didukung dengan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
ini menyatakan bahwa social network service content berpengaruh positif terhadap brand trust.
Hipotesis 5
bunyi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh positif customer engagement terhadap brand trust.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel diatas, hipotesis kelima memiliki nilai pvalue sebesar
0,000 (lebih kecil dari 0,05) artinya terdapat pengaruh customer engagement terhadap brand
trust. Untuk nilai estimate yang dimiliki sebesar 1,033 hal ini menunjukan bahwa pengaruh
customer engagement terhadap brand trust adalah positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis tersebut didukung dengan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa
Hipotesis 6
Hipotesis 6 menguji pengaruh customer engagement terhadap brand loyalty dengan bunyi
Ho: Tidak terdapat pengaruh positif customer engagement terhadap brand loyalty.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel diatas, hipotesis keenam memiliki nilai pvalue sebesar
0,005 (lebih kecil dari 0,05) artinya terdapat pengaruh customer Engagement terhadap brand
Loyalty. Untuk nilai estimate yang dimiliki sebesar 2,742 hal ini menunjukan bahwa pengaruh
customer engagement terhadap brand loyalty adalah positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis tersebut didukung dengan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa
Hipotesis 7
Hipotesis 7 menguji pengaruh brand trust terhadap brand loyalty dengan bunyi hipotesis nol
(Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh positif brand trust terhadap brand loyalty.
0,000 (lebih kecil dari 0,05) artinya terdapat pengaruh brand trust terhadap brand loyalty. Untuk
nilai estimate yang dimiliki sebesar 0,161 hal ini menunjukan bahwa pengaruh brand trust
terhadap brand loyalty adalah positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis tersebut
didukung dengan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa brand trust
Tabel 4.6
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kwon et al.,
(2020), dimana hasil penelitiannya menunjukan terdapat pengaruh positif advertisement terhadap
customer engagement.
4.3.2 Hipotesis 2
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2, diketahui bahwa terdapat pengaruh positif social
network service content terhadap customer engagement. Hal ini menunjukan bahwa semakin
baik konten media sosial restoran ini yang merupakan sumber informasi penting untuk memilih
restoran ini maka akan semakin membuat konsumen memiliki perasaan yang positif. Hal tersebut
didukung dengan rata-rata jawaban responden merasa bahwa konten media sosial restoran ini
yang merupakan sumber informasi penting untuk memilih restoran ini. Mayoritas responden
menyatakan bahwa layanan yang diberikan restoran ini memungkinkan konsumen untuk
membangun hubungan online dengan orang lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kwon et al.,
(2020), dimana hasil penelitiannya menunjukan terdapat pengaruh positif social network service
content terhadap customer engagement.
4.3.3 Hipotesis 3
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kwon et al.,
(2020), dimana hasil penelitiannya menunjukan terdapat pengaruh positif advertisement terhadap
brand trust.
4.3.4 Hipotesis 4
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4, diketahui bahwa terdapat pengaruh positif social
network service content terhadap brand trust. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik konten
media sosial restoran ini yang merupakan sumber informasi penting untuk memilih restoran ini
maka akan semakin membuat konsumen selalu percaya pada restoran ini. Hal tersebut didukung
dengan rata-rata jawaban responden merasa bahwa konten media sosial restoran ini yang
merupakan sumber informasi penting untuk memilih restoran ini. Mayoritas responden
menyatakan bahwa layanan yang diberikan restoran ini memungkinkan konsumen untuk
membangun hubungan online dengan orang lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kwon et al.,
(2020), dimana hasil penelitiannya menunjukan terdapat pengaruh positif social network service
content terhadap brand trust.
4.3.5 Hipotesis 5
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kwon et al.,
(2020), dimana hasil penelitiannya menunjukan terdapat pengaruh positif customer engagement
terhadap brand trust.
4.3.6 Hipotesis 6
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 6, diketahui bahwa terdapat pengaruh positif Positif
customer engagement terhadap brand loyalty. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik perasaan
yang dimiliki oleh konsumen ketika mengunjungi restoran ini dan membuat perasaan konsumen
lebih baik maka akan semakin membuat konsumen terus mengunjungi restoran ini. Hal tersebut
didukung dengan rata-rata jawaban responden merasa bahwa setiap mengunjungi restoran ini
membuat saya menjadi bahagia dan setiap mengunjungi restoran ini membuat perasaan saya
lebih baik. Mayoritas responden menyatakan bahwa partisipasi konsumen ketika mengunjungi
restoran yang membuat menjadi bahagia dan dapat memberikan kesan yang positif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kwon et al.,
(2020), dimana hasil penelitiannya menunjukan terdapat pengaruh positif customer engagement
terhadap brand loyalty.
4.3.7 Hipotesis 7
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 7, diketahui bahwa terdapat pengaruh positif brand
trust terhadap brand loyalty. Hal ini menunjukan bahwa semakin konsumen merasa tenang ketika
mengunjungi restoran ini maka akan semakin membuat konsumen ingin terus mengunjungi
restoran ini. Hal tersebut didukung dengan rata-rata jawaban responden merasa bahwa restoran
ini memberi saya ketengangan pikiran. Mayoritas responden menyatakan bahwa kepercayaan
yang dimiliki oleh konsumen bahwa restoran tersebut tidak mengecewakan dan memberikan
ketenangan pikiran.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kwon et al.,
(2020), dimana hasil penelitiannya menunjukan terdapat pengaruh positif brand trust terhadap
brand loyalty.
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
Penelitian ini memiliki beberapa implikasi manajerial, terutama untuk dapat meningkatkan
advertisement, sns content, customer engagement, brand trust dan brand loyalty, sebagai berikut:
Berdasarkan penelitian ini maka saran dan rekomendasi yang dapat diberikan untuk peneliti
selanjutnya agar dapat memperbaiki kekurangan ataupun keterbatasan pada penelitian ini sebagai
berikut:
1. Peneliti selanjutnya dapat meneliti jenis restoran lain seperti restoran fast food dan
dapat dilakukan pada industri lain seperti perhotelan, fashion, dan industri lainnya.
2. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Ashley, C., & Leonard, H. A. (2009). Betrayed by the Buzz? Covert Content and Consumer–Brand
Relationships. Https://Doi.Org/10.1509/Jppm.28.2.212, 28(2), 212–220.
https://doi.org/10.1509/JPPM.28.2.212
Dessart, L., Veloutsou, C., & Morgan-Thomas, A. (2015). Consumer engagement in online brand
communities: A social media perspective. Journal of Product and Brand Management, 24(1),
28–42. https://doi.org/10.1108/JPBM-06-2014-0635
Dube, K., Nhamo, G., & Chikodzi, D. (2020). COVID-19 cripples global restaurant and hospitality
industry. Current Issues in Tourism, 1–4. https://doi.org/10.1080/13683500.2020.1773416
Espinosa, J. A., Ortinau, D. J., Krey, N., & Monahan, L. (2018). I’ll have the usual: how restaurant
brand image, loyalty, and satisfaction keep customers coming back. Journal of Product and
Brand Management, 27(6), 599–614. https://doi.org/10.1108/JPBM-10-2017-1610
Gössling, S. (2020). Risks, resilience, and pathways to sustainable aviation: A COVID-19
perspective. Journal of Air Transport Management, 89.
https://doi.org/10.1016/j.jairtraman.2020.101933
Ho, C. W. (2014). Consumer behavior on facebook does consumer participation bring positive
consumer evaluation of the brand? EuroMed Journal of Business, 9(3), 252–267.
https://doi.org/10.1108/EMJB-12-2013-0057
Hollebeek, L. D., Juric, B., & Ilic, A. (2011). Customer engagement: Conceptual domain,
fundamental propositions, and implications for research. In Article in Journal of Service
Research (Vol. 24). https://www.researchgate.net/publication/285726483
Junaidi, F., Suwandi, S., Saddhono, K., & Wardani, N. E. (2022). Improving Students’ Social
Intelligence Using Folktales during the Covid-19 Pandemic. International Journal of Instruction,
15(3), 209–228. https://doi.org/10.29333/iji.2022.15312a
Krystallis, A., & Chrysochou, P. (2014). The effects of service brand dimensions on brand loyalty.
Journal of Retailing and Consumer Services, 21(2), 139–147.
https://doi.org/10.1016/J.JRETCONSER.2013.07.009
Makri, K., Papadas, K. K., & Schlegelmilch, B. B. (2019). Global-local consumer identities as drivers
of global digital brand usage. International Marketing Review, 36(5), 702–725.
https://doi.org/10.1108/IMR-03-2018-0104
Nyamekye, M. B., Adam, D. R., Boateng, H., & Kosiba, J. P. (2023). Place attachment and brand
loyalty: the moderating role of customer experience in the restaurant setting. International
Hospitality Review, 37(1), 48–70. https://doi.org/10.1108/ihr-02-2021-0013
Ong, K. S., Nguyen, B., & Syed Alwi, S. F. (2017). Consumer-based virtual brand personality
(CBVBP), customer satisfaction and brand loyalty in the online banking industry. International
Journal of Bank Marketing, 35(3), 370–390. https://doi.org/10.1108/IJBM-04-2016-0054
Rose, S., Clark, M., Samouel, P., & Hair, N. (2012). Online Customer Experience in e-Retailing: An
empirical model of Antecedents and Outcomes. Journal of Retailing, 88(2), 308–322.
https://doi.org/10.1016/J.JRETAI.2012.03.001
Sashi, C. M. (2012). Customer engagement, buyer-seller relationships, and social media.
Management Decision, 50(2), 253–272. https://doi.org/10.1108/00251741211203551
Sasmita, J., & Mohd Suki, N. (2015). Young consumers’ insights on brand equity: Effects of brand
association, brand loyalty, brand awareness, and brand image. International Journal of Retail
and Distribution Management, 43(3), 276–292. https://doi.org/10.1108/IJRDM-02-2014-0024
Vivek, S. D., Beatty, S. E., Dalela, V., & Morgan, R. M. (2014). A Generalized Multidimensional
Scale for Measuring Customer Engagement. Journal of Marketing Theory and Practice, 22(4),
401–420. https://doi.org/10.2753/MTP1069-6679220404
Vivek, S. D., Beatty, S. E., & Morgan, R. M. (2012). Customer Engagement: Exploring Customer
Relationships Beyond Purchase. Journal of Marketing Theory and Practice, 20(2), 122–146.
https://doi.org/10.2753/MTP1069-6679200201
Wati, R., Andriyani, N., & Susilowati, T. (2022). Delivery Order Information System in Raya Family
Restaurant Based on Android Application. International Journal of Information Technology &
Computer Engineering (IJITC) ISSN : 2455-5290, 2(03), 25–35.
https://doi.org/10.55529/IJITC23.25.35