Bab 1 Tita Mim Revisi 1
Bab 1 Tita Mim Revisi 1
Oleh:
TITA NURHAYATI
NPM 12042020007
PROPOSAL TESIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
kontemporer. Hal ini menjadi dasar hubungan antara budaya dan makanan yang
terus menghasilkan cita rasa serta keberagaman yang dapat kita nikmati hingga
lepas dari pengaruh budaya dan globalisasi kuliner yang berasal dari negara
terjadi melalui beragam cara, diantaranya program kerja sama dan investasi
negara-negara luar dengan Indonesia. Hal ini ditandai dari maraknya ritel-ritel
cita rasanya disesuaikan dengan cita rasa nasional Indonesia. Berikut daftar ritel
Dengan melihat restoran-restoran fastfood yang tertera pada tabel 1.1, maka
yang sangat cepat pada perilaku konsumen, mendorong unit bisnis kuliner
berlomba-lomba untuk bisa lebih dari sekedar dikenali oleh konsumen. Berbagai
cara dilakukan agar mereknya diingat dan diminati dalam jangka waktu yang tak
dengan tidak hanya terfokus pada peningkatan profit, namun ada faktor lain selain
profit yang justru dapat menjadi modal kuat bagi perusahaan untuk bisa terus
yang terjadi kemudian turut memberikan berbagai tantangan baru bagi para
pemasar, mulai dari semakin kompetitifnya persaingan dalam mendapatkan
utama untuk membentuk sikap konsumen yang setia atau loyal terhadap merek.
Hal tersebut disebabkan karena sikap loyalitas merek merupakan alat dalam
menjadi seperti mata pisau bagi pihak perusahaan, di satu sisi arus informasi dapat
bergerak menjangkau cakupan pasar yang lebih luas dan cepat, namun di sisi lain
terbatas, sehingga perusahaan harus memikirkan cara yang sangat efektif untuk
cost yang relatif besar namun tingkat respon yang terjadi cenderung lebih rendah
kuat dan efektif dalam menghasilkan respon positif publik untuk produk
mencapai puncaknya di Indonesia pada tahun 2020, dimana dunia dipercepat dan
dipaksa untuk masuk pada era revolusi industri 4.0 serta nyaris seluruh aspek
didapatkan. Semakin popular sebuah merek maka semakin terbuka lebar peluang
Merek atau brand merupakan asset penting bagi perusahaan. Brand adalah
Merek yang telah menjadi brand akan menjadi kuat, unik, menyenangkan, juga
panjang untuk perusahaan (Riorini & Widayati, 2015; Crosby, Evans & Cowles,
Tumbuan, & Tielung, 2020). Dalam proses branding, interaksi antara konsumen
konsumen kembali menggunakan produk atau jasa, bahkan lebih dari itu
perilaku konsumen yang secara sukarela melakukan apapun untuk merek yang
konsumen yang sangat percaya pada produk, dan mereka mencoba meyakinkan
orang lain untuk membeli dan menggunakan produk atau layanan yang sama.
menjadi sesuatu yang paling berpengaruh untuk memberikan “kabar positif” dan
menjadi rujukan, baik bagi calon konsumen baru atau konsumen lama agar terus
evangelist adalah satu dari banyak faktor penting yang bisa membuat
sebuah brand bisa lebih dikenal dan memiliki citra yang positif (Nurdianasari,
2017).
positif” namun seorang Evangelist bisa menjadi seorang yang berbahaya bagi
pesaing, karena konsumen yang telah menjadi Evangelist akan menjadi pembela
yang kuat bagi brand yang dia pilih, dan tentu saja tidak akan ragu untuk
memiliki hubungan emosional dengan suatu brand dan rela melakukan apa pun
untuknya, seperti berdedikasi mengajak orang lain ikut menggunakan brand yang
kompetitor dan berpindah pada brand yang dia rekomendasikan (Lee and Hsieh,
2016). Maka dalam hal ini perusahaan akan memiliki keuntungan apabila
Brand Evangelism juga akan berdampak terhadap minimasi cost karena para
sebuah merek akan terjadi ketika mereka memiliki keterikatan dengan merek
membentuk prinsip bahwa sebuah merek akan selalu memberikan yang terbaik
bahwa merek dari perusahaan tersebut merupakan satu-satunya yang akan mampu
tanggung jawab dan bukti bahwa perusahaan dapat diandalkan. Kepercayaan juga
menjadi tolak ukur kualitas, sekaligus integritas suatu merek. Dengan demikian,
Brand Trust memiliki peran penting dalam membentuk suatu jalinan hubungan
Selain Brand Trust, hal lain yang menarik untuk dilihat sebagai bagian dari
baik mengenai suatu produk (Agrawal dan Rahman, 2019; Harrigan dan Roy,
2020, Wajid et al., 2019). Kehandalan sebuah merek ditunjukkan dari seberapa
balik yang mengarah pada perilaku Evangelism (Junaid et al., 2020). Pelanggan
yang mendukung suatu merek akan bersedia menjadi advokat untuk merek
Perasaan cinta mendorong persepsi yang bias terhadap merek, yang bahkan
dilakukan oleh merek tersebut (Burnasheva, Suh & Moron, 2018). Keterikatan
antara merek dan konsumen sebagai bagian dari Brand Love, merupakan
terbentuk dalam diri konsumen menjadi potensi yang sangat besar untuk
untuk kemudian dipilih serta dijadikan kebanggaan yang juga akan disebarluaskan
kepada pihak lain. Posisi tersebut menunjukkan adanya kesesuaian nilai (Value
konsumen untuk Trust, Love dan Evangelist terhadap suatu Brand. Seperti temuan
hubungan yang signifikan dan positif antara Brand Evangelism, dan Self Brand
Congruity. Juga penelitian Hsu (2018) dengan hasil bahwa Value Congruity dapat
atas adanya relationship yang kuat, juga deklarasi konsumen sebagai pecinta
Brand yang sangat fanatik. Knoll (2016), Phua and Kim (2018) dalam temuan
identifikasi. Maka dari itu Value Congruity menjadi jembatan terjadinya Brand
Evangelist seseorang, dengan cara aktif dan tegas menyebarkan ide-ide positif dan
meyakinkan orang lain untuk mengembangkan interaksi dengan merek yang sama
(Yang, Isa, Wu, Ramayah & Jermsittiparsert, 2020). Hal ini terjadi karena
konsumen yang menjadi Evangelist merasa perlu berbagi hasrat dan emosi mereka
tentang merek dengan orang lain (Rather, Najar & Jaziri (2020). Hal ini diartikan
Value Congruity juga dapat terjadi antara konsumen dengan lingkungan maupun
konsumen lain.
penting untuk dilakukan perusahaan, juga dirasakan oleh salah satu restoran
fastfood terkenal di Indonesia serta menduduki posisi sebagai Second Top Brand
dalam Top Brand Award 2023 yaitu McDonalds (Top Brand Award, 2023). Pada
yaitu BTS Meal di 50 negara di Dunia, yang dinilai berhasil menarik perhatian
salah satu Boy Band terkenal asal Korea Selatan yaitu Beyond The Scene (BTS),
dimana diketahui BTS memiliki jutaan fans fanatik hampir di seluruh dunia.
antusiasme para fans BTS sehingga pembelian produk BTS Meal tersebut dinilai
dengan hanya membuka 3 channels order yaitu drive-thru, order delivery, dan
online delivery. Event ini juga melibatkan para pengemudi online khususnya ojek
online. Namun selain dampak positif yang diperoleh McDonald’s, perusahaan ini
dampak negatif itu pula menjadikan McDonalds dikenal publik karena menjadi
brand yang lebih erat dengan konsumennya. Hal ini dilakukan McDonalds
keadaan terikat yang terbentuk oleh emosi, sebagai strategi McDonalds untuk
membangun relationship dengan konsumen agar tidak beralih ke brand pesaing
melakukan kolaborasi dengan rapper Amerika yaitu Travis Scott yang dilakukan
pada bulan September 2020, namun pada saat bersamaan justru McDonalsd
2021). Disisi lain saat McDonald memutuskan berkolaborasi dengan BTS, hal ini
Kentucky Fried Chicken (KFC). Disatu sisi McDonalds terlihat gencar melakukan
berbagai aktivitas promosi dan branding dalam kurun waktu 3 tahun terakhir,
berada pada posisi kedua. Adapun penilaian Top Brand Award ini didasarkan
pada 3 parameter yaitu Top of Mind Share, Top of Market Share dan Top of
Commitment Share. Berikut posisi 5 urutan teratas Top Brand Award kategori
RESTORAN FASTFOOD
BRAND TBI 2017 BRAND TBI 2018 BRAND TBI 2019 BRAND TBI 2020 BRAND TBI 2021 BRAND TBI 2022 BRAND TBI 2023
KFC 60.40% KFC 42.70% KFC 26.20% KFC 26.40% KFC 27.20% KFC 27.20% KFC 27.20%
MC MC MC MC MC MC MC
19.00% 24.30% 22.40% 22.80% 26.00% 26.20% 25.40%
Donald’s Donald’s Donald’s Donald’s Donald’s Donald’s Donald’s
Hoka- Hoka- Hoka- Hoka- Hoka-
Hoka 3.70% A&W 6.30% A&W 5.40% Hoka 6.50% Hoka 8.50% Hoka 9.40% Hoka 8.50%
Bento Bento Bento Bento Bento
Hoka- Hoka-
A&W 2.90% Hoka 5.80% Hoka 5.40% A&W 5.90% A&W 7.90% A&W 7.60% A&W 8.20%
Bento Bento
Richeese Richeese Richeese Richeese Richeese Richeese
CFC 2.70% 2.70% 4.30% 4.90% 5.90% 4.70% 3.70%
Factory Factory Factory Factory Factory Factory
Trust, pentingnya hal tersebut juga terlihat melalui informasi yang diperoleh dari
hasil observasi. Outlet McDonalds memang tidak sepi pengunjung, namun dengan
posisi McDonalds yang berada pada posisi second Top Brand, maka pihak
pertama di mata konsumen ketika mereka menginginkan fastfood. Hal ini juga
yang ada dalam prioritas mereka ketika melakukan pembelian fastfood. Selain itu,
dimana konsumen antusias pada saat event dilaksanakan, namun setelah event
biasa saja. Hal ini memunculkan dugaan bahwa Brand Love konsumen pada
perlu diupayakan suntuk membangun Brand Trust, dan Brand Love konsumen
Hal-hal yang dipaparkan tersebut telah dijelaskan dan didukung oleh banyak
Evangelism pada bank umum. Hasil yang didapat adalah seseorang dengan
suatu merek bank umum, akan semakin memiliki niat untuk menjadi nasabah
pihak lain serta memberikan contradictory references untuk bank lain atau disebut
dengan Brand Evangelist. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Hsu
Hsu (2018) juga menemukan bahwa secara parsial, brand purchase intentions
memiliki pengaruh positif pada positive brand referrals yang lebih tinggi daripada
Kwun dan Hahm (2020) semakin mempertegas pentingnya Brand Evangelist yang
terbukti dapat menjadi strategi efektif untuk pemasaran, dengan cara kerjanya
yang membangun hubungan jangka panjang antara konsumen dengan merek serta
suatu merek.
Berdasarkan paparan latar belakang, maka penelitian ini bermaksud
mediasi.”
Saat ini Brand Evangelism menjadi trend yang diupayakan oleh para
dari rasa puas, keyakinan yang mendalam, rasa memiliki, dan sebagainya.
berkali-kali membeli produk karena kebutuhan, namun lebih dari itu, konsumen
tersebut menganggap bahwa produk tersebut adalah bagian dari dirinya dan tidak
Indonesia, sering kali melakukan aktivitas sebagai bentuk Brand Building serta
merujuk pada hasil Top Brand Award yang merupakan event bergengsi yang
McDonalds masih berada pada posisi kedua setelah KFC dan berlangsung
Evangelism?
Penelitian ini secara umum digunakan untuk menguji apakah Brand Trust
dan Brand Love dapat membentuk Brand Evangelist yang dimediasi oleh Value
1. Untuk mengetahui Brand Trust, Brand Love, Value Congruity dan Brand
Evangelism?
Evamgelism?
Evangelism?
1. Aspek Teoritis
kausalitas dan diharapkan mampu menjelaskan Brand Trust, Brand Love dalam
dasar yang memberikan peluang bagi penelitian yang akan datang (future
research), dengan mempertimbangkan Brand Trust dan Brand Love pada sektor
kuliner khususnya fast food dapat memberikan efek pada terjadinya Brand
2. Aspek Praktis
Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi