Anda di halaman 1dari 3

KOMPETENSI MENJADI PONDASI

Ketenaran, kompetensi, dan kemampuan fisik, tiga unsur penting yang sering kali menjadi pertimbangan utama dalam
pemilihan seorang pemimpin. Dalam konteks sejarah dan dengan memperhatikan ideologi primus inter pares, seorang pemimpin
seringkali diasosiasikan dengan kekuatan fisik dan spiritual yang luar biasa. Namun, pertanyaannya adalah, apakah ketiga aspek
ini memadai untuk menciptakan pemimpin yang optimal? Jawabannya tentu saja tidak. Ketenaran adalah hal yang kerap
diidamkan oleh banyak individu, yang merasa bahwa dikenal oleh banyak orang adalah tanda kehebatan dan prestise yang tak
tertandingi. Namun, penting untuk diingat bahwa ketenaran tidak merangkul seluruh gambaran kepemimpinan yang sebenarnya.
Ketenaran hanya menciptakan pengenalan dari masyarakat luas, sedangkan menjadi pemimpin yang efektif melibatkan lebih dari
sekadar pengenalan. Kualitas kepemimpinan, kompetensi, dan kemampuan untuk mempengaruhi, memimpin, serta memecahkan
masalah yang dihadapi oleh tim atau organisasi adalah hal yang lebih esensial.
Kompetensi adalah inti dari kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang mendalam,
pemahaman yang luas, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana. Kemampuan untuk memahami isu-isu yang
kompleks, memecahkan masalah, dan mengelola sumber daya dengan efisien merupakan faktor penting dalam mengarahkan
suatu organisasi menuju kesuksesan. Sementara itu, kemampuan fisik juga memiliki peran dalam kepemimpinan, terutama ketika
ada aspek-aspek fisik yang terkait dengan peran seorang pemimpin. Namun, penting untuk diingat bahwa kemampuan fisik yang
baik tidak dapat menggantikan kompetensi dan kualitas kepemimpinan. Kemampuan fisik dapat menjadi aspek tambahan yang
membantu pemimpin dalam menghadapi tugas-tugas fisik yang mungkin terjadi dalam perannya. Ketenaran, kompetensi, dan
kemampuan fisik adalah nilai-nilai yang sering menjadi fokus dalam memilih seorang pemimpin. Namun, penting untuk memahami
bahwa ketenaran hanyalah satu sisi dari sebuah koin, sementara kompetensi dan kemampuan kepemimpinan yang sejati adalah
yang membentuk dasar kepemimpinan yang efektif. Menciptakan pemimpin yang optimal memerlukan keseimbangan yang
bijaksana antara ketiga aspek ini, dengan kompetensi sebagai fondasi yang paling penting.
Mengapa saya bisa berbicara bahwa ketenaran dan kemampuan fisik bukanlah segalanya? Memang benar secara
historis pendapat saya mungkin menjadi kontradiksi dan apa yang sudah dilalui dan dihidupi di masa lalu. Namun zaman berubah
kita yang sekarang tidak lagi seperti mereka para pendahulu kita para nenek moyang kita yang memiliki pola berpikir yang bisa
dibilang cukup sempit pada masanya. Menurut saya kompetensi adalah pondasi yang menopang segala struktur. Anggap saja
segenap siswa di Kolese Kanisius penduduk di suatu kota yang hendak dibangun. Tentunya dalam setiap daerah memiliki
pemimpin sesuai dengan ideologi daerah dan juga sistem pemerintahan yang dianut. Menurut saya nilai yang sangat dibutuhkan
untuk membuat pondasi kota ini adalah kompetensi Mengapa demikian? Menurut KBBI kompetensi adalah kewenangan atau
kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu serta kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak
atau batiniah. Hal ini berarti kompetensi adalah kemampuan logis, linguistik serta pola berpikir yang handal.
Kompetensi, dalam konteks pembahasan essay ini, merujuk pada kemampuan seseorang dalam menguasai suatu
keterampilan atau bidang tertentu. Dalam kasus essay ini, kami akan fokus pada kompetensi kepemimpinan dan bagaimana
kompetensi ini dapat memengaruhi upaya kami untuk meningkatkan diri dan memimpin para siswa di Kolese Kanisius menuju
perubahan yang lebih baik daripada saat ini. Sejalan dengan tema yang saya bahas dalam tugas sebelumnya, yaitu "Semper
Magis Ad Maximus," setiap pemimpin diharapkan memiliki tingkat kompetensi yang tinggi dalam berpikir dan bertindak.
Kompetensi ini sangat penting karena memberikan pemimpin peluang yang lebih besar untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang ada dalam lingkup kepemimpinan mereka. Lebih penting daripada ketenaran atau kekuatan fisik, kompetensi
memungkinkan seorang pemimpin untuk membuat keputusan yang bijaksana. Seorang pemimpin yang kompeten memiliki
pengetahuan mendalam dan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu yang dihadapi oleh organisasi, dalam kasus ini, sekolah,
yaitu Kolese Kanisius. Dengan pemahaman ini, pemimpin mampu membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan dalam
jangka pendek, tetapi juga dalam jangka panjang, menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan organisasi.
Selain itu, kompetensi berpikir yang kuat dan kompetensi dalam berbagai bidang juga memungkinkan seorang pemimpin
untuk menghadapi masalah dengan cepat dan efektif. Pemimpin dapat mengidentifikasi masalah, menganalisis akar penyebabnya,
dan mengembangkan solusi yang efisien. Semua ini penting untuk memastikan keberlangsungan organisasi siswa di dalam
sekolah, karena setiap masalah yang dihadapi organisasi memerlukan solusi yang tepat dan efektif untuk menjaga keharmonisan
dan pertumbuhan organisasi tersebut. Secara keseluruhan, kompetensi adalah inti dari kepemimpinan yang efektif. Dalam konteks
essay ini, kompetensi tidak hanya mencakup keterampilan kepemimpinan, tetapi juga kemampuan berpikir yang kritis dan
pemahaman mendalam tentang isu-isu yang dihadapi organisasi. Kompetensi ini memberikan pemimpin alat yang diperlukan
untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan efektif, serta untuk mengatasi masalah dengan cepat dan efisien. Hal ini sangat
penting dalam memastikan keberlangsungan dan pertumbuhan organisasi siswa di sekolah, seperti Kolese Kanisius.
Dengan kompetensi yang tinggi tentunya seorang pemimpin juga kemungkinan besar memiliki cara berkomunikasi yang
baik Pemimpin yang kompeten mampu berkomunikasi dengan jelas dan juga efektif kepada anggota timnya hal ini membantu
pengurangan waktu-waktu yang tertunda ataupun terbuang sia-sia serta dengan cara berkomunikasi yang tepat Pemimpin juga
dapat mengayomi seluruh anggota yang ia Pimpin untuk selalu berkembang maju sampai magis misi dan visi yang dimiliki oleh
sekolah. Di samping dari itu Jika seorang pemimpin ada seorang yang kompeten ya Iya memahami betul dan dalam bidang yang
ia urusi pada kasus ini adalah seluruh siswa Kolese Kanisius. Pemimpin harus mengerti betul ciri-ciri perilaku gaya hidup
permasalahan-permasalahan serta segala hal apapun yang terjadi di antara anggota-anggota yang ia Pimpin.
Di luar dari hal yang sudah saya bahas tadi, kepemimpinan yang berdasarkan prestasi dinilai baik oleh masyarakat
banyak karena seorang individu menjadi pemimpin dikarenakan prestasi yang ia raih daripada hanya dengan ketenaran ataupun

118/Theodore Ernest Djauhari


KOMPETENSI MENJADI PONDASI
kekuatan fisik yang mereka miliki berprestasi ini menjadi salah satu faktor pendukung bagi para anggota untuk memilih tersebut
karena dengan prestasi dapat meningkatkan kepercayaan kotak dan juga mendapatkan dukungan yang lebih dari pemangku
kepentingan. Melanjutkan hal yang tadi sudah saya bahas sebelumnya tentang pemahaman yang lebih mendalam demi
keberlangsungannya dan keberlanjutan Kolese Kanisius sendiri. Memang ketenaran dan kemampuan fisik adalah hal yang penting
juga untuk dimiliki seorang pemimpin kita tentunya tidak mau memiliki seorang pemimpin yang tidak dikenal siapa-siapa kita juga
tidak mau memiliki pemimpin yang lemah jatuh sakit ataupun tidak kuat fisik dalam kegiatan sehari-harinya kami dari itu dengan
memiliki pemimpin yang kompeten suatu organisasi ataupun instansi cenderung lebih memiliki langkah-langkah ataupun aksi yang
mempertimbangkan keberlangsungan organisasi tersebut dalam jangka yang panjang.
Untuk saat ini, saya memiliki prioritas yang tinggi dalam upaya pengembangan kompetensi pribadi saya. Hal ini didasari
oleh kesadaran saya akan pentingnya memiliki kemampuan yang unggul di berbagai aspek. Kompetensi itu sendiri adalah suatu
konsep yang sangat luas dan dapat dilihat dari berbagai perspektif. Pertama-tama, kita dapat membedakannya menjadi dua
kategori utama: kompetensi akademis dan kompetensi non-akademis. Kompetensi akademis melibatkan pencapaian dalam
lingkup pendidikan formal, sementara kompetensi non-akademis mencakup keterampilan interpersonal, kepemimpinan, dan
berbagai aspek lainnya. Penting untuk diingat bahwa kompetensi sangat erat kaitannya dengan kompetisi. Kemampuan untuk
bersaing dan memenangkan kompetisi menjadi tujuan yang signifikan dalam pengembangan kompetensi. Saya percaya bahwa
kompetensi adalah dorongan untuk berpartisipasi dalam kompetisi, dan ini merupakan salah satu aspek penting dalam
perkembangan diri. Namun, dalam menetapkan prioritas, saya lebih memilih untuk memberikan penekanan pada pengembangan
kompetensi daripada fokus pada aspek-aspek lain seperti kemampuan fisik atau ketenaran. Ini bukan berarti saya meremehkan
pentingnya aspek tersebut, tetapi setelah pertimbangan matang, saya menyadari bahwa pemimpin yang sangat efektif adalah
mereka yang memiliki kompetensi yang tinggi. Ketenaran bisa datang kemudian ketika seseorang telah mencapai banyak prestasi
dalam berkompetisi.
Saya juga menyadari bahwa kemampuan fisik tidak boleh diabaikan. Seiring berjalannya waktu, saya merasa bahwa
memiliki kebugaran fisik yang baik juga penting, terutama karena peran seorang pemimpin seringkali melibatkan banyak aktivitas
dan tuntutan fisik. Oleh karena itu, kemampuan fisik yang baik dapat membantu seorang pemimpin tetap sehat dan berkinerja
tinggi. Dalam hal ini, ketenaran juga bisa menjadi nilai tambah bagi seorang calon pemimpin. Dengan ketenaran, suara dan pesan
yang disampaikan oleh seorang pemimpin akan lebih mudah didengar oleh banyak orang. Ketenaran membuka peluang untuk
mempengaruhi dan memobilisasi banyak orang, sehingga menciptakan sebuah siklus di mana pemimpin memimpin organisasi
mereka dengan efektif. Perlu diingat kembali bahwa ketenaran tanpa kompetensi yang kuat hanya akan menjadi reputasi semu.
Seorang pemimpin harus mampu membuktikan kemampuannya dan menggabungkan kompetensi dengan ketenaran untuk
menjadi pemimpin yang benar-benar efektif. Jika seorang pemimpin memiliki kemampuan fisik yang tinggi namun kurang
kompeten, organisasi yang ia pimpin kemungkinan akan menghadapi tantangan serius dalam mencapai tujuan mereka. Oleh
karena itu, pengembangan kompetensi tetap menjadi prioritas utama bagi saya dalam perjalanan menuju kepemimpinan yang
sukses.
Program kerja seorang pemimpin yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi haruslah dipandang sebagai suatu upaya
yang lebih sistematis, terukur, dan terarah. Selain itu, seorang pemimpin yang memiliki prioritas untuk menciptakan dampak jangka
panjang juga harus memasukkan elemen-elemen ini dalam agenda kerjanya. Saat ini, saya sangat bersemangat untuk
menjalankan langkah-langkah ini jika kelak terpilih menjadi seorang pemimpin. Saya meyakini bahwa kompetensi adalah pondasi
utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kemampuan ini tidak hanya mencakup aspek pengetahuan dan keterampilan
akademis, tetapi juga melibatkan kualitas kepemimpinan, keterampilan komunikasi, serta kemampuan untuk memecahkan
masalah kompleks. Kompetensi ini memungkinkan seorang pemimpin untuk mengambil keputusan yang tepat dan efisien, serta
untuk memimpin timnya dengan efektif.
Namun, tidak bisa diabaikan bahwa seorang pemimpin juga membutuhkan unsur ketenaran. Ketenaran memungkinkan
pesan dan visi seorang pemimpin untuk lebih mudah didengar dan diikuti oleh banyak orang. Dalam dunia yang penuh dengan
kompetisi dan kebisingan, ketenaran menjadi alat yang kuat untuk membedakan pemimpin dari yang lainnya. Selain itu,
kemampuan fisik yang cukup baik juga diperlukan untuk mengelola semua tanggung jawab seorang pemimpin. Seorang pemimpin
seringkali dihadapkan pada jadwal yang padat dan tuntutan fisik yang tinggi. Oleh karena itu, menjaga kebugaran fisik dapat
membantu pemimpin untuk tetap sehat dan berkinerja maksimal.Meskipun kompetensi adalah inti dari kepemimpinan yang efektif,
ada sifat-sifat dan kemampuan tambahan yang dapat menjadi nilai komplementer. Misalnya, sifat-sifat seperti empati, kemampuan
beradaptasi, dan kebijaksanaan dapat melengkapi sifat kompeten dari seorang pemimpin sejati. Ini menggarisbawahi bahwa
kepemimpinan yang sukses tidak hanya didasarkan pada satu aspek, tetapi melibatkan kombinasi beragam kualitas yang bekerja
bersama. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa kompetensi yang tinggi tidak selalu harus diukur dengan cara
bersaing dengan orang lain atau sekolah lain untuk menjadi yang terbaik. Kompetensi juga bisa didefinisikan sebagai upaya untuk
menjadi lebih baik dari sebelumnya, untuk terus meningkatkan diri secara berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan konsep "Semper
Magis Ad Maximus," yang mendorong seseorang untuk selalu berusaha menjadi lebih baik tanpa henti.
Dalam kesimpulannya, menjadi seorang pemimpin yang sukses memerlukan kombinasi kompetensi tinggi, ketenaran,
dan kemampuan fisik yang memadai, ditambah dengan sifat-sifat dan kemampuan tambahan yang melengkapi. Dengan berfokus
pada pengembangan kompetensi dan menjaga keseimbangan antara elemen-elemen penting ini, seorang pemimpin dapat
mencapai dampak jangka panjang yang signifikan. Kemampuan bersaing atau kompetensi yang dimiliki oleh seorang pemimpin

118/Theodore Ernest Djauhari


KOMPETENSI MENJADI PONDASI
bisa memiliki efek yang kurang diinginkan pada cakupan kepengurusannya. Terkadang, pemimpin yang terlalu berfokus pada
kompetensi tanpa mempertimbangkan tanggung jawabnya terhadap anggota timnya dapat mengorbankan nilai-nilai seperti
kebersamaan dan dampak positif dari program kerja. Ini dapat mengakibatkan program-program yang kurang efektif, di mana
pemimpin terlalu terpaku pada pencapaian pribadi dan ketenaran daripada memperhatikan kepentingan bersama. Saya percaya
bahwa rasa tanggung jawab dan rasa memiliki (sense of belonging) adalah aspek penting dalam kepemimpinan yang efektif.
Seorang pemimpin harus merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kesejahteraan anggota timnya. Kepemimpinan
bukanlah sekadar gelar atau jabatan, tetapi sebuah amanah yang diberikan oleh banyak orang yang mempercayai kemampuan
pemimpin untuk memimpin dengan bijaksana. Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu selalu menjaga rasa tanggung jawab dan
keterikatan terhadap anggotanya.
Kolese Kanisius memiliki keunggulan dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya, yaitu dalam proses pemilihan
kepengurusan OSIS yang ketat dan demokratis. Ini menunjukkan komitmen untuk memastikan bahwa pemimpin yang terpilih
memang memiliki dukungan dan kepercayaan dari komunitasnya. Namun, menjadi seorang pemimpin di lingkungan seperti ini
membutuhkan lebih dari sekadar kompetensi; juga diperlukan kemampuan untuk memahami dan mempengaruhi orang, serta
mendorong anggota tim untuk aktif dan proaktif dalam mengikuti berbagai kegiatan yang telah disiapkan. Dalam dunia yang
cenderung individualistik, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengayomi, memikat perhatian, dan memotivasi
anggota timnya. Ini berarti mendengarkan, memahami kebutuhan individu, serta menciptakan lingkungan di mana setiap anggota
merasa diperhatikan dan dihargai. Selain itu, seorang pemimpin juga harus memiliki keterampilan berbicara yang baik, yang tidak
hanya tentang persuasi atau manipulasi, tetapi juga tentang memberdayakan dan memotivasi anggota timnya. Ini berarti berbicara
dengan empati, menginspirasi, dan memotivasi para anggota untuk selalu aktif dan proaktif dalam semua aktivitas yang mereka
ikuti. Dalam mengakhiri, menjadi pemimpin yang baik bukan hanya tentang kompetensi, tetapi juga tentang tanggung jawab, rasa
memiliki, kemampuan untuk mengayomi, dan keterampilan berbicara yang pandai. Melalui pendekatan yang seimbang ini, seorang
pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang produktif dan harmonis serta memberikan dampak positif yang signifikan pada
cakupan kepengurusannya.
Tentunya dalam proses berdinamika saya di Kolese Kanisius ini saya harus selalu mengembangkan kompetensi saya
sebagai individu agar dapat bersaing di dunia yang lebih luas nantinya. Yang pasti pula selain mengembangkan kompetensi saya
di masyarakat saya juga ingin mengembangkan kemampuan fisik saya selama berdinamika di Kolese Kanisius ini. Bersekolah di
sekolahnya Kanisius membuat saya sadar bahwa koneksi adalah hal yang sangat penting dan sangat umum untuk dimiliki banyak
orang. Setiap orang memiliki koneksi yang berbeda semakin banyak koneksi orang maka semakin banyak "harta" yang mereka
miliki. Harta di sini bukanlah harta materialistik tetapi harta berbentuk teman ataupun kawan yang memiliki keahliannya di
bidangnya masing-masing dan mungkin pada suatu saat dapat membantu kita untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi di
masa depan. Apa saja langkah-langkah yang dapat saya lakukan untuk mengembangkan nilai-nilai ini? Tentunya pertama-tama
untuk meningkatkan kompetensi saya kanisian saya mendaftar dan mengikuti proses pra ALT ini sendiri. Dengan mengikuti proses
saya diserang kembali Wah Persaingan di Kolese Kanisius masih dikategorikan sebagai persaingan yang sehat. Hal ini terlihat
karena minimnya kecurangan-kecurangan yang terjadi ataupun merugikan sesama teman-teman yang mengikuti prosesi pra ALT
ini. Jujur, saya kurang suka dengan penggunaan kata ketenaran. Karena kedengaran dapat berkonotasi hal yang berbeda-beda.
Menurut saya kebenaran adalah kata yang dilewati dan ambigu karena seseorang dapat terkenal oleh perilaku baik ataupun
sejarah yang buruk. Menurut saya daripada mencari kebenaran semata lebih penting jika kita memiliki banyak relasi. Relasi ini
tidak selalu harus berhubungan dengan rasa kasih sayang. Relasi tidak semena-mena tidak hanya untuk saling menguntungkan
namun lebih ke arah relasi yang saling membangun saling membantu di kala susah maupun senang. Hal ini dapat dilakukan
khususnya di sekolah saya dengan cara berteman dengan semua orang tanpa membeda-bedakan dari situ kita dapat memahami
penuh karakter ciri-ciri dari para penelitian yang sekolah di Kolese Kanisius dan bagaimana cara kita berinteraksi dengan mereka.
Untuk perihal kekuatan fisik, dalam dinamika saya bersekolah saya mengikuti ekstrakurikuler voli di mana saya setiap hari Rabu
dengan hari Jumat mengikuti dinamika ekskul voli bersama coach Juned. Mulai dan pemanasan, latihan fisik, drill voli, hingga
bermain permainan voli itu sendiri. Semua hal ini saya lakukan untuk mengembangkan diri saya menjadi lebih baik tentunya.
Namun, di samping dari tiga hal itu masih ada beberapa hal yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin itu rasa empati yang tinggi,
rasa sense of belonging dan rasa tanggung jawab. Ketiga rasa ini adalah rasa-rasa komplementer gimana tidak akan menjadi
lengkap jika kehilangan salah satunya. Sekarang Pemimpin harus memiliki rasa empati untuk memahami apa yang dirasakan oleh
anggota-anggota yang ia pimpin. Seorang pemimpin juga harus memiliki rasa sense of belonging khususnya rasa sense of
belonging akan anggotanya sendiri. Pemimpin adalah seorang yang memimpin para anggotanya dan dari situ akan muncul rasa
tanggung jawab rasa tanggung jawab ini berguna untuk memotivasi dan mendorong pemimpin untuk selalu mengambil aksi-aksi
yang mempedulikan sesama serta membangun komunitas yang lebih baik lagi dari apa yang sudah dari apa yang sudah ada.
Jalan Esa ini saya buat semoga segala hal yang saya ketik biasa ini dapat berjalan dengan lancar karena semuanya demi
kemuliaan Tuhan yang lebih besar, Ad Majorem Dei Gloriam.

118/Theodore Ernest Djauhari

Anda mungkin juga menyukai