Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MANAJEMEN PERSEDIAAN”

Oleh :

Junizar Dwi Saputra


NIM.2201010208

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan


Dosen Pengampu : Fitria, SE,MM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS BINA INSAN
LUBUKLINGGAU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini mengenai
“Manajemen Persediaan” dengan baik dan benar menurut sumber yang ada.
Makalah ini saya susun dengan maksimal dan dengan bantuan pertolongan dari
berbagai sumber.Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa seutuhnya masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penulisan, susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh
karena itu saya menerima segala masukan dan kritikan yang membangun dari
pembaca dengan senang hati kami terima agar kedepan nya lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini menjadi pengetahuan dan memberikan manfaat
kepada pembaca atau memberi inspirasi yang baru bagi pembacanya dan dapat
menambah wawasan pengetahuan.

Lubuklinggau, Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

2.1 Pengertian Manajemen Persediaan............................................................................................3

2.2 Jenis-Jenis Persediaan.................................................................................................................4

2.3 Tingkat Perputaran Persediaan..................................................................................................5

2.4 Biaya Persediaan..........................................................................................................................7

2.5 Economical Order Quality..........................................................................................................8

2.6 Reorder Point...............................................................................................................................9

BAB III....................................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................11

3.2 Saran............................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber pendapatan perusahaan. Dalam
melaksanakan penjualan kepada para konsumen,perusahaan dapat melakukannya secara tunai
atau secara kredit. Sudah barang tentu perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi
penjualan dapat dilakukan secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan kas
tersebut dapat segera digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di
pihak lain para konsumen umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan
penjualan secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan
kredit pada kebanyakan menimbulkan adanya piutang atau tagihan. Transaksi kreditpaling
sedikit melibatkan dua pihak kreditur, yaitu pihak yang menjualbarang atau jasa dan
memperoleh piutang, dan debitur yaitu pihak yang melakukan pembelian dan menjadikan
utang.
Setiap pemimpin perusahaan selalu menginginkan penjualan barang dagangannya
dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualan secara kredit justru akan memberi
peluang untuk perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini juga
bukan tanpa resiko. Biasanya keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari segi financialnya,
yaitu seberapa besar laba yang diperoleh dari hasil usahanya. Sehingga setiap perusahaan
berlomba-lomba menaikan besaran profit yang didapatnya. Namun untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, suatu perusahaan harus mengoptimalkan segala kegitan dalam
perusahaan tersebut, baik itu produksi, pemasaran maupun penjualannya.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh
tempo tidak selalu dapat diselesikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam
jangka waktu yang lama maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan begitu
penagihan piutang perlu mendapat perhatian dan penanganan serius agar resiko yang
mungkin timbul dapat dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, pimpinan seharusnya juga
turut aktif mengelola penagihan piutang agar tidak sampai menghambat operasi atau
kegiatan perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen persediaan?
2. Apa sajakah jenis-jenis persediaan?
3. Apa sajakah tingkat perputaran persediaan?
4. Bagaimanakah biaya persediaan?
5. Bagaimanakah Economical Order Quantity?
6. Bagaimanakah Reorder Point?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui Pengertian manajemen persediaan.
2. Mengetahui jenis jenis persediaan.
3. Mengetahui tingkat perputaran persediaan.
4. Mengetahui biaya persediaan.
5. Mengetahui Economical Order Quantity.
6. Mengetahui Recoder Point.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Persediaan


Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi perusahaan, selain itu
persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu
perusahaan yang dilakukan secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya
ditimbulkan pada konsumen. Pengertian persediaan menurut Freddy Rangkuti yaitu salah
satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara continue diperoleh, diubah
kemudian dijual kembali.
Sedangkan pengertian persediaan menurut C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan
Carl S. Wareen yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik
Hendrawan yaitu digunakan untuk mengindikasikan barang dagang yang disimpan untuk
kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses
produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.
Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumber daya-sumber daya
organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu,
misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun
untuk dijual. Walaupun persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur,
akan tetapi dapat dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan
perusahaan industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan
dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi
keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber
utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan.
Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang merupakan
salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan dagang
maupun perusahaan industri. Penjualan barang dagangan merupakan sumber utama
penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber perusahaan tertanam dalam
persediaan.
2.2 Jenis-Jenis Persediaan
Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik
(manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi.
Karena itu jenis-jenis persediaan menurut Freddy Rangkuti berdasarkan jenis dan posisi
barang, terdiri dari :
1. Persediaan Bahan Baku (raw material stock)
2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components)
3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock)
4. Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock)
5. Persediaan Barang Jadi (finished good stock)
Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-barang
berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang
digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh
dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan barang-
barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau
yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu di proses lebih lanjut
menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan barang - barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau
dikirim pada langganan.
Jenis-jenis persediaan dalam suatu perusahaan menurut fungsinya dapat dibedakan atas :
1. Bath Stock/Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli
atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar
daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Keuntungannya:
a) Potongan harga pada harga pembelian.
b) Efisiensi produksi.
c) Penghematan biaya angkutan.
2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu
tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.

2.3 Tingkat Perputaran Persediaan


Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan (bahan baku, barang dalam proses,
barang jadi, suku cadang dan lain-lain). Pada perusahaan manufaktur umumnya mempunyai 3
jenis persediaan yaitu:
1. Bahan baku/material.
2. Barang dalam proses (barang setengah jadi).
3. Barang jadi.
Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.
2. Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang
tinggi menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode
pembelian.
3. Jumlah dana yang tersedia.
4. Daya tahan material
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah :
1. Bahan baku, dipengaruhi oleh: perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan
produksi.
2. Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang
dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan
saat penyelesaian barang jadi.
3. Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi
dan penjualan.
Tingkat perputaran persediaan barang dagangan :
Penjualan Bersih
Inventory Turnover = =........kali
Persediaan Rata-rata
Penjualan Bersih
Inventory Turnover = =........kali
Persediaan Rata-rata
Atau

Harga Pokok Penjualan


= =........kali
Persediaan Rata-Rata

Harga Pokok Penjualan


= =........kali
Persediaan Rata – Rata
Persediaan Awal + Persediaan Akhir tahun

Persediaan Awal + Persediaan Akhir Tahun


Persediaan Rata-Rata =
2
Persediaan Rata-rata =
2
365 Hari
Hari Rata – rata Barang di simpan digudang = ----------------------------------
365 Hari
Hari Rata-Rata Barang di simpan di gudang = ----------------------------------
Inventory Turnover

Inventory Turnover

Contoh Soal
Diketahui Persediaan Barang per tanggal 31 Desember tahun 2009 sebesar Rp. 100.000.000,-
dan persediaan barang per tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp. 150.000.000,-. Dalam
laporan laba rugi tahun 2009, diperoleh data penjualan sebesar 315.000.000,-. Hitunglah
berapa kali perputaran persediaan di gudang?
Jawab :
100.000.000,- + 150.000.000,-
Persediaan Rata – rata
=
2
= 125.000.000,-

Penjualan Bersih
Perputaran Persediaan = -------------------------
Rata- rata persediaan

315.000.000,-
Perputaran Persediaan = ------------------
125.000.000,-
= 2,52 kali

365 hari
Rata-Rata Barang di gudang =------------= 144, 84 hari sekali dalam setahun
2,52 kali

2.4 Biaya Persediaan


Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya
merupakann biaya tetap. Biaya inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-
ubah karena adanya perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Biaya tersebut
akan naik kalau kita meningkatkan jumlah persediaan yang disimpan. Adapun jenis biaya ini
antara lain dalam bentuknya biaya modal yang ditanamkan dalam persediaan tersebut, biaya
asuransi persediaan, biaya atau upah buruh yang mengurusi penerimaan barang.
Adapun biaya inventory yang bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory
yang relatif tetap dalam jumlah totalitasnya dalam jangka pendek dengan tidak memandang
adanya variasi yang normal dan jumlah persediaan yang disimpan, misalnya
depresiasi/penyusutan ruangan yang digunakan, biaya pemeliharaan gudang, pajak,
pemanasan, buruh penjaga gudang.
Ada 3 macam biaya yang berhubungan dengan inventory yaitu:
1. Ordering cost (biaya pesan dan pemasaran)
Contohnya : biaya pemesanan, set up cost, biaya pengiriman dan penangannya (bongkar-
muat), potongan harga karena jumlah pembelian besar.
2. Carrying cost (biaya penyimpanan)
Contohnya : biaya gudang, asuransi, pajak kekayaan, biaya modal, penyusutan.
3. Biaya persediaan pengaman
Contohnya : kehilangan penjualan, kehilangan kepercayaan pelanggan, gangguan jadwal
produksi..

2.5 Economical Order Quality


Economical order quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat
diperoleh dengan biaya yang mininmal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembeliaan
yang optimal. Dalam menentukan besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya
memperhatikan biaya variabel dari penyediaan persediaan tersebut, baik biaya variabel yang
sifat perubahannya searah dengan perubahan jumlah persediaan yang dibeli/disimpan
maupun biaya variabel yang sifat perubahannya berlawanan dengan perubahan jumlah
inventory tersebut.
Biaya variabel dari inventory pada prinsipnya dapat digolongkan dalam :
1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang kini sering
dinamakan procurement costs” atau set-up costs.
2. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya average inventory yang biasa
disebut storage atau carrying costs.
Cara menentukan besarnya EOQ
EOQ =
R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhan selama satu periode tertentu, misalnya 1 tahun.
S = Biaya pesanan setiap kali pesan.
P = Harga pembelian per unit yang dibayar.
I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dinyatakan dalam persentase dari
nilai rata-rata dalam rupiah dari persediaan.
Syarat utama dalam metode economical order quality (EOQ), adalah:
1. Harga pembelian bahan per unitnya konstan.
2. Setiap saat kita membutuhkan bahan mentah selalu tersedia di pasar.
3. Jumlah produksi yang menggunakan bahan mentah tersebut stabil yang ini
berarti kebutuhan bahan mentah tersebut relatif stabil sepanjang tahun.

2.6 Reorder Point


Reorder Point adalah saat atau titik di mana harus diadakan pesanan lagi sedemikian
rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu
di mana persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Dengan demikian diharapkan
dating-nya material yang dipesan itu tidak akan melewati waktu sehingga akan melanggar
safety stock. Dalam penentuan reorder point haruslah kita memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement
leadtime).
2. Besarnya safety stock.
Cara menentukan Reorder Point
1. Menetapkan jumlah penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan persentase
tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan
selama “lead time” dan ditetapkan bahwa “lead time”-nya adalah 5 minggu,
sedangkan kebutuhan material setiap minggunya adalah 40 unit.
Reorder Point = (5 x 40) + 50% (5 x 40)
= 200 + 100
= 300 unit
2. Dengan menetapkan penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 minggu.
Reorder Point = (5 x 40) + (4 x 40)
= 200 + 160
= 360 unit
Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa “reorder point”-nya adalah
pada jumlah 360 unit, yang ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah
persediaan tinggal 360 menit. Apabila pesanan, baru dilakukan sesudah persediaan tinggal
300 unit, maka ini berarti bahwa pada saat barang yang dipesan datang, perusahaan terpaksa
sudah mengambil material dari safety stock sebesar 60 unit. Pada waktu barang yang dipesan
persediaan dalam gudang tinggal 100 unit (300 - 200), padahal safety stock telah ditetapkan
sebesar 160 unit. Dengan demikian safety stock di sini sudah terlanggar. Apabila pesanan
sudah dilakukan pada waktu persediaan sebesar 360 unit, maka pada waktu barang yang
dipesan datang, persediaan di dalam gudang masih 160 unit (yaitu 360 - 200), persis sama
besarnya dengan baesranya safety stock, yang ini berarti bahwa safety stock tidak terlanggar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan
perusahaan industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan
dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi
keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber
utama pendapatan perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Jenis-jenis persediaan berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri dari: Persediaan
Bahan Baku (raw material stock), Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased
parts/ components), Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock), Persediaan
Barang Setengah Jadi (work in process stock), Persediaan Barang Jadi (finished good stock).
Sedangkan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan atas: Bath Stock/Lot Size Inventory,
Fluctuation Stock dan Anticipation Stock.
Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya merupakann
biaya tetap. Biaya inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena
adanya perubahan jumlah inventory yang ada di dalam gudang. Adapun baiya inventory yang
bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory yang relatif tetap dalam jumlah
totalitasnya dalam jangka pendek dengan tidak memandang adanya variasi yang normal dan
jumlah persediaan yang disimpan.

3.2 Saran
Demikianlah makalah tentang manajemen persediaan yang saya buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada saya. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan memaklumi-
nya, karena saya juga manusia yang tak luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Freddy, Rangkuti. Manajemen Persediaan. Cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Ed. 4. Cet. 13. Yogyakarta:


BPFE, 2013.

Wareen, Carl S. dkk. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Ed. 19. Jil. 1. Jakarta: Penerbit Erlangga,
1999.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Manajemen Keuangan. Ed. 9. Jil. 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1989.

[1] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 1,
hlm. 3.

[2] Carl S. Wareen, dkk., Prinsip-Prinsip Akuntansi, Ed. 19, Jil. 1, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1999), hlm. 65.

[3] J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, Manajemen Keuangan, Ed. 9, Jil. 1,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989), hlm. 500.

[4] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, hlm. 8

[5] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, hlm. 10.

[6] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Ed. 4, (Yogyakarta: BPFE,


2013), Cet. 13, hlm. 78.

[7] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 78.

[8] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 78.

[9] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 84.

Anda mungkin juga menyukai