Anda di halaman 1dari 8

I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi sebenarnya kita
sering menemuinya di kehidupan kita sehari-hari, mulai di keluarga, masyarakat,
dan bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam situasi bisnis
sekarang ini tampaknya mudah sekali orang membenarkan cara-cara kasar demi
tujuan baik. Bagi mereka, “bisnis adalah bisnis”, sedangkan “etika dan prinsip
terkadang harus mengalah pada keuntungan”.
Selain itu, banyak juga kita lihat para pelaku dan pemimpin bisnis yang
tampak berhasil menumpuk kekayaan, namun di belakang kehidupan mereka
tampak kacau dan mengenaskan. Padahal bila kita tinjau, hampir setiap minggu
muncul teori manajemen baru, namun tampaknya sedikit sekali yang
meninggalkan hasil yang diharapkan. Kesuksesan harus datang dari “dalam diri”
dengan berdasarkan pada apa yang kita pahami dan yakini untuk menjadi prinsip
yang tak tergoyahkan.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka kami membahas masalah dengan
judul “Kepemimpinan Berprinsip”. Dengan demikian kepemimpinan yang
berprinsip memusatkan kehidupan dan kepemimpinan pada prinsip-prinsip utama
yang benar. Kepemimpinan berprinsip membahas juga tentang prinsip dalam
organisasi serta pemimpinnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.       Apa definisi kepemimpinan berprinsip ?
2 Apa saja ciri-ciri kepemimpinan berprinsip ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maksud dan tujuannya adalah:
1. Mengetahui definisi kepemimpinan berprinsip
2. Mengetahui ciri-ciri kepemimpinan berprinsip
II
PENDEKATAN KONSEP ATAU TEORI

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Berprinsip


Organisasi dan kepemimpinan memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Organisasi merupakan suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan
bersama. Agar organisasi mampu mencapai tujuan, perlu adanya seorang
pemimpin yang memiliki kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan kegiatan
mempengaruhi orang lain agar ikut serta untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi yang baik adalah organisasi yang memiliki kepemimpinan yang baik,
yaitu kepemimpinan berprinsip. Kepemimpinan berprinsip adalah kepemimpinan
dengan memegang teguh prinsip. Prinsip adalah suatu paradigma yang terdiri dari
dari beberapa pokok pikiran yang mendasari suatu sikap dan gerakan pribadi yang
dianggap sangat berpengaruh di dalam mendatangkan kemajuan bagi
pembentukan pribadi maupun usaha membawa kemajuan suatu organisasi.
Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi,
realisasi dan konsekuensi. Prinsip mampu menciptakan kepercayaan dan berjalan
sebagai sebuah petunjuk yang tidak dapat dirubah. Menurut Stephen R. Covey
(1997), terdapat empat dimensi dasar prinsip, yaitu :
1. Rasa aman (Menghadapi kritik, perubahan, menunjukkan rasa berharga,
identitas, kematangan emosi, harga diri dan kekuatan diri).
2. Panduan (Petunjuk yang diterima dalam hidup merupakan hasil dari standar).
3. Sikap bijak (Mencerminkan perspektif yang bijaksana pada kehidupan).
4. Kekuatan
Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip merupakan hal yang penting
diterapkan dalam diri seorang pemimpin dan kepemimpinan dalam sebuah
organisasi. Keberhasilan pribadi atau keberhasilan organisasi, tidak dapat diraih
begitu saja. Keberhasilan datang dari dalam diri sendiri dengan berdasarkan pada
apa yang dipahami dan diyakini untuk menjadi prinsip yang tak tergoyahkan.
Dengan demikian kepemimpinan yang berprinsip memusatkan kehidupan dan
kepemimpinan pada prinsip-prinsip utama.
Prinsip dalam kepemimpinan berprinsip, yaitu hukum alam yang telah
terbukti dan benar. Prinsip tersebut muncul dalam bentuk nilai, ide, norma dan
ajaran yang meninggikan, memuliakan, menanggapi dan memberi insipirasi pada
manusia. Kepemimpinan berprinsip berdasarkan pada kenyataan bahwa setiap
pelanggaran hukum akan membawa akibat buruk.
Kepemimpinan yang berprinsip merupakan suatu paradigma terobosan-
terobosan cara berpikir yang baru, yang membantu menyelesaikan dilema-dilema
klasik dalam kehidupan modern. Adapun manfaat dari kepemimpinan berprinsip
dalam suatu organisasi, antara lain :
1. Dapat menjelaskan bagaimana memperoleh dan mempertahankan
keseimbangan yang baik dan memperkuat antara kerja dan keluarga, ambisi
pribadi dan profesional di tengah-tengah kritis dan tekanan yang terus
menerus.
2. Dapat menjelaskan bagaimana memilih kesederhanaan di tengah-tengah
kompleksitas yang luar biasa.
3. Dapat menjelaskan bagaimana mengantikan prasangka dengan suatu rasa
hormat dan rasa menemukan sesuatu yang baru dalam usaha untuk
meningkatkan belajar, pretasi, dan keunggulan seseorang.
4. Dapat menjelaskan bagaimana mendorong keinginan untuk berubah dan
memperbaiki tanpa menimbulkan lebih banyak keinginan daripada hasil.
5. Dapat menjelaskan bagaimana dapat menjadi anggota yang berguna dalam
suatu kelompok yang saling melengkapi yang berdasarkan pada rasa hormat
dan penghargaan pada keragaman dan sebagainya.

2.2 Ciri-Ciri Kepemimpinan Berprinsip


Adapun ciri-ciri kepemimpinan berprinsip dalam suatu organisasi menurut
Stephen R. Covey (1997) adalah sebagai berikut :
1. Memandang manusia dalam organisasi bukan hanya makhluk ekonomi, sosial,
psikologis tetapi juga makhluk spiritual yaitu makhluk yang menginginkan
makna/sesuatu yang berarti.
2. Mengatur manusia dalam organisasi dengan serangkaian prinsip yang telah
terbukti berupa hukum-hukum alam dan nilai-nilai sosial yang memuliakan dan
membawa pada keberadaannya yang tertinggi.
3. Memandang manusia dalam organisasi memiliki energi, akal budi, dan inisiatif
yang lebih besar daripada yang diberikan/diminta.
4. Membicarakan tentang visi dan misi, peranan dan tujuan dalam organisasi.
Menurut Stephen R. Covey (1997) kepemimpinan berprinsip dilaksanakan
dari dalam ke luar pada empat jenjang, yaitu :
1. Pribadi (Hubungan saya dengan saya sendiri).
2. Antar Pribadi (Hubungan dan interaksi saya dengan orang lain).
3. Manajerial (Tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan bersama orang
lain).
4. Organisasional (Kebutuhan saya untuk mengorganisir orang, merekrut, melatih,
menggaji, membentuk kelompok, menyelesaikan permasalahan dan
menciptakan struktur, strategi, dan sistem yang selaras).
Dalam penerapannya di setiap jenjang, terdapat prinsip-prinsip utama yang
sangat membantu keefektifannya, yaitu :
 Layak dipercaya –> Karakter & Kecakapan
Dalam jenjang personal atau pribadi, ada 2 hal yang perlu untuk dimiliki
secara seimbang, yaitu karakter dan kecakapan, sehingga kita menjadi pribadi
yang layak dipercaya. Ada orang berkarakter baik sekali, jujur, namun memiliki
kecakapan dan pekerjaan sangat rendah, alhasil pribadi tersebut dinilai dan
dianggap tidak layak utk dipercaya. Begitu juga sebaliknya, ketika seseorang
memiliki kecakapan yang tinggi, namun tidak memiliki karakter baik, kita juga
tak dapat mempercayainya secara penuh. Tidak sedikit orang yang sebenarnya
memiliki karakter baik, secara bertahap kehilangan status layak dipercaya dalam
pekerjaan dikarenakan sudah dianggap “out of date”, atau ketinggalan zaman,
karena sudah berhenti meng-update dirinya
Seorang pemimpin yang memiliki keseimbangan antara karakter dan
kecakapan senantiasa mengembangkan dirinya dan profesinya, dan
perkembangannya tercermin dalam pilihan-pilihan yang dilakukan serta
keputusan-keputusan yang dibuatnya menjadi semakin bijak.
 Kepercayaan –> Bank tabungan Emosi
Layak dipercaya merupakan kepercayaan. Kepercayaan dapat diibaratkan
sebagai bank emosi antara dua orang. Biasanya ketika keputusan win-win
solution yang dibuat dapat memberikan tambahan kepada account bank emosi ini.
Pribadi yang layak dipercaya merupaka fondasi dalam jenjang-jenjang berikutnya.
Dan ada tidaknya kepercayaan menjadi akar keberhasilan atau kegagalan dalam
menjalin hubungan dan merupakan cikal bakal kebehasilan bisnis, organisasi,
industry, sampai kepada pemerintah
Orang yang masing-masing layak dipercaya akan membangun hubungan
yang lebih berempati, penuh sinergi, dan memiliki komunikasi yang jelas, oleh
karena itu, disanalah timbul rasa aman internal didalam suatu hubungan yang
penuh kepercayaan.
 Pemberdayaan –> Kesepakatan Kinerja
Ketika suatu hubungan didalam organisasi tidak memiliki kepercayaan
atau ada kepercayaan tetapi hanya sedikit, didalam pengelolaan-nya akan
mengalami hambatan. Kita dapat melatih kecakapan orang lain, akan tetapi ketika
kita memiliki kepercayaan kepada seseorang karena karakternya, maka kita akan
terus merasa perlu melakukan control yang ketat, dan jika memang tim tersebut
tak dapat dipercaya, yang terjadi adalah terus “kucing-kucingan”. Berbeda halnya
jika kita memiliki kepercayaan besar dan tim juga memiliki kecakapan yang
tinggi, kita sudah tidak perlu lagi melakukan control dan supervisi mendetail,
bahkan sangat mungkin mereka akan mensupervisi diri mereka sendiri dan
memberikan laporan yang berkala kepada kita. Dengan begitu, peran kita bergeser
menjadi mentor dan coach mereka, dan membuat kesepakatan kinerja dalam
praktiknya, karena mereka sudah memahami apa yang diharapkan darinya.
 Penyelarasan – Pemberdayaan budaya
Ketika sebuah organisasi memiliki kepercayaan yang tinggi, yang ada
didalam organisasi adalah bekerja berdasarkan inisiatif sendiri tanpa perlu control;
menyadari dan memahami apa yang harus dikerjakan dan diharapkan darinya
tanpa memibingungkan mengenai reward & punishment.
Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang semakin kompleks ini,
organisasi membutuhkan tingkat kepercayaan yang tinggi dengan memiliki
tabungan emosi yang positif terhadap satu dengan yang lain, utamanya dengan
pemimpinnya. Alhasil, organisasi dapat berjalan dengan dinamis, pebuh dengan
kegembiraan dan semangat, menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan sasaran tanpa
perlu diingatkan, dan bekerja sama dengan rasa ama.
Menurut Stephen R. Covey, ada delapan ciri-ciri pemimpin yang
berprinsip, yaitu :
1. Mereka terus belajar.
Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar
yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat
yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga
membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti
pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan
ketrampilan dan minat baru.
2. Mereka berorientasi pada pelayanan.
Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan
karier. Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan
melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk
memikul beban orang lain. Pemimpin yang tak mau memikul beban orang lain
akan menemui kegagalan. Tak cukup hanya memiliki kemampuan intelektual,
pemimpin harus mau menerima tanggung jawab moral, pelayanan, dan
sumbangsih.
3. Mereka memancarkan energi positif.
Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang
menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh
harap, dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Dengan energi itu mereka selalu tampil
sebagai juru damai, penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi
destruktif menjadi positif.
4. Mereka mempercayai orang lain.
Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin orang
lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan
terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat
menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.
5. Mereka hidup seimbang.
Pemimpin yang berprinsip bukan ekstrimis. Mereka tidak menerima atau
menolak sama sekali. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakannya.
Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan
bijak. Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja, tidak fanatik, tidak menjadi
budak rencana-rencana. Dengan demikian mereka jujur pada diri sendiri, mau
mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang sejalan
berdampingan dengan kegagalan.
6. Mereka melihat hidup sebagai sebuah petualangan.
Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini
selalu sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman
mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak,
inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip,
mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir
semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.
7. Mereka sinergistik.
Pemimpin yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis
perubahan. Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik.
Karena itu, mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Dalam
bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang
memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-
masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit.
8. Mereka berlatih untuk memperbarui diri.
Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi
kepribadian manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu
memperbarui diri secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka
kuat, sehat dengan keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.
DAFTAR PUSTAKA

Covey, S. R. 1997. Principle Centred Leadership (Kepemimpinan yang


Berprinsip) : Terjemahan. Binarupa Aksara : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai